Anda di halaman 1dari 54

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


Baku Mutu Limbah Cair Menurut KEPMENLH No.
KEP51/MENLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi
Kegiatan Industri

NO PARAMETER SATUAN GOLONGAN BAKU MUTU


I II
FISIKA
1 Temperatur Der. C 38 40
2 Zat padat larut mg/l 2000 4000
3 Zat padat tersuspensi mg/l 200 400
KIMIA
1 pH 6,0 sampai 9,0
2 Besi terlarut (Fe) mg/l 5 10
3 Mangan terlarut (Mn) mg/l 2 5
4 Barium (Ba) mg/l 2 3
5 Tembaga (Cu) mg/l 2 3
6 seng (Zn) mg/l 5 10
+6
7 Krom heksavalen (Cr ) mg/l 0,1 0,5
8 Krom Total (Cr) mg/l 0,5 1
9 Cadmium (Cd) mg/l 0,05 0,1
10 Raksa (Hg) mg/l 0,002 0,005
11 Timbal (Pb) mg/l 0,1 1
12 Stanum mg/l 2 3
13 Arsen mg/l 0,1 0,5
14 Selenum mg/l 0,05 0,5
15 Nikel (Ni) mg/l 0,2 0,5
16 Kobalt (Co) mg/l 0,4 0,6
17 Sianida (CN) mg/l 0,05 0,5
18 Sulfida (H2S) mg/l 0,05 0,1
19 Fluorida (F) mg/l 2 3
20 Klorin bebas (Cl2) mg/l 1 2
21 Amonia bebas (NH3-N) mg/l 1 5
22 Nitrat (NO3-N) mg/l 20 30
23 Nitrit (NO2-N) mg/l 1 3
24 BOD5 mg/l 50 150
25 COD mg/l 100 300
26 Senyawa aktif biru metilen mg/l 5 10
27 Fenol mg/l 0,5 1
28 Minyak nabati mg/l 5 10
29 Minyak mineral mg/l 10 50

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta: Kanisius.

Gintings, P. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Jakarta :


Pusta Sinar Harapan

Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press

Kristanto, P. 2004. Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit Andi

Mahida, U. N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Cetakan


Pertama. Jakarta: PTRaja Grafindo Persada

Nugroho, A. 2006. Bioindikator, Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti

Soeparman, H. M. dan Suparmin. 2001. Pembuangan Tinja & Limbah Cair.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

Sugiharto, 1987. Dasar Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UI Press

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta:


PT. Gramedia Indonesia

Sutrisno, C. T dan Suciastuti, E. 1987. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta:


Penerbit Rineka Cipta

Universitas Sumatera Utara


Training and Development Center PT.Toba Pulp Lestari, Tbk. 2000. Perolehan
Nilai Parameter Karakteristik Limbah Cair.

Training and Development Center PT.Toba Pulp Lestari, Tbk. 2002. Handbook
Effluent.

Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2003. Buku
Panduan Pelatihan Operator Profesional Muda IPAL.

Underwood, A. L. dan Day, R. A. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:


Penerbit Erlangga

Vogel. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik. Edisi
Keempat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran,EGC.

Universitas Sumatera Utara


BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat

Oven Tempra

- Desikator

- Kertas saring whatman no. 41

- Neraca analitis ohauss

- Filtering funnel

- Pompa vakum

- Corong bouchner

- Gelas ukur 200 ml Pyrex

- Beaker glass Pyrex

- Penjepit

- Botol air demineralisasi

- Bola karet

- Kuvet 25 ml HACH

- Pipet volume 25 ml Pyrex

- Spektrofotomer HACH DR 5000UV

- pH meter Hanna

- Turbidimeter Kawaguchi

Universitas Sumatera Utara


3.2 .Bahan

- Air Demineralisasi

- Sampel dari Inlet Primary Clarifier

- Sampel dari Outlet Secondary Clarifier

- Sulfide 1

- Sulfide 2

3.3. Teknik Pengambilan sampel

Pengambilan sampel dengan menggunakan botol plastik dan ditutup rapat.

Sebelum sampel diambil terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan suhu, pH,

konduktivitas, turbiditas dengan menggunakan alat pengukur digital, lalu dicatat.

Sampel diambil di tempat tempat yang telah ditentukan (inlet dan outlet) dan

secepatnya dibawa ke laboratorium untuk di analisa.

3.4. Prosedur Analisa

3.4.1. Penentuan TSS ( Total Suspended Solid )

- Kertas saring whatman no.41 dimasukkan kedalam oven 1050 selama 30

menit. Kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama 30 menit

- Ditimbang berat kertas saring whatmann ( misal A )

- Dibersihkan tabung boucher dengan air demineralisasi

- Dimasukkan kertas saring whatmann tersebut kedalam filtering funnel

- Dituangkan secara perlahan lahan sampel sebanyak 200 ml ke atas filtering

funnel tersebut

- Difilter kertas saring tersebut sampai volume rendah

Universitas Sumatera Utara


- Diangkat kertas saring tersebut kemudian dimasukkan kedalam oven pada

suhu 1050 C selama 2 jam

- Diangkat dari oven kemudian dimasukkan kedalam desikator selama 30

menit

- Ditimbang berat keseluruhan kertas saring ( misal B )


- Maka :

3.4.2. Penentuan Sulfida ( S2- )

- Dipipet 25 ml sampel air limbah kemudian dimasukkan kedalam kuvet

- Ditambahkan Sulfide 1 lalu dikocok

- Ditambahkan Sulfide 2 lalu dikocok dan didiamkan beberapa menit

- Disiapkan larutan blanko dengan memipet 25 ml sampel air limbah

kemudian dimasukkan kedalam kuvet

- Dimasukkan larutan blanko ke dalam alat instrument Spectrofotometer DR

5000U kemudian ditekan tombol zero sehingga muncul angka nol (0 ppm)

di layar monitor

- Diukur konsentrasi (ppm) sampel air limbah yang telah ditambahkan Sulfide

1 dan Sulfide 2 dengan menekan kode program 3500 kemudian ditekan

enter dan hasil pengukuran dapat dilihat pada layar monitor

Universitas Sumatera Utara


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Analisa

Hasil analisa kadar TSS (Total padatan Teruspensi) dan Sulfida (S2-) pada

Inlet dan Outlet air limbah pulp

Tabel 4.1. Data Analisa Total Padatan Tersuspensi (TSS) pada Inlet

Sampel A B C TSS
(mg) (mg) (mg) (mg/L)
Sampel 1 1.0120 1.0316 200 198
Sampel 2 1.0076 1.0217 200 62
Sampel 3 1.0093 1.0277 200 92

Tabel 4.2. Data Analisa Total PadatanTersuspensi (TSS) pada Outlet

Sampel A B C TSS
(mg) (mg) (mg) (mg/L)
Sampel 1 1,0122 1,0210 200 44
Sampel 2 1,0003 1,0093 200 45
Sampel 3 1,0075 1,0167 200 46

Keterangan :

A = berat kertas saring sebelum difilter (berat awal)

B = berat kertas saring setelah difilter

C = Volume sampel

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.3. Data Analisa Sulfida ( S2- ) pada Inlet

Sampel Hasil pembacaan alat


(mg/L)
Sampel 1 0,0054
Sampel 2 0,0030
Sampel 3 0,0023

Tabel 4.4. Data AnalisaSulfida (S2-) pada Outlet

Sampel Hasil pembacaan alat


(mg/L)
Sampel 1 0,0015
Sampel 2 0,0013
Sampel 3 0,0009

4.2. Perhitungan


TSS( mg /l)=

Dimana :
A = Berat kertas saring sebelum difilter / berat awal (mg)
B = Berat kertas saring setelah difilter (mg)
C = Volume sampel (ml)

Kadar TSS pada Inlet Primary Clarifier

Sampel 1

, 99 ,
TSS ( mg/l ) = x 106

= 198 mg/l

Universitas Sumatera Utara


Sampel 2

, ,
TSS ( mg/l ) = x 106

= 62 mg/l

Sampel 3

, , 9
TSS ( mg/l ) = x 106

= 92 mg/l

Kadar TSS pada Outlet Secondary Clarifier

Sampel 1

, ,
TSS ( mg/l ) = x106

= 44 mg/l

Sampel 2

, 9 ,
TSS ( mg/l ) = x 106

= 45 mg/l

Sampel 3

, ,
TSS ( mg/l ) = x 106

= 46 mg/l

Universitas Sumatera Utara


4.3 Pembahasan

Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Total Padatan Tersuspensi di

inlet primary clarifier pada sampel 1 = 198 mg/l, sampel 2 = 62 mg/l dan sampel

3 = 92 mg/l. Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 44 mg/l, sampel 2 = 45

mg/l dan sampel 3 = 46 mg/l.

