PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai dengan
adanya keterbatasan aliran udara yang persisten dan umumnya bersifat progresif,
berhubungan dengan respon inflamasi kronik yang berlebihan pada saluran napas dan
parenkim paru akibat gas atau partikel berbahaya.1 PPOK sering timbul pada usia
pertengahan yang berhubungan dengan berbagai faktor resiko seperti merokok, polusi
udara, usia dan lain-lain. Bila disertai dengan faktor komorbid lainnya akan memberikan
Data WHO menunjukkan tahun 1990 menunjukkan PPOK menempati urutan ke-6
sebagai penyebab utama kematian di dunia, pada tahun 2002 meningkat menempati
uurrtan ke-5, dan diperkirakan pada tahun 2030 menempati ururtan ke-3.3 Data
menunjukkan, di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta orang jumlah pasien PPOK
dengan prevalensi 5,6%. Angka ini bisa meningkat dengan makin banyaknya jumlah
perokok karena 90% penderita PPOK adalah perokok atau mantan perokok.4
Secara nasional prevalensi perokok tahun 2010 sebesar 34,7%. Prevalensi perokok
tinggi pada kelompok umur 25-64 tahun dengan rentangan 37-38,2% sedangkan
penduduk kelompok umur 15-24 tahun yang merokok tiap hari adalah mencapai
merokok dengan PPOK merupakan hubungan dosis dengan respon, semakin banyak
jumlah batang rokok yang dishisap dan semakin lama kebiasaan merokok dilakaukan
Berdasarkan data tersebut dengan tingginya angka kejadian PPOK sebagai salah satu
penyebab kematian dan hubungan nya yang sangat erat denagan kebiasaan merokok,
1
kami sebagai penulis tertarik untuk mengangkat PPOK sebagai tema bahasan dalam CRS
mempunyai angka tertinggi perokok baik rentang usia dewasa hingga usia muda.
Diharapkan dengan penulisan karya ilmiah ini dapat menambah pengetahuan dan
Metode yang dipakai dalam penulisan studi kasus ini berupa hasil
2
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Usia : 67 tahun
No. RM : 977819
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
3
tatalaksana lebih lanjut. Saat ini hari rawatan ke 2, keluhan sesak napas
- Batuk berdahak sejak 1 minggu yang lalu, berwarna putih kekuningan dan
- Demam (-), riwayat demam sebelumnya (+) 8 yang hari lalu, tidak tinggi
- Riwayat diabetes melitus (+) sejak 2 tahun yang lalu tidak kontrol
4
Riwayat penyakit keluarga :
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum
Vital Sign :
Suhu : 36,5 C
Berat badan : 50 kg
Kepala : Normosefal
5
Mata : Konjungtiva anemis -/-
Leher :
JVP : 5 + 0 cmH20
Jantung
sinistra
6
Paru depan (dada)
Perkusi : Sonor
(-/-)
Perkusi : Sonor
(-/-)
Abdomen
Perkusi : Timpani
7
Auskultasi : Bising usus (+) Normal
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb : 11,7 Ph : 7,34
Ht : 35% BE : -2,6
Klorida : 97 SGOT : 44
8
GAMBARAN RONTGEN TORAK
Kesan : Pneumonia
DIAGNOSA KERJA
DIAGNOSIS BANDING
RENCANA PENGOBATAN :
Pengobatan
- IVFD RL 12 jam/Kolf
9
- Aminofilin 25 cc + RL 25 cc via Syringe pump kec 2,1 cc/ jam
- Inj Ceftriaxon 1 x 2 gr
RENCANA PEMERIKSAAN :
- Spirometri
10
Tgl/jam Perjalanan Penyakit Pengobatan/tindakan
medis
11
BAB 3
DISKUSI
Djamil tanggal 5 Mei 2017 dengan keluhan sesak napas meningkat sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit, sesak menciut, tidak dipengaruhi aktifitas, emosi dan
cuaca. Pasien telah dirawat 4 hari di RSUD M.Zein Painan oleh dokter Spesialis
Paru, selama rawatan dilakukan Ro.Thoraks, cek labor darah dan diberikan terapi
antibiotik, karena tidak ada perbaikan dirujuk ke RSUP M.Djamil Padang untuk
tatalaksana lebih lanjut. Saat ini hari rawatan ke-2, keluhan sesak napas sudah
berkurang. Riwayat sesak napas sebelumnya tidak ada. Batuk berdahak sejak 1
minggu yang lalu, berwarna putih kekuningan dan kental. Saat ini hari rawatan
ke-2 dengan keluhan batuk berdahak sudah bekurang. Riwayat batuk sebelumnya
disangkal.
