Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MIKROBA

METABOLISME MIKROBA

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi

Dosen Pengampu :

Pujiati, S.Si., M.Si.

Disusun Oleh :

RISZA RISANTY [11.431.078]

FEBRIA ROSIANA [11.431.077]

AGNES YULIANTI S [11.431.079]

VIRONIKA ERVINA [11.431.082]

BIOLOGI IVC

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

IKIP PGRI MADIUN

APRIL 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia, taufik dan hidayah-Nya
sehingga penulisan makalah tentang Mikrobiologi yang berjudul Metabolisme Mikroba ini dapat
diselesaikan sesuai dengan tuntutan proses pembelajaran di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam IKIP PGRI Madiun.
Makalah ini membahas Metabolisme Mikroba penulis sangat berharap makalah ini dapat membantu
dalam mempelajari proses metabolisame pada mikroba.

Ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu penulis sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Madiun, April 2013

Penulis

DAFTAR ISI

JUDUL............................................................................................................ i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1

Latar Belakang ...................................................................... 1

Rumusan Masalah............................................................................... 2

Tujuan Penulisan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3

A. Definisi patogenesis...........................................................................3

B. Proses bakteri dalam menimbulkan penyakit.....................................4

C.Bakteri pathogen saluran urogenital....................................................13

BAB III PENUTUP..................................................................................... 19

Simpulan........................................................................................... 19

Saran19

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... iv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan, mahluk hidup memerlukan energi yang diperoleh dari proses metabolisme.
Metabolisme adalah suatu ciri yang dimiliki makhluk hidup yang merupakan serangkaian reaksi kimia di
dalam sel. Reaksi-reaksi ini tersusun dalam jalur-jalur metabolisme yang rumit dengan mengubah
molekul-molekul melalui tahapan-tahapan tertentu. Secara keseluruhan metabolisme bertanggung
jawab terhadap pengaturan materi dan sumber energi dari sel. Metabolisme terjadi pada semua mahluk
hidup termasuk kehidupan mikroba.

Metabolisme merupakan serentetan reaksi kimia yang terjadi dalam sel hidup. Dalam metabolisme ada
dua fase yaitu katabolisme dan anabolisme. Secara menyeluruh sebagian besar katabolisme adalah
respirasi seluler di mana glukosa dan bahan bakar organik yang lain dipecah menjadi karbon dan air
dengan membebaskan energi. Energi yang diperoleh disimpan dalam molekul-molekul organik dan
digunakan untuk melakukan kerja dari sel. Kebalikan dari katabolisme adalah anabolisme, yang
merupakan serangkaian reaksi-reaksi kimia yang membutuhkan energi untuk membentuk molekul-
molekul besar dari molekul-molekul yang lebih kecil, misalnya pembentukan protein dari asam amino.

Bila dalam suatu reaksi menghasilkan energi maka disebut reaksi eksergonik dan apabila untuk dapat
berlangsungnya suatu reaksi diperlukan energi reaksi ini disebut reaksi endergonik. Kegiatan
metabolisme meliputi proses perubahan yang dilakukan untuk sederetan reaksi enzim yang berurutan.
Untuk mempercepat laju reaksi-reaksi diperlukan enzim-enzim tertentu pada setiap tahapan reaksi.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian dalam latar belakang, dapat diajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1) Apa pengertian dari anabolisme dan katabolisme?

2) Dari apa saja produksi energi oleh mikroba?

3) Apa saja sifat enzim dan faktor yang mempengaruhi kerja enzim?

4) Bagaimana mekanisme kerja enzim?

5) Bagaimana peranan dan penamaan enzim?


6) Bagaimana pengendalian enzim terjadi?

C. Tujuan

Setelah menelaah latar belakang pembuatan makalah, maka dapat dirumuskan menjadi suatu tujuan
pembuatan makalah sebagai berikut:

1) Untuk menegetahui pengertian dari anabolisme dan katabolisme.

2) Untuk mengetahui produksi energi oleh mikroba.

3) Untuk menegetahui sifat, mekanisme kerja dan faktor yang mempengaruhi kerja enzim.

4) Untuk mengetahui mekanisme kerja enzim.

5) Untuk mengetahui peranan dan penamaan enzim.

6) Untuk mengetahui terjadinya pengendalian enzim.

BAB II

PEMBAHASAN

A. ANABOLISME DAN KATABOLISME

Metabolisme merupakan seluruh peristiwa reaksi-reaksi kimia yang berlangsung dala sel makhluk hidup.
Metabolisme terdiri atas dua proses, yaitu anabolisme dan katabolisme.

Anabolisme adalah penyusunan senyawa kimia sederhana menjadi senyawa kimia atau molekul
komplek (Prawirohartono dan Hadisumarto, 1997). Pada peristiwa ini diperlukan energi dari luar. Energi
yang digunakan dalam reaksi ini dapat berupa energi cahaya ataupun energi kimia. Energi tersebut,
selanjutnya digunakan untuk mengikat senyawa-senyawa sederhana tersebut menjadi senyawa yang
lebih kompleks. Jadi, dalam proses ini energi yang diperlukan tersebut tidak hilang, tetapi tersimpan
dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa kompleks yang terbentuk. Energi yang digunakan dalam
anabolisme dapat berupa energi cahaya atau energi kimia. Anabolisme yang menggunakan energi
cahaya dikenal dengan fotosintesis, sedangkan anabolisme yang menggunakan energi kimia dikenal
dengan kemosintesis.

Katabolisme adalah reaksi pemecahan/pembongkaran senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa


yang lebih sederhana dengan menghasilkan energi yang dapat digunakan organisme untuk melakukan
aktivitasnya. Fungsi reaksi katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen yang
dibutuhkan oleh reaksi anabolisme.

