Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Transplantasi ginjal adalah pengambilan ginjal dari tubuh seseorang kemudian
dicangkokkan ke dalam tubuh orang lain yang mengalami gangguan fungsi ginjal yang berat
dan permanen. Saat ini, transplantasi ginjal merupakan terapi pilihan pada gagal ginjal kronik
stadium akhir yang mampu memberikan kualitas hidup menjadi normal kembali.
Di Indonesia sendiri, salah satu transplantasi yang paling banyak dilakukan adalah
transplantasi ginjal. Total jumlah transplantasi ginjal yang pernah dilakukan di Indonesia
dalam periode tahun 1977- 2006 adalah sebanyak 479 dimana pelaksanaan tertinggi di RS PGI
Cikini Jakarta (277 kali) transplantasi ginjal sejak tahun 1977. Di Semarang, transplantasi
ginjal telah dikerjakan sejak tahun 1985 di 2 Rumah Sakit yaitu sebanyak 58 kali di RS
Telogorejo dan sebanyak 2 kali di RSUP dr. 2 Kariadi.
Peningkatan jumlah pelaksanaan transplantasi ini mengakibatkan peningkatan jumlah
permintaan organ. Sayangnya, organ yang tersedia tidak mampu mengimbangi jumlah
permintaan. Pada akhirnya, ketidakseimbangan ini menjadi salah satu penghalang kemajuan
per kembangan transplantasi. Di Indonesia sendiri, dikarenakan sulitnya mendapatkan donor
organ, banyak pasien berobat ke luar negeri seperti Cina dan India. Diperkirakan lebih dari
1.000 warga Indonesia yang menjalani pencangkokan ginjal di luar 3 negeri.
Hingga saat ini di Indonesia, organ donor merupakan donor hidup (living donor) yang
dapat berupa living related donor (berasal dari ibu / ayah / saudara kandung) atau living
unrelated donor yang berasal dari pasangan suami / istri, teman dekat atau orang lain yang
dengan sukarela mendonorkan ginjalnya tanpa mengetahui kepada siapa ginjalnya diberikan.
Donor cadaver (donor jenazah).
Keberhasilan transplantasi ginjal ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah
skrining penderita, persiapan pra transplantasi ginjal, pendekatan bedah yang diambil dan
penatalaksanaan pasien pasca transplantasi ginjal termasuk penggunaan obat imunosupresif.

1
Pada dasarnya tujuan utama transplantasi ginjal adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
dan harapan hidup bagi penderita gagal ginjal. Kelangsungan hidup pasien-pasien transplantasi
ginjal ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah skrining penderita, persiapan
pratransplantasi, pendekatan bedah yang diambil pada waktu transplantasi dan penatalaksanaan
penderita paska transplantasi termasuk penggunaan obat-obat imunosupresif.
Perawat mempunyai peran penting sebagai advokat, perawat juga berperan vital
dalam mendukung keluarga secara psikologis, serta sebagai coordinator transplan sehingga
kami ingin membahas Asuhan Keperawatan Transplantasi Ginjal.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1. Apa pengertian Transplantasi ginjal?
1.2.2. Apa tujuan Transplantasi ginjal?
1.2.3. Bagaimana proses Transplantasi ginjal?
1.2.4. Apa termologi Transplantasi ginjal?
1.2.5. Bagaimana peran perawat pada Transplantasi ginjal?

1.3 Tujuan
1.3.1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi transplantasi ginjal
1.3.2. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dari transplantasi ginjal
1.3.3. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana terjadinya transplantasi ginjal
1.3.4. Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa termologi dalam transplantasi ginjal
1.3.5. Mahasiswa mampu memahami peran perawat pada pasien transplantasi ginjal

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Transplantasi ginjal adalah pembedahan ginjal manusia yang di transplan dari satu
individu ke individu lain (Lucman dan Soresen). Transplantasi ginjal merupakan insersi
pembedahan ginjal manusia dari sumber yang hidup atau cadaver kepada klien dengan
penyakit ginjal tahap akhir, untuk mengganti hilangnya fungsi ginjal yang normal
(Gorzemen dan Bawdain) Ginjal cangkokan ini selanjutnya akan mengambil alih fungsi
kedua ginjal yang sudah rusak. Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan
tetap berada pada posisinya semula, bila tidak menimbulkan komplikasi.

Semua pasien dengan gagal ginjal tahap akhir dipertimbangkan sebagai calon
resipien transplantasi ginjal. Penyebab tersering kelainan gagal ginjal tahap akhir ini
adalah; Diabetes Melitus, tekanan darah tinggi, glomerulonefritis, Policystic Kidney
Disease dan kelainan berat anatomi traktus urinarius.

Pada beberapa keadaan, transplantasi ginjal tidak dianjurkan karena merupakan


prosedur dengan risiko tinggi, yaitu ; (1) masalah psikiatrik, seperti psikosis, retardasi
mental dan adiksi obat, (2) riwayat ketidak patuhan yang berulang, (3) Umur sangat lanjut
( > 70 tahun ), (4) keganasan baru atau dengan metastasis, (5) penyakit di luar ginjal
(jantung, vaskuler, hati, paru-paru) dan (6) Infeksi kronik (tuberkulosis aktif).

2.2. Tujuan :

Transplantasi mempunyai 2 tujuan yaitu :

1. Untuk membedakan diri dari ketergantungan terhadap dialysis


2. Dapat menikmati hidup yang lebih baik, makan atau minum bebas, perasaan sehat seperti
orang lain atau normal

3
2.3. Etiologi
a. Diabetes
Pasien-pasien ini memiliki gula darah tinggi terus menurus. Ini gula darah tinggi dapat
merusak filter dalam ginjal, menyebabkan kerusakan jangka panjang ginjal dan
akhirnya gagal ginjal. Ini disebut nefropati diabetes.
b. Tekanan darah tinggi atau hipertensi
Ini adalah penyebab umum lain dari penyakit ginjal dan kegagalan. Tekanan darah
tinggi di pembuluh darah kecil ke ginjal menyebabkan kerusakan dan mencegah proses
penyaringan dari bekerja dengan benar.
c. Stenosis Arteri Ginjal
Penyumbatan pembuluh darah yang membawa darah ke ginjal dari waktu ke waktu
disebut stenosis arteri ginjal adalah penyebab lain dari penyakit ginjal tahap akhir.
d. Ginjal Polikstik
Kondisi lain yang disebut penyakit ginjal polikistik yang merupakan kondisi yang
diwariskan. Ada beberapa besar kista atau ruang kosong yang terbentuk dalam ginjal
yang membuat fungsi normal kulit.
e. Masalah bawaan
Mungkin ada masalah bawaan dalam pengembangan ginjal. Hal ini terjadi sejak
sebelum lahir dan memanifestasikan etika lebih dari 90% dari fungsi ginjal terganggu.
f. Systemic Lupus Erythematous (SLE)
Penyakit kekebalan seperti systemic lupus erythematosus (SLE) dimana system
kekebalan tubuh gagal untuk mengenali ginjal sebagai miliknya dan serangan itu
berpikir itu berpikir itu menjadi benda asing.

2.4. Beberapa terminologi dalam transplantasi


a. Autograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari individu
yang sama.
b. Isograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari saudara
kembar.
c. Allograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari individu
lain dalam spesies yang sama.

