Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta: Kanisius.
Training and Development Center PT.Toba Pulp Lestari, Tbk. 2002. Handbook
Effluent.
Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2003. Buku
Panduan Pelatihan Operator Profesional Muda IPAL.
Vogel. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa Kuantitatif Anorganik. Edisi
Keempat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran,EGC.
3.1 Alat
Oven Tempra
- Desikator
- Filtering funnel
- Pompa vakum
- Corong bouchner
- Penjepit
- Bola karet
- Kuvet 25 ml HACH
- pH meter Hanna
- Turbidimeter Kawaguchi
- Air Demineralisasi
- Sulfide 1
- Sulfide 2
Sampel diambil di tempat tempat yang telah ditentukan (inlet dan outlet) dan
funnel tersebut
menit
- Maka :
5000U kemudian ditekan tombol zero sehingga muncul angka nol (0 ppm)
di layar monitor
- Diukur konsentrasi (ppm) sampel air limbah yang telah ditambahkan Sulfide
Hasil analisa kadar TSS (Total padatan Teruspensi) dan Sulfida (S2-) pada
Tabel 4.1. Data Analisa Total Padatan Tersuspensi (TSS) pada Inlet
Sampel A B C TSS
(mg) (mg) (mg) (mg/L)
Sampel 1 1.0120 1.0316 200 198
Sampel 2 1.0076 1.0217 200 62
Sampel 3 1.0093 1.0277 200 92
Sampel A B C TSS
(mg) (mg) (mg) (mg/L)
Sampel 1 1,0122 1,0210 200 44
Sampel 2 1,0003 1,0093 200 45
Sampel 3 1,0075 1,0167 200 46
Keterangan :
C = Volume sampel
4.2. Perhitungan
TSS( mg /l)=
Dimana :
A = Berat kertas saring sebelum difilter / berat awal (mg)
B = Berat kertas saring setelah difilter (mg)
C = Volume sampel (ml)
Sampel 1
, 99 ,
TSS ( mg/l ) = x 106
= 198 mg/l
, ,
TSS ( mg/l ) = x 106
= 62 mg/l
Sampel 3
, , 9
TSS ( mg/l ) = x 106
= 92 mg/l
Sampel 1
, ,
TSS ( mg/l ) = x106
= 44 mg/l
Sampel 2
, 9 ,
TSS ( mg/l ) = x 106
= 45 mg/l
Sampel 3
, ,
TSS ( mg/l ) = x 106
= 46 mg/l
Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Total Padatan Tersuspensi di
inlet primary clarifier pada sampel 1 = 198 mg/l, sampel 2 = 62 mg/l dan sampel
Pada outlet secondary clarifier diperoleh hasil TSS yang lebih kecil
padatan tersuspensi pada limbah cair telah memenuhi baku mutu limbah cair
maksimum yang diperoleh untuk Total Padatan Tersuspensi adalah 200 mg/L.
Nilai TSS ( berupa limbah cair ) tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan ,
penetrasi cahaya matahari ke kolam air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses
Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh Kadar sulfida di inlet primary
clarifier pada sampel 1 = 0,0054 mg/l, sampel 2 = 0,0030 mg/l dan sampel 3 =
0,0023 mg/l. . Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 0,0015 mg/l, sampel
Pada analisa sulfida diperoleh besarnya kadar sulfida telah memenuhi baku
kadar maksimum yang diperoleh untuk Sulfida adalah 0,05 mg/l. Apabila suatu
sumber air telah terkontaminasi adanya sulfida sebagai gas H2S, maka warna
merah muda akan terbentuk yang kemudian akan berubah menjadi biru. Selain itu
ciri ciri yang telah terkontaminasi adanya gas H2S adalah air tersebut
mempunyai bau busuk yang pekat dan warna air tersebut akan menjadi keruh
kehitaman.
peraturan, maka limbah tersebut harus diolah sebelum digunakan atau dibuang ke
pengolahan air limbah ( IPAL ), sehingga hasil air yang terolah dapat digunakan
kehidupan.