Gambar Anabolisme dan Katabolisme

B. PRODUKSI ENERGI OLEH MIKROBA (RESPIRASI, FERMENTASI DAN FOTOSINTESIS)

Sel-sel bakteri seperti halnya sel semua organisme hidup, umumnya melakukan aktivitas kehidupan
untuk kelangsungan hidupnya. Semua sel membutuhkan suatu sumber energi. Walaupun sangat
beraneka ragam jenis substansi yang berperan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme, namun
terdapat pola dasar metabolisme yang sangat sederhana yaitu terjadi perubahan dari satu bentuk energi
yang kompleks menjadi bentuk energi yang lebih sederhana, sehingga dapat masuk ke dalam rangkaian
metabolik.

Bakteri dapat mengubah zat kimia dan energi radiasi kebentuk yang berguna untuk kehidupannya
melalui proses respirasi, fermentasi dan fotosintesis. Dalam respirasi, molekul oksigen adalah penerima
elektron utama, sementara dalam fermentasi molekul bahan makanan biasanya pecah menjadi dua
bagian, dimana yang satu kemudian dioksidasi oleh yang lainnya. Dalam fotosintesis, energi cahaya
diubah menjadi energi kimia. Bagaimanapun, dalam semua jenis sel dan tanpa menghiraukan
mekanisme yang digunakan untuk mengekstrak energi, reaksi tersebut diiringi oleh pembentukan
Adenosine Triphosphate (ATP). ATP adalah perantara yang umum (reaktan) baik dalam reaksi yang
menghasilkan energi maupun reaksi-reaksi yang membutuhkan energi dan pembentukannya
memerlukan mekanisme dimana energi yang tersedia dapat disalurkan kedalam reaksi biosintesis dari
sel yang memerlukan energi.

1. Respirasi

Respirasi merupakan proses disimilasi, yaitu proses penguraian zat yang membebaskan energi kimia
yang tersimpan dalam suatu senyawa organik. Dalam proses ini, terjadi pembongkaran suatu zat
makanan sehingga menghasilkan energi yang diperlukan oleh organisme tersebut. Saat molekul terurai
menjadi molekul yang lebih kecil, terjadi pelepasan energi, reaksinya disebut eksorgenik. Respirasi
merupakan salah satu dari reaksi katabolik. Berdasarkan kebutuhan terhadap oksigen bebas, respirasi
dibedakan atas dua macam, yaitu:

A. Respirasi aerob, yaitu respirasi yang membutuhkan oksigen bebas. Pada proses ini, oksigen
merupakan senyawa penerima hidrogen akhir.
B. Respirasi anaerob, yaitu respirasi yang tidak membutuhkan oksigen bebas. Pada proses ini,
senyawa seperti asam piruvat dan asetaldehid berfungsi sebagai penerima hidrogen terakhir.

A. Respirasi Aerob

Respirasi secara aerob, terjadi didalam sitoplasma dan berlangsung melalui empat tahap, yaitu:

1) Glikolisis

Glikolisis merupakan pengubahan glukosa menjadi piruvat dan ATP tanpa membutuhkan oksigen. Proses
glikolisis terdiri atas 10 tahap, yaitu:

a) Tahap 1:

Glukosa yang masuk kedalam sel mengalami fosfolirasi dengan bantuan enzim heksokinase dan
menghasilkan glukosa 6-fosfat. Untuk keperluan ini ATP diubah menjadi ADP agar diperoleh energi.

b) Tahap 2:

Glukosa 6-fosfat diubah oleh enzim fosfoglukoisomerase menjadi bentuk isomernya berupa fruktosa 6-
fosfat.

c) Tahap 3:

Dengan menggunakan energi hasil perubahan ATP menjadi ADP, fruktosa 6-fosfat diubah oleh enzim
fosfofruktokinase menjadi fruktosa 1,6-bifosfat

d) Tahap 4:

Enzim aldolase mengubah fruktosa 1,6-bifosfat menjadi dihidroksiaseton fosfat dan gliseraldehida
fosfat.

e) Tahap 5:

Terjadi perubahan reaksi bolak balik antara dihidroksi aseton fosfat dengan gliseraldehid fosfat sehingga
akhirnya hanya gliseraldehid fosfat saja yang digunakan untuk reaksi berikutnya.

f) Tahap 6:

Melalui bantuan enzim triosofosfat dehidrogenase, terjadi perubahan dari gliseraldehid fosfat menjadi
1,3-bifogliserat. Dalam tahap ini juga terjadi transfer elektron sehingga NAD berubah menjadi NADH,
serta pengikatan fosfat anorganik dari sitoplasma.

g) Tahap 7:
Terjadi perubahan dari 1,3-bifogliserat menjadi 3-fosfogliserat dengan bantuan enzim
fosfogliserokinase. Pada tahap ini juga terjadi pembentukan dua molekul ATP dengan menggunakan
gugus fosfat yang sudah ada pada reaksi sebelumnya.

h) Tahap 8:

Terjadi perubahan 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat karena enzim fosfogliseromutase


memindahkan gugus fosfatnya.

i) Tahap 9:

Terjadi pembentukan fosfoenol piruvat (PEP) dan 2-fosfogliserat dengan bantuan enzim enolase,
sekaligus juga terjadi pembentukan 2 molekul air.

j) Tahap 10:

Terjadi perubahan fosfoenol piruvat (PEP) menjadi asam piruvat dengan enzim piruvatkinase, serta
terjadi pembentukan 2 molekul ATP

Gambar Proses Glikolisis

Dengan demikian, pada akhir glikolisis akan dihasilkan 2 molekul asam piruvat yang berkarbon 3, 2 ATP
dan 2 NADH dari setiap perubahan 1 molekul glukosa.