Pada outlet secondary clarifier diperoleh hasil TSS yang lebih kecil

dibandingkan dengan inlet primary clarifier dikarenakan sludge cepat mengendap

sehingga hasil TSS menjadi kecil .

Pada analisa Total Padatan Tersuspensi ( TSS ), besarnya kadar total

padatan tersuspensi pada limbah cair telah memenuhi baku mutu limbah cair

industri sesuai dengan Kep. 51/MENLH/10/1995. Dimana persyaratan kadar

maksimum yang diperoleh untuk Total Padatan Tersuspensi adalah 200 mg/L.

Nilai TSS ( berupa limbah cair ) tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan ,

terutama TSS dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang akan menghambat

penetrasi cahaya matahari ke kolam air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses

fotosintesis di perairan (effendi, 2003).

Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh Kadar sulfida di inlet primary

clarifier pada sampel 1 = 0,0054 mg/l, sampel 2 = 0,0030 mg/l dan sampel 3 =

0,0023 mg/l. . Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 0,0015 mg/l, sampel

2 = 0,0013 mg/l dan sampel 3 = 0,0009 mg/l.

Universitas Sumatera Utara


Pada outlet secondary clarifier diperoleh hasil sulfida yang lebih kecil

dibandingkan dengan inlet primary clarifier dikarenakan kadar oksigen yang

cukup sehingga mikroorganisme sedikit yang mati.

Pada analisa sulfida diperoleh besarnya kadar sulfida telah memenuhi baku

mutu limbah cair industri menurut Kep. 51/MENLH/10/1995. Dimana persyaratan

kadar maksimum yang diperoleh untuk Sulfida adalah 0,05 mg/l. Apabila suatu

sumber air telah terkontaminasi adanya sulfida sebagai gas H2S, maka warna

merah muda akan terbentuk yang kemudian akan berubah menjadi biru. Selain itu

ciri ciri yang telah terkontaminasi adanya gas H2S adalah air tersebut

mempunyai bau busuk yang pekat dan warna air tersebut akan menjadi keruh

kehitaman.

Apabila hasil pengujian limbah menunjukkan data yang melanggar

peraturan, maka limbah tersebut harus diolah sebelum digunakan atau dibuang ke

lingkungan umum. Dimana pengolahan limbah cair dapat dilakukan di instalasi

pengolahan air limbah ( IPAL ), sehingga hasil air yang terolah dapat digunakan

kembali dan apabila dibuang ke lingkungan umumpun tidak membahayakan bagi

kehidupan.

Pengontrolan air limbah di lokasi dilakukan secara rutin, mengawasi setiap

air limbah yang masuk (inlet). Air limbah yang sedang menjalani proses, dan air

limbah yang keluar (outlet). Apabila terjadi hal hal yang tidak biasa pada air

buangan dari salah satu plant, maka air limbah akan ditampung di kolam /

penampungan darurat (spill pond).

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Total Padatan Tersuspensi di
inlet primary clarifier pada sampel 1 = 198 mg/l, sampel 2 = 62 mg/l dan sampel
3 = 92 mg/l. Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 44 mg/l, sampel 2 = 45
mg/l dan sampel 3 = 46 mg/l. Kadar sulfida di inlet primary clarifier pada sampel
1 = 0,0054 mg/l, sampel 2 = 0,0030 mg/l dan sampel 3 = 0,0023 mg/l. . Di outlet
secondary clarifier pada sampel 1 = 0,0015 mg/l, sampel 2 = 0,0013 mg/l dan
sampel 3 = 0,0009 mg/l.

2. Dari hasil analisa diatas diketahui bahwa kadar Total Padatan Tersuspensi
(TSS) dan Sulfida (S2) yang diperoleh masih memenuhi baku mutu limbah yang
ditetapkan pemerintah melalui keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Kep.51/MENLH/10/1995.

5.2 Saran

Limbah cair yang dihasilkan dari seluruh kegiatan proses produksi diharapkan
dilakukannya pengolahan limbah cair semaksimal mungkin sebelum dibuang ke
sungai pembuangan , agar tidak mencemari lingkungan serta tidak merugikan
masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang

banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta

makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus

dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi

sekarang maupun generasi mendatang. Aspek pengamatan dan pelestarian sumber

daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air ( Effendi, 2003).

Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya meliputi

kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat

dan kualitas air untuk keperluan domestik ynag semakin menurun. Kegiatan

industri, domestik dan kegiatan lain yang berdampak negatif terhadap sumber

daya air antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi dapat

menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya bagi makhluk hidup yang

bergantung pada sumber air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan

perlindungan sumber daya air secara seksama.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 20 tahun 1990 TENTANG

Pengendalian Pencemaran Air mendefinisikan beberapa peristilah berikut :

Universitas Sumatera Utara


1. Air, meliputi semua air yang terdapat di dalam atau berasal dari sumber air

yang terdapat diatas permukaan tanah. Air yang terdapat di bawah

permukaan tanah dan air laut tidak termasuk dalam pengertian ini

2. Kualitas air, yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau

komponen lain didalam air (kualitas air dinyatakan dengan beberapa

parameter) yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut dan

sebagainya) parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, COD, kadar

logam dan lain sebagainya)

3. Pencemar air, yaitu masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi

dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga

kualitas air menurun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan tidak

lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya

4. Baku mutu air, yaitu batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau

komponen lain yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemaran yang

dapat ditenggang dalam sumber air tertentu, sesuai dengan

peruntukkannya

5. Baku mutu limbah cair, yaitu batas kadar jumlah unsur pencemar yang

dapat ditenggang keberadaannya didalam limbah cair dari suatu jenis

kegiatan tertentu yang akan dibuang.

6. Beban pencemaran, yaitu jumlah suatu parameter pencemaran yang

terkandung dalam sejumlah air atau limbah.

7. Daya tampung beban pencemaran, yaitu kemampuan air dalam sumber air

untuk menerima beban pencemaran limbah tanpa mengakibatkan

Universitas Sumatera Utara


penurunan kualitas air sehingga melewati baku mutu air yang ditetapkan

sesuai peruntukkannya

8. Pengendalian, yaitu upaya pencegahan dan penanggulangan dan

pemulihan.

Adapun penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut :

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara

langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan

dan peternakan

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian,

usaha perkotaaan, industri dan pembangkit tenaga listrik air (Effendi,

2003).

2.2. Limbah Cair

Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan dan bahan bahan

pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi

yang terbuang dari sumber domestik, sumber industri, dan pada saat tertentu

tercampur dengan air tanah, air permukaan, atau air hujan (Soeparman, 2001).

Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan

air dalam sistem prosesnya. Di samping itu bahan baku mengandung air sehingga

dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses

pengolahan kemudian dibuang; misalnya ketika dipergunakan untuk pencuci suatu

Universitas Sumatera Utara


bahan sebelum diproses lanjut. Air ditambah bahan kimia tertentu kemudian di

proses dan setelah itu dibuang (Gintings, 1992).

Adanya benda benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat

digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan

pencemaran air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi,

maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda (Kristanto,2004).

Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang larut

maupun mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan halus. Air yangmengandung

senyawa kimia beracun dan berbahaya mempunyai sifat tersendiri. Air limbah

yang telah tercemar memberikan ciri yang dapat diidentifikasi secara visual dapat

diketahui dari kekeruhan, warna air, rasa, bau yang ditimbulkan. Sedangkan

identifikasi secara laboratorium, ditandai dengan perubahan sifat kimia air dimana

air telah mengandung bahan kima beracun dan berbahaya dalam konsentrasi yang

melebihi batas yang dianjurkan.

Jenis industri menghasilkan limbah cair diantaranya adalah industri

industri pulp dan rayon, minyak kelapa sawit,minyak goreng, kertas, tepung

tapioka dan tekstil. Dimana jumlah limbah yang dikeluarkan masing masing

industri ini tergantung pada banyaknya produksi yang dihasilkan serta jenis

produksinya. Industri pulp dan rayon menghasilkan limbah air sebanyak 30 m3

setiap ton pulp yang diproduksi (Gintings,1992).

Karakteristik limbah cair dapat diketahui menurut sifat sifat dan

karakteristik fisika, kimia dan biologis. Studi karakteristik limbah perlu dilakukan

agar dapat dipahami sifat sifat tersebut serta konsentrasinya dan sejauh mana

tingkat pencemaran dapat ditimbulkan limbah terhadap lingkungan.

Universitas Sumatera Utara


Dalam menentukan karakteristik limbah maka ada 3 jenis sifat yang harus

diketahui yaitu :

Sifat fisik

Sifat kimia

Sifat biologis

2.2.1 Sifat fisik

Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah yaitu; padatan,

kekeruhan, bau, temperatur, daya hantar listrik dan warna.

a. Padatan

Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang

larut.mengendap maupun suspensi. Bahan ini akan mengendap pada dasar air

yang lama kelamaan menimbulkan pendangkalan pada dasar badan penerima.

Akibat lain dari padatan ini menimbulkan tumbuhnya tanaman air tertentu

dan dapat menjadi racun bagi makhluk lain. Banyak padatan menunjukkan

banyaknya lumpur terkandung dalam air.

b. Kekeruhan

Kekeruhan menunjukkan sifat optis air yang menyebabkan pembiasan cahaya

ke dalam air. Kekeruhan membatasi pencahayaan ke dalam air.Sekalipun ada

pengaruh padatan terlarut atau partikel yang melayang dalam air namun

penyerapan cahaya ini dipengaruhi juga bentuk dan ukurannya. Kekeruhan ini

terjadi karena adanya bahan yang terapung dan terurainya zat tertentu seperti

bahan organic, jasad renik, lumpur tanah liat dan benda lain yang melayang

Universitas Sumatera Utara


ataupun terapung dan sangat halus sekali. Semakin keruh air semakin tinggi

daya hantar listrik dan semakin banyak pula padatannya.

c. Bau

Bau timbul karena adanya kegiatan mikroorganik yang menguraikan zat

organik menghasilkan gas tertentu. Di samping itu, bau juga timbul karena

terjadinya reaksi kimia yang menimbulkan gas.Kuat tidaknya bau yang

dihasilkan limbah tergantung pada jenis dan banyak gas yang ditimbulkan.

d. Temperatur

Temperatur air limbah mempengaruhi badan penerima bila terdapat

perbedaan suhu yang cukup besar. Temperatur air limbah akan

mempengaruhi kecepatan reaksi kimia serta tata kehidupan dalam air.

Perubahan suhu memperlihatkan aktivitas kimiawi biologis pada benda padat

dan gas dalam air. Pembusukkan terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan

oksidasi zat organik jauh lebih besar pada suhu tinggi.

e. Daya hantar listrik

Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik dan

kemampuan tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat

pengukuran. Konduktivitas arus listrik mengalirkan arusnya tergantung pada

mobilitas ion dan kadar yang terlarut. Senyawa anorganik merupakan

konduktor kuat dibandingkan dengan senyawa organik. Pengukuran daya

hantar listrik ini umtuk melihat keseimbangan kimiawi dalam air dan

pengaruhnya terhadap kehidupan biota.

Universitas Sumatera Utara


f. Warna

Warna ditimbulkan akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, di

samping adanya bahan pewarna tertentu yang kemungkinan mengandung

logam berat. Bau disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, fospor,

protein, sulfur, amoniak, hydrogen sulfida, karbon sulfida dan zat organik

lain. Kecuali bau yang disebabkan bahan beracun, jarang merusak kesehatan

manusia tapi mengganggu ketenangan bekerja.

2.2.2 Sifat Kimia

Kandungan bahan kimia yang ada dalam air limbah dapat merugikan lingkungan

melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam

limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan

air bersih. Akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan yang

beracun. Adapun bahan kimia yang penting yang ada di dalam air limbah pada

umumnya dapat ditentukan oleh:

a. Keasaman Air

Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi rendahnya konsentrasi ion hidrogen

dalam air.Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air

steril dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air yang diperlukan.

Air yang mempunyai pH rendah membuat air menjadi korosif terhadap bahan

konstruksi seperti besi.

Universitas Sumatera Utara


Buangan yang bersifat alkalis (basa) bersumber dari buangan mengandung

bahan anorganik seperti senyawa karbonat, bikarbonat dan hidroksida.

Buangan asam berasal dari bahan kimia yang bersifat asam misalnya buangan

mengandung asam klorida dan asam sulfat.

b. Alkalinitas

Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan senyawa karbonat, bikarbonat,

garam hidroksida, kalium, magnesium dan natrium dalam air. Semakin tinggi

kesadahan suatu air semakin sulit air membuih.

c. Besi dan Mangan

Besi dan mangan yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak

larut, menyebabkan penggunaan air menjadi terbatas.Air yang mengandung

banyak padatan mempunyai sifat menghantarkan listrik yang dapat

mempercepat terjadinya korosi.

d. Phosphat

Kandungan phosphat yang tinggi menyebabkan suburnya algae dan

organisme lainnya. Pengukuran kandunga phosphate dalam air limbah

berfungsi untuk mencegah tingginya kadar phosphate sehingga tidak

merangsang pertumbuhan tumbuh tumbuhan dalam air. Pada sungai / danau

suburnya tumbuh tumbuhan dalam air akan mengakibatkan berkurangnya

oksigen terlarut dan kesuburan tanaman lainnya.

Universitas Sumatera Utara


e. Sulfur

Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat

terjadi secara proses alamiah. Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesa. Ion

sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan

selanjutnya sulfida diubah menjadi hydrogen sulfida.Dalam suasana aerob

hydrogen sulfida teroksidasi secara bakteriologis menjadi sulfat.Dalam

bentuk H2S bersifat racun dan berbau busuk. Pada proses digester lumpur gas

H2S yang bercampur dengan metan CH4 dan CO2 akan bersifat korosif. H2S

akan menghitamkan air dan lumpur yang bila terikat dengan senyawa besi

membentuk Fe2S.

f. Nitrogen

Nitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam bentuk organik dan

oleh bakteri berubah menjadi amoniak.Dalam kondisi aerobic dan dalam

waktu tertentu bakteri dapat mengoksidasi amoniak menjadi nirit dan nitrat.