air limbah yang masuk (inlet). Air limbah yang sedang menjalani proses, dan air
limbah yang keluar (outlet). Apabila terjadi hal hal yang tidak biasa pada air
buangan dari salah satu plant, maka air limbah akan ditampung di kolam /
5.1. Kesimpulan
1. Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Total Padatan Tersuspensi di
inlet primary clarifier pada sampel 1 = 198 mg/l, sampel 2 = 62 mg/l dan sampel
3 = 92 mg/l. Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 44 mg/l, sampel 2 = 45
mg/l dan sampel 3 = 46 mg/l. Kadar sulfida di inlet primary clarifier pada sampel
1 = 0,0054 mg/l, sampel 2 = 0,0030 mg/l dan sampel 3 = 0,0023 mg/l. . Di outlet
secondary clarifier pada sampel 1 = 0,0015 mg/l, sampel 2 = 0,0013 mg/l dan
sampel 3 = 0,0009 mg/l.
2. Dari hasil analisa diatas diketahui bahwa kadar Total Padatan Tersuspensi
(TSS) dan Sulfida (S2) yang diperoleh masih memenuhi baku mutu limbah yang
ditetapkan pemerintah melalui keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Kep.51/MENLH/10/1995.
5.2 Saran
Limbah cair yang dihasilkan dari seluruh kegiatan proses produksi diharapkan
dilakukannya pengolahan limbah cair semaksimal mungkin sebelum dibuang ke
sungai pembuangan , agar tidak mencemari lingkungan serta tidak merugikan
masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air
harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta
makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus
daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air ( Effendi, 2003).
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya meliputi
kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat
dan kualitas air untuk keperluan domestik ynag semakin menurun. Kegiatan
industri, domestik dan kegiatan lain yang berdampak negatif terhadap sumber
daya air antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi dapat
bergantung pada sumber air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan
permukaan tanah dan air laut tidak termasuk dalam pengertian ini
2. Kualitas air, yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau
3. Pencemar air, yaitu masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga
4. Baku mutu air, yaitu batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau
komponen lain yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemaran yang
peruntukkannya
5. Baku mutu limbah cair, yaitu batas kadar jumlah unsur pencemar yang
7. Daya tampung beban pencemaran, yaitu kemampuan air dalam sumber air
sesuai peruntukkannya
pemulihan.
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
dan peternakan
2003).
Limbah cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan dan bahan bahan
pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi
yang terbuang dari sumber domestik, sumber industri, dan pada saat tertentu
tercampur dengan air tanah, air permukaan, atau air hujan (Soeparman, 2001).
air dalam sistem prosesnya. Di samping itu bahan baku mengandung air sehingga
dalam proses pengolahannya air harus dibuang. Air terikut dalam proses
Adanya benda benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat
pencemaran air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi,
maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda (Kristanto,2004).
Air dari pabrik membawa sejumlah padatan dan partikel baik yang larut
maupun mengendap. Bahan ini ada yang kasar dan halus. Air yangmengandung
senyawa kimia beracun dan berbahaya mempunyai sifat tersendiri. Air limbah
yang telah tercemar memberikan ciri yang dapat diidentifikasi secara visual dapat
diketahui dari kekeruhan, warna air, rasa, bau yang ditimbulkan. Sedangkan
identifikasi secara laboratorium, ditandai dengan perubahan sifat kimia air dimana
air telah mengandung bahan kima beracun dan berbahaya dalam konsentrasi yang
industri pulp dan rayon, minyak kelapa sawit,minyak goreng, kertas, tepung
tapioka dan tekstil. Dimana jumlah limbah yang dikeluarkan masing masing
industri ini tergantung pada banyaknya produksi yang dihasilkan serta jenis
karakteristik fisika, kimia dan biologis. Studi karakteristik limbah perlu dilakukan
agar dapat dipahami sifat sifat tersebut serta konsentrasinya dan sejauh mana
diketahui yaitu :
Sifat fisik
Sifat kimia
Sifat biologis
Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah yaitu; padatan,
a. Padatan
larut.mengendap maupun suspensi. Bahan ini akan mengendap pada dasar air
Akibat lain dari padatan ini menimbulkan tumbuhnya tanaman air tertentu
dan dapat menjadi racun bagi makhluk lain. Banyak padatan menunjukkan
b. Kekeruhan
pengaruh padatan terlarut atau partikel yang melayang dalam air namun
penyerapan cahaya ini dipengaruhi juga bentuk dan ukurannya. Kekeruhan ini
terjadi karena adanya bahan yang terapung dan terurainya zat tertentu seperti
bahan organic, jasad renik, lumpur tanah liat dan benda lain yang melayang
c. Bau
organik menghasilkan gas tertentu. Di samping itu, bau juga timbul karena
dihasilkan limbah tergantung pada jenis dan banyak gas yang ditimbulkan.
