PEMBAHASAN
I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
Demensial ( pikun ) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian beratnya
kognitif pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori/ daya ingat
alzeimer dengan yang disebabkan oleh proses penuaan otak yang normal ( normal
brain aging ).
Dimensia meupakan gangguan jiwa yang meliputi deficit kongnitif multipel,
merusakan memori utama dan minimal salah satu gangguan kongnitif berikut :
fungsi social atau okupasional harus menunjukkan suatu penurunan dari tingkat
3
Kerusakan memori merupakan tanda awal dimensial yang mencolok. Klien
mengalami kesulitan mempelajari hal-hal baru dan melupakan hal-hal yang telah
dipelajari. Pada awalnya, memori yang baru mengalami kerusakan, seperti lupa
meletakkan benda tertentu atau lupa sedang memasak makanan di kompor. Pada
namanya sendiri.
Afasia biasanya dimulai dengan ketidakmampuan untuk menyebutkan nama
benda atau orang yang telah dikenal, kemudian berkembang menjadi bicara yang
tidak jelas atau kosong, dengan penggunaan istilah yang berlebihan seperti ini
melakukan aktivitas perawatan diri yang rutin seperti berpakaian atau memasak.
Agnosia membuat klien frustasi : klien dapat melihat meja dan kursi, tetapi tidak
melebihi pelupa yang kadang-kadang terjadi dan normal, yang dialami sebagai
4
bagian proses penuaan. Individu mengalami kesulitan dalam menumbuhkan
progresif. Individu tidak dapat lagi melakukan tugas yang kompleks, tetapi
tetap terorientasi terhadap orang dan tempat. Orang yang dikenal masih tetap
dikenali. Pada akhir tahap ini, individu tidak mampu hidup mandiri dan
perawatan ketika mereka mencapai tahap ini, kecuali jika tersedia dukungan
pada sebagian besar dimensia. Seringkali tidak ada diagnosis definittif yang
5
diketahui apakah dimensia menyebabkan penurunan metabolis atau apakah
Penyebab dimensia yang lain terkait dengan infeksi seperti penyakit HIV atau
Creutzfeld-Jakob.
Jenis dimensia yang paling sering terjadi dan penyababnya diketahui atau
ditandai oleh atrofi neuro serebral, defosit senile plaque, dan pembesaran
sejalan usia dan durasi rata-rata penyakit dari awitan gejala sampai kematian
adalah 8-10 tahun. Dimensia jenis alzeimer, terutama dengan awitan lambat
cepat, periode yang stabil atau datar, kemudian perubahan yang lebih
6
biasanya menunjukkan lesi vaskuler multipel pada korteks serberi dan
terjadi pada usia 50 60 tahun, dan kematian terjadi dalam 2-5 tahun.
Penyakit Creutzfled-Jakob merupakan gangguan system saraf pusat yang
biasa terjadi pada orang dewasa yang berusia 40-60 tahun dan mencakup
dan dimensia yang biasanya berkembang secara cepat selama beberapa bulan
neurologis lain di sebabkan oleh invasi langsung jaringan saraf oleh HIV dan
akibat penyakit lain yang dapat timbul pada AIDa, seperti toksoplasmosis
yang luas, yang berkisar dari kerusakan sensori ringan, deficit memori dan
7
Penyakit Parkinson merupakan keadaan neurologi progresif yang lambat dan
ventrikel otak. Pada awalnya terdapat gerakan menyerupai korea yang terus
dimulai pada akhir usia 30-an atau awal usia 40-an. Dan dapat berlangsung
trauma kepala. Derajat dan jenis keruasakan kongnitif dan gangguan perilaku
bergantung pada lokasi dan luas cedera otak. Ketika dimensia terjadi dalam
korteks cedera tunggal, dimensia ini biasanya stabil bukan progresif. Akan
8
c. Kehilangan kemampuan untuk berpikir abstrak dan merencanakan,
E. Penatalaksanaan
1. Terapi dan Prognosis
Ketika memungkinkan, penyebab dimensia yang mendasar di identifikasi
jenis dimensia kedua yang paling sering terjadi, dapat dihentikan dengan terapi
olahraga, control hipertensi atau diabetes. Perbaikan aliran darah serebral dapat
mental seseorang sampai meninggal. Pada tahap akhir, klien biasanya memiliki
fungsi kongnitif dan motorik minimal, secara total bergantung pada pemberi
9
secara total atau membuat suara-suara atau berusaha mengungkapkan hal-hal
enzim hati pada sekitar 50 % klien yang menggunakan obat ini; oleh karena itu,
secara simptomatis. Dosis obat adalah - 2/3 lebih rendah dari biasanya
10
Donepezil GL, gejala seperti flu
5-10 mg per oral setiap hari - Pantau adanya mual, diare,
( Aricept )
insomnia
- Lakukan pemeriksaan feses
secara periodic untuk
mengetahui adanya perdarahan
GL.