4
d. Xenograft adalah transplantasi dimana jaringan yang dicangkokkan berasal dari spesies
yang berbeda. Misalnya ginjal baboon yang ditransplantasikan kepada manusia.

2.5. Syarat-syarat
Recipient :
- Usia13-36 tahun
- Tidak mengidap penyakit berat, keganasan, TBC, hepatitis, jantung
- Harus dapat menerima terapi imunosupresif dalam waktu yang lama dan harus patuh
minum obat
- Sudah mendapat HD yang teratur sebelumnya
- Mau melakukan pemeriksaan pasca transplantasi ginjal

Donor

- Usia 18-50 tahun


- Mempunyai motivasi yang tinggi tanpa paksaan
- Kedua ginjal normal, tidak terinfeksi
- Tidak mengidap penyakit berat yang dapat memperburuk funsi ginjal dan komplikasi
setelah operasi
- Hasil laboratorium semuanya dalam batas normal

Jika donor hidup tiodak tersedia, pasien harus menunggu jaringan yang diambil dari
mayat yang cocok, dan untuk mendapatkan donor yang cocok akan diatur oleh
organisasidibawah aturan pemerintah yaitu organisasi yang dibiyai secara federal yang
mengkoordinasi pertukaran organ, dan dengan system computer akan mencocokan donor
mayat dengan calon penerima.

2.6. Cara Transplantasi Ginjal


a. Ginjal yang rusak diangkat. Kelenjar adrenal dibiarkan ditempatnya arteri dan vena
renal diikat.
b. Ginjal transplan diletakkan di fosa iliaka.
c. Arteri renal dari ginjal donor dijahit ke arteri iliaka dan vena renal dijahit kevena iliaka.

5
d. Ureter ginjal donor dijahit kekandung kemih atau ke ureter pasien

2.7. Persiapan transplantasi ginjal


a. Persiapan resispent dan keluarga
Perawat mempunyai peran penting sebagai advokat untuk memastikan upaya
dibuat untuk menentukan dan bertindak atas keinginan pasien berkenan dengan
pendonoran perawat juga berperan vital dalam mendukung keluarga secara psikologis,
terutama saat mereka mencoba donor dari mayat, serta sebagai coordinator transplan
yaitu memastikan bahwa keluarga mendapatkan informasi yang diperlukan untuk surat
persetujuan.
Setelah ada persetujuan dari keluarga, tim akan menjelaskan sebagaimana operasi
dan perawatannya:
1. Lokasi dan letak ginjal baru
2. Penggunaan macam-macam peralatan yang mungkin diperlukan selama perawatan
3. Pengambilan darah yang akan sering dilakukan
4. Untuk mencegah infeksi pasien ditempatkan di tempat khusus, dimana anggota
keluarga tidak diperbolehkan masuk
5. Kemungkinan timbul komplikasi seperti infeksi, rejeksi setelah operasi
6. Mobilisasi merubah posisi, membatukkan, latih duduk dan berdiri serta cara nafas
efektif
Dengan demikian diharapkan pasien dan keluarga akan merasa aman dan dapat
bekerja sama dan bersikap lebih terbuka untuk membantu perawatan.

b. Persiapan donor dan keluarga


Pada prinsipnya sama dengan persiapan operasi pada umumnya hanya saja
spesifikasinya 2 jam sebelum operasi recipient dan donor dikompres dengan cairan
bethadin pada daerah yang akan dioperasi dan setelah operasi recipient masuk ke dalam
ruangan khusus dan steril

6
c. Persiapan ruangan dan peralatan
Ruangan yang akan dipakai setelah operasi 2 hari sebelumnya harus dibersihkan,
smeua peralatan dan obat-obatan dimasukkan ke ruangan tersebut dengan disinari
ultraviolet selama 24 jam.
Recipient transplantasi biasnya dirawat dalam area lengkap yang dirancang secara
khusus baik untuk fase penyembuhan maupun fase pemulihan, hal ini untuk
menghindari pemindahan pasien, menurunkan risiko terhadap infeksi bagi pasien yang
mengalami imunosupsresan.

d. Persiapan pasien sebelum operasi


Penyakit ini termasuk pengkajian yang berhubungan dengan riwayat penyakit yang
lalu, tingkat kecemasan pasien, pengetahuan pasien dan keluarga tentang prosedur
transplan, efek samping dari pembedahan juga termasuk pemeriksaan laboratorium,
EKG, pemeriksaan radiologi (mis: foto thorak, USG ginjal, CT Scan ginjal, IVP)
pemeriksaan fisik (mis: BB, TTV, Pola eliminasi urine, adakah tanda-tanda infeksi,
gangguanpernafasan, tanda-tanda kelebihan atau kekurangan cairan elektrolit) dan
dialysis dalam 24 jam pembedahan. Dialysis ini dilakukan untuk mengembalikkan
kimia darah ke kadar mendekati normal, memperbaiki perubahan agregasi thrombosis
yang ditimbulkan oleh uremia dan mengeluarkan kelebihan cairan.
Bila donor hidup, persiapan dapat dilakukan sehari sebelum transplantasi, tetapi
bila donor mayat atau cadaver semua persiapan harus selesai dalam beberapa jam.

Bicarakan dengan dokter anda mengenai transplantasi yang akan dijalani, karena
tidak semua orang cocok untuk transplantasi. Beberapa kondisi dapat membuat proses
transplantasi berbahaya atau tidak mungkin berhasil.

Ginjal baru dapat diperoleh dari donor yang baru saja meninggal dunia, atau dari
donor hidup. Donor hidup bisa keluarga, bisa juga bukan - biasanya pasangan atau
teman. Jika anda tidak memiliki donor hidup, anda akan dimasukkan ke dalam daftar
tunggu untuk memperoleh ginjal dari donor meninggal. Masa tunggu tersebut dapat
berlangsung bertahun-tahun.

7
Petugas transplantasi akan mempertimbangkan tiga faktor untuk menentukan
kesesuaian ginjal dengan penerima (resipien). Faktor tersebut akan menjadi tolak ukur
untuk memperkirakan apakah sistim imun tubuh penerima akan menerima atau
menolak ginjal baru tersebut.

a) Golongan darah.
Golongan darah penerima (A,B, AB, atau O) harus sesuai dengan golongan
darah donor. Faktor golongan darah merupakan faktor penentu kesesuaian
yang paling penting.
b) Human leukocyte antigens (HLAs).
Sel tubuh membawa 6 jenis HLAs utama, 3 dari ibu dan 3 dari ayah. Sesama
anggota keluarga biasanya mempunyai HLAs yang sesuai. Resipien masih
dapat menerima ginjal dari donor walaupun HLAs mereka tidak
sepenuhnya sesuai, asal golongan darah mereka cocok, dan tes lain tidak
menunjukkan adanya gangguan kesesuaian.
c) Uji silang antigen.
Tes terakhir sebelum dilakukan pencangkokan adalah uji silang organ.
Sejumlah kecil darah resipien dicampur dengan sejumlah kecil darah donor.
Jika tidak terjadi reaksi, maka hasil uji disebut uji silang negatif, dan
transplantasi dapat dilakukan. Pembedahan untuk cangkok ginjal biasanya
memakan waktu 3 sampai 4 jam. Lama rawat di rumah sakit biasanya adalah
satu minggu. Setelah keluar dari rumah sakit, resipien masih harus
melakukan kunjungan secara teratur untuk memfollow-up hasil
pencangkokan. Sedangkan bagi pendonor hidup, waktu yang dibutuhkan
hampir sama dengan resipien. Walaupun demikian, karena teknik operasi
untuk mengangkat ginjal donor semakin maju, maka waktu rawat menjadi
lebih pendek, mungkin 2 sampai 3 hari.

