Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ETIKA, TANGGUNG JAWAB SOSIAL KORPORAT,


KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN DAN STRATEGI

Disusun Oleh:
PUTU ADI PRAWIRA CHANDRA 1607612002
I WAYAN ASTIKA 1607612005

Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk)


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
Tahun 2017
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bagi dunia Internasional maupun Nasional, bisnis merupakan aktivitas yang tidak
dapat dipisahkan dalam kegiatan sehari-hari. Tidak jenuh para pebisnis memajukan dan
memperluas usahanya dalam rangka mencari keuntungan semaksimal mungkin. Mulai
dari Negara adidaya hingga negara berkembang melakukan bisnis sebagai mata
pencaharian mereka. Begitu pula dengan Indonesia yang tidak mau kalah bersaing
dengan negara-negara maju lainnya.
Di Indonesia, perkembangan bisnis maju pesat seiring dengan perkembangan
teknologi dan informasi. Mulai dari bisnis secara tradisional maupun bisnis secara on-
line. Bahkan pangsa pasar bisnis on-line lebih luas dan tentunya dapat memperoleh
keuntungan yang maksimal walaupun tidak sedikit pula orang yang meragukan kualitas
produk yang ditawarkan secara on-line. Namun, diantara bisnis-bisnis yang menghasilkan
keuntungan, ternyata masih banyak para pebisnis yang mengacuhkan etika bisnis yang
baik, seperti misalnya tidak memperhatikan kepuasan konsumen terhadap produk yang
dijual. Sejatinya, etika bisnis harus tertanam dalam jiwa para pebisnis, karena dengan
etika bisnis yang baik tidak hanya keuntungan saja yang didapatkan namun kepuasan dan
keloyalitasan konsumenpun akan didapatkan pula. Untuk itu, para pebisnis harus
mengetahui hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh
seorang pebisnis.
Dalam makalah ini, akan dijelaskan lebih lanjut mengenai etika, tanggung jawab
social korporat, keberlanjutan lingkungan dan strategi yang seharusnya dilakukan oleh
perusahaan.

1.2. Ruang Lingkup Penulisan

1.2.1. Apa yang dimaksud dengan etika bisnis ?


1.2.2. Bagaimana dan mengapa standar etika berdampak terhadap penyusunan dan
pelaksanaan strategi?
1.2.3. Apa pemicu dari strategi dan perilaku bisnis yang tidak etis?
1.2.4. Mengapa strategi perusahaan harus beretika?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Etika bisnis

2.1.1 Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika
Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan
serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra
kerja, pemegang saham, masyarakat.

Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni
bisnis dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati
kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-
hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.

Etika Bisnis Menurut Para Ahli :

Menurut Velasques(2002), etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan


mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral
sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi dan perilaku bisnis.

Menurut Hill dan Jones(1998), menyatakan bahwa etika bisnis merupakan


suatu ajaran untuk membedakan antara salah dan benar guna memberikan pembekalan
kepada setiap pemimpinperusahaan ketika mempertimbangkan untuk mengambil
keputusan strategis yang terkaitdengan masalah moral yang kompleks. Lebih jauh ia
mengatakan Sebagian besar dari kita sudah memiliki rasa yang baik dari apa yang benar
dan apa yang salah, kita sudah tahu bahwa salah satu untuk mengambil tindakan yang
menempatkan resiko kehidupan yang lain.).

Menurut Steade et al (1984 : 701), dalam bukunya Business, Its Natura and
Environment An Introduction Etika bisnis adalah standar etika yangberkaitan dengan
tujuan dan cara membuat keputusan bisnis..