b. Sirkulasi
Kemungkinan riwayat peyakit vascular sistemik/serebral, hipertensi,
episode embolik (faktor predisposisi)
c. Integritas ego
Perilaku sering tidak konsisten ; perilaku verbal/nonverbal mungkin
tidak sesuai.
Curiga atau ketakutan pada orang/situasi yang yang dikhayalkan ;
berpegangan tangan dengan orang lterdekat
Salah mempresepsikan lingkungan , mengidentifikasi objek/orang,
mengumpulkan benda-benda; benda yang salah disimpan dipercaya
sebagai dicuri
11
Labilitas emosional (mudah menangis, tertawa dengan tidak tepat);
perubahan suasana hati yang bervariasi (apatis, letargi, sukar istirahat,
rentang perhatian yang pendek, iritabilitas); tiba-tiba marah meledak-
ledak (reaksi katastrofik)
Dapat menyangkal perubahan /gejala awal signifikan, terutama
perubahan kognitif, dan/atau pebnjelasan yang itdak jelas, keluhan
hipokondrial
Dapat menyembunyikan keterbatasan
Merasa tidak berdaya; kuat, depresi; delusi, paranoid
d. Eliminasi
Urgensi (dapat mengindikasi hilangnya tonus otot)
Inkontinensia urine/feses
e. Makan/minum
Kurang minat pada/ melupakan waktu makan; bergantung pada orang
lain untuk memasak makanan dan menyiapkan di meja, member makan,
menggunakan lat makan
Perubahan dalam ras, selera; menyangkal sedang lapar/menolak makan
(dapat mencoba menyembunyikan kehilangna keterampilan)
Kehilangna kemampuan untuk mengunyah (aspirasi samar)
Penurunan berat badan ; massa otot; menjadi kurus (fase lanjut)
f. Hygiene
Mungkin bergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
bersihan dasar terlihat tidak dicukur, rambut tidak disisr, bau badan tidak
sedap, kebiasaan probadi yang rendah, berpakaian tidak sesuai dengan
situasi/kondisi cuaca, salah mengintepretasikan atau mengabaikan
isyarat internal, lupa langkah dalam memenuhi kebutuhan toileting, atau
tidak mampu mencari kamar mandi.
12
g. Neurosensori
Menyembunyikan ketidakmampuan (dapat membuat alas an saat tidak
menyelesaikan tugas, megisap ibu jari saat memegang buku taanpa
membacanya), anggota keluarga dapat melaporkan adanya penurunan
bertahap dalam kemampuan kognitif, kerusakan penilaian /keputusan
yang tidak tepat, hambatan ingatan baru tetapi ingatan lama baik,
perubahan perilaku/perubahan sifat kepribadian individu atau menjadi
berat.
Kehilangna kemampuan persepsi (lokasi tubuh/bagian tubuh dalam
ruang)
Reflex primitive(mis. Hidung, mengisap, telapak tangan) dapat terjadi.
