Anda di halaman 1dari 43

HUBUNGAN ANTARA ASMA PADA ANAK DENGAN ABSENSI

DI SEKOLAH DASAR

SKRIPSI
SEBAGAI SEBAGIAN SYARAT PEMENUHAN DERAJAT SARJANA S1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

Disusun Oleh:

MUHAMMAD TEGUH IRIANTO


09/282776/KU/13329

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
HAI,AI{AII PENGE SAHA}I
SKRIPSI

HUBI]NGAI{ AI{TARJA ASMA PADA AI{AI( DENGAN ABSENSI


DI SEKOI,AII DASAR
Oleh

MUHAMMAD TEGUH IRIANTO


09/282'716/KU/L3329

'I A t:n dr rrr l MARET 2OI3

Ma1_ ndn I .rai

Cr. Sumadiono
NrP.195610091 02003722007

f)nqan Panrrrri i

Yudhd Patria, Sp.A. ,


NT P . :-96409291991,03L002
HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya, Muhammad Teguh Irianto, menyatakan

bahwa karya tulis ini adalah asli hasil karya saya

sendiri dan karya ilmiah ini belum pernah diajukan

sebagai pemenuhan persyaratan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di perguruan tinggi manapun.

Semua informasi yang dimuat dalam karya ilmiah ini

yang berasal dari penulis lain telah diberikan

penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara

benar dan semua isi dari karya ilmiah ini sepenuhnya

menjadi tanggung jawab penulis.

Yogyakarta, 5 Maret 2013

Muhammad Teguh Irianto

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbilalamin, akhirnya skripsi dengan

judul HUBUNGAN ANTARA ASMA PADA ANAK DENGAN ABSENSI DI

SEKOLAH DASAR yang diajukan sebagai syarat menempuh

siding ujian sarjana S1 pada jurusan Pendidikan Dokter di

Fakultas Kedokteran Gadjah Mada ini dapat diselesaikan.

Selesainya skripsi ini tak lepas dari banyak pihak

yang selalu membantu dan mendukung. Untuk itu penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Sumadiono, Sp. A(K) selaku pembimbing materi yang

memberi kesempatan untuk terlibat dalam penelitian,

membimbing dari awal sampai selesainya proses ini.

Terima kasih atas bimbingannya, Bapak.

2. dr. Wahyu Damayanti, Sp. A(K) selaku pembimbing

metodologi yang memberi kesempatan bagi penulis untuk

terlibat, senantiasa membimbing dan membantu mengolah

kata demi kata penulis dengan sabar. Terima kasih atas

bimbingannya, Ibu.

iv
3. dr. Suryono Yudha Patria, Sp. A., Ph.D selaku dosen

penguji yang telah membantu membimbing, memberi

nasihat, saran dan masukan dalam penulisan skripsi

ini.

4. Kedua Orang tua yang senantiasa memberi doa, kasih

sayang, dukungan, dan penguatan yang luar biasa.

Terima kasih karena telah menjadi motivasi utama

selesainya skripsi ini.

5. Muhammad Bayu Utama, kakak yang selalu mengingatkan

dan memberi dukungan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ardhina Ramania, yang selalu setia menemani, memberi

kasih sayang, semangat, bantuan, dan motivasi dalam

pengerjaan skripsi ini.

7. Wirawan Prabowo, Fabiola, Rini Andayani, Brilliansy,

Niko Kristianto, Shianita Stanie sahabat seperjuangan

dari awal masuk kuliah hingga saat ini.

8. Friska Faradina, Asva Nafaisa, Indira Hutami Yusuf,

Marika suwondo, Yorghi, Aya, Nindi, Ayu, sahabat yang

selalu memberikan dukungan.

9. Aji, Putra, Rindra, Anit, Henry, Ricky, Itang, Sugeng,

Wawa, Alvin, Zico, Arya, Hamid, Bejo, teman- teman

yang selalu memberikan semangat.

v
10. Pak Sarjiyo, Mbak Mita, dan Ibu Titi; staf akademis

yang selalu mau mendengarkan dan membantu pada setiap

kesulitan yang dihadapi penulis.

11.Kelompok tutorial 9 tahun ketiga dan keempat penulis

yang setia menemani, menyemangati, dan mengisi hari-

hari.

12. Teman-teman Pendidikan Dokter 2009 FK UGM, serta

semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Akhir kata, skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Penulis sangat terbuka akan kritik dan saran membangun

dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi perkembangan ilmu kedokteran.