Nitrat dapat digunakan oleh algae dan tumbuh tumbuhan lain untuk

membentuk protein tanaman dan oleh hewan untuk membentuk protein

hewan. Nitrit menunjukkan jumlah zat nitrogen yang teroksidasi.Nitrit

merupakan hasil reaksi dan menjadi amoniak atau dioksidasi menjadi nitrit.

g. Logam berat dan Beracun

Logam berat pada umumnya seperti; coprum (tembaga), perak, seng,

cadmium, air raksa, timah, besi dan nikel. Metal lain yang termasuk metal

berat adalah arsen, selenium, cobalt, mangan dan aluminium. Dalam

konsentrasi tertentu logam ini dapat membahayakan bagi manusia.

Universitas Sumatera Utara


h. Fenol

Fenol dengan konsentrasi 0.005/liter dalam air minum menciptakan rasa dan

bau apabila bereaksi dengan chlor membentuk chlorophenol.

i. Biochemical Oxigen Demand (BOD)

Pengukuran terhadap nilai Biochemical Oxigen Demand (BOD) adalah

kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air buangan yang dipergunakan untuk

menguraikan senyawa organik dengan bantuan mikroorganisme pada kondisi

tertentu. Pada umumnya proses penguraian terjadi secara baik yaitu pada

temperatur 200C dalam waktu 5 hari dengan satuan dinyatakan dalam mg/l.

j. Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak ditemukan mengapung di atas permukaan air meskipun

seebagian terdapat di bawah permukaan air.Lemak dan minyak tersusun dari

unsur karbon (C), hydrogen (H) dsn oksigen (O).Lemak sukar diuraikan

bakteri tapi dapat dihidrolisa oleh alkali sehingga membentuk senyawa sabun

yang mudah larut.adanya minyak dan lemak di atas permukaan air merintangi

proses biologi dalam air sehingga tidak terjadinya fotosintesa.

k. Karbohidrat dan Protein

Karbohidrat dalam air buangan diperoleh dalam bentuk sellulosa dan kanji

yang terdiri dari senyawa karbon, hidrogen dan oksigen baik larut dalam air

maupun tidak larut.baik protein maupun karbohidrat mudah rusak oleh

mikroorganisme dan bakteri.

Universitas Sumatera Utara


l. Zat warna dan Surfaktan

Timbulnya dalam air buangan adalah karena adanya senyawa organik yang

larut dalam air.Zat aktif (surfaktan) sangat sukar berurai oleh aktivitas

mokroorganisme.Zat warna yang senyawa aromatik sukar berurai.Diantara

zat warna yang mengandung logam berat, seperti; chrom atau tembaga

(Gintings, P. 1992 ).

2.2.3 Sifat Biologi

Pemeriksaan biologis di dalam air dan air limbah untuk memisahkan apakah

adanya bakteri bakteri patogen berada dalam air limbah. Keterangan biologis

ini diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi air yang dipergunakan

sebagai air minum serta untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah sebelum

dibuang ke badan air (Sugiharto,1987)

2.3. Pengolahan Limbah Cair Pulp

Perlakuan awal limbah pada umumnya adalah pemisahan padatan yang berukuran

besar dan serpihan namun demikian padatan yang tersuspensi yang terdapat pada

limbah cair dipisahkan dengan cara sedimentasi.

Universitas Sumatera Utara


2.3.1. Pengolahan Awal Limbah Cair Pulp (Tahap Persiapan)

Pengolahan awal limbah cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dimulai dengan

bercampurnya semua influent dari sumber sumbernya melalui junction box dari

Inlet Primary Clarifier. Pada padatan ini sebelum limbah cair baku ( influent )

masuk ke bak penjernih pertama ( Primary Clarifier ) terlebih dahulu dikontrol

pH dengan menggunakan kapur tohor ( burn clarifier ) kemudian disaring melalui

saringan berputar (traveling screen) untuk menghindari sampah-sampah atau

benda-benda besar ukurannya masuk ke Primary Clarifier sehingga nantinya

mengganggu kinerja atau operasional unit tersebut, misalnya pompa. Selanjutnya

influent ini masuk melalui bak pembagi (spliter box) untuk menyamakan aliran

yang masuk ke setiap Primary Clarifier.Tahap selanjutnya influent mengalir ke

primary Clarifier. Pada tahapan ini influent diendapkan untuk memisahkan

influent dari padatan tersuspensinya (Total Supended Solid = TSS) karena TSS

yang terkandung dalam influent tidak dapat diolah oleh mikroorganisme pada

proses penguraiannya. Adapun cara kerjanya adalah padatan yang terkandung

dalam influent yang lebih besar dari massa jenis limbah cair akan mengendap

secara gravitasi dengan adanya waktu tinggal (retention time) dalam Primary

Clarifier tersebut. Selanjutnya influent yang jernih meluap melalui pelimpah celah

ukur (weir) dan menuju ke menara pendingin (Cooling Tower). Padatan yang

mengendap ke dasar Primary Clarifier yang kita namakan lumpur Primary

(Primary Sludge) selanjutnya disapu ke rake tengah dan diarahkan ke lobang

isapan pompa kemudian dipompakan ke Thickener Clarifier untuk diolah lebih

lanjut.

Universitas Sumatera Utara


2.3.2. Sistem Pendingin Limbah Cair Pulp (Cooling System)

Sistem pendingin limber cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah dengan

menggunakan menara pendingin (Cooling Tower). Hal ini diperlukan untuk

menjaga suhu yang sesuai dengan mikroorganisme untuk mengolah limbah cair

dalam bak aerasi sehingga penguraian limbah cair akan berlangsung dengan baik.

Adapun parameter yang perlu dijaga untuk unit ini adalah :

1. Temperatur limbah cair yang keluar dari unit ini dijaga dibawah 380C,

karena temperatur limbah cair yang baik bagi mikroorganisme berada pada

kisaran 33-370C

2. Agar tercapai temperatur tersebut maka dipastikan :.

Spray Nozzle (sebuah pipa penyemprot) dalam keadaan bersih,

tidaktersumbat dengan benda apapun agar limbah cair yang kontak

denganudara luar diusahakan setipis mungkin.

Mist Eliminator (membran) beserta sekat-sekatnya dalam keadaan

bersihdan tidak tersumbat dengan lumut atau kotoran apapun, agar

kontak antar audara luar dengan limbah cair selalu terjaga.

2.3.3. Tahap Utama Pengolahan Limbah Cair Pulp

Setelah tahap persiapan yang dimulai dari primary Clarifier sampai ke Coolling

Tower maka tahapan selanjutnya adalah tahapan utama di bak aerasi (Deep Tank).

Pada unit ini penguraian secara biologi (Biological Reaction) berlangsung. Reaksi

berlangsung secara aerobik yaitu reaksi bisa terlaksana apabila ada oksigen di

Universitas Sumatera Utara


dalamnya dan tentunya mikroorganisme juga ada reaksi yang terjadi pada tahapan

ini adalah :

Mikroorganisme Aerobik + Organik Terurai + O2 + Nutrient CO2 + H2O +

NH3 + Mikroorganisme yang baru.

2.3.4. Tahap Penyempurnaan

Pada tahap ini disebut juga sebagai tahap pengendapan akhir dimana jumlah

lumpur aktif yang bercampur dengan limbah cair dalam instalasi pengolahan air

limbah yaitu berupa padatan tersuspensi yang keluar dari Deep Tank dialirkan ke

Secondary Clarifier melalui bak pembagi ( Spiliter Box ) agar aliran yang masuk

ke setiap Clarifier dapat diatur dengan merata.