1. Persiapan pra-operatif untuk calon resipien bertujuan untuk :


a. Menilai kemampuan menjalani operasi besar.
b. Menilai kemampuan menerima obat imunosupresi untuk jangka waktu yang
lama.

8
c. Menilai status vaskular tempat anastomosis.
d. Menilai traktus urinarius bagian bawah.
e. Menghilangkan semua sumber infeksi.
f. Menilai dan mempersiapkan unsur psikis.
2. Persiapan pra-operatif untuk calon donor bertujuan untuk ;
a. Menilai kerelaan (tak ada unsur paksaan atau jual beli)
b. Menilai kemampuan untuk nefrektomi
c. Menilai akibat jangka panjang ginjal tunggal
d. Menilai kemungkinan anastomosis
e. Menilai kecocokan golongan darah ABO, HLA dan crossmatch.

2.8. Persiapan saat Operasi


Jika ginjal dan donor dan pasien dan pasien telah diverifikasi dan dinyatakan cocok
maka proses transplantasi segera dilaksanakan. Proses operasi biasanya berjalan sekitar 2-
4 jam. Selama itu klien tidak sadarkan diri karena akan dibius total. Operasi dimulai dengan
membuat sayatan lau menempatkan ginjal baru di bagian bawah perut. Jika ginjal lama
menyebabkan komplikasi seperti batu ginjal, tekanan darah tinggi, atau infeksi, tim medis
akan mengangkat ginjal tersebut dari tubuh. Jika tidak, ginjal tersebut akan tetap berada di
tempatnya.
Kemudian akan disambungkan pembuluh darah dari ginjal baru ke pembuluh darah
di bagian bawah perut dan menghubungkan ureter (saluran yang menghubungkan ginjal ke
kandung kemih) dari ginjal baru ke kandung kemih.
Biasanya ginjal baru dapat langsung menjalankan fungsinya dengan mengalirnya
darah ke organ tersebut. Namun beberapa kasus, ginjal memerlukan waktu yang lebih lama
untuk memproduksi urine. Selama itu, akan dilakukan cuci darah dan mengonsumsi obat-
obatan untuk membantu ginjal mengeluarkan kelebihan garam dan cairan dalam tubuh.

2.9. Persiapan setelah transplantasi ginjal


Segera setelah pembedahan, resipien transplan dirawat dengan pemantauan yang ketat
sampai stabil. Sesampainya pasien di unit perawatan pascaanestesi atau area perawatan
intensif, lakukan pengkajian berikut :

9
1. Tekanan darah, nadi apikal, pernapasan, suhu, dan tekanan vena sentral (TVS).
Tekanan darah harus diukur pada ekstremitas yang tidak digunakan sebagai akses
vaskular karena meskipun terjadi perubahan yang kecil terhadap aliran darah arteri
dapat menyebabkan malfungsi akses.
2. Tingkat kesadaran pasien dan derajat nyeri.
3. Jumlah line intravena yang terpasang, catat tempat insersi, jenis cairan, dan kecepatan
tetesan.
4. Balutan abdomen untuk drainase, catat apakah terdapat hemovac atau drain.
5. Adanya foley dan kemungkinan letak kateter uretra yang mungkin, dan amati patensi
serta drainase urine dari tiap kateter.
6. Temukan akses vaskular dan tentukan patensinya dengan meletakkan jari atau
stetoskop tepat diatas tempat akses dan raba atau dengarkan karakteristik bunyi, bunyi
denyutan disebut desiran (bruit)
7. Bila pasien telah dipertahankan dengan dialisis peritoneal dan terpasang kateter,
pastikan bahwa sistem kateter tetap steril dan tertutup.
8. Bila terpasang selang NGT,sambungkan selang tersebut ke sistem drainase yang
sesuai.
9. Dapatkan berat badan dasar dalam 24 jam pembedahan.
10. Ukur lingkar abdomen pada insisura iliaka. Ini merupakan informasi dasar yang
digunakan nanti untuk pengkajian komplikasi seperti : kebocoran uretra, limfosel, atau
perdarahan)
11. Pantau pasien anak lebih sering daripada pasien dewasa karena sifat dinamik dari cairan
anak dan status kardiovaskular seperti : tekanan darah, berat badan, dan tekanan vena
sentral (TVS).

Ginjal yang ditransplantasi dapat berfungsi segera setelah revaskularisasi dan


menghasilkan jumlah urine banyak (200-1000 ml/jam), jumlah urine sedikit (<20 ml/jam),
atau tak ada urine sama sekali berdasarkan faktor-faktor dibawah ini :

1. Efek masa iskemik : jumlah urine yang dibentuk berhubungan dengan lamanya waktu
ginjal donor mengalami iskemik. Karena waktu iskemik cenderung lebih pendek pada
transplantasi hidup daripada transplantasi mayat, donor ginjal hidup mempunyai sedikit

10
kerusakan dan cenderung membentuk lebih banyak urine pada fase penyembuhan
awal.pembentukan banyak urine setiap jam, disebut diuresis pascatransplantasi dan
diduga akibat dari kelainan tubulus proksimal. Tubulus proksimal bertanggung jawab
terhadap reabsorbsi 80 % air,elektrolit dan glukosa serta perubahan fungsinya
memungkinkan ekskresi filtrat lebih banyak normal. Ini merupakan status yang dapat
dipilih dimana fungsi reabsorbsi tubuler hilang sementara atau berkurang karena
periode masa iskemik yang dimulai dengan mengeklaim arteri renalis pada donor dan
diakhiri dengan revaskularisasi vena resipien.
2. Masa pengawetan
Masa iskemik pada situasi donor mayat lebih lama karena setelah nefrektomi donor
selesai, pencocokan jaringan dan pencocokan silang untuk resipien yang paling cocok
memerlukan waktu beberapa jam, lebih baik adalah kurang dari 50 jam, meskipun
selama 72 jam masih diterima.waktu pengawetan ini ditambahkan ke periode hipotensi
pada beberapa donor mayat menjelaskan kemungkinan kerusakan jaringan dan
keluaran urine sedikit pada periode awal transplantasi.
3. Pemeriksaan fungsi ginjal
Fungsi ginjal dikaji oleh kadar nitrogen urea serum pusat kesehatan dengan memeriksa
2 mikroglobulin. Globulin dengan berat molekul rendah ini difilter oleh membran
basalis glomerulus dan direabsorbsi dan dimetabolisasi hampir sempurna oleh tubulus
proksimal ginjal.
4. Masalah-masalah drainase urine
Bila terjadi perubahan haluaran urine, seperti volume yang besar dalam satu jam sampai
jumlahnya menurun pada jam berikutnya, harus diduga adanya faktor mekanik yang
mempengaruhi drainase urine. Bekuan,terlipat,atau selang terjepit pada sistem drainase
urine dapat menyebabkan penurunan keluaran urine.
5. Kebocoran urine
Kebocoran urine pada balutan abdominal dan ketidaknyamanan abdomen hebat atau
distensi menunjukkan adanya kebocoran retroperitoneal dari tempat anastomose uretra.
6. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Ketidakseimbangan elektrolit dan cairan yang hebat, waktu dan jenis masukan cairan
juga waktu dan jumlah setiap berkemih harus dicatat. Pada peristiwa dimana fungsi