2) Dekarboksilasi Oksidatif Asam Piruvat

Dekarboksilasi oksidatif asam piruvat berlangsung didalam mitokondria dan merupakan reaksi kimia
yang mengawali siklus krebs. Dalam peristiwaini terjadi perubahan asam piruvat menjadi molekul asetil-
KoA. Asetil KoA merupakan senyawa berkarbon dua. Dalam dua peristiwa ini juga dihasilkan satu
molekul NADH untuk setiap pengubahan molekul asam piruvat menjadi asetil-KoA.

dekarboksilasi oksidatif

Gambar Dekarboksilasi Oksidatif Asam Piruvat

3) Siklus Krebs (Daur Asam Sitrat)

Kondisi aerob dalam organisme berlangsung pada dua tahapan berikutnya, yaitu siklus krebs dan
transpor elektron. Pada organisme eukariotik, proses ini berlangsung pada matriks dalam mitokondira
sedangkan pada prokariotik, berlangsung dalam sitoplasma. Tahapan siklus krebs adalah sebagai
berikut:

a) Asam piruvat dari proses glikolisis, selanjutnya masuk ke siklus krebs setelah bereaksi dengan
NAD+ (Nikotinamida adenine dinukleotida) dan ko-enzim A atau Ko-A, membentuk asetil Ko-A. Dalam
peristiwa ini, CO2 dan NADH dibebaskan. Perubahan kandungan C dari 3C (asam piruvat) menjadi 2C
(asetil ko-A).

b) Reaksi antara asetil Ko-A (2C) dengan asam oksalo asetat (4C) dan terbentuk asam sitrat (6C).
Dalam peristiwa ini, Ko-A dibebaskan kembali.

c) Asam sitrat (6C) dengan NAD+ membentuk asam alfa ketoglutarat (5C) dengan membebaskan
CO2.

d) Peristiwa berikut agak kompleks, yaitu pembentukan asam suksinat (4C) setelah bereaksi dengan
NAD+ dengan membebaskan NADH, CO2 dan menghasilkan ATP setelah bereaksi dengan ADP dan asam
fosfat anorganik.

e) Asam suksinat yang terbentuk, kemudian bereaksi dengan FAD (Flarine Adenine Dinucleotida) dan
membentuk asam malat (4C) dengan membebaskan FADH2.

f) Asam malat (4C) kemudian bereaksi dengan NAD+ dan membentuk asam oksaloasetat (4C)
dengan membebaskan NADH, karena asam oksalo asetat akan kembali dengan asetil ko-A seperti
langkah ke 2 di atas.

Dapat disimpulkan bahwa siklus krebs merupakan tahap kedua dalam respirasi aerob yang mempunyai
tiga fungsi, yaitu menghasilkan NADH, FADH2, ATP serta membentuk kembali oksaloasetat. Oksaloasetat
ini berfungsi untuk siklus krebs selanjutnya. Dalam siklus krebs, dihasilkan 6 NADH, 2 FADH2, dan 2 ATP.

Siklus krebs

Gambar Siklus Krebs

4) Transpor Elektron

Pada dasarnya, transpor elektron merupakan peristiwa pemindahan elaktron dari . Elektron tersebut
berasal dari NADH dan FADH dari suatu substrat ke substrat lain secara berantai disertai pembentukan
ATP melalui proses Fosforilasi okeidatif. Fosforilasi oksidatif merupakan proses penambahan gugus
posfat anorganik ke molekul ADP. Dalam transpor elektron, yang menjadi penerima elektron terakhir
adalah oksigen sehingga pada akhir peristiwa ini terbentuk O. NADH dan FADH dalam transpor elektron
berfungsi sebagai senyawa pereduksi yangmenghasilkan ion hidrogen. Setiap molekul NADH yang
memasuki rantai transpor elektron akan menghasilkan 3 molekul ATP, dan setiap molekul FAD akan
menghasilkan 2 molekul ATP.
B. Respirasi Anaerob (Fermentasi)

Fermentasi adalah proses pembebasan energi tanpa oksigen. Ciri-ciri dari fermentasi adalah:

1. Terjadi pada organisme yang tidak membutuhkan oksigen bebas.

2. Tidak terjadi penyaluran elektron ke siklus krebs dan transpor elektron.

3. Energi (ATP) yang terbentuk lebih sedikit jika dibandingkan dengan respirasi aerob yaitu 2 molekul
ATP setiap mol glukosa.

4. Jalur yang ditempuh ialah glikolisis dan pembentukan alkohol (fermentasi alkohol) dan
pembentukan asam laktat.

5. Menghasilkan produk berupa asam-asam organik, alkohol dan gas.

6. Organisme anaerobik juga menghasilkan energi, yaitu melalui reaksi-reaksi yang disebut fermentasi
yang menggunakan bahan organik sebagai donor dan akseptor elektron. Bakteri anaerobik fakultatif dan
bakteri anaerobik obligat menggunakan berbagai macam fermentasi untuk menghasilkan energi.
Misalnya pada bakteri Streptococus lactis menggunakan fermentasi asam laktat untuk perolehan energi
yaitu dengan menguraikan glukosa menjadi asam laktat melalui proses glikolisis, satu molekul glukosa
diubah menjadi dua molekul asam piruvat disertai dengan pembentukan dua NADH + . Asam piruvat
tersebut diubah menjadi asam laktat dalam reaksi berikut:

COOH COOH

2 C = 0 + 2NADH + 2 2H C OH + 2NA

C C

Jalur-Jalur Fermentasi

Sebagaimana ditujukkan dalam skema di atas, selain menghasilkan asam piruvat sebagai produk akhir
juga dihasilkan 2 molekul NHDH yang harus dioksidasi. Tergantung pada tipe mikroorganismenya asam
piruvat (CH3COCOOH) dimetabolisme lebih lanjut untuk menghasilkan produk akhir fermentasi
sebagaimana ditunjukkan dalam skema berikut:

a) Fermentasi Asam homolaktat

Dilakukan oleh beberapa bakteri Streptococcus dan Laktobacillus.

b) Fermentasi Alkohol

Dilakukan oleh Yeast.

c) Fermentasi Asam Campuran

Escherichia coli dan beberapa bacteri anterik lainnya.


d) Fermentasi butylen-glikol

Enterobacter, Pseudomonas dan Bacillus.

e) Fermentasi Asam propionat

Dilakukan oleh Propioniacterium dan Veillonela.