Lumpur yang dihasilkan dalam instalasi pengolahan limbah cair PT.Toba

Pulp Lestari, Tbk terbagi atas 2, yaitu :

1. Lumpur Primary (Primary Sludge)

Merupakan lumpur yang dihasilkan dari pengendapan limbah cair oleh

Primary Clarifier. Lumpur ini didominasi oleh serat (fiber) sisa pengolahan

pulp.

2. Lumpur Biologi (Waste Activated Sludge)

Lumpur ini merupakan Lumpur aktif (activated sluge) yang harus dibuang

dari Secondary Clarifier, dimana kegunaannya untuk menjaga campuran

padatan organik yang tersuspensi untuk menjaga keseimbangan antara

makanan dan mikroorganisme. Karena pada prinsipnya mikroorganisme

Universitas Sumatera Utara


berkembangbiak setelah memakan organik terurai dalam limbah cair

sehingga mikroorganisme ini perlu dibuang.

Penampungan lumpur dilakukan dengan bantuan flocculent (polymer)

untuk membantu peningkatan dan pengendapan antara lumpur biologi dan lumpur

primari.

Kegunaan utama dari tahap penyempurnaan ini adalah untuk

memisahkan lumpur aktif dari limbah cair yang telah diolah sehingga limbah cair

yang dibuang ke badan sungai penerima diharapkan sejernih mungkin (Training

and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2003).

2.4. Pencemaran Air

Definisi pencemaran air menurut Surat Keputusan Menteri Negara Kependudukan

dan Lingkungan Hidup Nomor : KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan

Baku Mutu Lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,

energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh

kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke

tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi

lagi sesuai dengan peruntukkannya ( Achmad, 2004 ).

Apabila hasil pengujian limbah menujukkan data yang melanggar

peraturan, maka limbah tersebut harus diolah sebelum digunakan atau dibuang ke

lingkungan umum. Sebagai contoh pengolahan limbah cair dapat dilakukan di

instalasi pengolahan air limbah ( IPAL ), sehingga hasil air yang terolah dapat

Universitas Sumatera Utara


digunakan kembali dan apabila dibuang ke lingkungan umumpun tidak

membahayakan bagi kehidupan ( Sunu, 2001 ).

Pencemaran air dapat meyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau

punahnya populasi mikroorganisme perairan seperti benthos, perifiton dan

plankton. Dengan menurunya atau punahnya organisme tersebut maka sistem

ekologis perairan dapat terganggu system ekologis perairan ( ekosistem )

mempunyai kempuan untuk memurnikan kembali lingkungan yang telah tercemar

sejauh beban pencemaran masih berada dalam batas daya dukung lingkungan

yang bersangkutan. Apabila beban pencemaran melebihi daya dukung

lingkunganya maka kemampuan itu tidak dapat dipergunakan lagi.

Pencemaran air selain menyebabkan dampak lingkungan yang buruk,

seperti timbulnya bau, menurutnya keanekaragaman dan menggangu estetika juga

berdampak negative bagi kesehatan makhluk hidup, karena di dalam air yang

tercemar selain mengandung mikroorganisme patogen, juga mengandung banyak

komponen-komponen beracun ( Nugroho, 2006 )

Dampak pencemaran air dibagi ke dalam 3 (tiga) kelompok dampak,

yaitu:

Dampak terhadap kesehatan manusia

Berbagai penyakit dan iritasi dapat ditimbulkan oleh limbah cair

Dampak terhadap keseimbangan ekosistem air

Keseimbangan ekosistem air yang terdiri dari komposisi kimiawi fisika

air dapat dipengaruhi oleh limbah cair.Berubahnya keseimbangan

Universitas Sumatera Utara


ekosistem ini dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup air lebih

jauh.

Dampak terhadap pemanfaatan badan air

Berbagai manfaat badan air dalam menunjang sektor transportasi, sektor

pariwisata, sekor budidaya perikanan dan pertanian, dapat terganggu

akibat pencemaran limbah cair.

2.5. Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid = TSS)

Padatan yang terkandung di dalam limbah cair memiliki ukuran yang berbeda-

beda. Salah satunya adalah padatan tersuspensi yang merupakan padatan yang

dapat terlihat secara kasat mata. Hasil penyaringan dari TSS terdiri atas lumpur

dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan

tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi,2003).

Dalam metode analisa zat padat, pengertian padatan total adalah semua zat

- zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam bejana

tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Padatan total terdiri dari padatan

tersuspensi yang dapat bersifat organis dan anorganis pada padatan terlarut.

Padatan Tersuspensi atau suspended solid (SS) merupakan padatan yang

berukuran yang lebih besar dari 1,2 mikrometer (m) yang terkandung dalam

kolam limbah cair. Padatan tersuspensi = 250 mg/liter berarti dalam 1 liter limbah

cair terdapat 250 mg padatan tersuspensi. Besaran padatan tersuspensi diperoleh

dari pengukuran laboratorium dengan menggunakan metode gravimetri.

Universitas Sumatera Utara


2.5.1. Analisa Padatan Tersuspensi (TSS)

Analisa Padatan Tersuspensi (TSS) menggunakan metode gravimetri. Metode

Gravimetri merupakan metode penentuan suatu kandungan senyawa berdasarkan

beratnya setelah dipanaskan dalam suhu tertentu. Besaran padatan tersuspensi

menunjukkan banyaknya padatan organik (seperti bakteri) dan padatan anorganik

(seperti tanah liat). Padatan tersuspensi organik disebut juga sebagai padatan

tersuspensi dan terurai, sedangkan padatan tersuspensi anorganik disebut juga

padatan tersuspensi dan tak terurai. Besarnya padatan tersuspensi dapat digunakan

untuk memperkirakan banyaknya lumpur yang akan membebani suatu unit

pengendapan.

Besaran padatan tersuspensi diperoleh dari pengukuran laboratorium

dengan menggunakan metode gravimetri. Metode gravimetri merupakan metode

penentuan suatu kandungan senyawa berdasarkan beratnya setelah dipanaskan

dalam suhu tertentu (Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari,

Tbk 2000).

Analisa gravimetri, atau analisis kuantitatif berdasarkan bobot, adalah

proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawa tertentu dari

unsur suatu porsi zat yang sedang diselidiki, yang telah ditimbang. Pengendapan

merupakan metode yang mempunyai peranan penting dalam analisis gravimetri.

Bahan yang akan ditetapkan diendapkan dari suatu larutan dalam bentuk yang

begitu sedikit dapat larut, sehingga tak terjadi kehilangan yang berarti bila

endapan dipisahkan dengan menyaringnya dan ditimbang.

Universitas Sumatera Utara


Faktor-faktor yang menentukan dalam analisis gravimetri, adalah :

1. Endapan harus begitu tak dapat larut, sehingga tidak akan terjadi

kehilangan yang berarti, bila endapan yang dikumpulkan dengan

menyaringnya. Dalam praktek ini, biasanya bahwa jumlah zat itu, yang

tetap tinggal dalam larutan, tidak melampaui jumlah minimum yang

terdeteksi oleh neraca analitik biasa yaitu 0,1 mg.

2. Sifat fisika endapan harus sedemikian, sehingga endapan dapat dengan

mudah dipisahkan dari larutan dengan penyaringan, dan dapat dicuci

sampai bebas dari zat pengotor yang larut. Kondisi ini menuntut bahwa

partikelnya berukuran sedemikian, sehingga tidak lolos melalui medium

penyaring, dan bahwa ukuran partikel tidak terpengaruh (atau sedikitnya

atau berkurang oleh proses pencucian).

3. Endapan harus dapat diubah menjadi suatu zat yang murni dengan

komposisi kimia tertentu. Ini dapat dicapai dengan pemijaran, atau dengan

operasioperasi kimia yang sederhana, seperti penguapan bersama cairan

yang sesuai.