Yogyakarta, 5 Maret 2013

Muhammad Teguh Irianto

vi
DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIANi
HALAMAN PENGESAHANii
HALAMAN PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR..iv
DAFTAR ISIvii
DAFTAR TABEL DAN GAMBARix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah1
1.2. Perumusan Masalah.3
1.3. Tujuan Penelitian.4
1.4. Manfaat Penelitian4
1.5. Keaslian Penelitian4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka.6
2.2. Landasan Teori.15
2.3. Kerangka Teori.16
2.4. Kerangka Konsep.18
2.5. Hipotesis.19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian20
3.2. Kriteria Subjek dan Sampel Penelitian20
3.3. Besar Sampel20
3.4. Cara Pengambilan Sampel21
3.5. Alat Ukur Penelitian 22
3.6. Variabel yang Diukur22
3.7. Definisi Operasional22
3.8. Analisis Data23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian.24

vii
4.2. Kriteria Subjek Penelitian.24
4.3. Hasil Hubungan Asma terhadap Absensi26
4.4. Pembahasan26
BAB V KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan28
5.2. Saran28
DAFTAR PUSTAKA29

viii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Gambar 1. Inflamasi, Gejala dan Patofisiologi Asma7

Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian17

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian18

Tabel 1.Klasifikasi Keparahan Asma.12

Tabel 2.Karakteristik Subjek Menurut Umur24

Tabel 3.Karakteristik Subjek Menurut Kelas25

Tabel 4.Perhitungan Hubungan Asma dan Absensi26

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Asma adalah penyakit inflamasi kronis pada saluran

napas yang ditandai dengan adanya gejala yang variabel

dan berulang, serta terdapat obstuksi aliran udara yang

bersifat reversible, dan terjadi bronkospasme. Gejala-

gejala yang meliputi seperti batuk, mengi , sesak napas,

dan sesak dada (Fanta,2009).

Sekitar 300 juta penduduk di dunia memiliki

diagnosis asma , asma merupakan penyakit kronik yang

paling umum. Asma dapat terjadi pada anak-anak dan

dewasa, dimana pada anak-anak memiliki prevalensi yang

lebih besar (GINA, 2011).

Pada tahun 2009, lebih dari 10 juta anak di AS (usia

0-17 tahun) dilaporkan terdiagnosis asma dan lebih dari 4

juta anak yang terdiagnosis asma dilaporkan pernah

mengalami periode serangan asma pada 12 bulan sebelumnya.

Dari data yang ditemukan, adanya peningkatan prevalensi

asma sekitar 4 persen per tahun antara tahun 1980 sampai

1996. Dilaporkan kasus meningkat untuk diagnosis asma

1
2

seumur hidup, dengan tingkat yang terendah dari 108 kasus

per 1.000 pada tahun 1999 sampai pada kasus yang

tertinggi sekitar 138 kasus per 1.000 di tahun 2008 dan

2009(Moorman et al, 2007).

Pada saat ini, dilaporkan prevalensi untuk kasus asma

berkisar dari sekitar 83 kasus per 1.000 pada tahun 2002

menjadi 96 kasus per 1.000 pada tahun 2009. Dilaporkan

juga antara tahun 1997 sampai 2009, tingkat serangan asma

memiliki prevalensi bervariasi, dengan tingkat paling

rendah sekitar 52 kasus per 1.000 terjadi pada tahun

2005 dan tingkat tertinggi sekitar 58 kasus per 1.000

yang terjadi pada tahun 2002. Secara konsisten, anak

laki-laki memiliki tingkat prevalensi yang lebih tinggi

untuk terkena asma dibandingkan dengan anak perempuan

(Martinez, 2007 ).

Prevalensi asma pada anak di Yogyakarta adalah 10,55%,

pada anak laki-laki 9,92% sedangkan untuk perempuan

adalah 11,3% (Sjaifurrochman, 2000).

Di Indonesia, pada tahun 1995 dilakukan penelitian

mengenai prevalensi asma pada anak umur 13-14 tahun

dengan menggunakan kuesioner , didapatkan hasil 2,1% dan


3

pada tahun 2003 didapatkan prevalensi meningkat menjadi

5,2%. Hasil survey yang didapatkan pada beberapa kota di

Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi asma pada anak

sekolah dasar (SD) memiliki rentang antara 3,7%-6,4%

(Ramaiah, 2006).

Berdasarkan penelitian sebelumnya, dilaporkan bahwa

tingkat tertinggi ketidakhadiran di sekolah ditemukan

pada mereka yang didiagnosis asma ( P < 0.05) (Gent et

al, 2007).

Pada penelitian lain, anak usia sekolah dengan

diagnosis asma lebih sering absen dibandingkan dengan

teman- temannya yang sehat tanpa asma, dimana dalam

analisis yang membandingkan hubungan antara keparahan

asma dengan absensi didapatkan hasilnya adalah absen

siswa meningkat sesuai dengan tingkat keparahan

asma(Moonie et al, 2006).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas , maka dapat

diajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Adakah hubungan antara anak dengan diagnosis asma

dengan tingkat absensi di sekolah.