Tanda/gejala wajah bergantung pada tingkat kerusakan vascular
Aktivitas kejang (sekunder akibat kerusakan otak)dapat
dikeluhkan/terlihat
Status mental (dapat tertawa atau merasa terancam oleh pemeriksaan)
Disorientasi waktu pada mulanya, kemudian tempat; biasanya
berorientasi pada seseorang proses akhir dari penyakit
Kerusakan ingatan saat ini, kehilangan progresif ingatan lama
Mungkin mengubah jawaban selama wawancara
Kesulitan dalam pemahaman dan pemikiran abstrak
Tidak mampu melakukan perhitungan mudah dan mengulang tiga nama
objek, rentang perhatian yang singkat
Halusinasi, delusi, depresi berat, mania (fase lanjut)
Dapat mengalami kerusakan komunikasi ; sulit menemukan kata-kata
yang tepat (khususnya kata benda); percakapan berulang-ulang atau
terpencar dengan mengganti arti kata; perkataan bisa menjadi tidak
terdengar; secara bertahap kehilangan kemampuan untuk
menulis(masalah keterampilan mototrik)atau membaca
h. Keamanan
Riwayat penyakit virus baru atau trauma kepala serius, keracunan obat,
stress, kekurangan nutrisi (dapat menjadi faktor predisposisi/pemberat)
Trauma akibat kecelakaan (jatuh, terbakar, dsb); terlihat adanya ekimosis,
laserasi
Gangguan gaya berjalan
Memukul/melakukan kekerasan pada orang lain
13
i. Interaksi social
Kemungkinan pembicaraan terkotak kotak, afasia, dan disfasia
Dapat mengabaikan aturan kontak social/perilaku tidak tepat
Faktor psikososial sebelumnya (secara individu dan pribadi memengaruhi
adanya perubahan pola perilaku)
Peran keluarga mungkin berubah/kebalikan karena individu menjadi
lebih tergantung
j. Pengajaran/pembelajaran
Riwayat keluarga dengan DTA (4 kali lebih besar dibndingkan populasi
umum); angka insiden demensia degenratif primer primer lebih sering
terjadi pada wanita (yang hidup lebih lama)dibandingkan pada pria;
demensia vascular timbul lebih sering pada pria dibandingkan pada
wanita
Dapat menunjukkan gambaran kesehatan total kecuali untuk
ingatan/perubahan perilaku
Menggunakan/ menyalahgunakan obat, obat yang dijual bebas, alcohol.
2. Diagnosa dan intervensi
a. Resiko Cedera b/d ketidakmampuan untuk mengenal/mengidentifikasi
bahaya dilingkungan, gagal untuk melakukan penyesuaian.
Intervensi :
1. Kaji derajat hambatan kemampuan/ kompetensi, adanya perilaku
impulsif. Bantu individu mengidentifikasi resiko/potensi bahaya dan
kurangnya persepsi visual yang mungkin timbul
Rasional : mengidentifikasi potensi resiko dilingkungan dan
meningkatkan kepekaan resiko sehingga pemberi aasuhan lebih
menghindari bahaya. Klien menunjukan perilaku impulsif yang sangat
beresiko cedera karena mereka kurang mampu mengontrol
perilaku/tindakan mereka. Kurangnya persepsi visual meningkatkan
resiko jatuh.
2. Hilangkan/minimalkan bahaya dalam lingkungan yang diketahui
Rasional : individu dengan hambatan kognitif dan gangguan persepsi
mudah mengalami kecelakaan karena ketidakmampuan melaksanakan
tanggung jawab untuk kebutuhan keamanan dasar atau mengevaluasi
konsekuensi yang tidak terduga (mis. Mungkin menyalakan
14
kompor/rokok dan melupakannya, salah mengambil buah plastik dan
memakannya, salah menilai jarak yang berhubungan dengan kursi dan
tangga)
3. Pantau perilaku dengan rutin, catat waktu perubahan perilaku
peningkatan konfusi, hiperaktifitas. Mulai intervensi yang sedikit
membatasi sebelum perilaku meningkat.
Rasional : idenntifikasi awal perilaku negatif dengan tindakan yang tepat
dapat mencegah tindakan yang lebih keras lagi. Catatan : sindrom
sundown (sulit istirahat, keluyuran, agresi) dapat timbul pada sore
hari/menjelang malam, membutuhkan intervensi yang terprogram dan
pemantauan tetap pada saat ini untuk mengalihkan dan melindungi klien.