Selama ini dianggap bahwa senyawa yang memisahkan dari lautan

adalah larutan murni kimia, tetapi tidaklah selalu demikian halnya. Kemurnian

endapan bergantung antara lain pada zat-zat yang ada dalam larutan,baik

sebelum maupun sesetelah penambahan reagensia, dan juga pada kondisi

eksperimen pengendapan yang tepat. Masalah-masalah yang timbul dengan

endapan-endapan tertentu, meliputi koagulasi atau flokulasi suatu dispersi

koloid dari zat-zat yang berbutir halus, untuk memungkinnya disaring dan

untuk mencegah peptisai kembali darinya ketika endapan dicuci (Vogel, 1994).

Universitas Sumatera Utara


2.6 Sulfida (sebagai gas H2S)

Sulfida merupakan gas alam belerang. Pada air limbah sulfida merupakan hasil

pembusukan zat organik berupa hidrogen sulfida (H2S). hidrogen sulfida yang

diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk dari zat zat organik bersifat racun

terhadap ganggang dan mikroorganisme lainnya, tetapi sebaliknya hidrogen

sulfida dapat digunakan oleh bakteri fotosintetik sebagai donor

elektron/hidrogen untuk mereduksi karbondioksida (CO2). Hasil pembusukan

zat zat organik tersebut menimbulkan bau busuk yang tidak menyenangkan

pada lingkungan sekitarnya.

Dalam proses industri, keberadaan sulfida dalam bentuk hydrogen

sulfida sangat menganggu karena dapat menyebabkan kerusakan pada beton

beton dan juga menyebabkan berkaratnya logam logam (pipa penyaluran).

Penetapan sulfida bertujuan untuk menganalisa gas asam belerang dalam air

limbah yang terjadi dari proses penguraian zat zat organik (senyawa

belerang) penyebab timbulnya bau busuk pada perairan (Mahida, 1984).

Hidrogen sulfida dihasilkan juga sebagai hasil reduksi dengan kondisi

anaerob terhadap sulfat oleh mikroorganisme dan sebagai salah satu bahan

pencemar gas yang dikeluarkan. Ion sulfida mempunyai affinitas yang

menakjubkan dengan logam logam berat berat, dan pengendapan dari logam

logam sulfida sering menyertai terbentuknya H2S (Achmad, 2004).

Universitas Sumatera Utara


2.6.1. Analisa Sulfida

Analisa Sulfida (S2) menggunakan metode Spektrofotometri Warna adalah

salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisi spektrokimia,

spectrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia dan

menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik. Karena tiap spesies kimia

mempunyai tingkat energy radiasi yang berbeda, maka transisi perubahan

energinya juga berbeda. Berarti suatu spectrum yang diperoleh dengan memplot

beberapa fungsi terhadap frekuensi radiasi elektromagnetik adalah khas untuk

spesies kimia tertentu dan berguna untuk identifikasi.

Pada analisis spektrokimia, frekuensi dari 10 10.000 Hz, misalkan

gelombang audio sampai 1022 Hz. Dimana perubahan energi disebabkan oleh

transisi rotasi, vibrasi, elektronik dan inti. Dasar analisis spektroskopi adalah

interaksi radiasi dengan spesies kimia. Selama analisis spektrokimia, perlu sekali

digunakan cahaya dari suatu panjang gelombang, yaitu radiasi monokromatis

(Khopkar, 2003).

Spektrofototometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari

spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur

intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektofotometer

digunakan untuk mengukur energi sacara relatif jika energi tersebut

ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang

gelombang. pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar benar

terseleksi dapat diperolehdengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma.

Universitas Sumatera Utara


Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,

monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat

untuk mengukur perbedaan abrorpsi antara sampel dan blangko ataupun

pembanding ( Khopkar, 2003 ).

2.6.2. Gangguan Analisa Spektrofotometri

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang akurat didalam analisa

spektrofotometri maka kita harus menghilangkan beberapa gangguan yang

mungkin disebabkan oleh sampel adalah:

a. Sianida, nitrit, dan polifosfat yang dapat mengganggu reaksi dalam

pengukuran tersebut dinetralkan melalui pendidihan sampel.

b. Kram dan seng (kalau konsentrasinya 10 kali konsentrasi besi, kobalt

dan tembaga kalau > 5 mg/l) dan nikel (kalau > 2 mg/l) yang biasanya

dapat ditemui pada air limbah dan dapat dihilangkan dengan

penambahan hidroksilamin

c. Bismut, Cadmium, air raksa dan perak dapat pula mengendapkan

fenantrolin, dalam masalah ini maka konsentrasi fenantrolin harus

dinaikkan

d. Warna dan zat organic (kalau > 20 mg/l) juga mengganggu. Cara

menghilangkannya yaitu sampel harus diuapkan dengan hati hati

dalam oven (5500), kemudian didinginkan dan dilarutkan kembali

dengan HNO3 (p)

e. Kekeruhan lebih tinggi dari 5 NTU dapat mempersulit pembacaan pada

alat spektrofotometri.

Universitas Sumatera Utara


Gangguan gangguan lain yang terjadi pada saat pengukuran juga dapat

mengganggu hasil analisa adalah:

a. Sidik jari, kotoran padat yang melekat kuat pada sel yang digunakan,

sehingga dapat menyerap radiasi dari sinar yang dihasilkan

b. Penempatan sel dalam sinar harus ditiru kembali

c. Gelembung gas tidak boleh ada didalam lintasan optic, karena dapat

mengganggu pada saat pembacaan hasil

d. Panjang gelombang, ketidakstabilan pada sirkuit harus diteliti dan

diperbaiki (Underwood, 1980)

Universitas Sumatera Utara


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pulp.

Perusahaan ini menggunakan bahan baku kayu eucalyptus. Didalam proses

pengolahaannya, perusahaan ini juga menghasilkan limbah yang dapat mencemari

lingkungan jika dibuang begitu saja tanpa pengolahan terlebih dahulu. Oleh

karena itu untuk mengurangi beban pencemaran lingkungan setempat, perusahaan

ini dituntut untuk mengolah limbahnya sebelum limbah tersebut dialirkan ke

sungai ( Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2002 ).

Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat

tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi.

Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan

berbahaya dikenal dengan limbah B3 ( bahan beracun dan berbahaya ), yang

dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi

untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya.

Sebagai limbah, B3 kehadirannya cukup mengkhawatirkan, terutama yang

bersumber dari pabrik / industri, dimana B3 banyak digunakan sebagai bahan

baku maupun bahan penolong industri. Sifat beracun dan berbahaya dari limbah

ditunjukkan oleh sifat fisik dan sifat kimia bahan itu baik dari segi kuantitas

maupun kualitasnya. Beberapa kriteria berbahaya dan beracun telah ditetapkan,

Universitas Sumatera Utara


antara lain mudah terbakar, mudah meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator

dan reduktor yang kuat, mudah membusuk dan lain lain.

Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat

berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia dan

kehidupannya lainnya, sehingga perlu ditetapkan batas batas yang

diperkenankan dalam lingkungan untuk waktu tertentu. Adanya batasan /

konsentrasi dan kuantitas B3 pada suatu ruang dan waku tertentu dikenal dengan

istilah ambang batas, yang mengandung makna bahwa dalam kuantitas tersebut

masih dapat ditoleransi oleh lingkungan, sehingga tidak membahayakan

lingkungan atau pemakai. Karena itu untuk setiap jenis B3 telah ditetapkan nilai

ambang batasnya (Kristanto, 2004).

Bahan bahan tersuspensi yang terdapat pada perairan alami tidak bersifat

toksik, akan tetapi jika berlebihan, dapat meningkatkan nilai kekeruhan; yang

selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolam air dan

akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesis (Effendi, 2003).