2.1.2 Prinsip Prinsip Etika Bisnis

Kehidupan bisnis modern menurut banyak pengamat cenderung mementingkan


keberhasilan material. Menempatkan material pada urutan prioritas utama, dapat
3
mendorong para pelaku bisnis dan masyarakat umum melirik dan menggunakan
paradigma dangkal tentang makna dunia bisnis itu sendiri. Sesungguhnya dunia binis
tidak sesadis yang dibayangkan orang dan material bukanlah harga mati yang harus
diupayakan dengan cara apa yang dan bagaimanapun. Dengan paradigma sempit dapat
berkonotasi bahwa bisnis hanya dipandang sebagai sarana meraih pendapatan dan
keuntungan uang semata, dengan mengabaikan kepentingan lainnya. Organisasi bisnis
dan perusahaan dipandang hanya sekedar mesin dan sarana untuk memaksimalkan
keuntungannya dan dengan demikian bisnis semata-mata berperan sebagai jalan untuk
menumpuk kekayaan dan bisnis telah menjadi jati diri lebih dari mesin pengganda modal
atau kapitalis.

Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang baru, bahkan secara
moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Alasannya adalah sebagai
berikut:

1. Secara moral keuntungan memungkinkan organisasi/perusahaan untuk bertahan


dalam kegiatan bisnisnya.

2. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia


menanamkan modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas yang produktif
dalam memacu pertumbuhan ekonomi.

3. Keuntungan tidak hanya memungkinkan perusahaan bertahan melainkan dapat


menghidupi karyawannya ke arah tingkat hidup yang lebih baik. Keuntungan dapat
dipergunakan sebagai pengembangan perusahaan sehingga hal ini akan membuka
lapangan kerja baru.

Implementasi etika dalam penyelenggaraan bisnis mengikat setiap personal


menurut bidang tugas yang diembannya. Dengak kata lain mengikat manajer, pimpinan
unit kerja dan kelembagaan perusahaan. Semua anggota organisasi/perusahaan sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi harus menjabarkan dan melaksanakan etika bisnis secara
konsekuen dan penuh tanggung jawab. Dalam pandangan sempit perusahaan dianggap
sudah dianggap melaksanakan etika bisnis bilamana perusahaan yang bersangkutan telah
melaksanakan tanggung jawab sosialnya.

Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang harus ditempuh perusahaan oleh


perusahaan untuk mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar memiliki
standar baku yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral
sebagai standar kerja atau operasi perusahaan.

1. Prinsip Otonomi adalah prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan


secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan
pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan yang diambil
4
perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang
berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.

2. Prinsip Kejujuran adalah prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syarat-syarat


perjanjian atau kontrak, mutu barang atau jasa yang ditawarkan, dan hubungan kerja
dalam perusahaan. Prinsip ini paling problematik karena masih banyak pelaku bisnis
melakukan penipuan.

3. Prinsip Tidak Berniat Jahat merupakan prinsip ini ada hubungan erat dengan
prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang ketat akan mampu meredam niat
jahat perusahaan itu.

4. Prinsip Keadilan adalah perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak


yang terkait dengan sistem bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai
kontribusinya, pelayanan yang sama kepada konsumen, dan lain-lain.

5. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri merupakan prinsip yang mengarahkan agar
kita memperlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan dan tidak akan
memperlakukan orang lain sebagaimana kita tidak ingin diperlakukan.

2.1.3 Contoh Penerapan Etika Bisnis

PT POS INDONESIA Dalam Menerapkan Etika Bisnis

Salah satu upaya untuk meningkatkan kinerja suatu perusahaan/organisasi adalah


dengan cara menerapkan Good Corporate Governance (GCG). Penerapan Good
Corporate Governance (GCG) merupakan pedoman bagi Komisaris dan Direksi dalam
membuat keputusan dan menjalankan tindakan dengan dilandasi moral yang tinggi,
kepatuhan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan
adanya tanggung jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan
(stakeholders) secara konsisten.

Maksud dan tujuan penerapan Good Corporate Governance di Perusahaan adalah


sebagai berikut:

1. Memaksimalkan nilai Perusahaan dengan cara meningkatkan prinsip


keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil agar Perusahaan
memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional.

2. Mendorong pengelolaan Perusahaan secara profesional, transparan dan efisien,


serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian.
5
3. Mendorong agar manajemen Perusahaan dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial
Perusahaan terhadap stakeholders maupun kelestarian lingkungan di sekitar Perusahaa.