CO2

asam piruvatasam asetat

2 oksalo asetat

2CO2

enzyme bond

2 asam suksinat

propionil Co A

asam propionat

suksinil Co A

2 methil malonil Co A

Energi yang bergabung dalam ikatan propiionil Co A disimpan oleh reaksi propionil Co A dengan asam
ukinat membentuk suksinil CoA dan asam propionat bebas. Selanjutnya CO2 yang dibebaskan dari
decarboksilasi metil malonil CoA tetap berikatan dengan enzim yang mengandung biotin yang akan
mentransfer CO2 kepada asam piruvat membentuk asam aksalo asetat. Organisma ini juga dapat
membentuk oksalo asetat dari reaksi PRP (Phosphoenol piruvat) dengan CO2 bebas.

f) Fermentasi Asam Butirat, butanol dan aseton

Bakteri yang melakukan fermentasi tersebut adalah Clostridium.


Dari skema tersebut dapat diketahui bahwa berbagai macam senyawa yang dapat berperan sebagai
aseptor elektron terakhir. Jadi produk akhir dari fermentasi juga bervariasi. Dalam hal fermentasi asam
laktat atau alkohol, hanya satu macam. Pada fermentasi lain seperti campuran asam atau asam butirat
menggunakan bermacam aseptor elektron dan produk fermentasi juga bervariasi. Tidak semua bakteri
melakukan metabolisma gula melalui jalur embden-meyerhof, tetapi ada beberapa alternatif penguraian
glukosa menghasilkan tipe fermentasi.

Tabel berikut merupakan tipe-tipe fermentasi pada mikroba.

2. Fotosintesis

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan karbohidrat yang dilakukan oleh
tumbuhan, terutama tumbuhan yang mengandung zat hijau daun atau klorofil. Selain tumbuhan
berklorofil, makhluk hidup non-klorofil lain yang berfotosintesis adalah alga dan beberapa jenis bakteri.
Organisme ini berfotosintesis dengan menggunakan zat hara, karbon dioksida dan air serta bantuan
energi cahaya matahari.

Terjadi pada algae, tumbuhan dan beberapa prokariotik:

Terdiri atas 2 reaksi utama: Photophosphorylation (reaksi terang) dan fiksasi karbon dioksida (reaksi
gelap).

1. Photophosphorylation (Reaksi terang)

Pada reaksi terang, cahaya mengenai klorofil a yang menyebabkan elektron tereksitasi sehingga
mempunyai energi lebih tinggi. Dalam satu rangkaian reaksi kimia, energi tersebut akan diubah menjadi
ATP dan NADPH. Air akan terurai dan melepaskan oksigen sebagai satu produk reaksi. ATP dan NADPH
akan digunakan untuk membuat karbohidrat pada reaksi gelap.

2. Fiksasi Karbon Dioksida (Reaksi Gelap)

Fiksasi karbon dikenal sebagai reaksi gelap. Enam molekul gas asam arang masuk ke dalam sel melalui
stomata dan akan diikat oleh ribulosa bifosfat (RuBP). RuBP merupakan suatu senyawa berkarbon 5
yang akan diubah menjadi satu molekul gula. Peristiwa ini terjadi di dalam stroma dan telah
diperkenalkan oleh Melvin Calvin sehingga selanjutnya dikenal dengan siklus calvin.

Pada kelompok bakteri dapat dibedakan atas: anoxygenic dan oxygenic photosynthesis.

a. Anoxygenic Photosynthesis
* Proses fotosintesis yang tidak menghasilkan O2 dan H2S berperan sebagai donor elektron.
Anoxygenic photosynthesis ditemukan pada:

Green sulfur bacteria (e.g. Chlorobium)

Green nonsulfur bacteria (e.g. Chloroflexus)

Purple sulfur bacteria (e.g. Chromatium)

Purple nonsulfur bacteria (e.g. Rhodobacter)

* Donor Electron bervariasi:

H2S atau senyawa organik pada green dan purple sulfur bacteria.

H2 atau senyawa organik pada green and purple nonsulfur bacteria.

* Hanya memiliki satu fotosistem

Pada green bacteria, photosystem sama dengan PSI.

Pada purple bacteria, photosystem sama dengan PSII.

* Fungsi utama adalah menghasilkan ATP melalui cyclic photophosphorylation.

b. Oxygenic photosynthesis

* Proses fotosintesis yang menghasilkan O2 dan H2S berperan sebagai donor elektron.

* Ditemukan pada Cyanobacteria (blue-green algae) dan organisme eukariotik yang memiliki
kloroplas.

* Donor electron adalah H2O: teroksidasi membentuk O2.

* Melalui 2 fotosistem yaitu PSI dan PSII.

* Fungsi umum menghasilkan NADPH dan ATP untuk fiksasi karbon.

C. STRUKTUR ENZIM

Enzim merupakan substansi yang ada dalam sel dalam jumlah yang amat kecil dan mampu
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan proses-proses seluler dan
kehidupan. Nama lain dari enzim adalah fermen; nama enzim berasal dari bahasa Yunani yang berarti
dalam ragi.