Sulfida (gas H2S) merupakan gas yang sangat beracun dan berbau busuk

,sehingga kehadirannya dalam air akan mempengaruhi terhadap air. Di dalam

jumlah besar dapat memperbesar keasamaan air sehingga dapat menyebabkan

korosifitas (Sutrisno, 1987).

Tingkat bahaya keracunan yang disebabkan oleh limbah tergantung pada

jenis dan karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Dimana dalam jangka waktu yang singkat tidak akan memberikan pengaruh yang

berarti, namun dalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap

lingkungan oleh karena itu pencegahan dan penanggulangannya haruslah

Universitas Sumatera Utara


memperhitungkan dampak dampaknya dalam jangka waktu yang panjang

(Kristanto, 2004).

Pengolahan awal limbah cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dimulai dengan

bercampurnya semua influent dari sumber sumbernya melalui junction box dari

Inlet Primary Clarifier. Pada padatan ini sebelum limbah cair baku ( influent )

masuk ke bak penjernih pertama ( Primary Clarifier ).

Tahap penyempurnaan merupakan tahap pengendapan akhir dimana

jumlah lumpur aktif yang bercampur dengan limbah cair dalam instalasi

pengolahan air limbah yaitu berupa padatan tersuspensi yang keluar dari Deep

Tank dialirkan ke Secondary Clarifier melalui bak pembagi ( Spiliter Box ) agar

aliran yang masuk ke setiap Clarifier dapat diatur dengan merata (Training and

Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, 2003)..

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 tentang

Baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri dengan program penataan

lingkungan yang dilakukan upaya pengelolaan sumber daya air dalam rangka

pengendalian dampak lingkungan (Effendi, 2003).

Adapun parameter - parameter air limbah pulp yang diujikan seperti BOD

( Biochemical Oxygen Demand ), KOK ( Kebutuhan Oksigen Kimia ), TSS (

Total padatan tersuspensi ), pH dan Amoniak bebas ( NH3-N).

Dari beberapa parameter diatas maka penulis hanya membahas parameter

TSS ( Total padatan tersuspensi ) dan Sulfida ( S2- ) yang terdapat pada air limbah

pabrik pulp. Serta untuk mengetahui apakah limbah cair tersebut telah memenuhi

baku mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan Penentuan Kadar

Total Padatan Tersuspensi ( TSS ) dan Sulfida ( S2- ) dari Air Limbah Inlet

dan Outlet PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. Porsea

1.2. Permasalahan

1. Berapakah kadar limbah cair Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Sulfida

(S2-) pada inlet dan outlet di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk?

2. Apakah kadar limbah cair Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Sulfida (S2-)

sesuai dengan baku mutu limbah industri yang ditetapkan oleh Menteri

Lingkungan Hidup?

1.3. Tujuan

1. Untuk menentukan kadar Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Sulfida (S2-)

pada inlet dan outlet di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk

2. Untuk membandingkan nilai kualitas limbah cair dengan baku mutu limbah

industri yang telah ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memantau kualitas

air pada pembuangan limbah industri dan memberikan informasi kepada

perusahaan tentang berapa besar kadar pencemar pada limbah cair yang telah di

analisa oleh Laboratorium environment PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sehingga

mutu limbah cair yang dibuang kedalam lingkungan tidak melampaui baku mutu

limbah cair yang telah ditetapkan Menteri Lingkungan Hidup.

Universitas Sumatera Utara


PENENTUAN KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DAN
SULFIDA (S2-) DARI AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET
PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk
PORSEA

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar TSS (Total PadatanTersuspensi) dan Sulfida (S2-)
dalam air limbah cair inlet dan outlet pabrik pulp di laboratorium PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk. Pemeriksaan kadar TSS (Total Padatan Tersuspensi) dilakukan
dengan metode gravimetri yaitu dengan penyaringan, pengeringan, dan
penimbangan sampai pada berat konstan. Pemeriksaan kadar Sulfida dilakukan
dengan metode Spektrofotometer. Dimana panjang gelombang untuk Sulfida 665
nm. Analisa terhadap limbah cair berdasarkan atas parameter parameter baku
mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Total Padatan Tersuspensi di
inlet primary clarifier pada sampel 1 = 198 mg/l, sampel 2 = 62 mg/l dan sampel
3 = 92 mg/l. Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 44 mg/l, sampel 2 = 45
mg/l dan sampel 3 = 46 mg/l. Kadar sulfida di inlet primary clarifier pada sampel
1 = 0,0054 mg/l, sampel 2 = 0,0030 mg/l dan sampel 3 = 0,0023 mg/l. . Di outlet
secondary clarifier pada sampel 1 = 0,0015 mg/l, sampel 2 = 0,0013 mg/l dan
sampel 3 = 0,0009 mg/l.
Apabila dibandingkan kadar parameter limbah hasil analisa dengan parameter
baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, maka air
limbah yang di analisa masih berada di bawah kadar mutu limbah cair tersebut.

Kata kunci : Padatan Tersuspensi, Sulfida, Air Limbah, Gravimetri,


spektrofotometer

Universitas Sumatera Utara


DETERMINATION OF TOTAL CONCENTRATION SUSPENDED
SOLIDS (TSS) And SULFIDE (S 2-) FROM WASTE WATER INLET AND
OUTLET PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk
Porsea

ABSTRACT

Has Analyzed levels of TSS (Total Suspended Solids) and sulfide (S 2-) in the
laboratory pulp mill effluent PT. Toba Pulp Lestari Tbk. The level of TSS (Total
Suspended Solids) performed by gravimetric method is by filtration, drying and
weighing until constant weight. Sulfide content inspection was conducted using a
spectrophotometer. Wherein the wavelength of 665 nm sulphide. Analysis of the
effluent based on the parameters - parameters of effluent standards set by the
Minister of Environment.
From The results of the analysis obtained by the levels of total suspended solids in
the sample 1 = 44 mg / l, sample 2 = 45 mg / l and sample 3 = 46 mg / l. Sulfide
levels in the samples 1 = 0.0054 mg / l, sample 2 = 0.0030 mg / l and sample 3 =
0.0023 mg /l.
When Compared to the parameters of the analysis results by parameter waste
effluent standards set by the Ministry of Environment, the waste water in the
analysis is still below the levels of effluent quality.

Keywords : Suspended Solids, Sulfide, Waste water, Gravimetric,


Spectrophotometers

Universitas Sumatera Utara


PENENTUAN KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DAN
SULFIDA (S2-) DARI AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET
PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk
PORSEA

KARYA ILMIAH

TRI JULI YANTI SIGALINGGING


132401112

PROGRAM STUDI D3 KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016

Universitas Sumatera Utara


PENENTUAN KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DAN
SULFIDA (S2-) DARI AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET
PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk
PORSEA

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar


AhliMadya

TRI JULI YANTI SIGALINGGING


132401112

PROGRAM STUDI D3 KIMIA


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DAN


SULFIDA (S2-) DARI AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET
PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk
PORSEA

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri,
kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing
disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2016

TRI JULI YANTI SIGALINGGING


132401112

Universitas Sumatera Utara


PERSETUJUAN

Judul : Penentuan kadar total padatan tersuspensi ( TSS )


dan sulfida ( S2- ) dari air limbah inlet dan outlet
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Porsea
Kategori : Karya Ilmiah
Nama : Tri Juli Yanti Sigalingging

NomorIndukMahasiswa : 132401112
Program Studi : Diploma III Kimia
Departemen : Kimia
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM ( FMIPA ) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA

Disetujui di
Medan, Juli 2016

Diketahui / Disetujui oleh


Ketua Prodi D3 Kimia

Ketua. Pembimbing

Dra Emma Zaidar, M.Si Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si


NIP.19550918 198701 2 001 NIP. 19740405 199903 2 001

Departemen Kimia FMIPA USU

Dr.Rumondang Bulan, MS
NIP.19540830 195803 2 001

Universitas Sumatera Utara


PENGHARGAAN

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah,
rahmat dan karunia Nya penulis dapat meyelesaikan karya ilmiah ini.Adapun
karya ilmiah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan pendidikan Diploma 3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan AlamUniversitas Sumatera Utara. Selama penulisan tugas akhir ini,
penulis juga banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr.Rumondang Bulan Nasution,MS selaku Ketua Departemen Kimia


FMIPA USU.
2. Ibu Dr. Emma Zaidar Nasution,M.Si selaku Ketua Jurusan / Program Studi
Diploma -III KimiaFMIPA USU
3. Ibu Dr. Cut Fatimah ZuhraS,Si, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
4. Orang tua penulis Bapak () M. Sigalingging dan Ibu () T. Br Pasaribu
yang telah memberikan kasih sayangnya dan semangat serta bang penulis
Halasson Sigalingging danHamonangan Sigalingging dan Kakak penulis
Rawati Br Galingging S.Pd dan Tiorina Br Galingging S.PdK yang
membantu memberi semangat dan motivasi dalam meyelesaikan tugas
akhir.
5. Pimpinan, StafdanKaryawan PT. Toba Pulp Lestari, TbkPorsea yang
telahmemberikanbimbingan, arahan,
dantempatuntukmelaksanakanpraktekkerjalapangan.
6. Untuksemuateman temanseperjuangan IMADIKA 2013, kakakdanabang
alumni Kimia Analisdan Kimia Industrisertaadik adik junior IMADIKA
2014 dan 2015yang
telahmemberikandukungandanmasukankepadapenulisdalammenyelesaikan
karyailmiahini.

Universitas Sumatera Utara


7. Untuk partner praktekkerjalapanganpenulisyaitu Ida ErpinaDamanik,
SentianaSilaban, Rini Marini Sihite,
RaraSujiSeptiaHasibuandanRizkyRudianto yang
telahmemberikanbantuandanmasukankepadapenulisselamamenyelesaikan
PraktekKerjaLapangan
8. Untuksahabat sahabatpenulisAgustinaPakpahan, YolandaPandiangan,
JuliSimamora, SarahHutabarat, Danu Pratama yang
tidakbisadisebutkansatupersatu yang
telahbanyakmemberikanbantuandanmasukankepadapenulisdalammenyeles
aikankaryailmiahini.

Penulis menyadari KaryaIlmiah ini masih jauh dari kesempurnaan,baik


dalam penyajian maupun tata bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan bersama.Penulis berharap
semogaTugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.

Medan, Juli 2016

Penulis,

Tri JuliYantiSigalingging

Universitas Sumatera Utara


PENENTUAN KADAR TOTAL PADATAN TERSUSPENSI (TSS) DAN
SULFIDA (S2-) DARI AIR LIMBAH INLET DAN OUTLET
PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk
PORSEA

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa kadar TSS (Total PadatanTersuspensi) dan Sulfida (S2-)
dalam air limbah cair inlet dan outlet pabrik pulp di laboratorium PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk. Pemeriksaan kadar TSS (Total Padatan Tersuspensi) dilakukan
dengan metode gravimetri yaitu dengan penyaringan, pengeringan, dan
penimbangan sampai pada berat konstan. Pemeriksaan kadar Sulfida dilakukan
dengan metode Spektrofotometer. Dimana panjang gelombang untuk Sulfida 665
nm. Analisa terhadap limbah cair berdasarkan atas parameter parameter baku
mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Total Padatan Tersuspensi di
inlet primary clarifier pada sampel 1 = 198 mg/l, sampel 2 = 62 mg/l dan sampel
3 = 92 mg/l. Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 44 mg/l, sampel 2 = 45
mg/l dan sampel 3 = 46 mg/l. Kadar sulfida di inlet primary clarifier pada sampel
1 = 0,0054 mg/l, sampel 2 = 0,0030 mg/l dan sampel 3 = 0,0023 mg/l. . Di outlet
secondary clarifier pada sampel 1 = 0,0015 mg/l, sampel 2 = 0,0013 mg/l dan
sampel 3 = 0,0009 mg/l.
Apabila dibandingkan kadar parameter limbah hasil analisa dengan parameter
baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, maka air
limbah yang di analisa masih berada di bawah kadar mutu limbah cair tersebut.

Kata kunci : Padatan Tersuspensi, Sulfida, Air Limbah, Gravimetri,


spektrofotometer

Universitas Sumatera Utara


DETERMINATION OF TOTAL CONCENTRATION SUSPENDED
SOLIDS (TSS) And SULFIDE (S 2-) FROM WASTE WATER INLET AND
OUTLET PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk
Porsea

ABSTRACT

Has Analyzed levels of TSS (Total Suspended Solids) and sulfide (S 2-) in the
laboratory pulp mill effluent PT. Toba Pulp Lestari Tbk. The level of TSS (Total
Suspended Solids) performed by gravimetric method is by filtration, drying and
weighing until constant weight. Sulfide content inspection was conducted using a
spectrophotometer. Wherein the wavelength of 665 nm sulphide. Analysis of the
effluent based on the parameters - parameters of effluent standards set by the
Minister of Environment.
From The results of the analysis obtained by the levels of total suspended solids in
the sample 1 = 44 mg / l, sample 2 = 45 mg / l and sample 3 = 46 mg / l. Sulfide
levels in the samples 1 = 0.0054 mg / l, sample 2 = 0.0030 mg / l and sample 3 =
0.0023 mg /l.
When Compared to the parameters of the analysis results by parameter waste
effluent standards set by the Ministry of Environment, the waste water in the
analysis is still below the levels of effluent quality.

Keywords : Suspended Solids, Sulfide, Waste water, Gravimetric,


Spectrophotometers

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Tinjauan Umum 5
2.2. Limbah Cair 7
2.2.1 Sifat Fisik 9
2.2.2. Sifat Kimia 11
2.2.3. Sifat Biologi 15
2.3. Pengolahan Limbah Cair Pulp 15
2.3.1. Pengolahan Awal Limbah Cair Pulp 16
2.3.2. Sistem Pendingin Limbah Cair Pulp 17
2.3.3. Tahap Utama Pengolahan Limbah Cair Pulp 17
2.3.4. Tahap Penyempurnaan 18
2.4. Pencemaran Air 19
2.5. Padatan Tersuspensi 21
2.5.1. Analisa Padatan Tersuspensi (TSS) 22
2.6. Sulfida 24
2.6.1.Analisa Sulfida 25
2.6.3. Gangguan Analisa Spektrofotometri 26

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat 28
3.2 Bahan 29
3.3.Teknik Pengambilan Sampel 29
3.3. Prosedur Analisa 29

Universitas Sumatera Utara


3.3.1. Penentuan Total Padatan Tersuspensi (TSS) 29
3.3.2. Penentuan Sulfida (S2-) 30

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Data 31
4.2. Perhitungan Kadar Total Padatan Tersuspensi 32
4.3. Pembahasan 34

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan 37
5.2 Saran 37

Daftar Pustaka 38
Lampiran

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman


4.1 Data Analisa Total Padatan Tersuspensi (TSS) Pada Inlet 31
4.2 Data Analisa Total Padatan Tersuspensi (TSS) Pada outlet 31
4.3 Data Analisa Sulfida (S2) pada Inlet 31
4.4 Data Analisa Sulfida (S2) pada Outlet 32

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Halaman


01 Baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri 37

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai