Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Demensial ( pikun ) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya

sehingga menganggu aktivitas sehari-hari dan aktivitas sosial. Kemunduran

kognitif pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori/ daya ingat

( pelupa ). Demensia terutama yang disebabkan oleh penyakit alzeimer berkaitan

erat denga usia lanjut. Pokok masalahnya adalah bagaimana membedakan

kemunduran memori ( mudah lupa ) yang disebabkan oleh proses penyakit

alzeimer dengan yang disebabkan oleh proses penuaan otak yang normal ( normal

brain aging ).
Dimensia meupakan gangguan jiwa yang meliputi deficit kongnitif multipel,

merusakan memori utama dan minimal salah satu gangguan kongnitif berikut :

afasia ( deteriorasi, fungsi bahasa ), apraksia ( gangguan kemampuan untuk

melakukan fungsi motorik, walaupun kemampuan motorik utuh ), agnosia

( ketidakmampuan untuk mengenali atau menyebutkan nama benda walaupun

kemampuan sensori utuh ) atau gangguan fungsi eksekutif ( kemampuan untuk

berfikir abstrak dan merencanakan, memulai, mengurutkan, memantau, dan

menghentikan perilaku yang kompleks; DSM-IV-TR,2000 ).


Deficit kongnitif ini harus cukup parah untuk mengakibatkan gangguan

fungsi social atau okupasional harus menunjukkan suatu penurunan dari tingkat

fungsi individu sebelumnya.

3
Kerusakan memori merupakan tanda awal dimensial yang mencolok. Klien

mengalami kesulitan mempelajari hal-hal baru dan melupakan hal-hal yang telah

dipelajari. Pada awalnya, memori yang baru mengalami kerusakan, seperti lupa

meletakkan benda tertentu atau lupa sedang memasak makanan di kompor. Pada

tahap dimensia selanjutnya, memori masa lalu terpengaruh ; klien melupakan

anak-anaknya yang telah dewasa, pekerjaan sepanjang hidupnya atau bahkan

namanya sendiri.
Afasia biasanya dimulai dengan ketidakmampuan untuk menyebutkan nama

benda atau orang yang telah dikenal, kemudian berkembang menjadi bicara yang

tidak jelas atau kosong, dengan penggunaan istilah yang berlebihan seperti ini

atau sesuatu klien dapat menunjukkan ekolalia ( mengulang kata-kata yang

didengar ) atau palilalia ( mengulang kata atau suara terus-menerus ) ( DSM-IV-

TR,2000). Apraksia dapat menyebabkan klien kehilangan kemampuan untuk

melakukan aktivitas perawatan diri yang rutin seperti berpakaian atau memasak.

Agnosia membuat klien frustasi : klien dapat melihat meja dan kursi, tetapi tidak

mampu menyebutkan nama kedua benda tersebut. Gangguan fungsi eksekutif

terlihat ketika klien kehilangan kemampuan untuk mempelajari hal-hal baru,

menyelesaikan masalah, atau melakukan aktivitas sehari-hari seperti merencanakan

anggaran untuk makan.

B. Awitan dan proses klinis dimensia


Ketika tidak ada penyebab mendasar yang dapat ditangani, proses dimensia

biasanya progresif. Dimensia sering digambarkan dalam tahap-tahap :


1. Ringan : pelupa merupakan tanda awal dimensia ringan. Pelupa dalam hal ini

melebihi pelupa yang kadang-kadang terjadi dan normal, yang dialami sebagai

4
bagian proses penuaan. Individu mengalami kesulitan dalam menumbuhkan

kata-kata, sering kehilangan barang, dan mulai mengalami ansietas karena

kehilangan barang tersebut. Lingkungan pekerjaan dan sosial kurang di nikmati

oleh individu dan individu tersebut mungkin menghindarinya. Kebanyakan

individu tetap berada dimasyarakat selama tahap ini


2. Sedang : kebingungan muncul bersamaan dengan kehilangan memori yang

progresif. Individu tidak dapat lagi melakukan tugas yang kompleks, tetapi

tetap terorientasi terhadap orang dan tempat. Orang yang dikenal masih tetap

dikenali. Pada akhir tahap ini, individu tidak mampu hidup mandiri dan

membutuhkan bantuan akibat disorientasi terhadap waktu dan kehilangan

informasi seperti alamt dan no telponnya. Individu dapat tetap berada di

masyarakat apabila ada dukungan pemberi perawatan yang adekuat, tetapi

beberapa individu akan pindah ke situasi kehidupan yang diawasi.


3. Berat : perubahan kepribadian dan emosional terjadi. Individu dapat mengalami

waham, berkeliuran dimalan hari, melupakan nama pasangan dan anak-

anaknya dan membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas kehidupan

sehari-hari ( Ribby dan Cox, 1996 ). Kebanyakan individu tinggal di fasilitas

perawatan ketika mereka mencapai tahap ini, kecuali jika tersedia dukungan

yang sangat besar di masyarakat.


C. Etiologi
Ada bermacam-macam penyebab, walaupun gambaran klinisnya sama

pada sebagian besar dimensia. Seringkali tidak ada diagnosis definittif yang

dapat ditegakkan sampai pemeriksaan kosmortern selesai. Terdapat penurunan

aktivitas metabolic di otak individu yang mengalami dimensia, tetapi tidak

5
diketahui apakah dimensia menyebabkan penurunan metabolis atau apakah

penurunan aktivitas metabolic menyebabkan dimensia. Komponem genetic telah

di identifikasi untuk beberapa penyebab dimensia, seperti penyakit huntingtom.