4. Alihkan perhatian klien ketika perilaku menjadi agitasi dan berbahaya
(mis. Memanjat keluar dari tempat tidur)
Rasional : pertahankan keamanan sambil menghindari konfrontasi yang
dapat meningkatkan perilaku/ peningkatan resiko cedera
5. Kenakan pakaian yang sesuai dengan keadaan fisik
lingkungan/kebutuhan individu
Rasional : proses metabolik yang lambat secara umum mengakibatkan
rendahnya suhu tubuh. Kelenjar hipotalamus dipengaruhi oleh proses
penyakit, menyebabkanseseorang merasa dingin. Klien
mungkinmengalami disorientasi cuaca dan keluyuran di udara dingin.
Catatan : penyebab utama kematian pada klien adlaah penumonia dan
kecelakaan
6. Sadari arti mendasar dari pernyataan verbal klien
Rasional : dapat mengarahkan pertanyaan ke orang lain, seperti, apakah
anda kedinginan/kelelahan? yang berarti klien kedinginan/kelelahan.
7. Pantau efek samping obat, tanda kelebihan dosis (mis. Tanda
ekstrapiramidal, hipertensi ortostatik, gangguan penglihatan,
ketidaknyamanan pada GI).
Rasional : klien mungkin tidak mampu melaporkan tanda/ gejala, dan
obat dapat dengan mudah menghasilkan efek toksik pada lansia.
Dosis/pilihan obat mungkin perlu di ubah.
15
8. Kolaborasi : Berikan medikasi dengan tepat, mis.tiaridazin hidroklorida
(mellaril)
Rasional : pemakaian neuroleptik dosis rendah dalam jangka pendek
menimbulkan perilaku sundowning sedang catatan : kondisi ini dapat
berhubungan dengan penyimpangan nukleus suprakiasmatik
hipotalamus (mengontrol siklus tidur bangun) dengan gangguan irama
sirkandian.
b. Konfusi kronis b/d degenerasi neuron ireversibel
Intervensi :
1. Kaji derajat kerusakan kognitif (mis. Perubahan dalam orientasi pada
orang, tempat; rentang perhatian; kemampuan berpikir ). Bicara dengan
orang terdekat tentang perubahan dari perilaku biasanya/lama waktu
masalah telah timbul.
Rasional : memberikan dasar untuk evaluasi/perbandingan dimasa depan,
dan mempengaruhi pilihan intervensi.
2. Pertahankan kenyamanan, lingkungan yang tenang
Rasional : mengurangi input yang mengganggu, sedangkan kepadatan,
kekacauan, dan suara rebut meningkatkan sensori yang berlebihan yang
memperberat kerusakan neuron.
3. Lakukan pendekatan dengan pola yang lambat dan tenang.
Rasional : komunikasi nonverbal ini memperkecil kesempatan untuk
terjadinya kesalahan interpretasi dan potensi agitasi. Pendekatan yang
terburu buru dapat mengejutkan dan mengancam klien yang konfusi
yang salah menginterpretasikan atau merasa terancam oleh orang
dan/atau situasi imajiner.
4. Berhadapan dengan bindividu ketika berbicara
Rasional : mempertahankan realitas, mengekspresikan ketertarikan, dan
meningkatkan perhatian, khususnya pada klien dengan gangguan
persepsi.
5. Panggil klien sesuai namanya.
Rasional : nama membentuk identitas diri klien dan membangun realitas
serta mengenalkan individu. Klien mungkin merespon namanya sendiri
lama setelah gagal mengenali nama seseorang.
6. Gunakan suara rendah dan bicara dengan perlahan kepada klien.
16
Rasional : meningkatkan kesempatan untuk pemahaman. Suara yang
nyaring, nada yang keras mengundang kemarahan dan stress, yang dapat
memicu ingatan terutama konfrontasi dan provokasi respon marah.
7. Dengarkan dengan respek tanpa memperhatikan isi pembicaraan klien
Rasional : menunjukan minat dan penghargaan kepada individu.
8. Interpretasikan pernyataan, maksud, dan kata kata jika memungkinkan,
bantu berikan kata yang benar.
Rasional : membantu klien dalam pengolahan kata untuk menurunkan
frustasi.
9. Selingi interaksi dengan humor
Rasional : tertawa dapat membantu komunikasi dan membantu
mengembalikan labilitas emosional.