11
ginjal menurun karena azotemia prerenal atau GGA, informasi ini dapat menjadi
bantuan yang tidak ternilai dalam diagnosis dan kemungkinan pencegahan GGA.
Masukan pada pasien pascaoperasi diberikan melalui intravena sampai pasien mampu
minum.
7. Kecepatan aliran
Larutan rumatan standart 600-1200 ml/24jam untuk orang dewasa didasarkan pada
kehilangan cairan tak terlihat, sementara penggantian larutan dihitung untuk setiap
pasien dengan haluaran urine, lambung, dan drainase luka, serta TVS. Bila haluaran
urine tinggi seperti pada diuresis pascatransplantasi, penggantian cairannya akan lebih
besar. Penggantian volume cairan akan lebih kecil bila terapat oliguria atau anuria.
8. Sisi infus
Larutan intravena rumatan, atau cairan gagal ginjal, mungkin diinfuskan melalui aliran
TVS. Bila diperlukan tempat tusukan perifer, maka tempat tusukan tersebut tidak boleh
dibuat pada ekstremitas yang mempunyai akses vaskular. Semua upaya harus dibuat
untuk pengadaan akses vaskular yang paten, selama hemodialisa masih diperlukan.
9. Pencegahan infeksi
Terapi imunosurpresi membuat pasien lebih rentan terhadap organisme infeksius,
meskipun organisme yang secara normal di lingkungan. Karena kebanyakan infeksi
bersifat endogen, teknik isolasi yang ketat tidak dilakukan pada fase pascaoperasi.
Setiap orang yang masuk dan berhubungan dengan pasien harus menyadari pentingnya
melindungi pasien ini dari infeksi.
10. Tindakan pencegahan umum
Berikut ini adalah beberapa pedoman untuk pencegahan infeksi :
a. Mencuci tangan dengan bersih sebelum dan sesudah merawat pasien adalah cara
efektif untuk menurunkan organisme di lingkungan resipien.
b. Membersihkan kateter dan perineum sekitar meatus uretra dengan sabun dan air
setiap 8 jam menurunkan infeksi traktus urinarius.
c. Mengganti selang intravena setiap hari demikian halnya bila terkontaminasi juga
akan menurunkan resiko sepsis.
d. Mengganti balutan yang basah dengan sering akan menyingkirkan media yang
sangat baik untuk pertumbuhan organisme.

12
11. Menghindari infeksi pulmonary
Peningkatan ventilasi dan meningkatkan drainase sekresi adalah hal yang paling
penting oleh karena itu pengamatan frekuensi dan karakter pernapasan serta auskultasi
bunyi paru akan membantu menentukan berapa sering pasien harus diubah posisi,
napas dalam, jalan, menggunakan spirometer insentif, atau kebutuhan drainase
postural.
12. Pemberian terapi imunosurpresi
Ginjal yang ditransplantasikan merupakan antigen asing yang ditanam pada resipien.
Akhirnya, tubuh resipien akan mengenali ginjal sebagai antigen asing dan
menggerakkan sistem perlawanan untuk mencoba membebaskan diri dari benda asing
ini. Oleh karenanya, terapi imunosurpresi diperlukan untuk menekan respons imun
sehingga memungkinkan penerimaan organ yang ditanam, paling sering dengan tipe
jaringan yang sedikitnya berbeda sebagian dari yang dimiliki resipien. Kesulitan dari
terapi ini adalah dalam pemberian surpresi yang cukup untuk mencegah penolakan
tanpa menyebabkan resipien sangat rentan terhadap infeksi oportunistik.

2.10. Imunologi transplantasi


Ginjal donor harus mempunyai kecocokan secara imunologi dengan ginjal resepien
agar transplantasi berhasil baik. Golongan darah (ABO) yang sama merupakan syarat yang
utama. Kesesuaian imunologis pada transplantasi ginjal dinilai dengan memeriksa pola
HLA.
Bila ginajal yang dicontohkan tidak cocok secara imunologis akan timbul reaksi
rejeksi. Reaksi ini sebenarnya merupakan usaha tubuh resepien untuk menolak benda asing
yang masuk ketubuhnya. Ada tiga jenis reaksi rejeksi yang dikenal pada transplantasi
ginjal, yaitu :
1. Reaksi hiperakut
Terjadi segera dengan beberapa menit atau beberapa jam setelah klem pembuluh darah
dilepas. Disebabkan adanya antibodi terhadap sistem ABO atau sistem HLA yang tidak
cocok. Rejeksi hiperaktif tidak bisa diatasi harus dilaksanakan nefrektomi ginjal
cangkok. Rejeksi hiperakut saat ini jarang terjadi oleh karena dapat dihindarkan dengan
pemeriksaan reaksi silang.

13
2. Rejeksi akut
Biasanya terjadi dalam waktu 3 bulan pasca transplantasi, dapat dicetuskan oleh
penghentian atau pengurangan dosis obat imunoisupresi. Manifestasi klinis : demam,
mialgia malaise, nyeri pada ginjal baru, produksi urine menurun, berat badan
meningkat, tekanan darah naik, kreatinin serum meningkat, histopatologi.
Terapi rejeksi akut :
- Metil prednisolon: 250 mg-1 gr IV/hari selama 3 hari. Respon umumnya
setelah didapatkan 3 hari.
- ALG (anti limphocyte globulin), ATG (anti thympocyte globulin) atau
antibodi monoklonsl (OKT-3) sebagai terapi alternatif bila tidak teratasi.
3. Rejeksi kronik
Terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun pasca transplantasi. Pada
rejeksi kronik terjadi penurunan fungsi ginjal cangkok. Belum ada pengobatan yang
spesifik untuk mengobati rejeksi kronik.
Keberhasilan transplantasi ginjal menurut harapan klinis:
a. Lama hidup ginjal cangkok (Graft Survival)
Lama hidup ginjal cangkok sangat dipengaruhi oleh kecocokan antigen antara
donor dan resipien. Waktu paruh ginjal cangkok pada HLA identik 20-25 tahun,
HLA yang sebagian cocok (one-haplotype match) 11 tahun dan pada donor jenazah
7 tahun. Lama hidup ginjal cangkok pada pasien diabetes militus lebih buruk
daripada non diabetes.
b. Lama hidup pasien (Patient Survival)
Sumber organ donor sangat mempengaruhi lama hidup pasien dalam jangka
panjang. Lama hidup pasien yang mendapat donor ginjal hidup lebih baik
dibanding donor jenasah, mungkin karena pada donor jenasah memerlukan lebih
banyak obat imonosupresi. Misalnya pada pasien yang ginjal cangkoknya berfungsi
lebih dari satu tahun, didapatkan lama hidup pasien 5 tahun (five live survival) pada
donor hidup 93 % dan pada donor jenasah 85 % penyakit eksternal seperti diabetes
militus akan menurunkan lama hidup pasien.