Penyebab dimensia yang lain terkait dengan infeksi seperti penyakit HIV atau

Creutzfeld-Jakob.
Jenis dimensia yang paling sering terjadi dan penyababnya diketahui atau

di hipotesiskan adalah ( Caine & Lyness, 2000; DSM-IV-TR,2000;Small,2000) :


Penyakit Alzeimer, merupakan gangguan otak progresif yang memiliki

awitan bertahap. Tetapi menyebabkan fungsi semakin menurun, yang

mencakup kehilangan fungsi bicara, kehilangan fungsi motorik, dan

perubahan perilaku dan kepribadian yang berat, seperti paranonia, waham,

halusinasi, tidak memerhatikan hygiene, dan agresif. Penyakit tersebut

ditandai oleh atrofi neuro serebral, defosit senile plaque, dan pembesaran

vebtrikel otak ketiga dan keempat. Resiko penyakit alzeimer meningkat

sejalan usia dan durasi rata-rata penyakit dari awitan gejala sampai kematian

adalah 8-10 tahun. Dimensia jenis alzeimer, terutama dengan awitan lambat

(setelah usia 65 tahun), dapat memiliki komponem genetic. Penelitian

menunjukkan hubungan dengan kromosom 21, 14, dan 19. ( DSM-IV-TR,2000)


Dimensia Vaskular memiliki gejala yang sama dengan penyakit Alzeimer,

tetapi awitan biasanya mendadak, diikuti dengan perubahan fungsi secara

cepat, periode yang stabil atau datar, kemudian perubahan yang lebih

mendadak, periode stabil lainnya dan sebagainya. Tomografi

terkomputerisasi ( CT Scan ) atau pencitraan resonansi magnetic ( MRI )

6
biasanya menunjukkan lesi vaskuler multipel pada korteks serberi dan

struktur subkortikal akibat penurunan suplay darah ke otak.


Penyakit Pick merupakan penyakit otak degenaratif yang terutama

menyerang lobus frontalis dan temporalis serta mengakibatkan gambaran

klinis yang sama dengan penyakit alzeimer. Tanda-tanda awal mencakup

perubahan kepribadian, kehilangan keterampilan sosial dan inhibisi,

ketumpulan emosi, dan abnormalitas bahasa. Awitan gangguan paling sering

terjadi pada usia 50 60 tahun, dan kematian terjadi dalam 2-5 tahun.
Penyakit Creutzfled-Jakob merupakan gangguan system saraf pusat yang

biasa terjadi pada orang dewasa yang berusia 40-60 tahun dan mencakup

perubahan penglihatan, kehilangan koordinasi atau gerakan yang abnormal,

dan dimensia yang biasanya berkembang secara cepat selama beberapa bulan

proses penyakit. Ensefalopati disebabkan oleh partikel infeksius yang resisten

terhadap perebusan, beberapa disinfektan ( seperti formalin dan alcohol ),

dan radiasi ultraviolet, tetapi partikel tersebut dapat di I naktivasikan melalui

penggunaan autoklaf bertekanan atau sterilisasi dengan pemutih


Dimensia dapat di sebabkan oleh penyakit HIV. Dimensia dan masalah

neurologis lain di sebabkan oleh invasi langsung jaringan saraf oleh HIV dan

akibat penyakit lain yang dapat timbul pada AIDa, seperti toksoplasmosis

atau sitomegalovirus. Jenis dimensia ini dapat menyebabkan berbagai gejala

yang luas, yang berkisar dari kerusakan sensori ringan, deficit memori dan

kongnitif kasar, sampai disfungsi otot berat.

7
Penyakit Parkinson merupakan keadaan neurologi progresif yang lambat dan

ditandai dengan tremor, regiditas, bradikinesia dan ketidakstabilan postural.

Penyakit Parkinson disebabkan oleh kehilangan neuron pada ganglia basalis


Penyakit Huntington merupakan penyakit gen dominan dan diturunkan

yang terutama mencakup atrofi serebral, diemielinasi, dan pembesaran

ventrikel otak. Pada awalnya terdapat gerakan menyerupai korea yang terus

menerus selama waktu bangun dan mencakup wajah meringis, gerakan

melingkar, berputar dan gerakan lidah. Perubahan kepribadian merupakan

manifestasi psikososial awal, yang di ikuti dengan kehilangan memori,

penurunan fungsi intelektual dan tanda dimensia lainnya. Penyakit ini

dimulai pada akhir usia 30-an atau awal usia 40-an. Dan dapat berlangsung

selama 10-20 tahun atau lebih sebelum meninggal.


Dimensia akibat trauma kepala terjadi sebagai akibat patofisiologi langsung

trauma kepala. Derajat dan jenis keruasakan kongnitif dan gangguan perilaku

bergantung pada lokasi dan luas cedera otak. Ketika dimensia terjadi dalam

korteks cedera tunggal, dimensia ini biasanya stabil bukan progresif. Akan

tetapi cedera kepala yang berulang ( misalnya akibat bertinju dapat

menimbulkan progresia dimensia )


D. Gejala demensia
a. Kehilangan memori (tahap awal, kehilangan memori yang baru seperti

lupa sedang memasak makanan dikompor,tahap selanjutnya, kehilangan

memori masa lalu seperti melupakan nama anak anak, pekerjaan).


b. Penurunan fungsi bahasa (melupakan nama benda benda umum seperti

kursi, atau meja,palilalia ( mengulangi suara ), dan mengulang kata kata

yang didengar ( ekolalia ).

8
c. Kehilangan kemampuan untuk berpikir abstrak dan merencanakan,

meemulai, mengurutkan, memantau, atau menghentikan perilaku yang

kompleks ( kehilangan fungsi eksekutif ) : klien kehilangan kemampuan

untuk melakukan aktivitas perawatan diri.

E. Penatalaksanaan
1. Terapi dan Prognosis
Ketika memungkinkan, penyebab dimensia yang mendasar di identifikasi

sehingga terapi dapat dilakukan misalnya, perkembangan dimensia vaskuler,

jenis dimensia kedua yang paling sering terjadi, dapat dihentikan dengan terapi

yang tepat pada kondisi vascular mendasar ( misalnya, perubahan diet,

olahraga, control hipertensi atau diabetes. Perbaikan aliran darah serebral dapat

menghenrikan perkembangan dimensia vaskuler pada beberapa individu

( Caine & Lyness, 2000)


Prognosis untuk dimensia progresif dapat bervariasi, seperti yang dijelaskan

diatas, tetapi semua mencakup deteriorasi progresif kemampuan fisik dan

mental seseorang sampai meninggal. Pada tahap akhir, klien biasanya memiliki

fungsi kongnitif dan motorik minimal, secara total bergantung pada pemberi

perawatan untuk perawatan harian, dan tidak menyadari lingkungan sekitarnya,

atau orang-orang dilikingkungan tersebut. Klien tidak dapat berkomunikasi

9
secara total atau membuat suara-suara atau berusaha mengungkapkan hal-hal

yang tidak dapat dimengerti.


2. Psikofarmakologi
Untuk dimensia degeratif, tidak ada terapi langsung yang ditemukan untuk

mengembalikan atau memperlambat proses patofisiologi dasar. Kadar beberapa

neurotransmitter, seperti asetilkolin, dopamine, nor epinefrin dan serotonin

menurun pada demensia. Hal ini menyebabkan upaya terapi penggantian

dengan prekusor asetilkolin, agoniskolinegri, dan inhibitorkolinestrase takrin

( Cokneks ), suatu agonis kolinegrik, dan donepesil ( Aricept ) suatu inhibitor

kolinestras menunjukkan efek terapeutik sedang, yang memperlambat

perkembangan demesia, untuk suatu periode waktu. Akan tetapi, keseluruhan

proses penyakit tetap tidak terpengaruh. Takrin memyebabkan peningkatan

enzim hati pada sekitar 50 % klien yang menggunakan obat ini; oleh karena itu,

fungsi hati dikaji setiap 1-2 minggu.


Klien demensia menunjukkan rentan luas perilaku yang dapat di obati

secara simptomatis. Dosis obat adalah - 2/3 lebih rendah dari biasanya

diresepkan. Antidepresan efektif untuk gejala yang signifikan. Antipsikotik

seperti haloperidol dapat digunakan untuk mengatasi gejala psikotik waham,

halusinasi atau paranoia.

Obat Obatan yang Di gunakan untuk Mengobati Demensia


Nama Rentang Dosis dan Cara Pertimbangan Khusus
Pemberian
Takrin ( Congnex 40 160 mg per oral setiap - Pantau enzim hati untuk
) hari yang dibagi dalam 4 mengetahui adanya efek
dosis hepatotoksik
- Dapat menyebabkan gangguan

10
Donepezil GL, gejala seperti flu
5-10 mg per oral setiap hari - Pantau adanya mual, diare,
( Aricept )
insomnia
- Lakukan pemeriksaan feses
secara periodic untuk
mengetahui adanya perdarahan
GL.

II. KONSEP KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Aktivitas atau istirahat
Merasa lelah : kelemahan dan meningkatkan bahay gejala, khususnya
pada malam hari terbalik mengira siang/malam; terjaga sepanjang
malam/keluyuran tanpa tujuan, gangguan irama tidur
Letargi ; penurunan ketertarikan pada aktivitas sehari hari, hobi;
ketidakmampuan untuk mengulang apa yang dibaca/mengikuti cerita
acara televise; kemungkinan dipaksa untuk pension.
Hambatan keterampilan motorik; ketidakmampuan melakukan gerakan
yang lazim dan bertujuan.
Sering duduk dan mengamati orang lain.
Aktivitas utama mungkin mengumpulkan benda benda mati;
pengulangan gerakan , menyembunyikan benda, atau keluyuran.

b. Sirkulasi
Kemungkinan riwayat peyakit vascular sistemik/serebral, hipertensi,
episode embolik (faktor predisposisi)
c. Integritas ego
Perilaku sering tidak konsisten ; perilaku verbal/nonverbal mungkin
tidak sesuai.
Curiga atau ketakutan pada orang/situasi yang yang dikhayalkan ;
berpegangan tangan dengan orang lterdekat
Salah mempresepsikan lingkungan , mengidentifikasi objek/orang,
mengumpulkan benda-benda; benda yang salah disimpan dipercaya
sebagai dicuri

11
Labilitas emosional (mudah menangis, tertawa dengan tidak tepat);
perubahan suasana hati yang bervariasi (apatis, letargi, sukar istirahat,
rentang perhatian yang pendek, iritabilitas); tiba-tiba marah meledak-
ledak (reaksi katastrofik)
Dapat menyangkal perubahan /gejala awal signifikan, terutama
perubahan kognitif, dan/atau pebnjelasan yang itdak jelas, keluhan
hipokondrial
Dapat menyembunyikan keterbatasan
Merasa tidak berdaya; kuat, depresi; delusi, paranoid
d. Eliminasi
Urgensi (dapat mengindikasi hilangnya tonus otot)
Inkontinensia urine/feses
e. Makan/minum
Kurang minat pada/ melupakan waktu makan; bergantung pada orang
lain untuk memasak makanan dan menyiapkan di meja, member makan,
menggunakan lat makan
Perubahan dalam ras, selera; menyangkal sedang lapar/menolak makan
(dapat mencoba menyembunyikan kehilangna keterampilan)
Kehilangna kemampuan untuk mengunyah (aspirasi samar)
Penurunan berat badan ; massa otot; menjadi kurus (fase lanjut)

f. Hygiene
Mungkin bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
bersihan dasar terlihat tidak dicukur, rambut tidak disisr, bau badan tidak
sedap, kebiasaan probadi yang rendah, berpakaian tidak sesuai dengan
situasi/kondisi cuaca, salah mengintepretasikan atau mengabaikan
isyarat internal, lupa langkah dalam memenuhi kebutuhan toileting, atau
tidak mampu mencari kamar mandi.