d. Temperatur
dan gas dalam air. Pembusukkan terjadi pada suhu yang tinggi dan tingkatan
Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik dan
kemampuan tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat
hantar listrik ini umtuk melihat keseimbangan kimiawi dalam air dan
Warna ditimbulkan akibat suatu bahan terlarut atau tersuspensi dalam air, di
logam berat. Bau disebabkan karena adanya campuran dari nitrogen, fospor,
protein, sulfur, amoniak, hydrogen sulfida, karbon sulfida dan zat organik
lain. Kecuali bau yang disebabkan bahan beracun, jarang merusak kesehatan
Kandungan bahan kimia yang ada dalam air limbah dapat merugikan lingkungan
melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen dalam
limbah serta akan menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada penyediaan
air bersih. Akan lebih berbahaya apabila bahan tersebut merupakan bahan yang
beracun. Adapun bahan kimia yang penting yang ada di dalam air limbah pada
a. Keasaman Air
dalam air.Air buangan yang mempunyai pH tinggi atau rendah menjadikan air
Air yang mempunyai pH rendah membuat air menjadi korosif terhadap bahan
Buangan asam berasal dari bahan kimia yang bersifat asam misalnya buangan
b. Alkalinitas
garam hidroksida, kalium, magnesium dan natrium dalam air. Semakin tinggi
Besi dan mangan yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak
d. Phosphat
Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat
terjadi secara proses alamiah. Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesa. Ion
sulfat oleh bakteri direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan
bentuk H2S bersifat racun dan berbau busuk. Pada proses digester lumpur gas
H2S yang bercampur dengan metan CH4 dan CO2 akan bersifat korosif. H2S
akan menghitamkan air dan lumpur yang bila terikat dengan senyawa besi
membentuk Fe2S.
f. Nitrogen
Nitrogen dalam air limbah pada umumnya terdapat dalam bentuk organik dan
waktu tertentu bakteri dapat mengoksidasi amoniak menjadi nirit dan nitrat.
Nitrat dapat digunakan oleh algae dan tumbuh tumbuhan lain untuk
merupakan hasil reaksi dan menjadi amoniak atau dioksidasi menjadi nitrit.
cadmium, air raksa, timah, besi dan nikel. Metal lain yang termasuk metal
Fenol dengan konsentrasi 0.005/liter dalam air minum menciptakan rasa dan
kebutuhan oksigen yang terlarut dalam air buangan yang dipergunakan untuk
tertentu. Pada umumnya proses penguraian terjadi secara baik yaitu pada
temperatur 200C dalam waktu 5 hari dengan satuan dinyatakan dalam mg/l.
unsur karbon (C), hydrogen (H) dsn oksigen (O).Lemak sukar diuraikan
bakteri tapi dapat dihidrolisa oleh alkali sehingga membentuk senyawa sabun
yang mudah larut.adanya minyak dan lemak di atas permukaan air merintangi
Karbohidrat dalam air buangan diperoleh dalam bentuk sellulosa dan kanji
yang terdiri dari senyawa karbon, hidrogen dan oksigen baik larut dalam air
Timbulnya dalam air buangan adalah karena adanya senyawa organik yang
larut dalam air.Zat aktif (surfaktan) sangat sukar berurai oleh aktivitas
zat warna yang mengandung logam berat, seperti; chrom atau tembaga
(Gintings, P. 1992 ).