14
2.11. Komplikasi
a. Penolakan pencangkokan
Yaitu sebuah serangan dari sistem kekebalan terhadap organ donor asing yang dikenal
oleh tubuh sebagai jaringan asing. Reaksi tersebut dirangsang oleh antigen dari
kesesuaian organ asing. Ada tiga jenis utama penolakan secara klinik, yaitu hiperakut,
akut, dan kronis.
b. Infeksi
Infeksi meninggalkan masalah yang potensial dan mewakili komplikasi yang paling
serius memberikan ancaman kehidupan pada periode pencangkokan jaman dulu.
Infeksi sistem urine, pneumonia, dan sepsis adalah yang sering dijumpai.
c. Komplikasi sistem urinaria
Salah satunya adalah terputusnya ginjal secara spontan. Komplikasi yang lain adalah
bocornya urine dari ureteral bladder anastomosis yang menyebabkan terjadinya
urinoma yang dapat memberi tekanan pada ginjal dan ureter yang mengurangi fungsi
ginjal.
d. Komplikasi kardiovaskular
Komplikasinya bisa berupa komplikasi lokal atau sistem. Hipertensi dapat terjadi pada
50%-60% penderita dewasa yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya stenosis arteri ginjal, nekrosis tubular akut, penolakan pencangkokkan
jenis kronik dan akut, hidronefrosis.
e. Komplikasi pernafasan
Pneumonia yang disebabkan oleh jamur dan bakteri adalah komplikasi pernafasan yang
sering terjadi.
f. Komplikasi gastrointestinal
Hepatitis B dan serosis terjadi dan mungkin dihubungkan dengan penggunaan obat-
obatan hepatotoksik.
g. Komplikasi kulit
Karsinoma kulit adalah yang paling umum. Penyembuhan luka dapat menjadi lama
karena status nutrisi yang kurang, albu,in serum yang sedikit dan terapi steroid.

15
h. Komplikasi-komplikasi yang lain
Sistem lain juga diakibatkan oleh komplikasi sesudah pencangkokan diabetes militus
yang disebabkan oleh steroid, mungkin bisa berkembang. Akibat terhadap
muskuluskeletal yang termasuk adalah osteoporosis dan miopaty. Nekrosis tulang
aseptik adalah utamanya disebabkan oleh terapi kortikosteroid. Masalah reproduksi
yang digambarkan dalam frekuensi CRF muncul setelah transplantasi.
i. Kematian
Rata-rata kematian setelah 2 tahun pelaksanaan transplantasi tersebut hanya 10%. Hal
ini menggambarkan adanya penurunan tingkat kematian yang berarti dalam dua dekade
yang lalu, sebelumnya tingkat ketahanan hidup hanya 40-50%. Khususnya rata-rata
kematian yang menurun yang diakibatkan oleh infeksi pada dua tahun pertama setelah
dua tahun pencangkokkan telah terjadi.

2.12. Pendidikan pasien sebelum pulang


Sebelum pulang pasien harus dapat melakukan perawatan sendiri dengan dibantu
oleh keluarganya sesuai dengan yang dilakukan dirumah sakit, oleh karena itu pasien dan
keluarga harus dilibatkan selama perawatan dirumah sakit. Misalnya mengenai obat-obatan
sebaiknya ditulis pada kertas nama obat, dosis, cara pemberian dan bila perlu waktu atau
jam pemberiannya.
Disamping itu dijelaskan juga efek sampingnya dan pentingnya obat tersebut agar
dapat diminum secara teratur dan tepat agar mendapatkan hasil catatan mengenai cairan
yang masuk dan keluar selama 24 jam, tekanan darah, suhu badan, dan juga kelainan yang
mungkin terjadi juga harus dicatat.
Karena masih mudahnya terkena infeksi, maka pasien dianjurkan untuk mandi 2x
sehari, pasien juga tidak boleh mengngkat beban yang berat, olahraga dan pasien harus
rutin memeriksakan kesehatannya secara teratur terutama bila ada keluhan dan kelainan-
kelainan segera dilaporkan ke dokter.

16
2.13. Keuntungan dan Kekurangan Transplantasi Ginjal
1. Keuntungan Transplantasi Ginjal:
a. Ginjal baru akan bekerja seperti halnya ginjal normal.
b. Penderita akan merasa lebih sehat dan "lebih nomal".
c. Penderita tidak perlu melakukan dialysis
d. Penderita yang mempunyai usia harapan hidup yang lebih besar.
2. Kekurangan Transplantasi Ginjal:
a. Butuh proses pembedahan besar.
b. Proses untuk mendapatkan ginjal lebih sulit atau lebih lama.
c. Tubuh menolak ginjal yang dicangkokkan.
d. Penderita harus rutin minum obat imunosupresan, yang mempunyai banyak efek
samping.

17
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
- Status pernafasan : frekwensi kedalaman , pola pernafasan
- Status sirkulasi dan kehilangan darah : tanda-tanda vital , tekana darah arteri dan vena
sentral , warna dan suhu kulit , keluaran urin , keadaan luka insisi , dan selang drainase
- Nyeri : lokasi dan intesitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian preoart analgesic ,
adanya distensi abdomen
- Drainase ; keluaran urin dan drainase ( jumlah,warna,tipenya ) dari selang yang di
pasang pada saat pembedahan, penurunan atau tidak adanya drainase urin.
- Inspeksi : terdapat luka insisi transplantasi ginjal
- Auskultasi : Tidak adanya reflug
- Perkusi : Tidak ada suara timpani
- Palpasi : Tidak ada benjolan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme otot, atau adanya distensi
abdomen/kandung kemih.
Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan drainase urin ; resiko tinggi infeksi
berhubungan denagn drainase urin
Kelebihan atau kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine,
gagal ginjal, penolakkan tranplantasi, tingginya volume cairan intravena.
Resiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan imunosupresi
Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan resiko dari reaksi imun transplantasi dan
efek samping dari obat-obatan imunosupresi, atau kebutuhan hemodialisa lanjut.
Resiko tinggi terhadap penatalaksanaan di rumah berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang perawatan diri, riwayat ketidak patuhan.