Keluhan sesak napas yang semakin meningkat, batuk berdahak dan terjadi
perubahan warna dahak dari putih encer ke kekuningan yang kental, dapat
dicurigai ke arah PPOK terutama dengan eksaserbasi akut. Gejala yang paling
sering terjadi pada pasien PPOK adalah sesak napas dan menjadi keluhan utama
akibat terganggunya aktivitas fisik pasien. Batuk kronis juga merupakan gejala
pada PPOK yang kadang bersifat ada dahak atau tanpa dahak.7
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
berat (IB=>600). Selain itu, riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan
12
tempat kerja, hipereaktivitas bronkus, riwayat infeksi saluran napas bawah
berulang, dan defisiensi antitripsin alfa 1 juga termasuk penyebab dari PPOK.8
PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema. Bronkitis kronik adalah
kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan
bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta
distorsi akibat fibrosis. Sedangkan emfisema adalah suatu kelainan anatomis paru
Nyeri dada pada pasien tidak ada. Batuk darah dan riwayat batuk darah
sebelumnya juga tidak ada. Saat ini pasien tidak mengalami demam namun
Keringat malam dan mual tidak ada namun ada keluhan muntah dan nyeri ulu
hati. Terdapat penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan sejak 1 minggu
yang lalu. Tidak terdapat kelainan pada BAK dan BAB pasien.
Selain gejala respirasi, terdapat pula gejala sistemik yang ditemukan pada
suhu tubuh baik akibat infeksi atau non infeksi. Penyebab infeksi yang paling
sering pada PPOK eksaserbasi akut antara lain kuman Streptococcus pneumonia,
riwayat hipertensi dan diabetes melitus sejak 2 tahun yang lalu dan tidak kontrol
13
hipertensi, diabetes melitus, dan keganasan pada organ lain di keluarga tidak ada.
Pada pasien terdapat riwayat merokok, laki-laki dan usia > 40 tahun yang
merupakan risiko tinggi untuk PPOK. Asap rokok dapat mengaktifkan makrofag
dari penyebab primer berupa infeksi trakeobronkial dan sekunder, antara lain:8
Pnemonia,
Gagal jantung,
Emboli paru,
Pneumotoraks spontan,
Terapi oksigen,
Nutrisi buruk,
Aspirasi berulang,
inflamasi yang didominasi neutrofil pada jalan napas, meskipun pada beberapa
14
eksaserbasi inflamasi jalan napas diperankan oleh eosinofil. Terdapat 3 derajat
1. Berhenti merokok
2. Pengunaan obat-obatan
3. Penggunaan oksigen
- Berapa dosisnya
Tanda eksaserbasi:
15
- Sputum bertambah
a) Bronkodilator
eksaserbasi akut.
c) Antibiotik
makrolid
seperti N - asetilsistein.
e) Mukolitik
f) Antitusif
seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ-organ lainnya
16
karena pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan. Pada pasien
1x750 mg yang merupakan antibiotik. Pilihan obat di atas merupakan lini pertama
pada PPOK eksaserbasi. Tujuan pemberian antibiotik pada pasien PPOK adalah
respons inflamasi yang didominasi neutrofil pada jalan napas meskipun pada
keluhan pasien berupa nyeri ulu hati. Keadaan ini merupakan keadaan yang bisa
mneyertai PPOK pasien, namun tidak selalu ada.Amlodipin tab 1x5 mg adalah
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) . Global strategy
disease. National Institute of Health. National Heart, Lung and Blood Institute.
Update 2015
http://www.who.int/respiratory/copd/en.
6. Forey BA, Thornton AJ, LeePN. Systematic review with metaanalysis of the
Publishing. 2008.
18
Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Majalah Kedokteran Indonesia. 2010;
60(12): 546-553.
19