Pemeriksaan biologis di dalam air dan air limbah untuk memisahkan apakah
adanya bakteri bakteri patogen berada dalam air limbah. Keterangan biologis
ini diperlukan untuk mengukur kualitas air terutama bagi air yang dipergunakan
sebagai air minum serta untuk menaksir tingkat kekotoran air limbah sebelum
Perlakuan awal limbah pada umumnya adalah pemisahan padatan yang berukuran
besar dan serpihan namun demikian padatan yang tersuspensi yang terdapat pada
Pengolahan awal limbah cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dimulai dengan
bercampurnya semua influent dari sumber sumbernya melalui junction box dari
Inlet Primary Clarifier. Pada padatan ini sebelum limbah cair baku ( influent )
influent ini masuk melalui bak pembagi (spliter box) untuk menyamakan aliran
influent dari padatan tersuspensinya (Total Supended Solid = TSS) karena TSS
yang terkandung dalam influent tidak dapat diolah oleh mikroorganisme pada
dalam influent yang lebih besar dari massa jenis limbah cair akan mengendap
secara gravitasi dengan adanya waktu tinggal (retention time) dalam Primary
Clarifier tersebut. Selanjutnya influent yang jernih meluap melalui pelimpah celah
ukur (weir) dan menuju ke menara pendingin (Cooling Tower). Padatan yang
lanjut.
Sistem pendingin limber cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah dengan
menjaga suhu yang sesuai dengan mikroorganisme untuk mengolah limbah cair
dalam bak aerasi sehingga penguraian limbah cair akan berlangsung dengan baik.
1. Temperatur limbah cair yang keluar dari unit ini dijaga dibawah 380C,
karena temperatur limbah cair yang baik bagi mikroorganisme berada pada
kisaran 33-370C
Setelah tahap persiapan yang dimulai dari primary Clarifier sampai ke Coolling
Tower maka tahapan selanjutnya adalah tahapan utama di bak aerasi (Deep Tank).
Pada unit ini penguraian secara biologi (Biological Reaction) berlangsung. Reaksi
berlangsung secara aerobik yaitu reaksi bisa terlaksana apabila ada oksigen di
ini adalah :
Pada tahap ini disebut juga sebagai tahap pengendapan akhir dimana jumlah
lumpur aktif yang bercampur dengan limbah cair dalam instalasi pengolahan air
limbah yaitu berupa padatan tersuspensi yang keluar dari Deep Tank dialirkan ke
Secondary Clarifier melalui bak pembagi ( Spiliter Box ) agar aliran yang masuk
Primary Clarifier. Lumpur ini didominasi oleh serat (fiber) sisa pengolahan
pulp.
Lumpur ini merupakan Lumpur aktif (activated sluge) yang harus dibuang
untuk membantu peningkatan dan pengendapan antara lumpur biologi dan lumpur
primari.
memisahkan lumpur aktif dari limbah cair yang telah diolah sehingga limbah cair
Baku Mutu Lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh
kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi
peraturan, maka limbah tersebut harus diolah sebelum digunakan atau dibuang ke
instalasi pengolahan air limbah ( IPAL ), sehingga hasil air yang terolah dapat
sejauh beban pencemaran masih berada dalam batas daya dukung lingkungan
berdampak negative bagi kesehatan makhluk hidup, karena di dalam air yang
yaitu:
jauh.
Padatan yang terkandung di dalam limbah cair memiliki ukuran yang berbeda-
beda. Salah satunya adalah padatan tersuspensi yang merupakan padatan yang
dapat terlihat secara kasat mata. Hasil penyaringan dari TSS terdiri atas lumpur
dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan
Dalam metode analisa zat padat, pengertian padatan total adalah semua zat
- zat yang tersisa sebagai residu dalam suatu bejana, bila sampel air dalam bejana
tersebut dikeringkan pada suhu tertentu. Padatan total terdiri dari padatan
tersuspensi yang dapat bersifat organis dan anorganis pada padatan terlarut.
