Makalah Nasofaring
Makalah Nasofaring
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker nasofaring atau dikenal juga dengan kanker THT adalah penyakit
yang disebabkan oleh sel ganas (kanker) dan terbentuk dalam jaringan nasofaring,
yaitu bagian atas faring atau tenggorokan. Kanker ini paling sering terjadi di
bagian THT, kepala serta leher. Sampai saat ini belum jelas bagaimana mulai
tumbuhnya kanker nasofaring. Namun kanker ini dapat berkembang ke bagian
mata, telinga, kelenjar leher, dan otak. Sebaiknya yang beresiko tinggi terkena
kanker nasofaring rajin memeriksakan diri ke dokter, terutama dokter THT.
Risiko tinggi ini biasanya dimiliki oleh laki-laki atau adanya keluarga yang
menderita kanker ini.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a. B
agaimana definisi Karsinoma Nasofaring?
b. B
agaimana klasifikasi Karsinoma Nasofaring?
c. B
agaimana etiologi Karsinoma Nasofaring ?
d. B
agaimana manifestasi Karsinoma Nasofaring ?
e. B
agaimana patofisiologi Karsinoma Nasofaring ?
f. B
agaimana komplikasi Karsinoma Nasofaring?
g. B
agaimana pemeriksaan diagnostik Karsinoma Nasofaring ?
h. B
agaimana penatalaksanaan medic Karsinoma Nasofaring?
i. B
agaimana pengkajian mengenai Karsinoma Nasofaring?
j. B
agaimana diagnosa keperawatan Karsinoma Nasofaring?
k. B
agaimana intervensi keperawatan Karsinoma Nasofaring?
2
A. Manfaat penulisan
1. Bagi Penulis
3. Bagi Pembaca
A. Metode penulisan
1. Media internet
Yaitu bersumber dari jurnal dan karya tulis ilmiah di internet yang relevan.
A. Sistematika penulisan
3
Yang terdiri dari definisi , anatomi , klasifikasi , etiologi karsinoma
nasofaring Atopik ,manifestasi ,patofisiologi ,pathway ,komplikasi
pemeriksaan diagnostic, penatalaksanaan medik karsinoma nasofaring
BAB III : TINJAUAN KASUS
Yang terdiri dari Pengkajian, , dan Diagnosa.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
B. Klasifikasi
4
4. Karsinoma tidak berdiferensiasi (Undifferentiated Carcinoma).Pada
tipe ini sel tumor secara individu memperlihatkan inti yang vesikuler,
berbentuk oval atau bulat dengan nukleoli yang jelas. Pada umumnya
batas sel tidak terlihat dengan jelas. Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa
keratinisasi mempunyai sifat yang sama, yaitu bersifat radiosensitif.
Sedangkan jenis dengan keratinisasi tidak begitu
radiosensitive.Klasifikasi gambaran histopatologi terbaru yang
direkomendasikan oleh WHO pada tahun 1991, hanya dibagi atas 2
tipe, yaitu :
A. Etiologi
1. Kerentanan Genetik
5
2. Virus EB
3. Faktor Lingkungan
A. Manifestasi klinis
7. Gejala metastasis jauh : lokasi meatstasis paling sering ke tulang, paru, hati
. metastasi tulang tersering ke pelvis, vertebra, iga dan keempat
ekstremitas. Manifestasi metastasis tulang adalah nyeri kontinyu dan nyeri
tekan setempat, lokasi tetap dan tidak berubah-ubah dan secara bertahap
bertambah hebat. Pada fase ini tidak selalu terdapat perubahan pada foto
sinar X, bone-scan seluruh tubuh dapat membantu diagnosis. Metastasis
hati , paru dapat sangat tersembunyi , kadang ditemukan ketika dilakukan
tindak lanjut rutin dengan rongsen thorax , pemeriksaan hati dengan CT
atau US
A. Patofisiologi
Pada kanker nasofaring ini disebabkan oleh virus Epstein-Barr melalui mediator
ikan asin, makanan yang diawetkan (mengandung nitrosamine), kontak dengan zat
karsinogen (asap industri, gas kimia) dan juga dapat dikarenakan radang kronis
daerah nasofaring. Setelah itu, virus masuk berkembang biak kemudian menyerang
bagian telinga dan hidung khususnya. Dengan hidupnya virus Epstein-Barr
didaerah nasofaring (dekat telinga dan hidung), membuat sel-sel kanker
berkembang sehingga membuat terjadinya sumbatan atau obstruksi pada saluran
tuba eusthacius dan hidung. Sumbatan yang terjadi dapat menyebabkan baik
gangguan pendengaran maupun gangguan penghidu, sehingga merupakan
gangguan persepsi sensori.
8
B. Komplikasi
Sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama getah bening atau darah, mengenai
organ tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring. Yang sering adalah tulang, hati
dan paru. Hal ini merupakan hasil akhir dan prognosis yang buruk. Dalam
penelitian lain ditemukan bahwa karsinoma nasofaring dapat mengadakan
metastase jauh, ke paru-paru dan tulang, masing-masing 20 %, sedangkan ke hati
10 %, otak 4 %, ginjal 0.4 %, dan tiroid 0.4 %. Komplikasi lain yang biasa
dialami adalah terjadinya pembesaran kelenjar getah bening pada leher dan
kelumpuhan saraf kranial.
C. Pemeriksaan diagnostik
5. Pemeriksaan CT
A. Peatalaksanaan
a. Radioterapi
Hal yang perlu dipersiapkan adalah keadaan umum pasien baik, hygiene mulut,
bila ada infeksi mulut diperbaiki dulu. Pengobatan tambahan yang diberikan
dapat berupa diseksi leher ( benjolan di leher yang tidak menghilang pada
penyinaran atau timbul kembali setelah penyinaran dan tumor induknya sudah
hilang yang terlebih dulu diperiksa dengan radiologik dan serologik),
pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon, kemoterapi, seroterapi, vaksin
dan antivirus.
b. Kemoterapi
c. Terapi Biologis
Dewasa ini masih dalam taraf penelitian laboraturium dan uji klinis.
A. Pengkajian
11
pasien mengenai gejala hidung seperti epistaksis dan
sumbatan hidung.
2. Identitas
3. Riwayat kesehatan
12
a. Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya
yang ada hubungannya dengan penyakit keturunan dan
kebiasaan atau gaya hidup.
7. Pemeriksaan fisik
b. Rinoskopia anterior :
A. Diagnosa keperawatan
C.INTERVENSI
15
obat antiemetik.
BAB III
16
PENUTUP
A. Kesimpulan
Carsinoma nasofaring adalah keganasan pada nasofaring yang berasal dari
epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring. Yang disebabkan
oleh Virus Epstein Barr dengan ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama
timbulnya penyakit ini. Virus ini dapat masuk dalam tubuh dan tetap tinggal disana
merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di
B. Saran
Para mahasiswa/mahasiswi hendaknya mengerti dan memahami tentang
konsep dasar medik karsinoma nasofaring dan Asuhan Keperawatan, agar dapat
memahami tentang Asuhan Keperawatan karsinoma nasofaring
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC.
17
Roezin Averdi. 2004. Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorok. Jakarta: FKUI.
18