10. Kolaborasi : berikan obat obatan sesuai indikasi untuk individu :
antipsikosis : mis. Haloperidol, tioridazin (mellaril)
Rasional : dosis kecil dapat digunakan untuk mengontrol agitasi, delusi,
halusinasi.mellaril sering dipakai karena efek samping ekstrapiramidal
yang lebih kecil, masalah penglihatan, dan khususnyan gangguan gaya
berjalan.
17
Rasional : mengurangi konfusi dan meningkatkan koping terhadap
frustasi karena salah perspsi dan disorientasi/konfusi.
4. Sediakan lingkungan yang tenang, tidak ada distraksi bila diindikasikan
(mis. Musik yang lembut, kertas dinding/cat tembok polos tetapi
berwarna).
Rasional : membantu menghindari kelebihan input visual/pendengaran,
dengan mengusahakan kualitas ketenangan, konsistensi.
5. Gunakan permainan sensori untuk menstimulasi realitas (mis. Mencium
minyak mentol dan cerita tentang ketika ibu menggunakannya pada
klien)
Rasional : mengomunikasikan realitas melalui program yang bermacam
macam
6. Sediakan aktivitas intelektual (mis. Permaianan kata, mengingat kenbali
peristiwa yang baru terjadi, waktu bercerita, diskusi hasil perjalanan).
Rasional : menstimulasi kemampuan kognitif untuk mengingat serta
menyediakan perasaan normal.
7. Tingkatkan keseimbangan fungsi fisiologis menggunakan
Nerfball/beachball atau kantong kacang untuk melempar; permaianan
bertarget; marching, menari, atau tangan menari dengan musik.
Rasional : memelihara mobilitas (mengurangi potensi lemahnya tulang
dan atrofi otot); memberikan aktivitas hiburan dan kesempatan untuk
berinterksi dengan orang lain.
8. Libatkan fdalam aktivitas dengan orang lain yang diarahkan oleh situasi
individu (mis. Pengunjung satri demi satu; )
Rasional : memberikan kesemapatan untuk stimulasi dalam berpartisipasi
dengan orang lain dan dapat mempertahankan beberapa tingkat interaksi
sosial.
d. Berduka b/d klien menyadari ada yang tidak beres dengan perubahan
dalam ingatan/reaksi keluarga, kesejahteraan fisiopsikososial,persepsi
keluarga tentang kemungkinan kehilangan seseorang yang dicintai.
Intervensi :
1. Kaji derajat penyimpangan/tingkat koping
18
Rasional : informasi sangat membantu memahami bagaimana klien
mampu melakukan sesuatu untuk mempertahankan tingkat kemandirian
tertinggi dan untuk memberikan dorongan yang membantu individu
mengatasi kehilangan.
2. Sediakan lingkungan terbuka untuk untuk diskusi. Gunakan
keterampilan komunikasi terapeutik mendengar aktif, pengakuan,dsb.
Rasional : menguatkan klien/orang terdekat untuk mendiskusikan
perasaan dan hubungan yang realistic.
3. Catat pernyataan tentang kekecewaan, kepustakaan, tidak ada tujuan
hidup , ekspresi marah.
Rasional : mungkin suatu indikasi dari ide bunuh diri. Perilaku marah
mungkin cara klien untuk mengatasi perasaan keputusasaan.
4. Hargai keinginan untuk diam
Rasional : mungkin tidak siap untuk mengatasi atau berbagai kesedihan.
5. Diskusikan dengan klien/ orang terdekat cara mereka merencanakan
bersama untuk masa depan.
Rasional : terlibat dalam suatu penyelesaian masalah/perencanaan dapat
memberikan perasaan control terhadap peristiwa yang terantisipasi.
6. Bantu klien/orang terdekat untuk mengidentifikasi aspek positif dari
situasi
Rasional : dengan penelitian yang terus menerus, kemungkinan
perlambatan kemajuan penyakit dapat menawarkan harapan dimasa
depan.
7. Kolaborasi : rujuk kesumber yang lain ( mis. Kelompok pendukung,
konseling, penasihat spiritual ).
Rasional : mungkin membutuhkan dukungan/bantuan tambahan untuk
mengatasi perasaan.