berukuran yang lebih besar dari 1,2 mikrometer (m) yang terkandung dalam
kolam limbah cair. Padatan tersuspensi = 250 mg/liter berarti dalam 1 liter limbah
(seperti tanah liat). Padatan tersuspensi organik disebut juga sebagai padatan
padatan tersuspensi dan tak terurai. Besarnya padatan tersuspensi dapat digunakan
pengendapan.
dalam suhu tertentu (Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk 2000).
proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawa tertentu dari
unsur suatu porsi zat yang sedang diselidiki, yang telah ditimbang. Pengendapan
Bahan yang akan ditetapkan diendapkan dari suatu larutan dalam bentuk yang
begitu sedikit dapat larut, sehingga tak terjadi kehilangan yang berarti bila
1. Endapan harus begitu tak dapat larut, sehingga tidak akan terjadi
menyaringnya. Dalam praktek ini, biasanya bahwa jumlah zat itu, yang
sampai bebas dari zat pengotor yang larut. Kondisi ini menuntut bahwa
3. Endapan harus dapat diubah menjadi suatu zat yang murni dengan
komposisi kimia tertentu. Ini dapat dicapai dengan pemijaran, atau dengan
yang sesuai.
adalah larutan murni kimia, tetapi tidaklah selalu demikian halnya. Kemurnian
endapan bergantung antara lain pada zat-zat yang ada dalam larutan,baik
koloid dari zat-zat yang berbutir halus, untuk memungkinnya disaring dan
untuk mencegah peptisai kembali darinya ketika endapan dicuci (Vogel, 1994).
Sulfida merupakan gas alam belerang. Pada air limbah sulfida merupakan hasil
pembusukan zat organik berupa hidrogen sulfida (H2S). hidrogen sulfida yang
diproduksi oleh mikroorganisme pembusuk dari zat zat organik bersifat racun
zat zat organik tersebut menimbulkan bau busuk yang tidak menyenangkan
Penetapan sulfida bertujuan untuk menganalisa gas asam belerang dalam air
limbah yang terjadi dari proses penguraian zat zat organik (senyawa
anaerob terhadap sulfat oleh mikroorganisme dan sebagai salah satu bahan
menakjubkan dengan logam logam berat berat, dan pengendapan dari logam
salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisi spektrokimia,
energinya juga berbeda. Berarti suatu spectrum yang diperoleh dengan memplot
gelombang audio sampai 1022 Hz. Dimana perubahan energi disebabkan oleh
transisi rotasi, vibrasi, elektronik dan inti. Dasar analisis spektroskopi adalah
interaksi radiasi dengan spesies kimia. Selama analisis spektrokimia, perlu sekali
(Khopkar, 2003).
spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur
monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat
dan tembaga kalau > 5 mg/l) dan nikel (kalau > 2 mg/l) yang biasanya
penambahan hidroksilamin
dinaikkan
d. Warna dan zat organic (kalau > 20 mg/l) juga mengganggu. Cara
alat spektrofotometri.
a. Sidik jari, kotoran padat yang melekat kuat pada sel yang digunakan,
c. Gelembung gas tidak boleh ada didalam lintasan optic, karena dapat
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pulp.
lingkungan jika dibuang begitu saja tanpa pengolahan terlebih dahulu. Oleh
sungai ( Training and Development Center PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2002 ).
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan
dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi
baku maupun bahan penolong industri. Sifat beracun dan berbahaya dari limbah
ditunjukkan oleh sifat fisik dan sifat kimia bahan itu baik dari segi kuantitas
konsentrasi dan kuantitas B3 pada suatu ruang dan waku tertentu dikenal dengan
istilah ambang batas, yang mengandung makna bahwa dalam kuantitas tersebut
lingkungan atau pemakai. Karena itu untuk setiap jenis B3 telah ditetapkan nilai
Bahan bahan tersuspensi yang terdapat pada perairan alami tidak bersifat
toksik, akan tetapi jika berlebihan, dapat meningkatkan nilai kekeruhan; yang
Sulfida (gas H2S) merupakan gas yang sangat beracun dan berbau busuk
jenis dan karakteristik limbah, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dimana dalam jangka waktu yang singkat tidak akan memberikan pengaruh yang
(Kristanto, 2004).