12
g. Neurosensori
Menyembunyikan ketidakmampuan (dapat membuat alas an saat tidak
menyelesaikan tugas, megisap ibu jari saat memegang buku taanpa
membacanya), anggota keluarga dapat melaporkan adanya penurunan
bertahap dalam kemampuan kognitif, kerusakan penilaian /keputusan
yang tidak tepat, hambatan ingatan baru tetapi ingatan lama baik,
perubahan perilaku/perubahan sifat kepribadian individu atau menjadi
berat.
Kehilangna kemampuan persepsi (lokasi tubuh/bagian tubuh dalam
ruang)
Reflex primitive(mis. Hidung, mengisap, telapak tangan) dapat terjadi.
Tanda/gejala wajah bergantung pada tingkat kerusakan vascular
Aktivitas kejang (sekunder akibat kerusakan otak)dapat
dikeluhkan/terlihat
Status mental (dapat tertawa atau merasa terancam oleh pemeriksaan)
Disorientasi waktu pada mulanya, kemudian tempat; biasanya
berorientasi pada seseorang proses akhir dari penyakit
Kerusakan ingatan saat ini, kehilangan progresif ingatan lama
Mungkin mengubah jawaban selama wawancara
Kesulitan dalam pemahaman dan pemikiran abstrak
Tidak mampu melakukan perhitungan mudah dan mengulang tiga nama
objek, rentang perhatian yang singkat
Halusinasi, delusi, depresi berat, mania (fase lanjut)
Dapat mengalami kerusakan komunikasi ; sulit menemukan kata-kata
yang tepat (khususnya kata benda); percakapan berulang-ulang atau
terpencar dengan mengganti arti kata; perkataan bisa menjadi tidak
terdengar; secara bertahap kehilangan kemampuan untuk
menulis(masalah keterampilan mototrik)atau membaca
h. Keamanan
Riwayat penyakit virus baru atau trauma kepala serius, keracunan obat,
stress, kekurangan nutrisi (dapat menjadi faktor predisposisi/pemberat)
Trauma akibat kecelakaan (jatuh, terbakar, dsb); terlihat adanya ekimosis,
laserasi
Gangguan gaya berjalan
Memukul/melakukan kekerasan pada orang lain

13
i. Interaksi social
Kemungkinan pembicaraan terkotak kotak, afasia, dan disfasia
Dapat mengabaikan aturan kontak social/perilaku tidak tepat
Faktor psikososial sebelumnya (secara individu dan pribadi memengaruhi
adanya perubahan pola perilaku)
Peran keluarga mungkin berubah/kebalikan karena individu menjadi
lebih tergantung
j. Pengajaran/pembelajaran
Riwayat keluarga dengan DTA (4 kali lebih besar dibndingkan populasi
umum); angka insiden demensia degenratif primer primer lebih sering
terjadi pada wanita (yang hidup lebih lama)dibandingkan pada pria;
demensia vascular timbul lebih sering pada pria dibandingkan pada
wanita
Dapat menunjukkan gambaran kesehatan total kecuali untuk
ingatan/perubahan perilaku
Menggunakan/ menyalahgunakan obat, obat yang dijual bebas, alcohol.
2. Diagnosa dan intervensi
a. Resiko Cedera b/d ketidakmampuan untuk mengenal/mengidentifikasi
bahaya dilingkungan, gagal untuk melakukan penyesuaian.
Intervensi :
1. Kaji derajat hambatan kemampuan/ kompetensi, adanya perilaku
impulsif. Bantu individu mengidentifikasi resiko/potensi bahaya dan
kurangnya persepsi visual yang mungkin timbul
Rasional : mengidentifikasi potensi resiko dilingkungan dan
meningkatkan kepekaan resiko sehingga pemberi aasuhan lebih
menghindari bahaya. Klien menunjukan perilaku impulsif yang sangat
beresiko cedera karena mereka kurang mampu mengontrol
perilaku/tindakan mereka. Kurangnya persepsi visual meningkatkan
resiko jatuh.
2. Hilangkan/minimalkan bahaya dalam lingkungan yang diketahui
Rasional : individu dengan hambatan kognitif dan gangguan persepsi
mudah mengalami kecelakaan karena ketidakmampuan melaksanakan
tanggung jawab untuk kebutuhan keamanan dasar atau mengevaluasi
konsekuensi yang tidak terduga (mis. Mungkin menyalakan

14
kompor/rokok dan melupakannya, salah mengambil buah plastik dan
memakannya, salah menilai jarak yang berhubungan dengan kursi dan
tangga)
3. Pantau perilaku dengan rutin, catat waktu perubahan perilaku
peningkatan konfusi, hiperaktifitas. Mulai intervensi yang sedikit
membatasi sebelum perilaku meningkat.
Rasional : idenntifikasi awal perilaku negatif dengan tindakan yang tepat
dapat mencegah tindakan yang lebih keras lagi. Catatan : sindrom
sundown (sulit istirahat, keluyuran, agresi) dapat timbul pada sore
hari/menjelang malam, membutuhkan intervensi yang terprogram dan
pemantauan tetap pada saat ini untuk mengalihkan dan melindungi klien.
4. Alihkan perhatian klien ketika perilaku menjadi agitasi dan berbahaya
(mis. Memanjat keluar dari tempat tidur)
Rasional : pertahankan keamanan sambil menghindari konfrontasi yang
dapat meningkatkan perilaku/ peningkatan resiko cedera
5. Kenakan pakaian yang sesuai dengan keadaan fisik
lingkungan/kebutuhan individu
Rasional : proses metabolik yang lambat secara umum mengakibatkan
rendahnya suhu tubuh. Kelenjar hipotalamus dipengaruhi oleh proses
penyakit, menyebabkanseseorang merasa dingin. Klien
mungkinmengalami disorientasi cuaca dan keluyuran di udara dingin.
Catatan : penyebab utama kematian pada klien adlaah penumonia dan
kecelakaan
6. Sadari arti mendasar dari pernyataan verbal klien
Rasional : dapat mengarahkan pertanyaan ke orang lain, seperti, apakah
anda kedinginan/kelelahan? yang berarti klien kedinginan/kelelahan.
7. Pantau efek samping obat, tanda kelebihan dosis (mis. Tanda
ekstrapiramidal, hipertensi ortostatik, gangguan penglihatan,
ketidaknyamanan pada GI).
Rasional : klien mungkin tidak mampu melaporkan tanda/ gejala, dan
obat dapat dengan mudah menghasilkan efek toksik pada lansia.
Dosis/pilihan obat mungkin perlu di ubah.

15
8. Kolaborasi : Berikan medikasi dengan tepat, mis.tiaridazin hidroklorida
(mellaril)
Rasional : pemakaian neuroleptik dosis rendah dalam jangka pendek
menimbulkan perilaku sundowning sedang catatan : kondisi ini dapat
berhubungan dengan penyimpangan nukleus suprakiasmatik
hipotalamus (mengontrol siklus tidur bangun) dengan gangguan irama
sirkandian.
b. Konfusi kronis b/d degenerasi neuron ireversibel
Intervensi :
1. Kaji derajat kerusakan kognitif (mis. Perubahan dalam orientasi pada
orang, tempat; rentang perhatian; kemampuan berpikir ). Bicara dengan
orang terdekat tentang perubahan dari perilaku biasanya/lama waktu
masalah telah timbul.
Rasional : memberikan dasar untuk evaluasi/perbandingan dimasa depan,
dan mempengaruhi pilihan intervensi.
2. Pertahankan kenyamanan, lingkungan yang tenang
Rasional : mengurangi input yang mengganggu, sedangkan kepadatan,
kekacauan, dan suara rebut meningkatkan sensori yang berlebihan yang
memperberat kerusakan neuron.
3. Lakukan pendekatan dengan pola yang lambat dan tenang.
Rasional : komunikasi nonverbal ini memperkecil kesempatan untuk
terjadinya kesalahan interpretasi dan potensi agitasi. Pendekatan yang
terburu buru dapat mengejutkan dan mengancam klien yang konfusi
yang salah menginterpretasikan atau merasa terancam oleh orang
dan/atau situasi imajiner.
4. Berhadapan dengan bindividu ketika berbicara
Rasional : mempertahankan realitas, mengekspresikan ketertarikan, dan
meningkatkan perhatian, khususnya pada klien dengan gangguan
persepsi.
5. Panggil klien sesuai namanya.
Rasional : nama membentuk identitas diri klien dan membangun realitas
serta mengenalkan individu. Klien mungkin merespon namanya sendiri
lama setelah gagal mengenali nama seseorang.
6. Gunakan suara rendah dan bicara dengan perlahan kepada klien.

16
Rasional : meningkatkan kesempatan untuk pemahaman. Suara yang
nyaring, nada yang keras mengundang kemarahan dan stress, yang dapat
memicu ingatan terutama konfrontasi dan provokasi respon marah.
7. Dengarkan dengan respek tanpa memperhatikan isi pembicaraan klien
Rasional : menunjukan minat dan penghargaan kepada individu.
8. Interpretasikan pernyataan, maksud, dan kata kata jika memungkinkan,
bantu berikan kata yang benar.
Rasional : membantu klien dalam pengolahan kata untuk menurunkan
frustasi.
9. Selingi interaksi dengan humor
Rasional : tertawa dapat membantu komunikasi dan membantu
mengembalikan labilitas emosional.
10. Kolaborasi : berikan obat obatan sesuai indikasi untuk individu :
antipsikosis : mis. Haloperidol, tioridazin (mellaril)
Rasional : dosis kecil dapat digunakan untuk mengontrol agitasi, delusi,
halusinasi.mellaril sering dipakai karena efek samping ekstrapiramidal
yang lebih kecil, masalah penglihatan, dan khususnyan gangguan gaya
berjalan.

c. Gangguan Sensori Persepsi b/d perubahan penerimaan


sensori,transmisi,dan/atau integrasi ( penyakit/penurunan neurologis ).
Intervensi :
1. Kaji derajat kerusakan dan bagaimana hal tersebut memengaruhi
individu, termasuk penurunan pendengaran/penglihatan
Rasionaly : walaupun keterlibatan otak biasanya menyeluruh, dalam
persentasi kecil klien mungkin menunjukkan keterlibatan asimetris, yang
dapat menyebabkan klien mengabaikan suatu sisi tubuhhnya (pengabaian
unilateral). Klien munbgkin tidak mampu melokalisasi isyarat internal,
mengenal rasa lapar/haus, merasakan nyeri dari luar, atau menempatkan
tubuh dalam lingkungan.
2. Dorong penggunaan lensa korektif dan alat bantu dengar sesuai
kebutuhan
Rasional : dapat menguatkan input sensori, membatasi/mengurangi salah
persepsi terhadap stimulus.
3. Pertahankan hubuhngan yang berorientasi pada realitas dan lingkungan.