Keseluruhan bagian enzim yang disebut holoenzim tersusun atas dua komponen utama, yaitu
komponen protein (apoenzim) dan komponen nonprotein (gugus prostetik). Fungsi enzim sangat
ditentukan oleh gugus apoenzimnya karena pada bagian tertentu merupakan tempat melekatnya
substrat dan sekaligus tempat mereksikan substrat. Bagian pada gugus protein yang berfungsi sebagai
pusat katalitik enzim disebut sisi aktif. Komponen nonprotein (gugus prostetik) dibedakan menjadi gugus
kofaktor dan koenzim. Gugus kofaktor tersusun atas zat anorganik yang umumnya berupa logam,
misalnya Cu, Fe, Mn, Zn, Ca, K dan Co. Gugus koenzim merupakan senyawa organik nonprotein yang
tidak melekat erat pada bagian protein enzim, contohnya NAD, NADP dan koenzim A.

http://biologi.blogsome.com/images/holo.PNG

Gambar Struktur Enzim

Ada dua tipe enzim, yaitu eksoenzim atau enzim ekstraseluler atau enzim di luar sel dan endoenzim atau
enzim intraseluler atau enzim di dalam sel. Fungsi utama dari eksoenzim adalah melangsungkan
perubahan-perubahan pada nutrien di sekitarnya sehingga memungkinkan nutrien tersebut memasuli
sel; dengan mengambil zat makanan yang ada di sekeliling sel. Misalnya, enzim amilase menguraikan zat
pati menjadi unit-unit gula yang lebih kecil. Sedangkan fungsi endoenzim untuk mensintesis bahan
seluler dan menguraikan nutrien untuk menyediakan energi yang dibutuhkan oleh sel, misalnya
heksokinase mengkatalisis fosforilase glukosa dan heksosa (senyawa-senyawa gula sederhana) di dalam
sel.

D. SIFAT ENZIM

Sebagai molekul zat yang mempunyai peranan besar dalam metabolisme, enzim memiliki beberapa sifat
penting, di antaranya sebagai berikut:

1) Enzim adalah Suatu Protein Ini terbukti karena


enzim di dalam larutan membentuk suatu koloid. Keadaan ini akan memungkinkan luasnya permukaan
enzim sehingga bidang aktivitasnya juga besar.

2) Bekerja Secara Khusus (Spesifik)

Enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi tertentu dan tidak dapat mempengaruhi reaksi
lainnya. Sebagai contoh: di dalam usus rayap terdapat protozoa yang menghasilkan enzim selulase
sehingga rayap dapat hidup dengan makan kayu karena dapt mencerna selulosa (salah satu jenis
karbohidrat/polisakarida). Sebaliknya manusia tidak dapat mencerna kayu, meskipun mempunyai enzim
amilase, yaitu enzim yang dapat mencerna amilum/pati (yang juga merupakan jenis polisakarida). Enzim
amilase dan selulase masing-masing bekerja secara khusus.

3) Enzim sebagai Katalisator. Artinya sebagai zat yang mampu mempercepat reaksi kimia, tetapi
enzim tidak ikut bereaksi. Dengan demikian, enzim tidak diperlukan dalam jumlah yang banyak. Dalam
jumlah sedikit saja enzim telah menyelenggarakan suatu perubahan zat yang beribu-ribu kali lebih berat
daripada berat molekulnya sendiri. Contohnya, sebuah molekul enzim katalase mampu mengubah 5 juta
molekul H2O2 tanpa enzim itu mengalami perubahan.

4) Dapat digunakan Berulang Kali


Enzim dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak berubah pada saat terjadi reaksi. Meskipun
dalam jumlah sedikit, adanya enzim dalam suatu reaksi yang dikatalisirnya akan mempercepat reaksi,
karena enzim yang telah bekerja dalam reaksi tersebut dapat digunakan kembali.

5) Rusak oleh Panas

Enzim adalah suatu protein yang dapat rusak oleh panas disebut denaturasi. Kebanyakan enzim rusak
pada suhu di atas 50C. Reaksi kimia akan meningkat dua kali lipat dengan kenaikan suhu sebesar 10C.
Kenaikan suhu di atas suhu 50C tidak dapat meningkatkan reaksi yang dikatalisir oleh enzim, tetapi
justru menurunkan atau menghentikan reaksi tersebut. Hal ini disebabkan enzimnya rusak sehingga
enzim tersebut tidak dapat bekerja. Demikian juga pada suhu rendah, suhu rendah tidak merusak enzim
tetapi hanya tidak aktif saja.

6) Dapat Bekerja Bolak-Balik

Umumnya enzim dapat bekerja secara bolak-balik. Artinya, suatu enzim dapat bekerja menguraikan
suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain dan sebaliknya dapat pula bekerja menyusun senyawa-
senyawa itu menjadi senyawa semula. Pada tumbuhan, proses fotosintesis menghasilkan glukosa.
Apabila glukosa yang dihasilkan dalam jumlah banyak, maka glukosa tersebut diubah dan disimpan
dalam bentuk pati. Pada saat diperlukan, misalnya untuk pertumbuhan, pati yang disimpan sebagai
cadangan makanan tersebut diubah kembali menjadi glukosa.

Gambar Reaksi Bolak-balik Enzim

E. MEKANISME KERJA ENZIM

Reaksi enzimatis akan berlangsung apabila substrat tersedia dan bagian sisi aktif enzim dalam keadaan
kosong. Substrat akan memasuki bagian sisi aktif enzim dan bagian sisi aktif tersebut akan mengalami
perubahan bentuk dengan mengelilingi substrat. Kemudian terbentuklah ikatan lemah enzim-substrat.
Di dalam sisi aktif, substrat akan diubah menjadi produk, selanjutbya akan dilepaskan dari enzim. Begitu
seterusnya sampai bagian sisi aktif tersebut dapat ditempati oleh substrat yang lain.

Enzim dapat bekerja dengan beberapa cara:

1. Menurunkan energi aktivasi dengan menciptakan suatu lingkungan yang mana keadaan transisi
terstabilisasi. Contohnya mengubah bentuk substrat menjadi konformasi keadaan transisi ketika ia
terikat dengan enzim.

2. Menurunkan energi dalam keadaan transisi tanpa mengubah bentuk substrat dengan menciptakan
lingkungan yang memiliki distribusi muatan yang berlawanan dengan keadaan transisi.