Pengolahan awal limbah cair PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dimulai dengan
bercampurnya semua influent dari sumber sumbernya melalui junction box dari
Inlet Primary Clarifier. Pada padatan ini sebelum limbah cair baku ( influent )
jumlah lumpur aktif yang bercampur dengan limbah cair dalam instalasi
pengolahan air limbah yaitu berupa padatan tersuspensi yang keluar dari Deep
Tank dialirkan ke Secondary Clarifier melalui bak pembagi ( Spiliter Box ) agar
aliran yang masuk ke setiap Clarifier dapat diatur dengan merata (Training and
Baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri dengan program penataan
lingkungan yang dilakukan upaya pengelolaan sumber daya air dalam rangka
Adapun parameter - parameter air limbah pulp yang diujikan seperti BOD
TSS ( Total padatan tersuspensi ) dan Sulfida ( S2- ) yang terdapat pada air limbah
pabrik pulp. Serta untuk mengetahui apakah limbah cair tersebut telah memenuhi
Total Padatan Tersuspensi ( TSS ) dan Sulfida ( S2- ) dari Air Limbah Inlet
1.2. Permasalahan
1. Berapakah kadar limbah cair Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Sulfida
(S2-) pada inlet dan outlet di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk?
2. Apakah kadar limbah cair Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Sulfida (S2-)
sesuai dengan baku mutu limbah industri yang ditetapkan oleh Menteri
Lingkungan Hidup?
1.3. Tujuan
1. Untuk menentukan kadar Total Padatan Tersuspensi (TSS) dan Sulfida (S2-)
2. Untuk membandingkan nilai kualitas limbah cair dengan baku mutu limbah
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memantau kualitas
perusahaan tentang berapa besar kadar pencemar pada limbah cair yang telah di
analisa oleh Laboratorium environment PT. Toba Pulp Lestari, Tbk sehingga
mutu limbah cair yang dibuang kedalam lingkungan tidak melampaui baku mutu
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa kadar TSS (Total PadatanTersuspensi) dan Sulfida (S2-)
dalam air limbah cair inlet dan outlet pabrik pulp di laboratorium PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk. Pemeriksaan kadar TSS (Total Padatan Tersuspensi) dilakukan
dengan metode gravimetri yaitu dengan penyaringan, pengeringan, dan
penimbangan sampai pada berat konstan. Pemeriksaan kadar Sulfida dilakukan
dengan metode Spektrofotometer. Dimana panjang gelombang untuk Sulfida 665
nm. Analisa terhadap limbah cair berdasarkan atas parameter parameter baku
mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Total Padatan Tersuspensi di
inlet primary clarifier pada sampel 1 = 198 mg/l, sampel 2 = 62 mg/l dan sampel
3 = 92 mg/l. Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 44 mg/l, sampel 2 = 45
mg/l dan sampel 3 = 46 mg/l. Kadar sulfida di inlet primary clarifier pada sampel
1 = 0,0054 mg/l, sampel 2 = 0,0030 mg/l dan sampel 3 = 0,0023 mg/l. . Di outlet
secondary clarifier pada sampel 1 = 0,0015 mg/l, sampel 2 = 0,0013 mg/l dan
sampel 3 = 0,0009 mg/l.
Apabila dibandingkan kadar parameter limbah hasil analisa dengan parameter
baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, maka air
limbah yang di analisa masih berada di bawah kadar mutu limbah cair tersebut.
ABSTRACT
Has Analyzed levels of TSS (Total Suspended Solids) and sulfide (S 2-) in the
laboratory pulp mill effluent PT. Toba Pulp Lestari Tbk. The level of TSS (Total
Suspended Solids) performed by gravimetric method is by filtration, drying and
weighing until constant weight. Sulfide content inspection was conducted using a
spectrophotometer. Wherein the wavelength of 665 nm sulphide. Analysis of the
effluent based on the parameters - parameters of effluent standards set by the
Minister of Environment.
