Anda di halaman 1dari 19

Laporan Mikrobiologi Uji Daya Hambat

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam alam yang sewajar wajarnya bakteri menemui zat zat kimia yang
menyebabkan dia sampai mati karenanya. Hanya manusia di dalam usahanya untuk
membebaskan diri dari kegiatan bakteri meramu zat zat yang dapat meracuni bakteri, akan
tetapi tidak dapat meracuni diri sendiri atau meracuni zat makanan yang diperlukannya. Zat
zat yang menghambat pembiakan bakteri dengan tidak membunuhnya disebut zat antiseptic
atau zat bacteria static. Zat yang dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri
antara lain zat disenfektan dan zat antibiotic.
Zat anti biotic adalah zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain, bahkan dapat memusnahkannya. Zat
disenfektan adalah suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme
pada permukaan benda mati seperti meja,lantai,dan pisau bedah. Faktor yang mempengaruhi
aktifitas antimikroba invitro antara lain adalah PH lingkungan, komponen komponen
medium, takaran inokolum, lamanya inkubasi dan aktifitas metabolism organism.
Oleh karena itu dilakukannya
percobaan uji daya hambat mikroba untuk membantu mengidentifikasi daerah hambat suatu
zat anti microbial terhadap mikroorganisme. Dengan adanya zat antimicrobial, pertumbuhan
mikroorganisme yang bersifat pathogen dapat dihambat dan dimatikan sehingga membantu
manusia mengatasi penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Mengetahui factor yang mempengaruhi ukuran diameter zona hambatan.
2. Mengetahui daya hambat mikroba terhadap anti biotic yang digunakan.
3. Mengetahui factor factor yang mempengaruhi hasil hasil pengujian.

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

Mikroorganisme menyatakan suatu keadaan mikroorganisme yang meskipun masih


hidup ( viable ) tetapi tidak mengadakan multiplikasi. Terjadinya keadaan mikrobiastis dapat
disebabkan oleh pengaruh fisik seperti , pengeringan , immobilitasi air sel dengan larutan yang
tekanan osmotisnya tinggi, atau dengan gabungan dari cara cara tersebut. Mikrobiostatis
kimia dapat disinfiksi adalah dua ungkapan yang perbedannya terletak pada apa yang diartikan
dengan mematikan secara cepat ( yaitu disenfeksi ) dan apa yang diartikan dengan mematikan
secara lambat ( yaitu mikrobiostatis ). Zat zat kimia yang merupakan tipe umum dari
mikrobiostatis kimia terdiri dari tiga macam yaitu zat warna aniline, sulfonamide, dan
antibiotic ( Irianto, 2006 ).
Zat zat yang menghambat pembiakan secara bakteri dengan tiada membunuhnya
disebut zat antiseptic atau zat bakteriostatik. Zat yang dapat membunuh bakteri disebut
disenfektan, germisida atau bakterisida. Ada disenfektan yang membunuh bakteri dengan tidak
merusaknya sama sekali, tetapi zat zat kimia seperti basa dan asam organic menyebabkan
hancurnya bakteri dan mungkin terjadi kehancuran ini akibat dari suatu hidrolisis. Kerusakan
bakteri pada umumnya dibagi atas 3 golongan yaitu oksidasi, koagulasi atau penggumpalan
protein, depresi dan ketegangan permukaan ( Dwidjoseputro,2005
).
Pada umumnya bakteri yang muda kurang daya tahannya terhadap disenfektan dari
pada bakteri yang tua. Faktor factor yang mempengaruhi daya disenfektan antara lain pekat
encernya kosentrasi, kenaikan temperature menambah daya disenfektan, medium juga dapat
menawarkan disenfektan. Susu , plasma darah dan zat zat lain yang serupa protein sering
melindungi bakteri terhadap pengaruh disenfektan tertentu ( Dwidjoseputro,2005 ).
Beberapa disenfektan dan antiseptic , zat zat yang dapat membunuh atau
menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas gram gram logam , fenol dan senyawa
- senyawa lain yang sejenis, formal dehida , alkohol, yodium klor dan persenyawaan klor, zat
warna , detergen , sulfona muda, dan antibiotic ( Dwidjoseputro,2005 ).
Menurut Waksman, antibiotic adalah zat zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme ,
dan zat zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan
mikroorganisme yang lain. Antibiotik yang pertama dikenal adalah penisilin, suatu zat yang
dihasilkan oleh jamurpenicilium. Sp. Penisilin ditemukan oleh flerning pada tahun 1929,
namun baru sejak tahun 1943 antibiotik ini banyak digunakan sebagai pembunuh bakteri.
Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri dikatakan mempunyai spectrum luas,
sebaliknya antibiotic yang hanya efektif untuk spesies tertentu mempunyai spectrum yang
sempit. Sebelum suatu antibiotic digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah
terlebih dahulu antibiotic diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Sesuai dengan
keperluan , maka suatu antibiotic dapat diberikan kepada seorang pasien dengan jalan
penyuntikan dapat dilakukan dengan intra moskular ( Dwidjoseputro,2005 ).
Kekuatan antibiotic yang diproduksi harus disesuaikan dengan