19
menyembunyikan ketidakmampuan untuk mengingat dan terlibat dalam
aktivitas normal.
2. Identifikasi kekuatan yang dimiliki individu sebelumnya
Rasional : memfasilitasi bantuan dalam komunikasi dan manajemen
gangguan baru.
3. Atasi perilaku agresif dengan sikap tenang dan batasan jelas.
Rasional : penerimaan dapat mengurangi ketakutan dan progresif perilaku
agresif
4. Berikan informasi yang jelas, jujur tentang tindakan/peristiwa.
Rasional : membantu dalam mempertahankan kepercayaan dan orientasi
selama mungkin. Ketika klien mengetahui kebenaran mengenai apa yang
sedang terjadi, koping sering diperkuat, dan mengurangi rasa bersalah
tentang apa yang dibayangkan.
5. Diskusikan perasaan ortang terdekat/pengasuh.terima kewajaran
perasaan/kekhawatiran dan berikan informasi sesuai kebutuhan
Rasional : klien merasakan, tetapi mungkin tidak mengerti reaksi dan
orang lain, hal ini bisa meningkatkan perasaan cemas/takut klien.
20
Rasional : menguatkan bahwa sekarang waktu untuk tidur dan
memertahankan stabilitas lingkungan.
5. Kurangi asupan cairan pada malam hari. Ke kamar mandi sebelumtidur.
Rasional : mengurangi kebutuhan untuk nbangunn ke kamar
mandi/inkontinensia pada malam hari
6. Kolaborasi : Berikan medikasi sesuai indikasi untuk tidur: antidepresan ;
mis. Amitriptilin, doksepin, trazodon; hipnotik sedatif: mis. Kloral
hidrat, oksazepam, triazolam
Rasional : mungkin efektif dalam menangani pseudodemensia atau
depresi, meningkatkan kemampuan untuk tidur. Bila digunakan dengan
hemat, hipnotik dosis rendah efektif dalam mengatasi insomnia atau
sindrom sundown.
7. Hindari penggunaan difenndhidramin (Benadryl)
Rasional : dobat ini dikontraindikasikan karena menganggu produksi
asetilkolin, yang menghambat otak klien dengan DTA.
g. Defisit Perawatan diri b/d penurunan kognitif, keterbatasan fisik
Intervensi :
1. Identifikasi penyebab kesulitan dalam perawatan diri, mis. Keterbatasan
fisik dalam bergerak, apatis/depresi, penurunan kognitif ( seperti
apraksia ), atau temperatur ruangan ( terlalu dingin untuk berpakaian
)
Rasional : penyebab utama mempengaruhi pilihan intervensi/strategi.
Masalah dapat diminimalkan dengan mengubah lingkungan atau
adaptasi berpakaian, atau bisa lebih kompleks,yang mem,butuhkan
konsultasi dari ahli lain. Penting untuk membedakan antara
ketergantungan parsial dan total untuk menghindari terjadinya
ketidakmampuan yang berlebihan.
2. Tentukan kebutuhan higienis dan sediakan bantuan yang diperlukan
dalam aktivitas, termasuk merawat rambut/kuku/kulit, menyikat gigi,
membersihkan kaca mata.
Rasional : sejalan dengan kemajuan penyakit, kebutuhan dasar higienis
mungkin terlupakan. Infeksi, gusi, penampilan tidak rapi, atau
berbahaya dapat terjadi ketika klien/pengasuh menjadi frustasi,terluka,
atau terintimidasi oleh derajat perawat yang dibutuhkan.
21
3. Inspeksi kulit secara teratur
Rasional : adanya ekimosis, laserasi, kemerahan, dsb, memerlukan
penanganan, serta merupakan tanda yang diperlukan untuk intervensi
pemantauan ketat/perlindungan.
4. Masukan rutinitas sehari hari ke jadwal aktivitas jika memungkinkan.
Tunggu atau ubanh waktu untuk memulai berpakaian/ kebersihan jika
masalah muncul.
Rasional : dengan mempertahankan rutinitas dapat mencegah
memburuknya konfusi dan memperkuat kerja sama, karena rasa marah
cepat dilupakan, waktu atau pendekatan lain mungkin berhasil.
5. Perhatikan dengan saksama gejala fisiologis nonverbal.
Rasional : hilangnya sensori dan disfungsi bahasa dapat menyebabkan
klien mengekspresikan kebutuhan perawatan diri dengan cara nonverbal
(mis. Haus dengan terengah engah, perlu sesuatu dengan memeluk diri
sendiri/perasaan gelisah ).
6. Pahami arti sebenarnya dari pernyataan verbal.
Rasional : dapat mengarahkan pernyataan kepada orang lain, seperti
apakah anda kedinginan ? berarti, saya kedinginan dan perlu baju
tambahan.
7. Awasi, tetapi berikan otonomi sebanyak mungkin
Rasional : mengurangi frustasi karena hilangnya kemandirian.
8. Bantu dengan memakaikan pakaian yang rapi dan berwarna
Rasional : menguatkan kepercayaan diri, dapat mengurangi rasa
kehilangan sensori dan mengembalikan kehidupan.
9. Sediakan pengingat untuk kebutuhan eliminasi.libatkan dalam program
latihan defekasi/berkemih jika memungkinkan.
Rasional : hilangnya kontrol/kemandirian pada aktifitas perawatan diri
dapat memberikan pengaruh yang besar pada rasa percaya diri dan dapat
membatasi sosialisasi.
10. Bantu dan sediakan pengingat untuk perawatan perineal setelah
ketoilet/imnkontinensia.
Rasional : kebersihan yang baik didukung dengan pakaian yang bersih
serta mengurangi resiko iritasi dan infeksi pada kulit.
h. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d perubahan sensori,
pelupa.
22
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan orang terdekat/ klien tentang kebutuhan nutrisi
Rasional : identifikasi perlu untuk membantu menyusun rencana
pengajaran individu.suatu situasi kebalikan peran dapat timbul (mis.
Anak untuk orang tua,suami mengambil alih tugas istri ), yang
meningkatkan kebutuhan informasi.
2. Tentukan jumlah latihan fisik/langkah yang telah dilakukan klien.
Rasional : asupan nutrisi perlu ditentukan untuk memenuhi kebutuhan
yang berhubungan dengan pengeluaran energy individu.
3. Tawarkan/sediakan bantuan dalam memilih menu.
Rasional : kemampuan menilai yang kurang dapat mengarah pada pilihan
yang rendah: klien mungkin menjadi bimbang/berlebihan dalam memilih
dan/atau tidak peka terhadap perlunya mempertahankan nutrisi yang
penting.
4. Tawarkan makanan ringan 1 atau 2 jenis selama sehari sesuai indikasi
Rasional : memberi makanan dalam jumlah besar mengenyangkan klien,
menyebabkan keengganan untuk makan atau menjadi kelaparan/rakus.
Makanan porsi kecil dapat memperkuat asupan yang sesuai. Membatasi
jenis makanan yang ditawarkan pada satu waktu mengurangi
kebingungan yang berkaitan dengan pilihan makanan.
5. Sediakan banyak waktu untuk makan
Rasional : Pendekatan yang tidak tergesa gesa membantu pencernaan
dan menurunkan kesempatan untuk marah akibat terburu buru.
6. Tempatkan makanan kecil dalam kotak roti/kantong kertas untuk klien
yang berpergian.
Rasional : membawa makanan dapat mendorong klien untuk makan.
7. Observasi kemampuan menelan, pantau rongga mulut
Rasional : kemampuan yang menururn dapat mengakibatkan
klien/pengasuh secara berulang memasukkan makanan kemulut klien,
ketika makanan tersebut tidak ditelan meningkatkan resiko aspirasi.
8. Kolaborasi : ruzuk keahli gizi
Rasional : bantuan mungkin dibutuhkan untuk mengembangkan
keseimbangan nutrisi secara individual untuk memenuhi
kebutuhan/makanan kesukaan klien.
23
i. Resiko disfungsi Seksual b/d perubahan fungsi tubuh/ progresi penyakit;
penurunan kebiasaan/control prilaku, bingung; pelupa dan disorientasi
tempat atau orang.