4

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara asma pada anak

dengan absensi di sekolah.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini bagi akademisi adalah agar

dapat mengetahui apakah ada hubungan antara asma dengan

kejadian absensi di sekolah. Sehingga diharapkan untuk

selanjutnya, dokter bisa melakukan tindakan sehingga

dapat mengurangi angka absensi pada anak- anak yang

terdiagnosis asma dengan pemberian terapi sejak dini.

1.5. Keaslian Penelitian

Judul Hasil
Peneliti
Penelitian Penelitian

Asthma Status Moonie,et Mereka dengan asma (9,7% dari


al (2006)
and Severity siswa) tidak hadir (mean= 9,2

Affects Missed hari) sekitar 1,5 hari lebih

School Days banyak dibandingkan dengan

mereka tanpa asma (rata-rata

7,9 hari)

(p = 0,006)
5

Asthma and Dafna, Terdapat signifikansi yang

school 2010 cukup tinggi anak-anak dengan

functioning asma atau kondisi kronis,

memiliki kesehatan yang buruk,

setidaknya telah kehilangan

lebih dari 7 hari waktu

sekolahnya.

Hubungan Asma Rosalina, Absen sekolah karena sakit ada

dengan Angka 2000 perbedaan bermakna antara anak

Kejadian Sakit yang menderita asma dengan anak

Lain dan yang bukan asma(p= 0,03).

Absensi

Sekolah pada

Siswa Sekolah

Lanjutan

Tingkat

Pertama di

Kotamadya

Yogyakarta
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Definisi

Absensi menurut definisi merriam-webster dictionary

(2010), artinya ketidakhadiran atau ketidakmunculan.

Absennya siswa di sekolah cukup sering terjadi di

Indonesia. Penyebab absennya siswa di sekolah bermacam-

macam. Ada yang dikarenakan sakit, bolos, ataupun alfa

(tanpa keterangan). Kualitas kehidupan persekolahan

ditentukan oleh 3 hal, yaitu kepuasan siswa terhadap

kegiatan sekolah, komitmen siswa terhadap kegiatan

sekolah dan perilaku siswa terhadap guru. Selain itu,

yang mempengaruhi komitmen siswa terhadap tugas dan

kegiatan sekolah salah satunya adalah kesehatan siswa itu

sendiri(Joyce et al, 2011).

Asma adalah gangguan peradangan kronis pada saluran

napas yang ditandai dengan adanya obstruksi aliran udara.

Inflamasi saluran napas adalah hasil dari interaksi

antara berbagai sel, elemen seluler, dan sitokin. Pada

individu yang rentan, inflamasi saluran napas dapat

menyebabkan bronkospasme berulang atau persisten, yang

6
7

menyebabkan gejala-gejala yang meliputi mengi, sesak

napas, sesak dada, dan batuk, terutama pada malam hari

(pagi hari) atau setelah berolahraga. Ini biasanya

bersifat reversibel baik secara spontan dengan

pengobatan(GINA, 2011).

Gambar 1. Hubungan Antara Inflamasi, gejala klinis, serta

patofisiologi asma (NHLBI, 2007)

Sedangkan dari pedoman lain, mengatakan bahwa

definisi diatas memang sangat lengkap tetapi kurang

praktis, sehingga di konsensus internasional tetap

menggunakan definisi lama yaitu, wheezing disertai/atau

batuk berulang( Warner et al, 1998).


8

2.1.2. Patofisiologi dan patogenesis

Interaksi antara hasil dari faktor lingkungan dan

faktor genetik dalam peradangan saluran napas, yang

membatasi aliran udara serta menyebabkan perubahan

fungsional dan struktural dalam saluran udara berupa

bronkospasme, edema mukosa, dan penghasilan lendir.

Obstruksi jalan napas menyebabkan peningkatan

resistensi terhadap aliran udara dan penurunan laju

aliran ekspirasi. Perubahan ini menyebabkan menurunnya

kemampuan untuk mengeluarkan udara dan menyebabkan

hiperventilasi. Hasil dari over-distensi ialah menjaga

saluran napas, dengan demikian meningkatkan aliran

ekspirasi, namun juga mengubah sistem mekanik paru dan

meningkatkan kerja pernapasan (Akinbami et al, 2009).