18
RENCANA KEPERAWATAN
POST OPERASI
No No. Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Diagnosa Hasil
DX : 1 Tujuan : - Kaji tingkat nyeri - Memberikan data dasar
pengurangan rasa pasien untuk mengevaluasi
nyeri dan gangguan - Berikan preparat keberhasilan strategi
rasa nyaman analgesic yang dalam meredakan rasa
Kriteria hasil: diresepkan nyeri
- Pasien dapat - Lakukan kompres - Meningkatkan
toleransi hangat dan masase pengurangan rasa nyeri
terhadap rasa pada daerah yang - Meningkatkan relaksasi
nyeri terasa pegal serta dan peredaan nyeri otot
- Ungkapan rasa mengalami serta gangguan rasa
nyeri gangguan rasa nyaman
berkurang/hilang nyaman - Meminimalkan tarikan
- Ekpresi wajah - Fiksasi luka insisi atau tegangan pada luka
dengan kedua belah insisi dan memberikan
tangan atau bantal dukungan pada pasien
pada saat melakukan - Dimudahkan
gerakan atau dilanjutkannya kembali
melakukan latihan latihan aktivitas otot
batuk
- Bantu dan dorong
ambulasi dini
Dx : 2 Tujuan : - Kaji system drainase - Memberikan dasar bagi
mempertahankan urin dengan segera pengkajian dan tindakan
eliminasi urin ; - Kaji keadekuatan selanjutnya
saluran kemih yang keluaran urin dan - Memberikan data dasar
bebas dari infeksi. potensi system
Kriteria hasil : drainase

19
- Pasien akan - Pertahankan sistem - Mengurangi resiko
mempertahankan drainase urin yang kontaminasi bakteri dan
keluaran urine tertutup infeksi
yang adekuat. - Observasi warna , - Memberikan informasi
volume, bau dan mengenai kecukupan
konstituen urin keluaran urin, kondisi
- Pertahankan asupan dan patensi system
cairan yang adekuat drainase, serta debris
dalam urine
- Meningkatkan keluaran
urin yang adekuat dan
mencegah stasis
urinarius.
Dx: 3 Tujuan : - Pantau tanda-tanda - Menimbangan berat
mempertahankan vital : suhu tubuh , setiap hari merupakan
keseimbanagn denyut nadi , indicator yang sensitive
cairan yang normal pernafasan dan untuk menunjukkan
Kriteria hasil : tekanan darah kehilangan atau
- Pasien - Lakukan auskultasi penambahan cairan
mengeluarkan jantung dan paru - Mendeteksi retensi urin
urine yang setiap pergantian akibat curah jantung
adekuat dan tidak shift atau keluaran ginjal
menahan cairan. - Timbang berat badan yang buruk
pasien setiap hari - Memastikan agar
- Ukur asupan dan cairan infuse tidak
keluaran cairan yang kelebihan atau
akurat kekurangan tanpa
- Berikan semua terapi disengaja
parenteral dengan - Membantu mendeteksi
pompa infuse secara dini komplikasi
dari pembedahan atau

20
- Pantau jumlah dan pemasangan selang
karakteristik urin yang mungkin terjadi
- Apabila volume cairan
-
atau curah jantung
mengalami perubahan,
tanda-tanda vital akan
terpengaruh
- Apabila volume cairan
meningkat akibat curah
jantung atau keluaran
renal yang buruk,
cairan akan
tertumpuk. Demikian
pula suara jantung akan
berubah ketika terjadi
gagal jantung
kongestif. Auskultasi
yang sering dilakukan
akan menjamin deteksi
dini.
Dx : 4 Tujuan: resiko - Lakukan cuci tangan - Mencegah terjadinya
infeksi dapat dengan bersih kontaminasi melalui
dicegah sebelum, selama, dan tangan
Kriteria hasil : setelah merawat - Mencegah terjadinya
- Pasien akan pasien. infeksi dari prosedur
mengalami - Gunakan tehnik - Mengetahui adanya
penyembuhan aseptik dengan perubahan suhu
jaringan normal saksama dalam - Menjaga kenyamanan
- Pasien tidak merawat semua pasien
demam, insisi kateter, selang infus - Mengetahui kenormalan
kering, urine sentral, pipa miksi pasien

21
jernih/kuning endoktrakheal, dan - Mencegah infeksi
tanpa sediment, selang infuse perifer. - Meningkatkan nutrisi,
paru-paru bersih. - Periksa suhu tubuh mengembalikan nutrisi
setiap 4 jam. tubuh
- Pertahankan - Mempertahankan
lingkungan yang kenyamana pasien
bersih. - Mengetahui kenormalan
- Lepaskan kateter nilai-nilai laboratorium
secepat mungkin - Mencegah infeksi
sesuai program. - Memantau bunyi paru
- Ganti segera balutan - Mencegah komplikasi
yang basah untuk - Mengetahui ketidak
membatasi media bagi normalan urine
organisme. - Untuk mengetahui
- Berikan nutrisi yang penanganan selanjutnya
adekuat. - Mempercepat
- Larang pengunjung penyembuhan
dan perawat dengan
infeksi saluran
pernapasan aktif untuk
kontak dengan pasien.
- Pantau nilai-nilai
laboraturium,
khususnya sdp (sel
darah putih) dan
periksa spicemen dari
drainase yang
dicurigai untuk
dikultur dan
sensitivitas.

22
- Inspeksi daerah insisi
tiap hari terhadap
semua tanda-tanda
inflamasi; nyeri,
kemerahan, bengkak,
panas, dan drainase.
- Auskultasi paru
terhadap bunyi nafas
setiap 4 jam.
- Anjurkan dan bantu
ambulasi dini.
- Perhatikan karakter
urine dan laporkan
bila keruh dan bau
busuk.
- Beritahu dokter setiap
adanya indikasi
infeksi.
- Berikan
antimicrobical, sesuai
program.
DX 5 Tujuan : cidera - Pantau dan laporkan - Untuk mengetahui
berkurang, dan tanda dan gejala adanya alergi terhadap
mencegah resiko reaksi imun reaksi imun
dari transplantasi (kemerahan, - Mengetahui keadaan
dan efek samping bengkak, nyeri tekan pasien
Kriteria hasil : diatas sisi - Mempertahankan
- Pasien akan transplantasi, integritas kulit
mempertahankan peningkatan suhu, - Mencegah terjadinya
fungsi ginjal peningkatan sel darah alergi terhadap obat
putih, penurunan tersebut

23
- Tidak ada tanda haluaran urine, - Mencegah terjadinya
dan gejala reaksi peningkatan reaksi imun
imun proteinuria, yang berlebihan
- Immunosupresan peningkatan bb tiba- - Memotivasi pasien
sesuai toleransi tiba, peningkatan bun
tanpa adanya dan kreatinin,
efek samping edema).
- Periksa tanda-tanda
vital setiap 2-4 jam.
- Monitor masukan dan
haluaran cairan setiap
jam selanjutnya
setiap 3 jam.
- Pantau dan laporkan
efek samping dari
obat-obatan
immunosupresif
- Siapkan pasien untuk
operasi mengangkat
ginjal yang ditolak
jika terjadi reaksi
hiperakut
- Berikan dukungan
kepada pasien dan
keluarga.
Dx 6 - Kembangkan rencana - Meningkatkan
penyuluhan bekerja pengetahuan pasien
sama dengan - Mencegah terjadinya
koordinator komplikasi
transplantasi.
Pastikan pasien dan

24
anggota keluarga - Menambah wawasan
mengetahui: dan pengetahuan pasien
- nama, frekuensi, dalam perawatan diri
indikai, dosis, dan - Melatih mobilisasi fisik
efek samping dari - Mempercepat
semua obat yang di penyembuhan dan
berikan mengurangi efek
- Tanda dan gejala samping
infeksi untuk di Membiasakan
laporkan. pasien untuk
- Tanda dan gejala melakukan
reaksi imun untuk di aktivitasnya
laporkan. Diet, kembali
biasanya pembatasan Memberikan
natrium; atur untuk informasi
konsul tentang diet. kepada
- Bagaimana keluaraga pasein
mengumpulkan agar bisa
specimen yang di membantu
perlukan, seperti pasien dalam
pengumpulan urine perawatan diri
24 jam dan urine dirumah
bersih. - Mempercepat
- nilai normal penanganan awal
laboraturium untuk apabila terlihat tanda
kreatinin dan bun. dan gejala yang muncul.
- Kaji berat badan dan
suhu tubuh setiap
hari. Pastikan pasien
mempunyai catatan