3. Menyediakan lintasan reaksi alternatif. Contohnya bereaksi dengan substrat sementara waktu
untuk membentuk kompleks enzim-substrat antara.
4. Menurunkan perubahan entropi reaksi dengan menggiring substrat bersama pada orientasi yang
tepat untuk bereaksi. Menariknya, efek entropi ini melibatkan destabilisasi keadaan dasar dan
kontribusinya terhadap katalis relatif kecil.

Mekanisme kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua hipotesis, yaitu hipotesis gembok dan anak kunci
dan hipotesis kecocokan yang terinduksi.

a. Hipotesis Gembok dan Anak Kunci (Lock and Key)

Menurut hipotesis yang dikemukakan oleh Emil Fischer, bagian sisi aktif enzim mempunyai bentuk
spesifik dan tidak fleksibel. Suatu enzim hanya dapat ditempati oleh substrat tertentu saja. Enzim dan
substrat bergabung bersama membentuk kompleks, seperti kunci yang masuk dalam gembok. Di dalam
kompleks, substrat dapat bereaksi dengan energi aktivasi yang rendah. Setelah bereaksi, kompleks lepas
dan melepaskan produk serta membebaskan enzim.

SCAN0004

Gambar Hipotesis Gembok dan Anak Kunci (Lock and Key)

b. Hipotesis Induced Fit

Menurut hipotesis ini, bagian sisi aktif enzim bersifat fleksibel terhadap substrat yang masuk. Apabila
ada substrat yang masuk ke bagian sisi aktif, maka bagian ini akan mengalami perubahan bentuk
mengikuti substrat. Ketika produk sudah terlepas dari kompleks, selanjutnya enzim tidak aktif menjadi
bentuk yang lepas. Sehingga, substrat yang lain kembali bereaksi dengan enzim tersebut.

SCAN0003

Gambar Hipotesis Induced Fit

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ENZIM

Faktor-faktor yang berpengaruh pada kerja enzim adalah suhu, pH, zat penghambat (inhibitor),
konsentrasi substrat dan hasil akhir.

1) Suhu Peningkatan suhu dapat


meningkatkan kecepatan reaksi sampai batas suhu tertentu. Hal ini disebabkan jika molekul bergerak
lebih cepat, maka substrat akan berikatan lebih cepat pada sisi aktif. Setelah melewati batas suhu
tertentu, enzim akan mengalami denaturasi. Denaturasi adalah perubahan struktur secara kimiawi
karena terjadi gangguan pada ikatan hidrogen, ikatan ionik dan ikatan lemah lainnya yang menyebabkan
struktur enzim rusak. Jika kenaikan suhu terus terus menerus, maka kemampuan kerja enzim menurun,
bahkan berhenti. Demikian pula jika terjadi penurunan suhu, maka enzim tidak bisa bekerja karena
menjadi tidak aktif pada suhu rendah (0C atau di bawahnya), tetapi tidak rusak. Jika suhunya kembali
normal enzim mampu bekerja kembali. Setiap enzim mempunyai suhu optimum tertentu, yaitu suhu
yang paling baik untuk melangsungkan reaksi secara maksimal. Enzim bekerja optimal pada suhu 30C
atau pada suhu tubuh.

Gambar Faktor Suhu yang Mempengaruhi Kerja Enzim

2) pH (Derajat Keasaman)

Enzim bekerja optimal pada pH tertentu, umumnya pada pH netral. Pada kondisi asam atau basa, kerja
enzim terhambat. Agar enzim dapat bekerja secara maksimal, pada penelitian/percobaan yang
menggunakan enzim, kondisi pH larutan dijaga agar tidak berubah, yaitu dengan menggunakan larutan
penyangga (buffer).

Gambar Faktor pH yang Mempengaruhi Kerja Enzim

3) Zat Penghambat (Inhibitor)

Zat yang dapat menghambat kerja enzim disebut inhibitor. Inhibitor merupakan senyawa kimia yang
bersifat menghambat kerja enzim. Zat tersebut memiliki struktur seperti enzim yang dapat masuk ke
substrat atau ada yang memiliki struktur seperti substrat sehingga enzim salah masuk ke penghambat
tersebut. Hambatan enzim dapat dikelompokkan ke dalam tipe reversible (dapat balik) dan non-
reversible (tidak dapat balik). Inhibitor reversibel adalah zat penghambat yang tidak berkaitan secara
kuat dengan enzim, sedangkan inhibitor irreversible merupakan penghambat yang berkaitan dengan sisi
aktif enzim secara kuat sehingga tidak dapat terlepas. Hambatan reversible dibagi menjadi inhibitor
kompetitif dan non kompetitif. Inhibitor kompetitif merupakan senyawa kimia yang menyerupai
substrat yang dapat bereaksi dengan sisi aktif enzim. Jika sisi aktif enzim sudah terisi oleh inhibitor
kompetitif, maka substrat tidak dapat berikatan dengan enzim. Untuk mengatasi hal ini, jumlah substrat
harus ditingkatkan sehingga substrat mempunyai kesempatan dalam bersaing memperebutkan sisi aktif
enzim. Inhibitor nonkompetitif merupakan senyawa kimia yang menghambat kerja enzim dengan cara
melekat pada bagian selain sisi aktif. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk enzim.
Akibatnya bagian sisi aktif enzim sulit berikatan dengan substrat dan enzim tidak dapat mengubah
substrat menjadi produk.

Gambar Inhibitor Kompetitif dan Inhibitor Non Kompetitif

4) Konsentrasi Substrat

Jumlah substrat yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kerja enzim. Biasanya, sel akan
menambah jumlah enzim dengan cara melakukan sintesis enzim untuk mengatasi hambatan tersebut.