Internasional Standard Sample dan satuan internasional. Pada umumnya contoh baku
internasional dari suatu antibiotic mengandung sejumlah antibiotic yang telah dimurnikan
secara teliti, baik terhadap kekuatannya maupun keaktifannya. Ada beberapa cara untuk
menentukan preparat antibiotic. Penentuan kekuatan ini dapat dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut, menghitung daerah penghambatan dalam dalam lempeng agar dapat menentukan
kosentrasi terkecil yang masih dapat menghambat pertumbuhan ( MIC ) dari suatu antibiotic
terhadap organisme yang belum diketahui , dan untuk mengetahui konsentrasi antibiotic yang
dapat tercapai dalam cairan tubuh atau jaringan ( Irianto, 2006 ).
Berdasarkan luas aktifitasnya antibiotika dapat digolongkan atas zat zat dengan
aktifitas sempit dan zat zat dengan aktifitas luas , adapun penggolongan antibiotika adalah
sebagai berikut golongan penisilin , golongan sefalosparin, golongan aminoglikosida ,
golongan chlorampenicol, golongan tetrasidin, golongan makrosida, golongan quinolon (
Waluyo,2004 ).
Pada mulanya diduga mekanisme aktifitasnya antimikroba adalah antagonisme
kompetitif, tetapi nyatanya organisme kompetitif jarang terjadi. Kebanyakan zat antimikroba
yang efektif kerjanya mengganggu sintesis penyusunan atau komponen komponen
makromolekul sel. ( Irianto, 2006 ).
Beberapa Disinfektan dan Antiseptik
a. Logam-logam Berat
Logam berat berfungsi sebagai antimikroba oleh karena dapat mempresipitasikan
enzim - enzim atau protein esensial dalam sel. Logam-logam berat yang umum dipakai adalah
Hg, Ag, As, Zr dan Cu. Daya antimikroba dari logam berat, dimana pada konsentrasi yang
kecil saja dapat membunuh mikroba dinamakan daya oligodinamik. Tetapi garam dari logam
berat ini mudah merusak kulit, merusak alat - alat yang terbuat dari logam, dan harganya mahal
(Dwidjoseputro, 2005).
b. Fenol dan Senvawa-senyawa Sejenis
Fenol (asam karbol) untuk pertama kalinya dipergunakan Lister di dalam
ruang bedah sebagai germisida, untuk mencegah timbulnya infeksi pasca bedah. Pada
konsentrasi yang rendah (2 - 4%), daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan
protein secara aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan cara menurunkan
tegangan permukaannya. Fenol merupakan standar pembanding untuk menentukan aktivitas
atau khasiat suatu disinfektan (Dwidjoseputro, 2005).
Kresol (kreolin) lebih baik khasiatnya dari pada fenol. Lisol adalah disinfektan yang
berupa campuran sabun dengan kresol, lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan
lainnya (Dwidjoseputro, 2005).
Karbol adalah nama lain dari fenol. Seringkali orang mencampurkan baubauan yang
sedap, sehingga disinfektan menjadi lebih menarik (Dwidjoseputro, 2005).
c. Alkohol
Alkohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan
disinfeksi. Alkohol mendenaturasikan protein dengan jalan dehidrasi, dan juga merupakan
pelarut lemak. Oleh karena itu, membran sel sel akan rusak, dan enzim - enzim akan
dinonaktifkan oleh alkohol. Etanol murni kurang daya bunuhnya terhadap mikroba Jika
dicampur dengan air murni, efeknya menjadi lebih baik Alkohol 50 - 70% banyak
dipergunakan sebagian disinfektan (Dwidjoseputro, 2005).
Ada 3 jenis alkohol yang dipergunakan sebagai disinfektan, yaitu metanol, etanol, dan
isopropanol. Menurut ketentuan, semakin tinggi berat molekulnya, semakin meningkat pula
daya disinfektannya. Oleh karena itu, diantara ketiga jenis alkohol tersebut isopropil alkohol
adalah yang paling banyak digunakan. Yang banyak dipergunakan dalam praktek adaiah
larutan alkohol 70 80% dalam air. Konsentrasi di atas 90% atau dibawah 50% biasanya
kurang efektif kecuali untuk isopropil alkohol yang masih tetap efektif sampai konsentrasi
99%. Waktu yang diperlukan untuk membunuh sel-sel vegetatif cukup 10 menit, tetapi untuk
spora tidak (Dwidjoseputro, 2005).
d . Aldehid
Cara bekerjanya aldehid ialah dengan cara membunuh sel mikroba dengan
mendenaturasikan protein. Larutan formaldehid (CH2O) 20% dalam 65-70% alkohol
merupakan cairan pensteril yang sangat baik apabila aiat-alat direndam selama 18 jam. Akan
tetapi karena meninggalkan residu, maka alat-alat tersebut harus dibilas dulu sebelum dipakai.
Senyawa lain aldehid, yakni glutaraldehid merupakan solusi seefektif formaldehid, terutama
bila pH-nya 7,5 atau lebih. Stafilokokusdan Iain-lain sel vegetatif akan dimatikan dalam waktu
5 menit,Mycobacterium tuberculosis dan virus dalam waktu 10 menit, sedangkan untuk
membunuh spora diperlukan 3-12 jam. Senyawa tersebut bersifat nontoksik dan tidak iritatif
bagi manusia (Dwidjoseputro, 2005).
e. Yodium
Larutan yodium, baik dalam air maupun dalam alkohol bersifat sangat antiseptik dan
telah lama dipakai sejak lama sebagai antiseptik kulit sebelum proses pembedahan
(Dwidjoseputro, 2005).