4. Meningkatkan kontribusi Perusahaan dalam perekonomian nasional

5. Meningkatkan nilai investasi dan kekayaan Perusahaan

2.2 STANDAR (Nilai - Nilai) ETIKA BISNIS

2.2.1 DAMPAK STANDAR ETIKA TERHADAP PENYUSUNAN STRATEGI

2.2.2 DAMPAK STANDAR ETIKA TERHADAP PENYUSUNAN STRATEGI

Selain itu juga ada beberapa nilai nilai etika bisnis yang dinilai oleh Adiwarman Karim,
Presiden Direktur Karim Business Consulting, seharusnya jangan dilanggar, yaitu :

Kejujuran: Banyak orang beranggapan bisnis merupakan kegiatan tipu-menipu demi mendapat
keuntungan. Ini jelas keliru. Sesungguhnya kejujuran merupakan salah satu kunci keberhasilan
berbisnis. Bahkan, termasuk unsur penting untuk bertahan di tengah persaingan bisnis.

Keadilan: Perlakukan setiap orang sesuai haknya. Misalnya, berikan upah kepada karyawan
sesuai standar serta jangan pelit memberi bonus saat perusahaan mendapatkan keuntungan lebih.
Terapkan juga keadilan saat menentukan harga, misalnya dengan tidak mengambil untung yang
merugikan konsumen.

Rendah Hati: Jangan lakukan bisnis dengan kesombongan. Misalnya, dalam mempromosikan
produk dengan cara berlebihan, apalagi sampai menjatuhkan produk bersaing, entah melalui
gambar maupun tulisan. Pada akhirnya, konsumen memiliki kemampuan untuk melakukan
penilaian atas kredibilitas sebuah poduk/jasa. Apalagi, tidak sedikit masyarakat yang percaya
bahwa sesuatu yang terlihat atau terdengar terlalu sempurna, pada kenyataannya justru sering
kali terbukti buruk.

Simpatik: Kelola emosi. Tampilkan wajah ramah dan simpatik. Bukan hanya di depan klien atau
konsumen anda, tetapi juga di hadapan orang-orang yang mendukung bisnis anda, seperti
karyawan, sekretaris dan lain-lain.

6
Kecerdasan: Diperlukan kecerdasan atau kepandaian untuk menjalankan strategi bisnis sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku, sehingga menghasilkan keuntungan yang memadai.
Dengan kecerdasan pula seorang pebisnis mampu mewaspadai dan menghindari berbagai macam
bentuk kejahatan non-etis yang mungkin dilancarkan oleh lawan-lawan bisnisnya.

Dampak atau Pengaruh Etika Bisnis

a. Menuangkan ke dalam Hukum Positif

Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi Peraturan
Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut,
seperti proteksi terhadap pengusaha lemah.

b. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar

Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena
persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk mengadakan kolusi serta
memberikan komisi kepada pihak yang terkait.

c. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)

Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam
bentuk uang dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi.

d. Memelihara Kesepakatan

Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki terhadap


apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.

e. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar

Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena
persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk mengadakan kolusi serta
memberikan komisi kepada pihak yang terkait.

2.3 PEMICU STRATEGI DAN PERILAKU BISNIS YANG TIDAK ETIS

Kebanyakan perusahaan yang berada disekitar kita hampir 45% tidak menggunakan etika
dalam menjalankan bisnisnya, sedangkan sisanya 55% sudah menggunakan etika dalam
7
menjalankan bisnisnya. Jadi bisa dikatakan bahwa hampir setengahnya produsen atau perusahaan
yang ada di sekitar kita melakukan pelanggaran etika.

Beberapa contoh dari bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan yang berada di
Indonesia adalah :

a. Anti nyamuk HIT yang menggunakan pestisida.

b. Semburan lumpur dan gas di Sidoarjo oleh Lapindo Branas karena tidak menggunakan
pengaman pada saat pengeboran.

c. Produksi rokok yang terus meningkat seiring dengan promosi iklannya yang menarik.
Seharusnya jika kita ingin Negara ini bersih dan sehat produsen rokok tidak membuat iklan
sebagus dan semenarik itu dan seharusnya iklan tersebut dibuat dengan akibat yang
ditimbulkan dari rokok itu sendiri.

d. Pemalsuan merk dagang palsu di Surabaya (Jawa Pos, mei 2009)

e. Susu dan makanan bayi yang terkontaminasi bakteri enterobacter sazakii yang dapat
menyebabkan radang selaput otak dan usus.

f. Telkomsel di duga melakukan Manipulasi iklan Talkmania.

g. Indomie mengandung zat methyl parahydroxybenzoate dan benzoic acid (asam benzoat).

Factor penyebab perusahaan atau produsen melakukan pelanggaran adalah:

a. Menurunnya formalism etis (moral yang berfokus pada maksud yang berkaitan dengan
perilaku dan hak tertentu.

b. Kurangnya kesadaran moral utilarian (moral yang berkaitan dengan memaksimumkan hal
terbaik bagi orang sebanyak mungkin)

c. Undang undang atau peraturan yang mengatur perdagangan, bisnis dan ekonomi masih
kurang

d. Lemahnya kedudukan lembaga yang melindungi hak hak konsumen

e. Rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan serta informasi mengenai bahan, material


berbahaya

f. Pandangan yang salah dalam menjalankan bisnis (tujuan utama bisnis adalah mencari
keuntungan semata, bukan kegiatan social)

g. Rendahnya tanggung jawab social atau CSR (Corporate Social Responsibility)


8
h. Kurangnya pemahaman tentang prinsip etika bisnis

Adapun upaya yang diharapkan untuk menghindari pelanggaran kode etik salah satunya bagi
para pengguna internet adalah:

a. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang secara langsung berkaitan dengan
masalah pornografi dan nudisme dalam segala bentuk.

b. Menghindari dan tidak mempublikasi informasi yang memiliki tendensi menyinggung secara
langsung dan negative masalah suku, agama dan ras(SARA), termasuk di dalamnya usaha
penghinaan, pelecehan, pendiskreditan, penyiksaan serta segala bentuk pelanggaran hak atas
perseorangan, kelompok/ lembaga/ institusi lain.

c. Menghindari dan tidak mempublikasikan informasi yang berisi Instruksi untuk melakukan
perbuatan melawan hukum(illegal) positif di Indonesia dan ketentuan internasional umumnya.

d. Tidak menampilkan segala bentuk eksploitasi terhadap anak-anak dibawah umur.

e.Tidak mempergunakan, mempublikasikan dan atau saling bertukar materi dan informasi yang
memiliki korelasi terhadap kegiatan pirating, hacking dan cracking.

f. Bila mempergunakan script, program, tulisan, gambar/ foto, animasi, suara atau bentuk materi
dan informasi lainnya yang bukan hasil karya sendiri harus mencantumkan identitas sumber dan
pemilik hak cipta bila ada dan bersedia untuk melakukan pencabutan bila ada yang mengajukan
keberatan serta bertanggung jawab atas segala konsekuensi yang mungkin timbul karenanya.

2.4 MENGAPA PERUSAHAAN HARUS BERETIKA

Terdapat dua alasan utama mengapa dalam berbisnis perusahaan wajib beretika, yakni:

2.4.1 Karena strategi bisnis yang tidak etis secara moral adalah salah satu dan
merefleksikan betapa buruknya karakter para staf/ karyawannya,

2.4.2 Karena strategi bisnis yang beretika dapat menjadi bisnis yang bagus dan
mampumewujudkan kepentingan pribadi para pemegang sahamnya.

Pondasi moral untuk strategi bisnis yang beretika

Pada intinya, proses pengembangan strategi bisnis yang beretika dimulai dengan dan
olehpara manajer yang secara kepribadian serta karakter juga memiliki karakter moral
yang kuat.