17
Rasional : mengurangi konfusi dan meningkatkan koping terhadap
frustasi karena salah perspsi dan disorientasi/konfusi.
4. Sediakan lingkungan yang tenang, tidak ada distraksi bila diindikasikan
(mis. Musik yang lembut, kertas dinding/cat tembok polos tetapi
berwarna).
Rasional : membantu menghindari kelebihan input visual/pendengaran,
dengan mengusahakan kualitas ketenangan, konsistensi.
5. Gunakan permainan sensori untuk menstimulasi realitas (mis. Mencium
minyak mentol dan cerita tentang ketika ibu menggunakannya pada
klien)
Rasional : mengomunikasikan realitas melalui program yang bermacam
macam
6. Sediakan aktivitas intelektual (mis. Permaianan kata, mengingat kenbali
peristiwa yang baru terjadi, waktu bercerita, diskusi hasil perjalanan).
Rasional : menstimulasi kemampuan kognitif untuk mengingat serta
menyediakan perasaan normal.
7. Tingkatkan keseimbangan fungsi fisiologis menggunakan
Nerfball/beachball atau kantong kacang untuk melempar; permaianan
bertarget; marching, menari, atau tangan menari dengan musik.
Rasional : memelihara mobilitas (mengurangi potensi lemahnya tulang
dan atrofi otot); memberikan aktivitas hiburan dan kesempatan untuk
berinterksi dengan orang lain.
8. Libatkan fdalam aktivitas dengan orang lain yang diarahkan oleh situasi
individu (mis. Pengunjung satri demi satu; )
Rasional : memberikan kesemapatan untuk stimulasi dalam berpartisipasi
dengan orang lain dan dapat mempertahankan beberapa tingkat interaksi
sosial.

d. Berduka b/d klien menyadari ada yang tidak beres dengan perubahan
dalam ingatan/reaksi keluarga, kesejahteraan fisiopsikososial,persepsi
keluarga tentang kemungkinan kehilangan seseorang yang dicintai.
Intervensi :
1. Kaji derajat penyimpangan/tingkat koping

18
Rasional : informasi sangat membantu memahami bagaimana klien
mampu melakukan sesuatu untuk mempertahankan tingkat kemandirian
tertinggi dan untuk memberikan dorongan yang membantu individu
mengatasi kehilangan.
2. Sediakan lingkungan terbuka untuk untuk diskusi. Gunakan
keterampilan komunikasi terapeutik mendengar aktif, pengakuan,dsb.
Rasional : menguatkan klien/orang terdekat untuk mendiskusikan
perasaan dan hubungan yang realistic.
3. Catat pernyataan tentang kekecewaan, kepustakaan, tidak ada tujuan
hidup , ekspresi marah.
Rasional : mungkin suatu indikasi dari ide bunuh diri. Perilaku marah
mungkin cara klien untuk mengatasi perasaan keputusasaan.
4. Hargai keinginan untuk diam
Rasional : mungkin tidak siap untuk mengatasi atau berbagai kesedihan.
5. Diskusikan dengan klien/ orang terdekat cara mereka merencanakan
bersama untuk masa depan.
Rasional : terlibat dalam suatu penyelesaian masalah/perencanaan dapat
memberikan perasaan control terhadap peristiwa yang terantisipasi.
6. Bantu klien/orang terdekat untuk mengidentifikasi aspek positif dari
situasi
Rasional : dengan penelitian yang terus menerus, kemungkinan
perlambatan kemajuan penyakit dapat menawarkan harapan dimasa
depan.
7. Kolaborasi : rujuk kesumber yang lain ( mis. Kelompok pendukung,
konseling, penasihat spiritual ).
Rasional : mungkin membutuhkan dukungan/bantuan tambahan untuk
mengatasi perasaan.

e. Ketakutan b/d penurunan dalam kemampuan fungsi.


Intervensi :
1. Catat perubahan perilaku, kecurigaan, iritabilitas, mempertahankan diri
Rasional : perubahan dalam suasaana hati mungkin menjadi suatu tanda
pertama penurunan kognitif, ketakutan, tidak berdaya dan klien mencoba

19
menyembunyikan ketidakmampuan untuk mengingat dan terlibat dalam
aktivitas normal.
2. Identifikasi kekuatan yang dimiliki individu sebelumnya
Rasional : memfasilitasi bantuan dalam komunikasi dan manajemen
gangguan baru.
3. Atasi perilaku agresif dengan sikap tenang dan batasan jelas.
Rasional : penerimaan dapat mengurangi ketakutan dan progresif perilaku
agresif
4. Berikan informasi yang jelas, jujur tentang tindakan/peristiwa.
Rasional : membantu dalam mempertahankan kepercayaan dan orientasi
selama mungkin. Ketika klien mengetahui kebenaran mengenai apa yang
sedang terjadi, koping sering diperkuat, dan mengurangi rasa bersalah
tentang apa yang dibayangkan.
5. Diskusikan perasaan ortang terdekat/pengasuh.terima kewajaran
perasaan/kekhawatiran dan berikan informasi sesuai kebutuhan
Rasional : klien merasakan, tetapi mungkin tidak mengerti reaksi dan
orang lain, hal ini bisa meningkatkan perasaan cemas/takut klien.

f. Gangguan Pola tidur b/d kerusakan sensori, stres psikologis ( kerusakan


neurologis )
Intervensi :
1. Berikan waktu untuk istirahat yang adekkuat. Batasi waktu tidur siang
jika sesuai; tingkatkan waktu interaksi antara klien dan keluarga/staf
selama siang hari, kemudian kurangi aktivitas mental pada sore hari.
Rasional : walaupun aktivitas fisik dan mental yang memanjang
menyebabkan kelelahan, yang dapat meningkatkan konfusi, asktifitas
terprogram tanpa stimulasi berlebihan akan meningkatakan tidur.
2. Hindari pengunaan restrain yang terus menerus
Rasional : berpotensi menurunkan sensori, meningkatkan agitasi, dan
menghambat istirahat.
3. Evaluasi tingkat stres/orientasi sepanjang hari
Rasional : Meningkatkan konfusi, disorientasi dan perilaku tidak
kooperatif (sindrom sundown) dapat memengaruhi tecapainya pola tidur
yang optimal
4. Sarankan untuk melalkukan jadwal waktu toidur dan ritual yang teratur.
Beritahu klien bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur.