Pada tahap awal, ketika terjadi ketidakcocokan

ventilasi-perfusi akibat terjadinya hipoksia, hiperkarbia

dapat dicegah dengan difusi karbondioksida melalui

membrane kapiler alveolar. Dengan demikian, pasien dengan

asma yang berada dalam tahap awal episode akut mengalami

hipoksemia tanpa adanya retensi karbon dioksida.

Hiperventilasi yang dipicu oleh hipoksia juga menyebabkan

penurunan PaCO2. Serta memicu peningkatan ventilasi


9

alveolar pada tahap awal untuk mencegah terjadinya

hiperkarbia.

Karena memburuknya obstruksi jalan napas serta

terjadi peningkatan ventilasi-perfusi yang tidak baik,

maka terjadi retensi karbondioksida. Pada tahap awal

episode akut, alkalosis respiratori sebagai hasil dari

hiperinflasi. Kemudian, akibat dari peningkatan kerja

napas, peningkatan konsumsi oksigen ,dan peningkatan

cardiac output menyebabkan asidosis metabolik. Lalu,

akibat kegagalan pernapasan menyebabkan asidosis

respiratorik(Bousquet et al, 2000).

Pada proses inflamsi saluran napas terdapat gambaran

yang khas dengan adanya peningkatan eosinofil, sel mast,

serta peningkatan sel T reseptor untuk invariant natural

killer sel T dan Sel Th2 (Vignola,2003)

2.1.3. Diagnosis

Dimana untuk penegakan diagnosis asma sendiri

berdasarkan pada anamnesis, lalu pemeriksaan tanda- tanda

fisik serta pemeriksaan tambahan.

1. Melakukan anamnesis untuk mencari keluhan batuk

berulang kronik yang episodik, mengi, serta adanya

sesak dada, dan kesulitan bernapas.


10

2. Pencari penyebab atau faktor pencetus yang dapat

berupa iritan, perubahan suhu dingin, alergen dan

emosi.

3. Pemeriksaan fisik untuk melihat adanya tanda-tanda

sesak napas, mengi, napas cuping hidung, nada

bicara yang terputus-putus, agitasi, hiperinflasi

dada.

4. Pemeriksaan uji fungsi paru sebelum ataupun sesudah

pemberian obat bronkodilator pada saat, sebelum

memulai olahraga daan sesudahnya dapat membantu

untuk penegakan diagnosis asma (Sundaru et al,2006)

Selain itu, pemeriksaan penunjang untuk menegakkan

diagnosis pada anak lebih dari 6 tahun dapat menggunakan

uji fungsi paru yang sederhana dengan peak flow meter ,

atau yang lengkap dengan spirometer (KNAA, 2002).

2.1.4. Gejala Asma

Gejala-gejala asma antara lain mengi, sesak napas,

sesak dada, dan batuk, terutama pada malam hari (pagi

hari) atau setelah berolahraga. (National Heart, Lung,

and Blood Institute, 1995).


11

Gejala Klinis pada anak sangat bervariasi, sehingga

yang terkadang menyebabkan terjadinya underdiagnosis

apabila gejala asma yang muncul hanyalah berupa batuk

(Rahajoe, 1991).

2.1.5. Klasifikasi Asma

Untuk klasifikasi asma sendiri bisa dibagi menjadi:

a) Asma Ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah asma yang terjadi karena

reaksi pada penderita asma yang disebabkan oleh

allergen yang mana allergen ini tidak memiliki

pengaruh kepada orang sehat.

b) Asma Intrinsik

Asma intrinsik adalah asma yang disebabkan oleh

keadaan stress, infeksi, serta kondisi lingkungan

yang buruk seperti suhu dingin, maupun aktivitas

yang berlebihan, dimana ini tidak dipicu oleh

adanya allergen (Hartantyo, 1997).

Klasifikasi berdasarkan gejala klinis bisa dilihat

berdasarkan tabel berikut untuk kriteria lebih

lengkapnya.
12

Tingkat Frekuensi Gejala Uji Faal Variabilitas Penggunaan


Keparahan Gejala Serangan Paru Faal Paru beta2
Serangan Asma pada agonist
Asma Malam Hari Untuk
mengontrol

Intermitt 2 per 2 per 80% <20% 2 hari


ent minggu bulan per minggu

Mild >2 per 3-4 per 80% 2030% >2


persisten minggu bulan hari/mingg
t tapi u tapi
tidak tidak
setiap setiap
hari hari

Moderate Setiap >1 per 6080% >30% Setiap


persisten hari minggu tapi Hari
t tidak pada
malam hari

Severe Sepanjang Sering <60% >30% Beberapa


persisten Hari (lebih kali dalam
t dari7x/ming sehari
gu)

Tabel 1. Klasifikasi keparahan asma berdasarkan klinis

(Yawn,2008).

2.1.6. Faktor Pencetus

2.1.6.1. Faktor Pencetus Asma

a. Asap Rokok

Dimana rokok menjadi sumber zat iritan yang dapat

menghasilkan gas serta partiker-partikel berbahaya(GINA,

2006).
13

Serta paparan asap hasil pembakaran tembakau dapat

mempercepat penurunan fungsi paru pada penderita asma,

dan meningkatkan keparahan asma, serta dapat membuat

penderita asma kurang responsif terhadap pengobatan

dengan inhalasi(Chaudhuri, 2003).

b. Alergen (Tungau Debu Rumah Tangga)

Asma bisa disebabkan karena alergen yang datang

misalnya debu rumah tangga yang terhirup melalui saluran

napas ( Vita, 2005).

c. Jenis Makanan

Beberapa makanan dapat menyebabkan reaksi alergi dan

ini berisiko bagi penderita asma. Makanan yang sering

menyebabkan reaksi alergi seperti kacang-kacangan, ikan

laut, dan telor (Handayani et al, 2004).

d. Suhu

Dari penelitian, menunjukkan bahwa suhu dingin

memiliki efek yang besar dalam memicu terjadinya serangan

pada anak asma, serta dapat meningkatkan kasus gawat

darurat. Dimana anak laki-laki lebih rentan terhadap suhu

dingin ini( Xu, 2013)


14

e. Riwayat Keluarga

Dimana faktor riwayat keluarga yang menderita asma

memberikan faktor predisposisi sebasar 25% apabila ayah

atau ibu menderita asma, sedangkan apabila keduanya

menderita asma resiko meningkat menjadi 50% (Sundaru,

2006).

2.1.6.2. Faktor Pencetus Absen Sekolah

1. Kejadian Sakit

a. Asma

Sakit menjadi salah satu faktor penyebab siswa

absen disekolah. Siswa dengan asma memilikki absen

yang signifikan dibandingkan dengan yang tidak

memilikki asma. Absen semakin meningkat mengikuti

tingkat keparahan dari asma itu sendiri(Moonie et

al , 2006).

b. Kelelahan

Dari penelitian menunjukan bahwa anak-anak dan

remaja yang mengalami kelelahan yang

berkepanjangan memiliki riwayat absen yang

signifikan disekolah, dimana ini merupakan

implikasi serius untuk pendidikan. Kelompok anak-


15

anak dan remaja yang mengalami lelah

berkepanjangan membutuhkan intervensi untuk

mencegah terjadinya absen( Robert, 2009).

c. Cedera Ortopedi

Menunjukkan absen bagi siswa yang mengalami

cedera otopedi tidak dapat hadir di sekolah selama

masa penyembuhan cederanya (Hyman, 2007).

2. Sosial-Ekonomi

Pada penelitian sebelumnya, menunjukan bahwa sosial-

ekonomi memilikki pengaruh dalam absen sekolah, dimana

siswa dengan tingkat ekonomi rendah serta kondisi sosial

yang buruk mempengaruhi kehidupan sekolah(Ready, 2010).

3. Kehidupan Sekolah

Kualitas kehidupan persekolahan ditentukan oleh 3

hal, yaitu kepuasan siswa terhadap kegiatan sekolah,

komitmen siswa terhadap kegiatan sekolah dan perilaku

siswa terhadap guru. Selain itu, yang mempengaruhi

komitmen siswa terhadap tugas dan kegiatan sekolah salah

satunya adalah kesehatan siswa itu sendiri(Joyce et al,

2011).
16

2.2. Landasan Teori

Siswa dengan asma memilikki absen yang signifikan

dibandingkan dengan yang tidak memilikki asma .Absen

semakin meningkat mengikuti tingkat keparahan dari asma

itu sendiri (Moonie et al , 2006).

Pada penelitian lain, anak usia sekolah dengan

diagnosis asma lebih sering absen dibandingkan dengan

teman- temannya yang sehat tanpa asma, dimana dalam

analisis yang membandingkan hubungan antara keparahan

asma dengan absensididapatkan hasilnya adalah absen siswa

meningkat sesuai dengan tingkat keparahan asma (Moonie et

al, 2006).

Berdasarkan hasil studi menunjukkan, bahwa anak

absen diakibatkan oleh asma yang mana biasanya singkat

(Richards W, 1986).

2.3. Kerangka Teori

Memperhatikan dari teori-teori diatas yang sudah

dikemukakan, maka dapat dibuat sebuah kerangka yang mampu

menjelaskan secara singkat tentang teori diatas.


17

Gambar 2. Kerangka Teori Penelitian


18

2.4. Kerangka Konsep

Pada kerangka konsep ini menjelaskan bahwa diagnosis

asma pada penelitian ini sebagai variabel bebas,

sedangkan absensi sebagai variable terikat.

MENGI SESAK NAPAS BATUK


BERULANG BERULANG BERULANG
BBB

KEJADIAN ASMA

ABSEN DI
SEKOLAH

Gambar 3. Kerangkan Konsep Penelitian


19

2.5. Hipotesis

Terdapat hubungan antara asma pada anak dengan


absensi di sekolah .
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian belah

lintang (cross-sectional) dengan mengambil sampel dari

pada siswa Sekolah Dasar di D.I.Yogyakarta.

3.2. Kriteria subyek dan sampel penelitian

Populasi terjangkau untuk penelitian ini adalah

siswa-siswi di sekolah dasar yang berada disekitar

D.I.Yogyakarta.

Kriteria inklusi meliputi: anak-anak di sekolah dasar

usia 6-12 tahun yang bersedia ikut dalam penelitian

dengan persetujuan orang tua saat pembagian kuesioner.

Kriteria eksklusi meliputi : 1). Orang tua/wali tidak

tinggal serumah dengan anaknya dalam 6 bulan terakhir 2).

Siswa yang tidak hadir pada saat penelitian.

3.3. Besar Sampel

Besar sampel yang diteliti adalah 59 orang. Hasil

ini ditemukan dengan menggunakan rumus:

20
21

z2 p q
n
d2

1, ,96 2 0,04 0,96 0,147


n 2
59
0,05 0,0025

n= nilai subjek yang diperlukan

z= derajat kepercayaaan (1.96)

p= proporsi anak yang menderita asma pada siswa

sekolah dasar di Yogyakarta (0.04)

q= proporsi anak yang tidak menderita asma pada

siswa sekolah dasar di Yogakarta (0.96)

d= ketetapan absolut yang dikehendaki (0.05)

Dengan rumus diatas maka didapatkan besar sampel

sebanyak 59 siswa.

3.4 Cara pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara kelompok atau

gugus (Cluster Random Sampling) dengan mengambil sampel


22

dari siswa SD di D.I.Yogyakarta. Besar sampel untuk

penelitian ini sebesar 59 orang.

3.5. Alat ukur penelitian dan teknik pengumpulan data

Penetapan Diagnosis Asma, proses diagnosis dengan

menggunakan pengisian questioner yang terstandarisasi

untuk penegakan diagnosis asma, yang mana kuesioner ini

merupakan modifikasi ISAAC, sehingga dapat diketahui

berapa banyak siswa yang terdiagnosis asma.

Pengambilan Absen, digunakan dalam penelitian ini

adalah absensi dari siswa yang mempunyai diagnosis asma

dan bukan asma. Untuk itu, akan dilihat absen anak

disebabkan oleh asmanya atau bukan sebagai alat ukur

penelitian.

3.6 Variabel yang diukur

Variabel Bebas : Diagnosis Asma

Variabel Terikat : Absensi disekolah

3.7 Definisi operasional

Asma : Asma apabila terdapat gejala-gejala berupa

mengi, sesak napas, sesak dada, dan batuk berulang,


23

terutama pada malam hari (pagi hari) atau setelah

berolahraga.

Absen : Absen adalah ketidakhadiran seorang siswa

dalam kegiatan sekolah. Seorang siswa dikatakan

jarang absen apabila hadir lebih dari 98% dari total

hari masuk sekolah, dan dikatakan sering absen

apabila hadir kurang dari 98% dari total hari masuk

sekolah.

3.8 Analisis data

Pengolahan dan pemasukan data dengan menggunakan

komputer. Sedangkan untuk analisis menggunakan uji Kai

Kuadrat untuk menentukan hubungan antara asma pada anak

dengan absensi di sekolah.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Pada penelitian ini , melihat prevalesi asma pada

anak sekolah di Yogyakarta sekitar 10,55% sehingga kami

mengambil populasi umum 560 anak. Dari 560 anak diambil

120 anak sebagai sampel penelitian, dimana dari 120 siswa

tersebut terdiri dari 60 siswa yang terdiagnosis asma

menurut kriteria asma dalam kuesioner dimodifikasi

berdasarkan kuesioner International Study of Asthma and

Allergies in Childhood (ISAAC) dan pembanding dipilih 60

anak secara acak. Dari jumlah 120 anak tersebut, terdiri

dari 60,83 % laki-laki dan 39.16% perempuan.

4.2. Kriteria Subjek Penelitian

Pada penelitian , kriteria subjek dapat mempengaruhi

hasil penelitian ini adalah umur subjek serta jenis

kelamin subjek, hal ini bisa dilihat pada tabel berikut:

24
25

Tabel 2. Karakteristik subjek menurut umur

Variabel Asma Non Asma


n(%) n(%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 40 (66.7%) 33 (55%)
Perempuan 20 (33.3%) 27 (45%)
Pada penelitian ini didapatkan subjek penelitian

berdasarkan umur adalah pada kelompok asma 40 anak(66,7%)

laki-laki dan 20 anak (33,3%) perempuan. Pada kelompok

yang tidak asma didapatkan 33 anak(55%) laki-laki dan 27

anak (45%) perempuan.

Tabel 3.Karakteristik Subjek berdasarkan kelas.

Variabel Asma Non Asma


n(%) n(%)
Kelas
II 8 (13.3%) 11 (18.3%)
III 10 (16.7%) 14 (23.3%)
IV 14 (23.3%) 16 (26.7%)
V 20 (33.3%) 12 (20%)
VI 8 (13.3%) 7 (11.7%)
Total 60 (100%) 60 (100%)

Pada perbandingan kriteria subjek berdasarkan kelas

didapatkan hasil penderita asma yang berada di


26

kelas II (13,%) , kelas III (16,7%), kelas IV (23,3%),

kelas V (33,3 %), dan yang berada di kelas VI (13,3%).

4.3. Hasil Hubungan Asma terhadap Frekuensi Absen

Tabel 4. Perhitungan Hubungan antara anak asma dengan

frekuensi absen.

Absen
Variabel N P
Sering Jarang

Asma 60 15 45
0, 104
Tidak Asma 60 8 52

Pada tabel diatas menunjukkan (p = 0,104), sehingga

dari data diatas tidak terdapat perbedaan bermakna pada

tingkat absensi disekolah antara anak asma dengan yang

bukan asma.

4.4. Pembahasan

Pada penelitian kami, untuk hasil antara hubungan

siswa dengan asma terhadap frekuensi absen disekolah (p =

0, 104), sehingga ini menunjukkan tidak ada perbedaan

bermakna antara asma dengan frekuensi absen di sekolah.


27

Ini berbeda dengan penelitian (Roselina et al, 2001)

yang mengatakan bahwa semakin banyak gejala asma yang

terjadi maka rata-rata absensi disekolah semakin banyak.

Begitu juga berdasarkan penelitian sebelumnya(Gent

et al, 2007), yang mana menunjukkan bahwa tingkat

tertinggi ketidakhadiran di sekolah ditemukan pada mereka

yang didiagnosis asma ( P < 0.05).

Menurut penelitian Moonie et al(2006) mengatakan

bahwa anak usia sekolah dengan diagnosis asma lebih

sering absen dibandingkan dengan teman- temannya yang

sehat tanpa asma, dimana dalam analisis yang

membandingkan hubungan antara keparahan asma dengan

absensi didapatkan hasilnya adalah absen siswa meningkat

sesuai dengan tingkat keparahan asma.

Pada penelitian kami tidak didapatkan perbedaan

bermakna mungkin bisa dikarenakan kurangnya dalam seleksi

subjek penelitian berdasarkan kriteria seperti jenis

kelamin,sosial ekonomi. Serta dikarenakan kuesioner kami

yang tidak menglasifikasikan asma menjadi ringan, sedang,

dan berat.
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Tidak terdapat perbedaan bermakna antara anak asma

dengan kejadian absensi di sekolah.

5.2. Saran

Perlu diadakan penelitian serupa dengan menggunakan

kuesioner yang lebih kompleks dengan membedakan subjek

berdasarkan karakteristik, serta membagi subjek sesuai

dengan klasifikasi asma.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Akinbami LJ, Moorman JE, Garbe PL, Sondik EJ. Status

of childhood asthma in the United States, 1980-2007.

Pediatrics. Mar 2009;123 Suppl 3:S131-45.

2. Bousquet J, Jeffery PK, Busse WW, Johnson M, Vignola

AM. Asthma. From bronchoconstriction to airways

inflammation and remodeling. Am J Respir Crit Care

Med. May 2000;161(5):1720-45.

3. Chaudhuri R, Livingston E, McMahon AD, Thomson L,

Borland W, Thomson NC. Cigarette smoking impairs the

therapeutic response to oral corticosteroids in

chronic asthma. Am J RespirCrit Care Med

.2003;168(11):1308-11.

4. Chilmonczyk BA. Assosiation between exposure to

Environmental Tobacco Smoke and Exacerbations of

Asthma in Children, N.Eng J.Med 1993; 328;1665-1669.

5. Fanta CH. Asthma. New England Journal Med.

2009;360:1002-1014

29
30

6. Gent, Ren; Essen, Liesbeth; Rovers, Maroeska; Kimpen,

Jan; Ent, Cornelis; Meer, Gea. European Journal of

Pediatrics, Volume 166, Number 8, August 2007 , pp.