Pondasi bisnis untuk strategi-strategi bisnis yang beretika

9
Bahwa ada biaya-biaya besar yang dapat menjadi konsekuensi bagi perusahaan-
perusahaanyang menjalankan bisnis tanpa beretika serta dengan mudah mentolerir
perilaku-perilakubisnis yang tak etis. Konsekuensi lainnya adalah runtuhnya reputasi
perusahaan.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR)


Penggunaan istilah Tanggungjawab Sosial Perusahaan atau atau Corporate Social
Responsibility (CSR) akhir-akhir ini semakin populer dengan semakin meningkatnya praktek
tanggung jawab sosial perusahaan, dan diskusi-diskusi global, regional dan nasional tentang CSR
.
Istilah CSR yang mulai dikenal sejak tahun 1970-an, saat ini menjadi salah satu bentuk inovasi
bagi hubungan perusahaan dengan masyarakat dan konsumen. CSR kini banyak diterapkan baik
oleh perusahaan multi-nasional maupun perusahaan nasional atau lokal. CSR adalah tentang nilai
dan standar yang berkaitan dengan beroperasinya sebuah perusahaan dalam suatu masyarakat.
CSR diartikan sebagai komitmen usaha untuk beroperasi secara legal dan etis yang
berkonstribusi pada peningkatan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, komunitas lokal
dan masyarakat luas dalam kerangka mmewujudkan pembangunan berkelanjutan.
CSR berakar dari etika dan prinsip-prinsip yang berlaku di Perusahaan dan dimasyarakat. Etika
yang dianut merupakan bagian dari budaya (corporate culture); dan etika yang dianut masyarakat
merupakan bagian dari budaya masyarakata. Prisnsip-prinsip atau azas yang berlaku di
masyarakat juga termasuk berbagai peraturan dan regulasi pemerintah sebagai bagian dari sistem
ketatanegaraan.
Menurut Jones (2001) seseorang atau lembaga dapat dinilai membuat keputusan atau
bertindak etis bila:
Keputusan atau tindakan dilakukan berdasarkan nilai atau standar yang diterima dan berlaku pada
lingkungan organisasi yang bersangkutan.
Bersedia mengkomunikasikan keputusan tersebut kepada seluruh pihak yang terkait.
Yakin orang lain akan setuju dengan keputusan tersebut atau keputusan tersebut mungkin diterima
dengan alasan etis.
Suatu perusahaan seharusnya tidak hanya mengeruk keuntungan sebanyak mungkin,
tetapi juga mempunyai etika dalam bertindak menggunakan sumberdaya manusia dan
lingkungan guna turut mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Pengukuran kinerja yang
semata dicermati dari komponen keuangan dan keuntungan (finance) tidak akan mampu
membesarkan dan melestarikan , karena seringkali berhadapan dengan konflik pekerja, konflik
dengan masyarakat sekitar dan semakin jauh dari prinsip pengelolaan lingkungan dengan prinsip
pembangunan berkelanjutan.

2.5. Macam-Macam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


Menurut zimmerer ada beberapa pertanggungjwaban perusahaan, yaitu:
1. Tanggung jawab terhadap lingkungan.
Perusahaan harus ramah lingkungan, artinya perusahaan harus memperhatikan,
melestarikan, dan menjaga lingkungan, misalnya tidak membuang limbah yang mencemari
lingkungan.
2. Tanggung jawab terhadap karyawan
Menurut zimmerer Tanggung jawab terhadap karyawan dapat dilakukan dengan cara:
1. Menghormati dan mendengarkan pendapat karyawan
10
2. Meminta Masukan kepada karyawan
3. Memberi kepercayaan kepada karyawan
4. Memberi imbalan kepada karyawan yang bekerja dengan biak
5. Selalu menekankan kepercayaan kepada karyawan
6. Tanggung jawab terhadap pelanggan.
Tanggung jawab terhadap pelanggan ada dua kategori:
Menyediakan barang dan jasa yang berkualitas
Memberikan harga barang dan jasa yang adil dan wajar
3. Tanggung Jawab terhadap investor
Tanggung Jawab terhadap investor adalah menyediakan pengembalian investasi yang
menarik, seperti memaksimumkan laba
4. Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Perusahaan harus ber Tanggung jawab terhadap Masyarakat sekitarnya, misalnya
menyediakan pekerjaan dan menciptakan kesehatan serta kontribusi terhadap mayararakat
sekitarnya

2.6. Dinamika dalam Tanggung Jawab Social Perusahaan (CSR)


Menurut George Pohle dan Jeff Hittner dari IBM, terdapat tiga dinamika yang harus
dipahami oleh perusahaan dalam keterlibatannya dengan CSR:
1. Information From Visibility to Transparency
Supaya terjalin hubungan yang lebih baik dengan konsumen maupun stakeholder, maka
perusahaan harus mengadopsi teknologi maupun praktek bisnis yang memungkinkan para
stakeholder untuk memperoleh informasi kapanpun dan dimanapun mereka berada, Misalnya,
perusahaan perusahaan infrastruktur memungkinkan pelanggan untuk berpindah sumber energi
berdasarkan ketersediaan sumber yang paling ramah lingkungan secara real time. Atau telepon
seluler yang dapat men-scan bar code produk supaya memunculkan informasi yang diinginkan
pengguna, mulai dari bahan-bahan hingga energi yang digunakan untuk membuatnya.
Jika sebelumnya transparansi dan akuntabilitas memang jarang diimplementasikan di
masa lalu, namun kini menjadi sebuah tantangan bagi perusahaan yang terlibat dengan banyak
pihak. Ini bukan hanya masalah menyediakan informasi lebih banyak, melainkan informasi yang
bernar. Perusahaan yang memberikan informasi relevan akan memenangkan kepercayaan dari
konsumen, sehingga tercipta platform pertumbuhan yang kuat.
2. Impact on Business From Cost t Growth
Perusahaan memandang CSR sebagai biaya izin untuk berbisnis di pasaran. Karena jika
mereka gagal memenuhi regulasi lokal maupun global, maka reputasi merek ataupun perusahaan
jadi taruhannya. Namun, kini perusahaan mulai memandang CSR sebagai sarana dalam
menemukan ide produk baru, diferensiasi, menekan biaya, mempercepat entry pasar, dan
menempatkan mereka dalam posisi yang lebih baik dalam talent wars.
CEMEX misalnya, menyediakan diskon bagi pelanggan dengan pendapatan rendah dan
membolehkan mereka untuk membayar material secara mingguan. Ini memungkinkan pelanggan
untuk mengakses material berkualitas tinggi dengan harga sekitar 2/3nya saja. Nyatanya, in i
justru memperluas pasar dan mendorong penjualan CEMEX. Segmen ini tumbuh 250% per
tahunnya.
Perusahaan juga memandang bahwa inisiatif CSR dapat mengurangi struktur biaya secara
keseluruhan ataupun meningkatkan produktivitas. Canadian pulp and paper, misalnya, berhasil
mengurangi emisinya sebanyak 70% dan energi sebanyak 21% sejak 1990. Pada 2005 dan 2006,
11
perusahaan berhasil menghemat sebanyak $4.4 juta untuk pengurangan konsumsi bahan bakar
sebesar 2%.
3. Relationships From Containment To Engagement
Salah satu cara untuk memenuhi ekspektasi stakeholder adalah dengan menjalin
hubungan secara kontinu. Misalnya, sebuah bisnis global yang berusaha untuk memonitor
kondisi kerja dan standar lingkungan melalui supply chain di Asia Tenggara. Kemudian pada saat
yang sama, NGO juga berfokus pada meningkatkan HAM dan memastikan bahwa bisnis
mematuhi standar lingkungan masyarakat. Meskipun perusahaan dan NGO kadang menjadi
oposisi, namun sesungguhnya melalui kolaborasi mereka sama-sama bisa mencapai tujuannya.
Bisnis dapat memanfaatkan sumber daya yang dimiliki NGO untuk memonitor, mengedukasi,
serta meningkatkan operasi dari supplier. Sehingga perusahaan dapat menekan biaya yang
seharusnya terjadi. Sementara itu, NGO juga mengambil manfaat karena mereka memperoleh
akses serta memperoleh hasil lebih mudah.
Misalnya, Marks & Spencer, setelah serangkaian skandal makanan di Inggris yang
membuat konsumen skeptis, mereka meluncurkan kampanye Behind The Label yang
memberikan edukasi kepada 16 juta pelanggan mengenai semua yang dilakukan perusahaan
berkaitan dengan isu lingkungan dan sosial. M&S juga bekerjasama dengan NGO Oxfam untuk
mengembangkan program dimana pelanggan bisa mendonasikan pakaiannya ke toko amal
Oxfam serta memperoleh diskon untuk membeli pakaian baru di M&S. Mereka juga
bekerjasama dengan para supplier untuk meningkatkan transparansi, dimana daging yang
digunakan bisa dilacak langsung kepada sapi mana yang digunakan. Begitu pula dengan pakaian.
Hasilnya, M&S berhasil memperbarui mereknya lagi, dengan pendapatan menguat 10% dan laba
naik 22% pada 2006 hingga 2007.

2.7. Manfaat Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan


Adapun manfaat perusahaan berperilaku etis dan memiliki tanggung jawab sosial adalah:
1. Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab social mendapatkan rasa hormat dari
steakholder
2. Perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik dan memiliki tanggung jawab social akan
mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan masyarakat sekitar.
3. Perusahaan yang memiliki tanggung jawab social terhadap lingkungan akan membantu dalam
pembangunan daerah sekitar perusahaan
4. Menghindarkan dari konflik internal dan lingkungan sekitar perusahaan
5. Tanggung jawab social Secara tidak langsung Membantu dalam promosi perusahaan
6. Kerangka kerja yang kokoh memandu manager dan karyawan perusahaan sewaktu berhadapan
dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja yang semakin komplek
7. Suatau perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan reputasi
8. Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab social dapat menambah
uang dalam bisnis mereka
Biasanya dimulai dari perencanaan strategis , organisasi yang baik, sistem prosedur yang
transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika perusahaan yang
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika bisnis akan selalu menguntungkan
perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang, karena :
Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi, baik intern
perusahaan maupun dengan eksternal.
12
Mampu meningkatkan motivasi pekerja.
Melindungi prinsip kebebasan berniaga
Mampu meningkatkan keunggulan bersaing.
Tidak bisa dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh perusahaan akan
memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif,
misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi dan lain
sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan
perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika bisnis, pada umumnya termasuk perusahaan
yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak
mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang
karier.
Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan.
Oleh karena itu, perusahaan semaksimal mungkin harus mempertahankan karyawannya.
Untuk memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari maka nilai-
nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen korporasi yakni
dengan cara :
1. Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct)
2. Memperkuat sistem pengawasan
3. Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus menerus

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Etika bisnis suatu kode etik perilalku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma
yang dijadikan tuntunan dan pedoman berprilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaaan atau
berusaha. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,
perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Corporate Social Responsibility (CSR) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan
istilah Tanggung Jawab Social Perusahaan adalah suatu tindakan atau konsep yang dilakukan
oleh perusahaan(sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggung jawab mereka
terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. CSR dapat dikatakan sebagai
kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan dengan cara manajemen
dampak (minimimalisasi dampak negatif dan maksimalisasi dampak positif) terhadap seluruh
pemangku kepentingannya
Adapun manfaat perusahaan berperilaku etis dan memiliki tanggung jawab sosial adalah:
1. Perusahaan yang etis dan memiliki tanggung jawab social mendapatkan rasa hormat dari
steakholder
2. Perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik dan memiliki tanggung jawab social akan
mendapatkan kepercayaan dari konsumen dan masyarakat sekitar.
3. Perusahaan yang memiliki tanggung jawab social terhadap lingkungan akan membantu dalam
pembangunan daerah sekitar perusahaan
4. Menghindarkan dari konflik internal dan lingkungan sekitar perusahaan
5. Tanggung jawab social Secara tidak langsung Membantu dalam promosi perusahaan

13
6. Kerangka kerja yang kokoh memandu manager dan karyawan perusahaan sewaktu berhadapan
dengan rumitnya pekerjaan dan tantangan jaringan kerja yang semakin komplek
7. Suatau perusahaan akan terhindar dari seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan reputasi
8. Banyak perusahaan yang menerapkan perilaku etis dan tanggung jawab social dapat menambah
uang dalam bisnis mereka.
Selain etika, yang tidak kalah penting adalah tanggung jawab perusahaan, yaitu kepada
lingkungan, karyawan, pelanggan, investor dan masyarakat sekitarnya, Sehingga akan
terbentuk suatu hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain.

14

Anda mungkin juga menyukai