Intervensi:
1. Kaji kebutuhan/keinginan/kemampuan klien dan pasangan
Rasional : metode alternative perlu didesain untuk situasi individu agar
memenuhi kebutuhan keintiman dan kedekatan.
2. Dorong pasangan untuk menunjukan kasih saying/penerimaan
Rasional : seseorang yang mengalami kerusakan kognitif tetap memiliki
kebutuhan dasar seperti kasih saying, cinta, penerimaan, dan ekspresi
seksual.
3. Pastikan privasi,atau anjurkan kunjungan rumah bila sesuai
Rasional : ekspresi atau perilaku seksual bisa berbeda beda. Individu
mungkin melakukan masturbasi, mengeksplorasi diri sendiri. Privasi
memungkinkan untuk melakukan ekspresi seksual tanpa rasa malu dan
penolakan dari orang lain.
4. Gunakan distraksi, sesuai indikasi. Ingatkan klien bahwa ketika berada
didepan umum, perilaku yang mengganggu tidak diterima.
Rasional : alat ini berguna ketika terdapat perilaku yang tidak tepat/
menjadi tontonan ( mis. Eksplorasi diri )
5. Sediakan waktu untuk mendengar/mendiskusikan kekhawatiran orang
terdekat.
Rasional : seseorang mungkin membutuhkan informasi dan/atau
konsultasi tentang alternative untuk aktivitas/agresi seksual.
24
2. Fokuskan pada masalah khusus yang sedang terjadi, di sini dan
sekarang
Rasional : kemajuan penyakit berjalan tanpa pola yang pasti. Focus yang
terlalu dini terhadap kemungkinan perawatan jangka panjang atau
kemingkinan inkontinensia, akan merusak kemampuan koping terhadap
masalah yang ada.
3. Tentukan prioritas
Rasional : membantu menciptakan rasa teratur dan memfasilitasi
penyelesaian masalah.
4. Tunjukan sikap realistik dan jujur dalam segala hal.
Rasional : menurunkan tekanan yang melingkupi harapan yang salah (mis.
Klien memunculkan kembali tingkat fungsi masa lalu akibat medikasi
yang diiklankan atau yang tidak terbukti.
5. Bantu pengasuhan/keluarga memahami pentingnya mempertahankan
fungsi psikososial.
Rasional : perilaku yang memaluka, membutuhkan perawatan.dapat
mengakibatkan penarikan diri dari kontak sosial.
6. Berikan waktu untuk mendengar kekhawatiran/kecemasan dengan
penuh perhatian
Rasional : orang terdekat membutuhkan dukungan yang konstan pada
berbagai masalah yang muncul selama periode penyakit ini untuk
meringankan proses adaptasi dan berkabung.
7. Diskusikan kemungkinan isolasi. Masukan perlu untuk system
pendukung
Rasional : kepercayaan bahwa seorang individu tunggal dapat memenuhi
seluruh kebutuhan klien akan meningkatkan potensi terjadinya penyakit
fisik/mental ( ketegangan peran pengasuh ).
8. Berikan umpan balik positif untuk usaha yang dilakukan.
Rasional : meyakinkan kembali individu bahwa mereka sedang melakukan
yang terbaik.
9. Kolaborasi : libatkan orang terdekat/anggota keluarga dalam rencana
asuhan/penyelesaian masalah.
Rasional : kesepakatan mungkin lebih mudah diterima ketika keluarga
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. Hal ini penting, untuk
memjaga keinginan klien dalam ingatannya ketika membuat pilihan dan
25
menyadari siapa yang secara actual memiliki kekuasaan untuk
mengambil keputusan bagi klien dengan kerusakan kognitif.
Koping keluarga
inefektif
Resiko disfungsi
Berduka seksual
Perubahan nutrisi Deficit perawatan
kurang dari diri
Ketakutan Gangguan sensori kebututhan
persepsi
Perubahan dalam ingatan/pikun/penurunan neurologis Gangguan pola
Resiko cedera
tidur
ketidakmampuan untuk perubahan pola aktivitas
sehari-hari Demensia
mengenal/mengidentifikasi
bahaya dilingkungan,gagal mlakukan
penyesuaian
kerusakan kognitif progresif
Konfusi kronis
26