BAB III
METODE KERJA

3.1 Waktu danTempat


Pratikum kali ini tentang uji daya hambat mikroba dilaksanakan pada hari kamis
tanggal 28 April 2011 pukul 11.30 15.00 WITA,dilanjutkan pengamatan pada hari jumat
tanggal 29 April 2011 pukul 10.00 12.00. Bertempat dilaboratorium Mikrobiologi dan
Bioteknologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Mulawarman
Samarinda.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Laminar Air Flow Cabinet
4. Jarum ose
5. Lampu bunsen
6. Lidi dengan ujung kapas seteril
7. Spidol
8. Penggaris
9. Pensil
10. Pinset
11. Cawan petrids
12. Neraca Analitik
13. Inkubator
14. korek
3.2.2 Bahan bahan
1. Ampicillin 0,0125 gr
2. Amoxillin 0,0125 gr
3. Chlorampenichol 0,0125 gr
4. Detergen
5. Wipol
6. Detol
7. Listerin
8. Bayclin
9. Media LBA
10. Biakan bakteri Staphylococcus aureus
11. Larutan NaCl 0,9%
12. Alkohol 70%
13. Aquades

3.3 Cara kerja


3.3.1 Uji daya hambat mikroba menggunakan antikbakteri
1. Diseterilkan tangan dengan Alkohol 70%
2. Disiapkan cawan petrids erisi LBA padat kemudian cawan di bagi empat kuadran
3. Di tempelkan kertas label yang telah di tulis larutan wipol, listerin, Bayclin, detol pada
masing masing titik kuadran di cawan petri
4. Disiapkan susupensi bakteri yang sudah distandarisasi kekeruhnya
5. Di celupkan lidi berujung kapas ke dalam biakan bakteri Staphylococcus aureus yang telah
dicampur dengan 0,9% NaCl
6. Disuapkan secara vertikal dan horizontal pada permukaan LBA sampai tertutup seluruh
permukaanya
7. Dipanaskan pinset diatas lampu bunsen, dan pinggiran cawan petri yang berisikertas cakram
8. Diambil satu paper disc (kertas cakram), kemudian dicelupkan kedalam antisepik detol
menggunakan pinset
9. Dipanaskan pinggir cawan petri yang berisi media LBA, di letakkan peper disc pada cawan
petri yang telah diberi kertas label
10. Diulangi langkah 7, 8, dan 9 untuk wipol, listerin, dan bayclin
11. Diinkubasi pada temperatur 370C selama 24 jam
12. Di amati dan diukur diameter hambatnya kemudian dihitung.
3.3.2 Uji daya hambat mikroba menggunakan Desinfektan
1. Disiapkan cawan petrids berisi media LBA padat, kemudian cawan di bagi empat kuadran
2. Di tempelkan kertas label yang telah di tulis larutan ampicillin, amoxillin, Deterjen,
Chlorampenichol pada masing masing titik kuadran pada cawan petri
3. Disiapkan susupensi bakteri yang sudah distandarisasi kekeruhnya
4. Di celupkan lidi berujung kapas ke dalam biakan bakteri Staphylococcus aureus yang telah
dicampur dengan 0,9% NaCl
5. Disuapkan secara vertikal dan horizontal pada permukaan LBA sampai tertutup seluruh
permukaanya
6. Dipanaskan pinset diatas lampu bunsen, dan pinggiran cawan petri yang berisikertas cakram
7. Diambil satu paper disc (kertas cakram), kemudian dicelupkan kedalam desinfektan
ampicillin menggunakan pinset
8. Dipanaskan pinggir cawan petri yang berisi media LBA, di letakkan peper disc pada cawan
petri yang telah diberi kertas label
9. Diulangi langkah 6, 7, dan 8 untuk amoxillin, detergen, dan Chlorampenichol
10. Diinkubasi pada temperatur 370C selama 24 jam
11. Di amati dan diukur diameter hambatnya kemudian dihitung.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Tabel hasil pengamatan uji daya hambat mikroba
4.1.1.1 Antibakteri
Antibakteri Keterangan

a. Chloramphenicol
b. Detergen
c. Amphisillin
d. Amoxillin

4.1.1.2 Desinfektan
Desinfektan Keterangan
a. Wipol
b. Detol
c. Bayclin
d. Listerin

4.2 Perhitungan
4.2.1 Antibakteri
4.2.1.1 Chloramphenichol
Diameter zona bening
N1 : 25 N5 : 21
N2 : 23 N6 : 22
N3 : 20 N7 : 25
N4:22 N8 :27
90 95 : 90 + 95 : 185
: 185 : 23,125
8
Indeks daya hambat : Diameter zona bening Diameter cakram
Diameter cakram
: 23,125 - 6
6
: 2,8542 mm
4.2.1.2 Deterjen
Diameter zona bening
N1 : 26 N5 : 32
N2 : 26 N6 : 33
N3 : 28 N7 : 31
N4:32 N8 :27
112 123 : 112 + 123 : 235
: 235 : 29,375
8
Indeks daya hambat : Diameter zona bening Diameter cakram
Diameter cakram
: 29,375 - 6
6
: 3,8958 mm

4.1.2.3 Amhisillin
Diameter zona bening
N1 : 21 N5 : 25
N2 : 22 N6 : 24
N3 : 22 N7 : 24
N4:24 N8 :23
89 96 : 89 + 96 : 185

: 185 : 23,125
8
Indeks daya hambat : Diameter zona bening Diameter cakram
Diameter cakram
: 23,125 - 6
6
: 2,8542 mm
4.2.1.4 Amoxillin
Diameter zona bening
N1 : 0 N5 : 0
N2 : 0 N6 : 0
N3 : 0 N7 : 0
N4:0 N8 :0
0 0 :0 + 0 : 0
: 0 : 0
8
Indeks daya hambat : Diameter zona bening Diameter cakram
Diameter cakram
: 0 - 6
6
: 0

4.2.2 Disenfektan
4.2.2.1 Detol
Diameter zona bening
N1 : 32 N5 : 41
N2 : 32 N6 : 35
N3 : 36 N7 : 36
N4:38 N8 :37
138 19 : 138 + 149 : 287
: 287 : 35,875
8

Indeks daya hambat : Diameter zona bening Diameter cakram


Diameter cakram
: 35,875 - 6
6
: 4,9792 mm
4.2.2.2 Wipol
Diameter zona bening
N1 : 32 N5 : 39
N2 : 35 N6 : 37
N3 : 40 N7 : 33
N4:42 N8 :32
149 141 : 149 + 141 : 290
: 20 : 36,25
8
Indeks daya hambat : Diameter zona bening Diameter cakram
Diameter cakram
: 36,25 - 6
6
: 5,04167 mm

4.2.2.3 Bayclin
Diameter zona bening
N1 : 22 N5 : 39
N2 : 24 N6 : 37
N3 : 25 N7 : 33
N4:26 N8 :23
97 99 : 97 + 99 : 196
: 196 : 24,5
8
Indeks daya hambat : Diameter zona bening Diameter cakram
Diameter cakram
: 24,5 - 6
6
: 3,6833
4.2.2.4 Listerin
Diameter zona bening
N1 : 0 N5 : 0
N2 : 0 N6 : 0
N3 : 0 N7 : 0
N4:0 N8 :0
0 0 :0 + 0 : 0
: 0 : 0
8
Indeks daya hambat : Diameter zona bening Diameter cakram
Diameter cakram
: 0 - 6
6
: 0

4.3 Pembahasan
Antibiotik adalah golongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yng mempunyaiefek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia dalam organisme khususnya dalam proses
infeksi oleh bakteri (Dwidjoseputro, 2005).
Penggunaan antbiotik khususnya berkaian dengan pengobatan penyakit infeksi,
meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetka juga digunakan sebagai alat seleksi
terhadap muatan atau transform. Antibiotik bekerja seperti peptida dengan menekan atau
memutus suatu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalh bakteri, antibioika berbeda
dengan disenfektan cara kerjanya (Dwidjoseputro, 2005).
Desinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetativ belum tentu mematikan
bentuk sepora mikroorganisme penyebab suatu penyakit kelompok utama desinfektan yaitu
fenol, alkohol, detergen, hologen. Cara kerja zat zat kimia dalam mematikan atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme, bebeda beda antara lain dengan merusak
dinding sel, mengubah permeabilitas sel, mengubah molekul protein dan asam amino yang
memiliki mikroorganisme, menghsmbst kerja enzim, menhambat simiosis asam nukleat dan
protein, serta sebagai anti metabolit (Dwidjoseputro, 2005)
Desinfektan digunakan untuk menghambat ertumbuhan mikroorganisme pada benda
benda mati seperti meja, lantai, objek glass dan lain lain. Desinfektan sangat penting bagi
rumah sakit dan klinik. Desinfektan akan memebantu mecegah infeksi terhadap pasien yang
berasal dari peralatan maupun dari hal medis yang ada dirumah sakit dan juga memebantu
mencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien. Desinfektan fungsinya bahan kimia
yang digunakan untuk mencegah terjadinya enfeksi atau pencemaran oleh jasad renik, dan agar
untuk membasmi kuman penyakit desinfektan tidak memiliki daya pentrasi sehingga tidak
mampu memebunuh mikroorganisme yang terdapat didalam celah atau cemaran
(Dwidjoseputro, 2005).
Baterisiada adalah suatu bahan yang mematikan bentuk bentuk bakteri, bakteriostatis
adalah suatu keadaan yang menghambat pertumbuhan bakteri (waluyo, 2004)
Staphylococcus areus adalh bakteri berbentuk coccus, gram negatif, farmasi staphylae,
mengeluarkan endotoxin, tdak bergerak, tidak mampu membentuk spoa, fakultatf anerob,
sangat tahan terhadap pengeringan, mati pada suhu 600C setelah 60 menit, meruppakan flora
normal pada kulit dan saluran pernapasan bagian atas (Waluyo, 2004).
Pada percobaan ini yatu uji daya hambat mikroba digunakan 3 antibiotik, 1 detejen dan
empat disenfektan dan digunakan bakteri Staphylococcus areus. Diperoleh zat yang memiliki
zona hambat terbesar adalah detergen 29,375 mm dan indeks daya hambatnya 3,89 mm,
kemudian detol dengan zona hambat 35,87 mm dan indeksnya 4,9 mm, kemudian amphisillin
dengan zona hambat 23,12 mm dan indeksnya 2,85 mm kemudian chloramphenicol dangan
hambat 23,12 mm dan 2,8 mm, sedangkan listeri dan amoxillin tidak mempengaruhi dalam
menghambat bakteri dengan tidak adnya zona hambat.
Faktor kesalahan pada pratikum ini adalah menyulap media LBA tidak sampai rata
pada permukaanya LBA, sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba, pinset
dipanaskan terlalu panas dan tidak dianginkan terlebih dahulu sehingga dapat membunuh
mikroba.

f. Klor dan Senyawa Klor


Klorin bebas memiliki warna khas (hijau) dan bau yang tajam. Sudah lama klorin
dikenal sebagai deodoran dan disinfektan yang sangat baik. Klorin dijadikan standar
pengolahan air minum di seluruh lingkungan. Sayangnya kebanyakan senyawa klorin
diinaktifkan bahan-bahan organik dan beberapa katalisator logam (Dwidjoseputro, 2005).
g. Peroksida
Peroksida hidrogen (H202) merupakan antiseptik yang efektif nontoksik. Molekulnya
tidak stabit dan apabila dipanaskan akan teurai menjadi air dan oksigen (Dwidjoseputro, 2005).
h. Zat Warna
Beberapa zat warna dapat menghambat pertumbuhan kur (bakteriostatik),
misalnya derivat akridin dan zat warna rosan Akriflavin (campuran derivat akridin
dengan senyawa I mempunyai spektrum aktivitas yang luas, dan telah lama dipergunakan untuk
mengobati infeksi traktus urinar Mekanisme kerjanya disebabkan karena akridin mampu
bereduksi dengan ADN mikrobe (Dwidjoseputro, 2005).
i. Deterjen
Sabun biasa tidak banyak khasiatnya sebagai zat pembunuh bakteri (bakterisida),
tetapi kalau dicampur denganheksaklorofen daya bunuhnya menjadi besar sekali. Sejak lama
obat pencuci yang mengandung ion (deterjen) banyak digunakan sebagai pengganti sabun.
Deterjen tidak hanya bersifat bakteriostatik, melainkan juga merupakan bakterisida. Terutama
bakteri yang bersifat Gram positif (Dwidjoseputro, 2005).
j. Suifonamida
Sejak tahun 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung
belerang sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan tidak memiliki sifat tidak merusak
jaringan manusia. Mikroba yang peka terhadap suifonamida, antara lain Streptococcus yang
mengganggu tenggorokan,Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus. Penggunaan
obat ini bila tidak dengan aturan, akan menimbulkan gejala-gejala alergi dan berakibat
kekebalan bagi mikrobe-mikrobe tertentu (Dwidjoseputro, 2005).

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pratikum uji daya hambat mikroba dapat disimpulkan bahwa :
1. Faktor faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zona hambatan adalah: kekeruhan
susupensi bakteri, waktu pengeringan, temperatur inkubasi, waktu inkubasi tebalnya agar -
agar, dan jarak antara disc obat.
2. Antibiotik yang digunakan mampu menghambat pertumbuhan mikroba yang dapat dibuktikan
dengan adanya luas wilayah jernih pada zona hambat, diantara antibiotik yang digunakan
chlorampenichol, amoxillin, ampicillin yang memilikidaya hambat terbaik adalah
chlorampenichol, ketiga antibiotikini bersifat menghambat tidak mematikan karena digunakan
dalam konsentrasi rendah.
3. Faktor faktor yang mempengaruhi hasil ujian diantaranya adalah pH lingkungan, komponen
komponen medium, stabilitas obat, takaran inokolum, lamanya inkubasi, dan aktivitas
metabolisme mikroorganisme.

5.2 Saran
Sebaiknya dalam pratikum kali ini, digunakan juga zat zat yang aktifitasnya sempit,
misalnya pada zat antibiotik dapat digunakan entromisin (hanya bersifat pada bakteri gram
positif), streptomisin dan gentamisin (hanya bersifat pada bakteri gram negatif).
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro.D. 2005. Dasar Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta


Irianto. Koes. 2006. Menguak Dunia Mikroorganisme. Yramawidya : Bandung

Waluyo. Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Umm : Malang


I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh
mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup.
Secara umum, antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan. Obat-obatan seperti
antibiotik misalnya, membunuh mikroorganisme secara internal, sedangkan disinfektan berfungsi
sebagai zat untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda yang tidak
bernyawa(Waluyo,2005).

Diantara zat antiseptik yang umum digunakan diantaranya adalah alkohol, iodium, hidrogen
peroksida dan asam borak. Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-
beda.Kekuatan suatu zat antiseptik biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuatan
zat antiseptik tertentu terhadap kekuatan antiseptik dari fenol (pada kondisi dan mikroorganisme
yang sama), atau yang lebih dikenal sebagai koefisien fenol (coefficient of phenol). Fenol sendiri,
pertama kali digunakan sebagai zat antiseptik oleh Joseph Lister pada proses
pembedahan(Waluyo,2005).
Beberapa antiseptik merupakan germisida, yaitumampu membunuh mikroba, dan ada pula yang
hanya mencegah atau menunda pertumbuhan mikroba tersebut. Antibacterialadalah antiseptik
hanya dapat dipakai melawan bakteri.Pembersih tangan merupakan salah satu
produk antiseptik.Dalam pembuatan pembersih tangan ini digunakan alkohol (etanol) dari kulit
pisang, karena alkohol mempunyai potensi sebagai antiseptik yang cukup optimal pada kadar
70%(Waluyo,2005).
Desinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif belum tentu mematikan bentuk spora
mikroorganisme penyebab suatu penyakit. Desinfektan digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada benda-benda mati seperti meja, lantai, objek glass dan lain-
lain. Kelompok utama desinfektan adalah fenol, alkohol, aldehid, halogen, logam berat, detergen,
dan kemosterilisator gas. Cara kerja zat-zat kimia dalam mematikan atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme berbeda-beda antara lain dengan: merusak dinding sel, mengubah
permeabilitas sel, mengubah molekul protein dan asam amino yang dimiliki mikroorganisme,
menghambat kerja enzim, menghambat sintesis asam nukleat dan protein, serta sebagai
antimetabolit (Waluyo,2005).

B.Tujuan
1.Mengenal berbagai jenis desinfektan dan antiseptik

2.Mengetahui efektivitas suatu desinfektan dan antiseptik dalam mematikan ataupun


menghambat pertumbuhan mikroorganisme

3.Mengetahui kekuatan antibiotik terhadap pertumbuhan mikroorganisme

II.MATERI DAN METODE


1. Materi
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu cawan petri, tabung reaksi, cotton bud steril,
pipet tetes steril, pembakar spiritus, pinset, dan kertas cakram. Bahan yang digunakan pada
praktikum kali ini yaitu desinfektan (bayclin), antibiotik (tetracycline), dan antiseptik (tisue basah).
B.Metode
1.Antibiotik

Antibiotik (tetracycline)
Diambil dengan menggunakan pipet tetes pada tabung reaksi
Diteteskan di kertas cakram
Difiksasi di atas bunsen
Koloni bakteri
Diambil dengan menggunakan dengan cotton bud steril
Dilownkan ke cawan petri
Antibiotik pada kertas cakram
Diambil dengan pinset
Diletakkan di tengah cawan petri
Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 37oC
Diamati daerah hambatan pertumbuhan
Diukur diameter zona hambatnya
Aiukur sensitivitas antibiotik
Dibandingkan dengan table penilaian diameter zona hambat
Hasil
2.Antiseptik

Jempol tangan yang belum terkena alcohol


Ditempelkan pada sisi cawan petri before (B)
Jempol tangan yang sama
Diberi antiseptik (tisue basah)
Ditempelkan pada sisi cawan petri after (A)
Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 37oC
Hasil
3.Desinfektan

Cotton bud I
Dimasukkan ke dalam peptone water
Diulas pada kaca jendela
Dilownkan pada sisi cawan petri before (B)
Cotton bud II
Dimasukkan ke dalam desinfektan (bayclin)
Dilownkan pada sisi cawan petri before (B)
Cotton bud III
Dimasukkan ke dalam peptone water
Diulas pada kaca jendela
Diulas ke kaca jendela yang sudah di ulas bayclin
Dilownkan pada sisi cawan petri after (A)
Diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 37oC
Hasil

III.HASIL DAN PEMBAHASAN


A.Hasil
Antibiotikmemilikiberbagaijenismekanismekerjanyadalammembunuhataupunmenginhib
yang umumdari antibiotic ataupun antimicrobial adalahsebagai inhib
Gambar 3.1 sintesisasamnukleat,dan inhibitor fungsiribosom. Tetracycline berasaldarij
Antibiotik viridifaciens.Tetracycline termasuksensitifdalammenghambatpertumbuhanbakteriE.co
(tetracycline) (d1) yaitu 28 mm danzonahambat yang kedua (d2) yaitu 27 mm sehinggadihasilkanzo

Gambar
3.2Antiseptik Pertumbuhanmikrobapada media yang diberiantiseptiklebihsedikitdibandin
(tisue basah) Betadineefektifdalammenghambatpertumbuhanmikroba.

Gambar
3.3Desinfektan Pertumbuhanmikrobapada media yang diberidesinfektan (pembersihkaca) lebihsedikit
(bayclin) (pembersihkaca). Pembersihkacakurangefektifdalammenghambatpertumbuhanmikrob
1. Pembahasan

1. Jenis desinfektan dan antiseptik


Antimikroba adalah suatu bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme
mikroorganisme. Pemakaian bahan antimikroba merupakan suatu usaha untuk mengendalikan
bakteri maupun jamur, yaitu segala kegiatan yang dapat menghambat, membasmi, atau
menyingkirkan mikroorganisme. Tujuan utama pengendalian mikroorganisme untuk mencegah
penyebaran penyakit dan infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan
mencegah pembusukan dan perusakan oleh mikroorganisme. Ada beberapa hal yang harus
dipenuhi oleh suatu bahan antimikroba, seperti mampu mematikan mikroorganisme, mudah larut
dan bersifat stabil, tidak bersifat racun bagi manusia dan hewan, tidak bergabung dengan bahan
organik, efektif pada suhu kamar dan suhu tubuh, tidak menimbulkan karat dan warna,
berkemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap, murah dan mudah didapat (Pelczar dan
Chan, 1988).

Antimikroba menghambat pertumbuhan mikroba dengan cara bakteriostatik atau bakterisida.


Hambatan ini terjadi sebagai akibat gangguan reaksi yang esensial untuk pertumbuhan. Reaksi
tersebut merupakan satu-satunya jalan untuk mensintesis makromolekul seperti protein atau asam
nukleat, sintesis struktur sel seperti dinding sel atau membran sel dan sebagainya. Antibiotik
tertentu dapat menghambat beberapa reaksi, reaksi tersebut ada yang esensial untuk
pertumbuhan dan ada yang kurang esensial (Pelczar dan Chan, 1988).