20
Rasional : menguatkan bahwa sekarang waktu untuk tidur dan
memertahankan stabilitas lingkungan.
5. Kurangi asupan cairan pada malam hari. Ke kamar mandi sebelumtidur.
Rasional : mengurangi kebutuhan untuk nbangunn ke kamar
mandi/inkontinensia pada malam hari
6. Kolaborasi : Berikan medikasi sesuai indikasi untuk tidur: antidepresan ;
mis. Amitriptilin, doksepin, trazodon; hipnotik sedatif: mis. Kloral
hidrat, oksazepam, triazolam
Rasional : mungkin efektif dalam menangani pseudodemensia atau
depresi, meningkatkan kemampuan untuk tidur. Bila digunakan dengan
hemat, hipnotik dosis rendah efektif dalam mengatasi insomnia atau
sindrom sundown.
7. Hindari penggunaan difenndhidramin (Benadryl)
Rasional : dobat ini dikontraindikasikan karena menganggu produksi
asetilkolin, yang menghambat otak klien dengan DTA.
g. Defisit Perawatan diri b/d penurunan kognitif, keterbatasan fisik
Intervensi :
1. Identifikasi penyebab kesulitan dalam perawatan diri, mis. Keterbatasan
fisik dalam bergerak, apatis/depresi, penurunan kognitif ( seperti
apraksia ), atau temperatur ruangan ( terlalu dingin untuk berpakaian
)
Rasional : penyebab utama mempengaruhi pilihan intervensi/strategi.
Masalah dapat diminimalkan dengan mengubah lingkungan atau
adaptasi berpakaian, atau bisa lebih kompleks,yang mem,butuhkan
konsultasi dari ahli lain. Penting untuk membedakan antara
ketergantungan parsial dan total untuk menghindari terjadinya
ketidakmampuan yang berlebihan.
2. Tentukan kebutuhan higienis dan sediakan bantuan yang diperlukan
dalam aktivitas, termasuk merawat rambut/kuku/kulit, menyikat gigi,
membersihkan kaca mata.
Rasional : sejalan dengan kemajuan penyakit, kebutuhan dasar higienis
mungkin terlupakan. Infeksi, gusi, penampilan tidak rapi, atau
berbahaya dapat terjadi ketika klien/pengasuh menjadi frustasi,terluka,
atau terintimidasi oleh derajat perawat yang dibutuhkan.

21
3. Inspeksi kulit secara teratur
Rasional : adanya ekimosis, laserasi, kemerahan, dsb, memerlukan
penanganan, serta merupakan tanda yang diperlukan untuk intervensi
pemantauan ketat/perlindungan.
4. Masukan rutinitas sehari hari ke jadwal aktivitas jika memungkinkan.
Tunggu atau ubanh waktu untuk memulai berpakaian/ kebersihan jika
masalah muncul.
Rasional : dengan mempertahankan rutinitas dapat mencegah
memburuknya konfusi dan memperkuat kerja sama, karena rasa marah
cepat dilupakan, waktu atau pendekatan lain mungkin berhasil.
5. Perhatikan dengan saksama gejala fisiologis nonverbal.
Rasional : hilangnya sensori dan disfungsi bahasa dapat menyebabkan
klien mengekspresikan kebutuhan perawatan diri dengan cara nonverbal
(mis. Haus dengan terengah engah, perlu sesuatu dengan memeluk diri
sendiri/perasaan gelisah ).
6. Pahami arti sebenarnya dari pernyataan verbal.
Rasional : dapat mengarahkan pernyataan kepada orang lain, seperti
apakah anda kedinginan ? berarti, saya kedinginan dan perlu baju
tambahan.
7. Awasi, tetapi berikan otonomi sebanyak mungkin
Rasional : mengurangi frustasi karena hilangnya kemandirian.
8. Bantu dengan memakaikan pakaian yang rapi dan berwarna
Rasional : menguatkan kepercayaan diri, dapat mengurangi rasa
kehilangan sensori dan mengembalikan kehidupan.
9. Sediakan pengingat untuk kebutuhan eliminasi.libatkan dalam program
latihan defekasi/berkemih jika memungkinkan.
Rasional : hilangnya kontrol/kemandirian pada aktifitas perawatan diri
dapat memberikan pengaruh yang besar pada rasa percaya diri dan dapat
membatasi sosialisasi.
10. Bantu dan sediakan pengingat untuk perawatan perineal setelah
ketoilet/imnkontinensia.
Rasional : kebersihan yang baik didukung dengan pakaian yang bersih
serta mengurangi resiko iritasi dan infeksi pada kulit.
h. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d perubahan sensori,
pelupa.

22
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan orang terdekat/ klien tentang kebutuhan nutrisi
Rasional : identifikasi perlu untuk membantu menyusun rencana
pengajaran individu.suatu situasi kebalikan peran dapat timbul (mis.
Anak untuk orang tua,suami mengambil alih tugas istri ), yang
meningkatkan kebutuhan informasi.
2. Tentukan jumlah latihan fisik/langkah yang telah dilakukan klien.
Rasional : asupan nutrisi perlu ditentukan untuk memenuhi kebutuhan
yang berhubungan dengan pengeluaran energy individu.
3. Tawarkan/sediakan bantuan dalam memilih menu.
Rasional : kemampuan menilai yang kurang dapat mengarah pada pilihan
yang rendah: klien mungkin menjadi bimbang/berlebihan dalam memilih
dan/atau tidak peka terhadap perlunya mempertahankan nutrisi yang
penting.
4. Tawarkan makanan ringan 1 atau 2 jenis selama sehari sesuai indikasi
Rasional : memberi makanan dalam jumlah besar mengenyangkan klien,
menyebabkan keengganan untuk makan atau menjadi kelaparan/rakus.
Makanan porsi kecil dapat memperkuat asupan yang sesuai. Membatasi
jenis makanan yang ditawarkan pada satu waktu mengurangi
kebingungan yang berkaitan dengan pilihan makanan.
5. Sediakan banyak waktu untuk makan
Rasional : Pendekatan yang tidak tergesa gesa membantu pencernaan
dan menurunkan kesempatan untuk marah akibat terburu buru.
6. Tempatkan makanan kecil dalam kotak roti/kantong kertas untuk klien
yang berpergian.
Rasional : membawa makanan dapat mendorong klien untuk makan.
7. Observasi kemampuan menelan, pantau rongga mulut
Rasional : kemampuan yang menururn dapat mengakibatkan
klien/pengasuh secara berulang memasukkan makanan kemulut klien,
ketika makanan tersebut tidak ditelan meningkatkan resiko aspirasi.
8. Kolaborasi : ruzuk keahli gizi
Rasional : bantuan mungkin dibutuhkan untuk mengembangkan
keseimbangan nutrisi secara individual untuk memenuhi
kebutuhan/makanan kesukaan klien.