From The results of the analysis obtained by the levels of total suspended solids in
the sample 1 = 44 mg / l, sample 2 = 45 mg / l and sample 3 = 46 mg / l. Sulfide
levels in the samples 1 = 0.0054 mg / l, sample 2 = 0.0030 mg / l and sample 3 =
0.0023 mg /l.
When Compared to the parameters of the analysis results by parameter waste
effluent standards set by the Ministry of Environment, the waste water in the
analysis is still below the levels of effluent quality.
KARYA ILMIAH
KARYA ILMIAH
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri,
kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing
disebutkan sumbernya.
NomorIndukMahasiswa : 132401112
Program Studi : Diploma III Kimia
Departemen : Kimia
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM ( FMIPA ) UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
Disetujui di
Medan, Juli 2016
Ketua. Pembimbing
Dr.Rumondang Bulan, MS
NIP.19540830 195803 2 001
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah,
rahmat dan karunia Nya penulis dapat meyelesaikan karya ilmiah ini.Adapun
karya ilmiah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat
menyelesaikan pendidikan Diploma 3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan AlamUniversitas Sumatera Utara. Selama penulisan tugas akhir ini,
penulis juga banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
Penulis,
Tri JuliYantiSigalingging
ABSTRAK
Telah dilakukan analisa kadar TSS (Total PadatanTersuspensi) dan Sulfida (S2-)
dalam air limbah cair inlet dan outlet pabrik pulp di laboratorium PT. Toba Pulp
Lestari, Tbk. Pemeriksaan kadar TSS (Total Padatan Tersuspensi) dilakukan
dengan metode gravimetri yaitu dengan penyaringan, pengeringan, dan
penimbangan sampai pada berat konstan. Pemeriksaan kadar Sulfida dilakukan
dengan metode Spektrofotometer. Dimana panjang gelombang untuk Sulfida 665
nm. Analisa terhadap limbah cair berdasarkan atas parameter parameter baku
mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh kadar Total Padatan Tersuspensi di
inlet primary clarifier pada sampel 1 = 198 mg/l, sampel 2 = 62 mg/l dan sampel
3 = 92 mg/l. Di outlet secondary clarifier pada sampel 1 = 44 mg/l, sampel 2 = 45
mg/l dan sampel 3 = 46 mg/l. Kadar sulfida di inlet primary clarifier pada sampel
1 = 0,0054 mg/l, sampel 2 = 0,0030 mg/l dan sampel 3 = 0,0023 mg/l. . Di outlet
secondary clarifier pada sampel 1 = 0,0015 mg/l, sampel 2 = 0,0013 mg/l dan
sampel 3 = 0,0009 mg/l.
Apabila dibandingkan kadar parameter limbah hasil analisa dengan parameter
baku mutu limbah cair yang ditetapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup, maka air
limbah yang di analisa masih berada di bawah kadar mutu limbah cair tersebut.
ABSTRACT
Has Analyzed levels of TSS (Total Suspended Solids) and sulfide (S 2-) in the
laboratory pulp mill effluent PT. Toba Pulp Lestari Tbk. The level of TSS (Total
Suspended Solids) performed by gravimetric method is by filtration, drying and
weighing until constant weight. Sulfide content inspection was conducted using a
spectrophotometer. Wherein the wavelength of 665 nm sulphide. Analysis of the
effluent based on the parameters - parameters of effluent standards set by the
Minister of Environment.
From The results of the analysis obtained by the levels of total suspended solids in
the sample 1 = 44 mg / l, sample 2 = 45 mg / l and sample 3 = 46 mg / l. Sulfide
levels in the samples 1 = 0.0054 mg / l, sample 2 = 0.0030 mg / l and sample 3 =
0.0023 mg /l.
When Compared to the parameters of the analysis results by parameter waste
effluent standards set by the Ministry of Environment, the waste water in the
analysis is still below the levels of effluent quality.
PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 4
3.1. Alat 28
3.2 Bahan 29
3.3.Teknik Pengambilan Sampel 29
3.3. Prosedur Analisa 29
Daftar Pustaka 38
Lampiran