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antimikroba dibagi dalam lima kelompok, yaitu:

1. Antimikroba yang mengganggu metabolisme sel mikroba


2. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba
3. Antimikroba yang mengganggu permeabilitas membran sel mikroba
4. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba
5. Antimikroba yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba
(Pelczar dan Chan, 1988).

Desinfektan adalah zat kimia yang mematikan sel vegetatif belum tentu mematikan bentuk spora
mikroorganisme penyebab suatu penyakit. Desinfektan digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada benda-benda mati seperti meja, lantai, objek glass dan lain-
lain. Kelompok utama desinfektan yaitu fenol, alkohol, aldehid, halogen, logam berat, detergen,
dan kemosterilisator gas. Cara kerja zat-zat kimia dalam mematikan atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme berbeda-beda antara lain dengan merusak dinding sel, mengubah
permeabilitas sel, mengubah molekul protein dan asam amino yang dimiliki mikroorganisme,
menghambat kerja enzim, menghambat sintesis asam nukleat dan protein, serta sebagai
antimetabolit (Waluyo,2005).
Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh
mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup.
Secara umum, antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan. Obat-obatan seperti
antibiotik misalnya, membunuh mikroorganisme secara internal, sedangkan disinfektan berfungsi
sebagai zat untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat pada benda yang tidak bernyawa
(Waluyo, 2005).

Contoh beberapa antiseptik :

1. Rivanol memiliki zat aktif berupa etakridin laktat yang bersifat bakteriostatik yaitu
menghambat pertumbuhan kuman. Rivanol tidak terlalu menimbulkan iritasi dan sering
digunakan untuk membersihkan luka, baik dipakai untuk mengompres luka maupun bisul.
Rivanol juga sebaiknya dipakai untuk membersihkan luka yang bersih (Gennaro, 1990).
2. Povidon Iodin atau betadine bekerja mengeluarkan iodine (bahan aktifnya) yang berperan
dalam membunuh dan menghambat pertumbuhan kuman seperti jamur, bakteri, virus dan
protozoa. Betadine yang digunakan untuk persiapan operasi (membersihkan areal operasi)
berbeda dengan betadine yang dikemas untuk penggunaan sehari-hari (Gennaro, 1990).
3. Hidrogen Peroksida kadar 6% digunakan untuk membersihkan luka. Kadar 1-2% digunakan
untuk membersihkan luka yang sering terjadi di rumah, atau klinik-klinik biasa. Efek
sampingnya dapat menimbulkan jaringan parut setelah sembuh dan memperpanjang masa
penyembuhan. Sebaiknya digunakan bersama air yang mengalir dan sabun, untuk
menghindari paparan yang berlebihan pada jaringan manusia (Gennaro, 1990).
4. Antiseptik yang mengandung merkuri dahulu dikenal sebagai obat merah (Merkurokrom)
yang berperan dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Efek sampingnya cukup sering
menimbulkan alergi, tetapi cukup cepat mengeringkan luka (Gennaro, 1990).
2. Efektivitas desinfektan dan antiseptik dalam mematikan ataupun menghambat
pertumbuhan mikroorganisme
Zat antiseptik yang umum digunakan diantaranya adalah iodium, hidrogen peroksida dan asam
borak. Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda. Ada yang memiliki
kekuatan yang sangat tinggi, ada pula yang bereaksi dengan cepat ketika membunuh
mikroorganisme dan sebaliknya. Sebagai contoh merkuri klorida, zat antiseptik yang sangat kuat,
akan tetapi dapat menyebabkan iritasi bila digunakan pada bagian tubuh atau jaringan lembut.
Perak nitrat memiliki kekuatan membunuh yang lebih rendah, tetapi aman digunakan pada
jaringan yang lembut, seperti mata atau tenggorokan. Iodium dapat memusnahkan
mikroorganisme dalam waktu kurang dari 30 detik (Dwidjoseputro, 1994).

Beberapa antiseptik merupakan germisida, yaitu mampu membunuh mikroba, dan ada pula yang
hanya mencegah atau menunda pertumbuhan mikroba tersebut. Antibacterialadalah antiseptik
hanya dapat dipakai melawan bakteri.Pembersih tangan merupakan salah satu produk antiseptik.
Dalam pembuatan pembersih tangan ini digunakan alkohol (etanol) dari kulit pisang, karena
alkohol mempunyai potensi sebagai antiseptik yang cukup optimal pada kadar 70%(Waluyo,
2005).
Antiseptik lain bekerja lebih lambat, tetapi memiliki efek yang cukup lama. Kekuatan suatu zat
antiseptik biasanya dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuatan zat antiseptik tertentu
terhadap kekuatan antiseptik dari fenol (pada kondisi dan mikroorganisme yang sama), atau yang
lebih dikenal sebagai koefisien fenol (coefficient of phenol). Fenol sendiri, pertama kali digunakan
sebagai zat antiseptik oleh Joseph Lister pada proses pembedahan (Dwidjoseputro, 1994).

Desinfektan adalah senyawa kimia yang mempunyai sifat bakteriostaatik dan bakterisidal. Untuk
berbagai keperluan kita telah mengenal bahkan mungkin menggunakan beberapa produk
keperluan rumah tangga, laboratorium atau rumah sakit bernama desinfekta. Tujuan
digunakannya desinfektan untuk membunuh bakteri patogen yang penularannya melalui air
seperti bakteri penyebab typus, kolera disentri, dan lain-lain (Waluyo, 2005).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih desinfektan :

1. Sifat mikrosidal (membunuh jasad renik)


2. Sifat mikrostatik (menghambat pertumbuhan jasad renik)
3. Kecepatan penghambatan
4. Sifat lain-lain
5. Suatu desinfektan diusahakan tidak mahal, aktivitasnya tetap dalam waktu lama, larut dalam
air dan stabil dalam larutan
(Waluyo, 2005).

3. Kekuatan antibiotik terhadap pertumbuhan mikroorganisme


Bakteri dapat mewujudkan ketahanan terhadap obat antibakteri melalui berbagai mekanisme.
Beberapa spesies bakteri memiliki ketahanan terhadap antimikroba. Pada kasus tersebut, semua
strain dari spesies bakteri yang juga tahan terhadap semua anggota kelas-kelas antibakteri. Dalam
kasus yang terpenting adalah kasus resistensi yang diperoleh, di mana populasi awalnya rentan
bakteri menjadi resisten ke agen antibakteri dan berkembang biak dan menyebar di bawah
tekanan selektif penggunaan agen yang. Beberapa mekanisme resistensi antimikroba dapat
segera menyebar ke berbagai genera bakteri (Tenover, 2006).

Kekuatan antibiotik terhadap pertumbuhan mikroorganisme terdapat dalam mekanisme kerja


antibiotik antara lain:

1. Antibiotik menghambat sintesis dinding sel mikroba


Ada antibiotik yang merusak dinding sel mikroba dengan menghambat sintesis ensim atau
inaktivasi ensim, sehingga menyebabkan hilangnya viabilitas dan sering menyebabkan sel lisis.
Antibiotik ini meliputi penisilin, sepalosporin, sikloserin, vankomisin, ristosetin dan basitrasin.
Antibiotik ini menghambat sintesis dinding sel terutama dengan mengganggu sintesis
peptidoglikan. Dinding sel bakteri menentukan bentuk karakteristik dan berfungsi melindungi
bagian dalam sel terhadap perubahan tekanan osmotik dan kondisi lingkungan lainnya. Di dalam
sel terdapat sitoplasma dilapisi dengan membran sitoplasma yang merupakan tempat
berlangsungnya proses biokimia sel. Dinding sel bakteri terdiri dari beberapa lapisan. Bakteri gram
positif struktur dinding selnya relatif sederhana dan gram negatif relatif lebih komplek. Dinding sel
bakteri gram positif tersusun atas lapisan peptidoglikan relatif tebal, dikelilingi lapisan teichoic acid
dan pada beberapa spesies mempunyai lapisan polisakarida. Dinding sel bakteri gram negatif
mempunyai lapisan peptidoglikan relatif tipis, dikelilingi lapisan lipoprotein, lipopolisakarida,
fosfolipid dan beberapa protein (Gupte, 1990).

Peptidoglikan pada kedua jenis bakteri merupakan komponen yang menentukan rigiditas pada
gram positif dan berperanan pada integritas gram negatif. Oleh karena itu gangguan pada sintesis
komponen ini dapat menyebabkan sel lisis dan dapat menyebabkan kematian sel. Antibiotik yang
menyebabkan gangguan sintesis lapisan ini aktivitasnya akan lebih nyata pada bakteri gram
positif. Aktivitas penghambatan atau membinasakan hanya dilakukan selama pertumbuhan sel
dan aktivitasnya dapat ditiadakan dengan menaikkan tekanan osmotik media untuk mencegah
pecahnya sel. Bakteri tertentu seperti mikobakteria dan halobakteria mempunyai peptidoglikan
relatif sedikit, sehingga kurang terpengaruh oleh antibiotik grup ini. Sel selama mensintesis
peptidoglikan memerlukan enzim hidrolase dan sintetase. Kegiatan kedua enzim ini harus
seimbang satu sama lain untuk menjaga agar sintesis tetap normal (Gupte, 1990).

Biosintesis peptidoglikan berlangsung dalam beberapa stadium dan antibiotik pengganggu


sintesis peptidoglikan aktif pada stadium yang berlainan. Sikloserin terutama menghambat enzim
racemase dan sintetase yang berperan dalam pembentukan dipeptida. Vankomisin bekerja pada
stadium kedua diikuti oleh basitrasin, ristosetin dan diakhiri oleh penisilin dan sefalosporin yaitu
menghambat transpeptidase. Perbedaan antara sel mamalia dan bakteri yaitu dinding sel luar
bakteri tebal dengan membran sel menentukan bentuk sel dan memberi ketahanan terhadap
tekanan osmotik. Struktur dinding sel mamalia tidak sama dengan dinding sel bakteri, sehingga
antibiotik yang mempunyai aktivitas mengganggu sintesis dinding sel mempunyai toksisitas
selektif sangat tinggi. Oleh karena itu antibiotik tipe ini merupakan antibiotik yang sangat berharga
(Gupte, 1990).

2. Antibiotik mengganggu membran sel mikroba


Dinding sel bakteri bagian bawah adalah lapisan membran sel lipoprotein yang dapat disamakan
dengan membran sel pada manusia. Membran ini mempunyai sifat permeabilitas selektif dan
berfungsi mengontrol keluar masuknya substansi dari dan ke dalam sel, serta memelihara tekanan
osmotik internal dan ekskresi waste products. Selain itu membran sel juga berkaitan dengan
replikasi DNA dan sintesis dinding sel. Oleh karena itu substansi yang mengganggu fungsinya
akan sangat lethal terhadap sel (Gupte, 1990).
Beberapa antibiotik yang dikenal mempunyai mekanisme kerja mengganggu membran sel yaitu
antibiotik peptida (polimiksin, gramisidin, sirkulin, tirosidin, valinomisin) dan antibiotik polyene
(amphoterisin, nistatin, filipin). Membran sel merupakan lapisan molekul lipoprotein yang
dihubungkan dengan ion Mg. Sehingga agen chelating yang berkompetisi dengan Mg selama
pembentukan membran, dapat meningkatkan permeabilitas sel atau menyebabkan sel lisis
(Gupte, 1990).

Beberapa antibiotik bersatu dengan membran dan berfungsi sebagai ion dphores yaitu senyawa
yang memberi jalan masuknya ion abnormal. Proses ini dapat mengganggu biokimia sel, misalnya
gramicidin. Polimiksin dapat merusak membran sel setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid
membran sel. Sehingga polimiksin lebih aktip terhadap bakteri gram negatif daripada gram positif
yang mempunyai jumlah fosfor lebih rendah. Antibiotik polyene hanya bekerja pada fungi tetapi
tidak aktif pada bakteri. Dasar selektivitas ini, karena mereka bekerja berikatan dengan sterol yang
ada pada membran fungi dan organisme yang lebih tinggi lainnya(Gupte, 1990).

Secara in vitro polyene dapat menyebabkan hemolisis, karena diduga membran sel darah merah
mengandung sterol sebagai tempat aktivitas antibiotik polyene. Amfoterisin B juga dapat
digunakan untuk infeksi sistemik tetapi sering disertai efek samping anemia hemolitik. Kerusakan
membran sel dapat menyebabkan kebocoran sehingga komponen-komponen penting di dalam sel
seperti protein, asam nukleat, nukleotida dan lain-lain dapat mengalir keluar. Diduga struktur
membran ini ada pada mamalia, oleh karena itu antibiotik ini mempunyai toksisitas selektif relatif
kecil dibanding antibiotik yang bekerja pada dinding sel bakteri, sehinggadalam penggunaan
sistemik antibiotik ini relatip toksik, untuk mengurangi toksisitasnya dapat digunakan secara topikal
(Gupte, 1990).

3. Antibiotik menghambat sintesis protein dan asam nukleat mikroba


Sel mikroba dalam memelihara kelangsungan hidupnya perlu mensintesis protein yang
berlangsung di dalam ribosom bekerja sama dengan mRNA dan tRNA, gangguan sintesis protein
akan berakibat sangat fatal dan antimikroba dengan mekanisme kerja seperti ini mempunyai daya
antibakteri sangat kuat. Antibiotik kelompok ini meliputi aminoglikosid, makrolid, linkomisin,
tetrasiklin, kloramphenikol, novobiosin, puromisin. Penghambatan biosintesis protein pada sel
prokariot ini bersifat sitostatik, karena mereka dapat menghentikan pertumbuhan dan pembelahan
sel. Bila sel dipindahkan ke media bebas antibiotik, mereka dapat tumbuh kembali setelah
antibiotik berkurang dari sel kecuali streptomisin yang mempunyai aktivitas bakterisida. Pengaruh
zat ini terhadap sel eukariot diperkirakan sitotoksik (Gupte, 1990).

Beberapa penghambat ribosom 80s seperti puromisin dan sikloheksimid sangat toksik terhadap
sel mamalia, oleh karena itu tidak digunakan untuk terapi, sedang tetrasiklin mempunyai toksisitas
relatip kecil bila digunakan oleh orang dewasa. Tetrasiklin menghambat biosintesis protein yang
terdapat pada ribosom 80s dan 70s. Erytromisin berikatan dengan ribosom 50s. Streptomisin
berikatan dengan ribosom 30s dan menyebabkan kode mRNA salah dibaca oleh tRNA, sehingga
terbentuk protein abnormal dan non fungsional. Asam nukleat merupakan bagian yang sangat vital
bagi perkembangbiakan sel. Pertumbuhan sel kebanyakan tergantung pada sintesis DNA, sedang
RNA diperlukan untuk transkripsi dan menentukan informasi sintesis protein dan enzim (Gupte,
1990).

Jenis-jenis RNA yaitu t-RNA, r-RNA, m-RNA, masing-masing mempunyai peranan pada sintesis
protein. Begitu pentingnya asam nukleat bagi sel, maka gangguan sintesis DNA atau RNA dapat
memblokir pertumbuhan sel. Namun antimikroba yang mempunyai mekanisme kegiatan seperti
ini pada umumnya kurang selektif dalam membedakan sel bakteri dan sel mamalia. Antimikroba
ini umumnya bersifat sitotoksik terhadap sel mamalia. Sehingga penggunaan antimikroba jenis ini
harus hati-hati dan selektif yaitu yang sifat sitotoksiknya masih dapat diterima. Seperti asam
nalidiksat dan rifampisin, karena aktivitasnya sangatkuatdalam menghambatpertumbuhan, maka
antimikroba dengan mekanisme seperti ini sering digunakan sebagai anti-tumor (Gupte, 1990).

Antimikroba yang mempengaruhi sintesis asam nukleat dan protein mempunyai mekanisme
kegiatan pada tempat yang berbeda, antara lain: Antimikroba mempengaruhi replikasi DNA,
seperti bleomisin, phleomisin, mitomisin, edeine, porfiromisin. Antimikroba mempengaruhi
transkripsi, seperti aktinomisin, kromisin, ekonomisin, rifamisin, korisepin, streptolidigin.
Antimikroba mempengaruhi pembentukan aminoacyltRNA, seperti borrelidin. Antimikroba
mempengaruhi translasi, antara lain kloramphenikol, streptomisin, neomisin, kanamisin,
karbomisin, crytromisin, linkomisin, fluidic acid, tetrasiklin. Antimikroba yang mempengaruhi
sintesis protein dan asam nukleat, mayoritas aktif pada bagian translasi dan diantara mereka
banyak yang berguna dalam terapi. Karena mekanisme translasi antara sel bakteri dan sel eukariot
berbeda, maka mungkin mereka memperlihatkan toksisitas selektif (Gupte, 1990).

4. Antibiotik mengganggu metabolisme sel mikroba


Antibiotik dapat dikatakan sebagai perusak kehidupan, atau dapat disebut juga suatu zat kimiawi
yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang mempunyai kemampuan, dalam larutan encer, untuk
menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme lainnya (Gupte, 1990).

IV.KESIMPULAN DAN SARAN


A.Kesimpulan
1.Macam-macam desinfektan meliputi bayclin, detergen, karbol, dan alkohol, serta macam-
macam antiseptik betadine, Cristal Violet, tissue basah, hand sanitizer.

2.Tisue basah efektif menghambat pertumbuhan mikroba, dan bayclin kurang efektif dalam
menghambat pertumbuhan mikroba.

3.Diameter zona hambat pada bakteri E.coli yang pertama (d1) yaitu 28 mm dan zona hambat
yang kedua (d2) yaitu 27 mm sehingga dihasilkan zona hambat rata-rata yaitu 27,5 mm.
B.Saran
1.Praktikum dilakukan dengan keadaan steril agar mikroorganisme yang akan ditumbuhkan pada
media pertumbuhan tidak terkontaminasi dengan mikroorganisme lain.

2.Pengukuran zona hambat harus lebih akurat sehingga sesuai dengan sensitivitas masing-
masing antibiotik.

DAFTAR REFERENSI
Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta
Gennaro, A.R. 1990. Remingtons Pharmaceutical Sciences.Mack Publishing Company.
Pennsylvania
Gupte, S. 1990.Mikrobiologi Dasar. Binarupa Aksara. Jakarta
Pelczar and Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2.UI Press. Jakarta
Tenover,Fred C. 2006. Mechanisms of Antimicrobial Resistance in BacteriaVol 119 (6A), S3
S10. The American Journal of Medicine. USA
Waluyo, Lud. 2005. Mikrobiologi Lingkungan. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang

Anda mungkin juga menyukai