25
berat badan dan suhu
tubuh setiap hari.
- Tinjau ulang jadwal
untuk kunjungan
lanjut ke kantor atau
klinik transplantasi.
Pastikan pasien
mengetahui dimana
dan seberapa sering
darah perlu di
periksa. Pastikan
semua instruksi
perawatan mandiri
dan perjanjian
evaluasi di tulis.
- Anjurkan pasien
untuk berpartisipasi
penuh dalam kegiatan
perawatan diri sejak
di rumah sakit
(meminum obat
sendiri, mengukur
berat badan sendiri,
mengukur suhu,
memonitor nilai-niali
laboraturium).
- Anjurkan pasien
untuk meningkatkan
kegiatan ketika di
rumah sakit. Jika di
ijinkan, mungkin

26
pasien dapat melihat
fasilitas lain seperti
kafetaria dan toko
souvenir.
Ingatkan pasien :
Bahwa agen
imunosupresif
harus di berikan
untuk
mempertahankan
cangkokan ginjal.
Memakai gelang
waspada-medik
untuk identifikasi
diri sebagai
seorang dengan
cangkok ginjal dan
pengguna agen
imunosupresif.
Menghindari diri
dari kegiatan
olahraga kontak.
- Rujuk pasien pada
bimbingan pekerjaan
untuk bantuan
rencana kerja bila
pasien merasa siap.
- Libatkan anggota
keluarga dalam
semua penyuluhan
jika memungkinkan.

27
- Tekankan kembali
perlunya melaporkan
lebih awal tanda-
tanda

28
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1. Kasus

Ny. A usia 35 tahun dirawat setelah Transplantasi ginjal sudah sehari yang lalu, di
RS. X. Pasien mengatakan nyeri pada bagian LLQ abdomen belakang dengan skala nyeri
4 dari skala nyeri 1-10 nyeri dirasakan hilang timbul karena luka pembedahan transplantasi
ginjal dan nyeri dirasakan pada malam hari. Pasien mengatakan sulit untuk kekamar mandi
karena masih terasa nyeri saat bangun. Pasien mengatakan mempunyai riwayat gagal ginjal
selama 1 tahun yang lalu. Tekanan darah 100/80 mmHg, Suhu 370 C, Nadi 103x/menit,
Pernafasan 25 x/menit. Klien tampak meringis. Klien tampak terpasang kateter. Warna
urine terlihat pekat, BAK 250 cc/hari. Pemeriksaan fisik, panjang luka 5 cm, bentuk luka
jahitan, luka sudah mulai mongering. Pemeriksaan evaluasi post operasi dilakukan setelah
16 hari, hal ini dikarenakan produksi urine dan hasil laboratorium pasien baik. Hasil
pemeriksaan didapatkan PSV arterti ren transplan 111,37 cm/s dengan Ac time 30 cm/s
dan RI index arteria interlobaris ren transplan sebesar 0,47. Tidak didapatkan adanya
gambaran anechoic di regio perirenal maupun regio iliaca dextra. Stabilnya kondisi pasien
dengan baiknya hasil evaluasi maka pada hari kesembilan belas pasien dipulangkan.

29
ASUHAN KEPERAWATAN TRANSPLANTASI GINJAL

3.2. Pengkajian
Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Usia : 35 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Negara : Indonesia
Alamat : Kp. Kelabu

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. F
Usia : 38 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Alamat : Kp. Kelabu

3.3. Keluhan Utama


Klien mengatakan nyeri pada bagian LLQ abdomen belakang dengan skala nyeri 4 dari
skala nyeri 1-10 nyeri dirasakan hilang timbul karena luka pembedahan transplantasi ginjal
dan nyeri dirasakan pada malam hari. Pasien mengatakan sulit untuk kekamar mandi
karena masih terasa nyeri saat bangun.

3.4. Keluhan Riwayat Dahulu


Klien mengalami gagal ginjal selama satu tahun yang lalu.

3.5. Keluhan Riwayat Keluarga


Keluarga klien mengatakan tidak memiliki penyakit TB, hypertensi, DM.

3.6. Pemeriksaan Fisik


- Keadaan Umum : Baik

30
- Tingkat Kesadaran : CM
- TTV : Tekanan darah 100/80 mmHg, Suhu 370 C, Nadi 103x/menit, Pernafasan 25
x/menit.
- Status sirkulasi dan kehilangan darah : luka insisi terdapat pada LLQ, panjang luka 5
cm, bentuk luka jahitan, luka sudah agak mengering.
- Nyeri : nyeri pada bagian LLQ abdomen belakang dengan skala nyeri 4 dari skala nyeri
1-10 nyeri dirasakan hilang timbul karena luka pembedahan transplantasi ginjal dan
nyeri dirasakan pada malam hari. Pasien mengatakan sulit untuk kekamar mandi karena
masih terasa nyeri saat bangun
- Drainase ; Warna urine terlihat pekat, BAK 250 cc/hari.
- Inspeksi : terdapat luka insisi transplantasi ginjal
- Auskultasi : Tidak adanya reflug
- Perkusi : Tidak ada suara timpani
- Palpasi : Tidak ada benjolan

3.7. Pemeriksaan Penunjang


Hasil pemeriksaan didapatkan PSV arterti ren transplan 111,37 cm/s dengan Ac time 30
cm/s dan RI index arteria interlobaris ren transplan sebesar 0,47. Tidak didapatkan adanya
gambaran anechoic di regio perirenal maupun regio iliaca dextra.

31
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS: Pasien mengatakan nyeri Nyeri akut Insisi luka operasi,
DO: spasme otot, atau
- Klien tampak meringis adanya distensi
- Tanda-tanda Vital: abdomen/kandung
Tekanan darah 100/80 mmHg kemih
Suhu 370 C
Nadi 103x/menit
Pernafasan 25 x/menit.
- Nyeri
P: Luka pembedahan
transplantasi ginjal
Q : Nyeri di rasakan hilang
timbul
R : Pada bagian LLQ
abdomen belakang
S : Skala nyeri 4 dari skala
nyeri 1-10 nyeri
T : Nyeri dirasakan pada
malam hari.
2 DS: Pasien mengatakan sulit untuk Perubahan eliminasi Transplantasi ginjal,
kekamar mandi karena masih terasa urine penolakan, obat-
nyeri saat bangun. obatan nefrotoksik,
DO: gagal ginjal
- Klien tampak terpasang kateter
- Warna urine terlihat pekat
- BAK 250 cc/hari.

32
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri (akut) berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme otot, atau adanya
distensi abdomen/kandung kemih
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan transplantasi ginjal, penolakan, obat-
obatan nefrotoksik, gagal ginjal.