5) Hasil akhir

Kerja enzim dipengaruhi hasil akhir. Hasil akhir yang menumpuk menyebabkan enzim sulit bertemu
dengan substrat. Semakin menumpuk hasil akhir, semakin lambat kerja enzim.
G. PERANAN DAN PENAMAAN ENZIM

Tatanama enzim telah diresmikan menurut Persetujuan Internasional dengan bantuan Commission of
Enzymes of the International Union of Biochemistry. Namun nama-nama umum atau nama biasa masih
tetap banyak digunakan karena sudah lazim dan mudah. Untuk menamakan enzim digunakan akhiran -
ase dan ini hanya digunakan untuk enzim tunggal. Untuk penamaan suatu kompleks yang terdiri dari
beberapa enzim didasarkan pada reaksi keseluruhan yang dikatalisis olehnya menggunkaan sistem.
Nama resmi atau nama sistematik dibentuk menurut aturan-aturan yang pasti, memberikan petunjuk
mengenai apa substratnya dan macam reaksi yang dikatalisnya. Enzim dibedakan menjadi enam
kelompok, yaitu : oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase dan ligase.

1. Oksidoreduktase

Reaksi katalitiknya adalah dalam reaksi transfer elektron (pemindahan elektron atau atom hidrogen).
Enzim ini terbagi menjadi enzim oksidase dan enzim reduktase. Enzim oksidase terbagi menjadi
kelompok kecil enzim dehidrogenase dan katalase. Enzim dehidrogenase memegang peranan penting
dalam pengubahan zat-zat organik menjadi hasil-hasil oksidasi. Enzim katalase menguraikan hidrogen
peroksida menjadi air dan hidrogen.

2. Transferase

Enzim transferase mentransfer gugusan kimia fungsional (fosfat, amino, metil, dsb) dari suatu substrat
ke substrat lain. Reaksi pemindahan ini tidak menghasilkan energi, tetapi mengubah substrat menjadi
senyawa yang dapat dioksidasi atau menjadi senyawa yang dapat digunakan untuk sintesis material sel.
Salah satu enzim yang termasuk dalam transferase yakni enzim transaminase, yang berperan
memindahkan gugusan amina dari suatu asam amino ke suatu asam organik sehingga hasil terakhir
berubah menjadi suatu asam amino.

3. Hidrolase

Enzim hidrolase merupakan sekumpulan enzim yang menguraikan suatu zat dengan pertolongan air,
disebut hidrolase karena enzim ini menghidrolisis molekul-molekul besar menjadi komponen-komponen
kecil yang dapat digunakan. Berdasarkan substrat yang diuraikan, enzim hidrolase dibagi atas kelompok
kecil yakni enzim karbohidrase, esterase dan proteinase.

a) Karbohidrase, yakni enzim-enzim yang menguraikan golongan karbohidrat. Misalnya:

* Amilase, yakni enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi maltosa (disakarida).

* Maltase, yakni enzim yang menguraikan maltosa menjadi glukosa.

* Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu) menjadi glukosa dan fruktosa.
* Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.

* Selulase, yakni enzim yang menguraikan selulosa (suatu polisakarida) menjadi selobiosa (suatu
disakarida).

* Pektinase, yakni enzim yang menguraikan pektin menjadi asam pektin.

b) Esterase, yakni enzim-enzim yang memecah golongan ester. Misalnya:

* Lipase, yaitu enzim yang menguraikan lemak menjadi gliserol dan asam lemak.

* Fosfatase, yaitu enzim-enzim yang menguraikan suatu ester hingga terlepas asam fosfat.

c) Proteinase, yakni enzim-enzim yang menguraikan golongan protein. Misalnya:

* Peptidase, yaitu enzim yang menguraikan peptida menjadi asam amino.

* Gelatinase, yakni enzim yang menguraikan gelatin.

* Renin, yaitu enzim yang menguraikan kasein dari susu.

4. Liase

Mengkatalisis reaksi penambahan gugusan ikatan ganda pada molekul dan membuang gugusan non-
hidrolitik dengan meninggalkan ikatan ganda.

5. Isomerase

Enzim Isomerase berperan dalam reaksi isomerasi (pengubahan suatu senyawa menjadi isomernya,
misalnya senyawa yang memiliki atom-atom yang sama tetapi berbeda struktur molekulnya).

6. Ligase

Enzim ligase berperan dalam reaksi penggabungan dua molekul menjadi satu molekul atau
pembentukan ikatan disertai pemecahan atau penambahan ATP (adenin triphosphat).

H. PENGENDALIAN ENZIM

Enzim bekerja secara serentak dan terkoordinasi sehingga semua kegiatan kimiawi dalam sel menjadi
saling terpadu. Salah satu akibatnya yang jelas adalah sel hidup membutuhkan dan menguraikan bahan-
bahan yang dibutuhkan bagi metabolisme dan pertumbuhan normal. Hal ini mengisyaratkan adanya
mekanisme pengendalian metabolisme selular yang tepat yang pada akhirnya menyangkut
pengendalian kegiatan enzim. Aktivitas enzim dapat diatur melalui 2 cara, yaitu pengendalian katalis
secara langsung dan pengendalian genetik.

Pengendalian langsung mekanisme katalitik itu terjadi dengan mengubah konsentrasi substrat atau
reaktan. Artinya, jika konsentrasi substrat bertambah, maka laju reaksi meningkat sampai tercapai suatu
nilai pembatas dan jika produk menumpuk maka laju reaksi menurun.
Pangendalian langsung melalui penggandengan dengan proses-proses lain, maksudnya adalah
pengaturan oleh ligan (molekul yang dapat terikat pada enzim) yang tidak ikut berperan dalam proses
katalitik itu sendiri. Ada berbagai macam pengendalian seperti itu, diantaranya:

1. Hambatan arus balik, ligan pengaturnya adalah produk akhir suatu lintasan metabolik yang dapat
menghentikan sintesisnya sendiri dengan cara menghambat aktivitas salah satu enzim pada awal
lintasan biosintetiknya.