843-848(6)

7. Geubelle F, Duchesne-Baudouin A, Jouelud M.

Medicosocial problems in children with asthma. Acta

Paediatric Belg. 1967;21: 207-216.

8. GINA (Global Initiative for Asthma); Pocket Guide for

Asthma Management and Prevension In Children. www.

Ginaasthma.org.2006.

9. GINA ( Global Initiative for Asthma), Global Strategy

for Asthma management and prevention, 2011.

10. Handayani D, Wiyono WH, Faisal Y, Penatalaksanaan

Alergi Makanan, J.Respir Indo 2004 ;24(3) 133-44.

11. Hartantyo I. Pedoman Pelayanan Medik Anak, RSUP. Dr.

Karyadi Semarang 1997:57.

12. http://kamusbahasaindonesia.org/absen/mirip

13. http://www.merriam-webster.com/dictionary/absence
31

14. Hyman JE, Jewetz ST, Matsumoto H, Choe JC, Vitale

MG.Risk factors for school absence after acute

orthopaedic injury in new york city. J Pediatr

Orthop. 2007 Jun;27(4):415-20.

15. Joyce L. Epstein and James M. Mcpartland. The Johns

Hopkins University. The Concept and Measurement of

the Quality of School Life. 2011

16. Martinez FD (2007). "Genes, environments,

development and asthma: a reappraisal". Eur Respir J

29 (1): 17984.

17. Moonie, Sheniz A.; Sterling, David A.; Figgs,

Larry; Castro, Mario. Asthma Status and Severity

Affects Missed School Days. Journal of School

Health, v76 n1 p18-24 Jan 2006

18. Moorman JE, Rudd RA, Johnson CA, King M, Minor P,

Bailey C, et al. National surveillance for asthma--

United States, 1980-2004. MMWR Surveill Summ. Oct 19

2007;56(8):1-54

19. National Heart, Lung, and Blood Institute. Global

Initiative for Asthma. National Institute for Health

Publication. 2007
32

20. Ramaiah S. Asma: Mengetahui penyebab, gejala, dan

cara penanggulangannya. Bhuana Ilmu Populer,

Gramedia.Jakarta. 2006.

21. Ready, Douglas D., Socioeconomic Disadvantage,

School Attendance, and Early Cognitive Development,

The Differential Effects of School Exposure,

Sociology of Education, October 2010

22. Richards W. Allergy, asthma and school problems. J

Sch Health.1986;56(4):151-152.

23. Robert J, Elise M, Wietse K, Gerben S. Risk Factors

for Persistent Fatigue With Significant School

Absence in Children and Adolescents. Pediatrics Vol.

124 No. 1 . 2009. pp. e89 -e95.

24. Roselina D. Hubungan Asma dengan Angka Kejadian

Penyakit Lain dan Absensi Sekolah pada Siswa Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama di Kotamadya Yogyakarta.

2000. Abstrak Penelitian Kesehatan Seri 19.

25. Sjaifurrochman M, Sadjimin T .Prevalensi dan Faktor

Resiko asma Bronkial pada Siswa Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama di Kotamadya Yogyakarta. Jurnal

Epidemiologi Indonesia. 2000. 4:3: 9-1 6)


33

26. Sundaru H, Sukamto, Asma Bronkial, Departemen Ilmu

Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta, juni 2006 ; 247.

27. Surjanto E. Patogenesis dan Penatalaksanaan Asma

.Simposium Sehari Alergi-Imunologi, 2000.Surakarta,

1999.

28. UKK Pulmonologi PP IDAI. Konsensus Nasional Asma

Anak. Bali:KONIKA XII; 2002.

29. Vignola AM, Mirabella F, Costan o G, Di Giorgi R,

Gjomarkaj M, Bellia V, et al. Airway remodeling in

asthma. Chest 2003;123(3Suppl):417S-22S.

30. Vita Health, Asma Informasi Lengkap Untuk Penderita

dan Keluarganya. PT.Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.2005.

31. Warner JO, Naspitz CK, Groop GJA. Thrd International

Pediatric Consensus Statement on the management of

Chilhood Asthma. Pediatric Pulmonal 1998; 25: 1- 17.

32. Xu Z, Huang C, Su H, Turner LR, Qiao Z, Tong S.

Diurnal temperature range and childhood asthma: a

time-series study. Environ Health. 2013 Feb

1;12(1):12.
34

33. Yawn, BP "Factors accounting for asthma variability:

achieving optimal symptom control for individual

patients". Primary Care Respiratory Journal .2008.

17(3): 138147

Anda mungkin juga menyukai