23
i. Resiko disfungsi Seksual b/d perubahan fungsi tubuh/ progresi penyakit;
penurunan kebiasaan/control prilaku, bingung; pelupa dan disorientasi
tempat atau orang.
Intervensi:
1. Kaji kebutuhan/keinginan/kemampuan klien dan pasangan
Rasional : metode alternative perlu didesain untuk situasi individu agar
memenuhi kebutuhan keintiman dan kedekatan.
2. Dorong pasangan untuk menunjukan kasih saying/penerimaan
Rasional : seseorang yang mengalami kerusakan kognitif tetap memiliki
kebutuhan dasar seperti kasih saying, cinta, penerimaan, dan ekspresi
seksual.
3. Pastikan privasi,atau anjurkan kunjungan rumah bila sesuai
Rasional : ekspresi atau perilaku seksual bisa berbeda beda. Individu
mungkin melakukan masturbasi, mengeksplorasi diri sendiri. Privasi
memungkinkan untuk melakukan ekspresi seksual tanpa rasa malu dan
penolakan dari orang lain.
4. Gunakan distraksi, sesuai indikasi. Ingatkan klien bahwa ketika berada
didepan umum, perilaku yang mengganggu tidak diterima.
Rasional : alat ini berguna ketika terdapat perilaku yang tidak tepat/
menjadi tontonan ( mis. Eksplorasi diri )
5. Sediakan waktu untuk mendengar/mendiskusikan kekhawatiran orang
terdekat.
Rasional : seseorang mungkin membutuhkan informasi dan/atau
konsultasi tentang alternative untuk aktivitas/agresi seksual.

j. Ketidakefektifan koping keluarga b/d perilaku mengganggu klien, klien


berkabung tentang ketidakberdayaan mereka menyaksikan seseorang yang
dicintai mengalami penyimpangan.
Intervensi :
1. Kaji kembali pengalaman hidup masa lalu, perubahan peran, dan
keterampilan koping
Rasional : mengidentifikasi keterampilan yang dapat membantu individu
melakukan koping terhadap rasa berkabung karena situasi yang sedang
terjadi secara lebih efektif.

24
2. Fokuskan pada masalah khusus yang sedang terjadi, di sini dan
sekarang
Rasional : kemajuan penyakit berjalan tanpa pola yang pasti. Focus yang
terlalu dini terhadap kemungkinan perawatan jangka panjang atau
kemingkinan inkontinensia, akan merusak kemampuan koping terhadap
masalah yang ada.
3. Tentukan prioritas
Rasional : membantu menciptakan rasa teratur dan memfasilitasi
penyelesaian masalah.
4. Tunjukan sikap realistik dan jujur dalam segala hal.
Rasional : menurunkan tekanan yang melingkupi harapan yang salah (mis.
Klien memunculkan kembali tingkat fungsi masa lalu akibat medikasi
yang diiklankan atau yang tidak terbukti.
5. Bantu pengasuhan/keluarga memahami pentingnya mempertahankan
fungsi psikososial.
Rasional : perilaku yang memaluka, membutuhkan perawatan.dapat
mengakibatkan penarikan diri dari kontak sosial.
6. Berikan waktu untuk mendengar kekhawatiran/kecemasan dengan
penuh perhatian
Rasional : orang terdekat membutuhkan dukungan yang konstan pada
berbagai masalah yang muncul selama periode penyakit ini untuk
meringankan proses adaptasi dan berkabung.
7. Diskusikan kemungkinan isolasi. Masukan perlu untuk system
pendukung
Rasional : kepercayaan bahwa seorang individu tunggal dapat memenuhi
seluruh kebutuhan klien akan meningkatkan potensi terjadinya penyakit
fisik/mental ( ketegangan peran pengasuh ).
8. Berikan umpan balik positif untuk usaha yang dilakukan.
Rasional : meyakinkan kembali individu bahwa mereka sedang melakukan
yang terbaik.
9. Kolaborasi : libatkan orang terdekat/anggota keluarga dalam rencana
asuhan/penyelesaian masalah.
Rasional : kesepakatan mungkin lebih mudah diterima ketika keluarga
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini penting, untuk
memjaga keinginan klien dalam ingatannya ketika membuat pilihan dan

25
menyadari siapa yang secara actual memiliki kekuasaan untuk
mengambil keputusan bagi klien dengan kerusakan kognitif.

POHON MASALAH DEMENSIA

Koping keluarga
inefektif

Resiko disfungsi
Berduka seksual
Perubahan nutrisi Deficit perawatan
kurang dari diri
Ketakutan Gangguan sensori kebututhan
persepsi
Perubahan dalam ingatan/pikun/penurunan neurologis Gangguan pola
Resiko cedera
tidur
ketidakmampuan untuk perubahan pola aktivitas
sehari-hari Demensia
mengenal/mengidentifikasi
bahaya dilingkungan,gagal mlakukan
penyesuaian
kerusakan kognitif progresif
Konfusi kronis

Genetic,infeksi seperti HIV, penyakit


alzaimer

26

Anda mungkin juga menyukai