RENCANA KEPERAWATAN

NO NO. TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA KEPERAWATAN TTD


DX HASIL
I Setelah dilakukan tindakan a. Kaji keadaan umum pasien
keperawatan selama 2 x 24 b. Monitor TTV
jam diharapkan c. Kaji skala nyeri, lokasi,
pengurangan rasa nyeri dan penyebab, waktu.
gangguan rasa nyaman d. Atur posisi yang nyaman
e. Anjurkan untuk istirahat baring
Kriteria Hasil : di tempat tidur
a. Pasien dapat f. Ciptakan lingkungan yang
toleransi terhadap tenang
rasa nyeri g. Ajarkan tehnik relaksasi (latih
b. Ungkapkan rasa nafas dalam)
nyeri berkurang atau h. Beri kesempatan untuk istirahat
hilang selama nyeri, buat jadwal
c. Ekpresi wajah aktifitas bila nyeri berkurang
tenang i. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgetik,
oksigen dan pemeriksaan
penunjang

33
j. Berikan obat pengurang rasa
sakit dan observasi 30 menit
kemudian

II Setelah dilakukannya a. Kaji intake dan output pasien


tindakan keprawatan selama b. Catat warna urine adanya
2 x 24 jam diharapkan bekuan
pasien dapat c. Amati dan pertahankan
mempertahankan eliminasi terhadap patensi serta drainase
urine urine pada setiap kateter
Kriteria Hasil : d. Pertahankan banyaknya
- Pasien akan volume cairan intravena untuk
mempertahankan membilas ginjal sesuai
keluaran urine yang program
adekuat e. Beritahu dokter terhadap
adanya kebocoran urine pada
balutan abdomen, nyeri
abdomen hebat atau distensi
abdomen
f. Bila pasien oliguri progresif,
teliti pemeriksaan fungsi
ginjal, kaji status hidrasi dan
beritahu dokter

34
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

Pada kasus ini, transplantasi ginjal menyerang seorang wanita dengan usia 35 tahun dan
sudah menikah, pada penelitian (SIAPA?)tidak ditemukan laki-laki atau perempuan yang lebih
banyak melakukan transplantasi sedangkan berdasarkan usia sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa untuk usia dilakukan transplantasi adalah 13-36 tahun karena pada usia tersebut keadaan
fisik dan mental sudah siap untuk melakukan transplantasi.

4.2 Diagnosa

Pada diagnosa yang di prioritaskan antara kasus dan teori sama yaitu mengambil diagnosa
nyeri akut. Menurut teori, nyeri setelah insisi pembedahan adalah efek klinis yang biasa dijumpai
pada pasien yang telah menjalani operasi sedangkan pada kasus nyeri disebabkan karena adanya
luka insisi pembedahan transplantasi ginjal dikarenakan nyeri adalah data subjektif yang berasal
dari persepsi klien.

Pada diagnosa selanjutnya antara kasus dan teori sama yaitu mengambil diagnosa
perubahan eliminasi urine. Pada kasus dan teori, perubahan eliminasi urine disebabkan karena
pasien baru melakukan transplantasi ginjal dimana tubuh harus menyesuaikan kondisi tubuh yang
saat ini sudah berbeda karena ginjal tersebut merupakan ginjal orang lain. Tetapi pada teori dan
kasus terdapat perbedaan dalam jumlah penentuan diagnose. Pada teori mengambil 6 diagnosa
sedangkan pada kasus mengambil 2 diagnosa. Pada diagnose teori terdapat Nyeri (akut)
berhubungan dengan adanya insisi luka operasi, spasme otot, atau adanya distensi
abdomen/kandung kemih. Pada kasus ditemukan klien mengalami nyeri setelah dilakukannya
insisi pembedahan. Diagnose II pada teori, perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan
drainase urin ; resiko tinggi infeksi berhubungan denagn drainase urin sedangkan pada kasus
terjadinya perubahan eliminasi dikarenakan belum langsung menjalankan fungsinya. Diagnosa III
pada teori kelebihan atau kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urine, gagal ginjal, penolakkan tranplantasi, tingginya volume cairan intravena. Pada teori tidak

35
adanya perubahan pada intake dan output cairan. Diagnosa IV pada teori resiko terhadap infeksi
yang berhubungan dengan imunosupresi, pada kasus tidak adanya gangguan atau risiko infeki pada
imun klien dan pendonor. Diagnose V pada teori resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan
resiko dari reaksi imun transplantasi dan efek samping dari obat-obatan imunosupresi, atau
kebutuhan hemodialisa lanjut. Pada kasus tidak adanya cidera atau reaksi imun pada tranplantasi
ginjal. Diagnose VI pada teori resiko tinggi terhadap penatalaksanaan di rumah berhubungan
dengan kurang pengetahuan tentang perawatan diri, riwayat ketidak patuhan. Pada kasus tidak
adanya kurang pengetahuan pada klien serta klien mengetahui perawatan diri setelah transplantasi
ginjal.

4.3 Intervensi

Pada teori, intervensi dibuat sesuai dengan diagnose keperawtan yang ada dan
menggunakan rasional. Sedangkan pada kasus, intervensi di buat berdasarkan diagnose tetapi tidak
menggunakan rasional. Sementara untuk tujuan dan kriteria hasil pada kasus diambil dari keluhan
yang ada sesuai dengan NIC dan NOC. Dan pada teori tujuan dan kriteria hasil lebih spesifik
dibandingkan pada kasus.

36
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Transplantasi ginjal menyerang seorang wanita dengan usia 35 tahun dan sudah
menikah, pada penelitian tidak ditemukan laki-laki atau perempuan yang lebih banyak
melakukan transplantasi sedangkan berdasarkan usia sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa untuk usia dilakukan transplantasi adalah 13-36 tahun karena pada usia tersebut
keadaan fisik dan mental sudah siap untuk melakukan transplantasi.

Pada diagnosa yang di prioritaskan antara kasus dan teori sama yaitu mengambil
diagnosa nyeri akut. Pada kasus dan teori, nyeri disebabkan karena adanya luka insisi
pembedahan transplantasi ginjal dikarenakan nyeri adalah data subjektif yang berasal dari
persepsi klien.

Pada diagnosa selanjutnya antara kasus dan teori sama yaitu mengambil diagnosa
perubahan eliminasi urine. Pada kasus dan teori, perubahan eliminasi urine disebabkan
karena pasien baru melakukan transplantasi ginjal dimana tubuh harus menyesuaikan
kondisi tubuh yang saat ini sudah berbeda karena ginjal tersebut merupakan ginjal orang
lain.

5.2. Saran

Demikian makalah yang kami buat, apabila ada kekurangan mohon maklum adanya
dan mohon maaf yang sebesar-besarnya.

37
Daftar Pustaka

Adha, Huda. 2014. Proses transplantasi ginjal. Yogyakarta. Diakses di


file:///C:/Users/House/Documents/GINJAL/documentslide.com_kasustransplantginjal.pdf . Pada
tanggal 8 November 2016

Faizal. 2016. Jurnal Implementasi Medikolegal Transplantasi organ dari donor jenazah untuk
peningkatan kesehatan masyarakat. Diakses di
http://jurnal.untagsmg.ac.id/index.php/hdm/article/viewFile/308/360. Pada tanggal 09 November
2016.

Smeltzer. 2013. Keperawatan medical bedah Brunner dan Suddarth Edisi 12. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran ECG.

38

Anda mungkin juga menyukai