2. Aktivasi prekursor, ligan pengaturnya merupakan prekursor pertama suatu lintasan.

3. Pengendalian yang berkaitan dengan energi, ligan pengaturnya adalah reaksi-reaksi yang berkaitan
dengan energi .

4. Sifat-sifat pengikatan enzim pengatur, tidak semua enzim merupakan enzim pengatur yang
aktivitasnya dapat dikendalikan secara langsung. Enzim tersebut dapat dipengaruhi oleh metabolit
pengatur. Enzim pengatur disebut enzim alosterik. Enzim yang berperan pada waktu sel beradaptasi
pada lingkungan yang berubah dalah induksi dan represi enzim.

Pengendalian genetis memiliki dua proses, yaitu induksi dan represi enzim. Untuk terjadinya sintesis
enzim dibutuhkan suatu induser, yaitu substansi berberat molekul rendah dan bisa berupa substrat atau
senyawa dari reaksi yang dikatalis oleh enzim yang bersangkuatan, prosesnya disebut induksi.

Bila substansi berberat molekul rendah baik produk ataupun senyawa yang sekerabat bagi reaksi yang
bersangkutan, berlaku sebagai korepressor dengan cara mencegah sintesis enzim tersebut, disebut
represi.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Metabolisme merupakan seluruh peristiwa reaksi-reaksi kimia yang berlangsung dalam sel makhluk
hidup. Metabolisme terdiri atas dua proses, yaitu anabolisme dan katabolisme. Anabolisme adalah
penyusunan zat kompleks dari zat yang lebih sederhana. Sebaliknya, katabolisme adalah pemecahan zat
komplek menjadi zat yang lebih sederhana disertai dengan pelepasan energi. Kedua proses metabolisme
tersebut merupakan reaksi enzimatis, artinya reaksi tersebut melibatkan peranan enzim. Enzim adalah
suatu protein dan dihasilkan oleh sel hidup. Enzim adalah protein yang bekerja secara khusus, sebagai
katalisator, dapat digunakan berulang kali, rusak oleh panas tinggi, terpengaruh oleh pH, diperlukan
dalam jumlah sedikit dan dapat bekerja secara bolak-balik. Enzim bekerja dalam mengkatalisis reaksi
kimia (biokimia) yang berlangsung di dalam sel itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi enzim
yaitu: suhu (temperature), derajat keasaman (pH), konsentrasi substrat, zat penghambat (inhibitor) dan
hasil akhir. Mekanisme kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua, yaitu hipotesis gembok dan anak kunci
dan hipotesis kecocokan yang terinduksi.

Enzim diklasifikasi dalam berbagai kategori sesuai dengan reaksi yang dikatalisisnya. Menurut komisi
enzim persatuan biokimia internasional (Commission of Enzymes of the International Union of
Biochemistry), enzim dibedakan menjadi enam kelompok, yaitu: oksidoreduktase, transferase, hidrolase,
liase, isomerase dan ligase.

Pengendalian metabolisme selular yang tepat yang pada akhirnya menyangkut pengendalian kegiatan
enzim. Pengendakian enzim dapat diatur melalui 2 cara, yaitu pengendalian langsung (mekanisme
katalitik itu sendiri yang terjadi dengan mengubah konsentrasi substrat atau reaktan) dan pengendalian
genetis (melalui induksi dan represi enzim).

Bakteri dapat merubah zat kimia dan energi radiasi ke bentuk yang berguna untuk kehidupannya
melalui proses respirasi, fermentasi dan fotosintesis. Dalam respirasi, molekul oksigen adalah penerima
elektron utama, sementara dalam fermentasi molekul bahan makanan biasanya pecah menjadi dua
bagian, dimana yang satu kemudian dioksidasi oleh yang lainnya. Dalam fotosintesis, energi cahaya
diubah menjadi energi kimia. Bagaimanapun, dalam semua jenis sel dan tanpa menghiraukan
mekanisme yang digunakan untuk mengekstrak energi, reaksi tersebut diiringi oleh pembentukan
Adenosine Triphosphate (ATP).
DAFTAR PUSTAKA

Ameilia Siregar. 2010. Metabolisme Sel, Enzim dan Peranannya. (Online). http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/biologi-pertanian/metabolisme-sel/enzim-dan-peranannya/. Diakses pada tanggal
22 April pukul 17.00 WIB.

Arif Priyadi dan Tri Silawati. 2007. Sains Biologi untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Yudhistira.

Kimbal, J. (n.d.). 1997. Biologi Edisi kelima. Alih bahasa: Siti Soetarmi Tjitrosomo, Nawangsari Sugiri.
Jakarta: Erlangga.

Lud Waluyo. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.

Michael J. Pelczar, Jr dan E.C.S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.

Slamet Prawirohartono dan Hadisumarto S. 1997. Sains Biologi 3A Untuk SMU Kelas 3 Tengah Tahun
Pertama Sesuai Kurikulum 1994. Jakarta: Bumi Aksara.

Slamet Prawirohartono. 2005. Sains Biologi Untuk SMA Kelas 3 Kurikulum 2004. Jakarta: Bumi Aksara.

Tengku. 2012. Anabolisme dan Katabolisme. (Online).


http://tengkugiffary.blogspot.com/2012/11/anabolisme-dan-katabolisme-anabolisme.html. Diakses
pada tanggal 22 April pukul 17.00 WIB.
Widianingsih. 2009. Enzim. (Online).http://120409-widianingsih.blogspot.com/2009/12/enzim.html.
Diakses pada tanggal 22 April pukul 17.00 WIB.

Yulia Windarsih. 2012. Metabolisme Mikroba. (Online). http://www.slideshare.net/yuliaww/makalah-


midas-8-metabolisme-mikroba. Diakses pada tanggal 22 April pukul 17.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai