Anda di halaman 1dari 6

Tugas Paper Perkembangan Kepribadian Guru

Kelompok 12
Anggota :
Risa Falihatul Jannah (1162060089)
Risa Nur Alawiyah (1162060090)
Triska Riyanti (1162060118)

PENDEKATAN BEHAVIOURISME

A. PENGERTIAN PENDEKATAN BEHAVIORISME

Teori Behaviorisme adalah teori belajar yang menekankan pada hasil belajar dan
tidak memperhatikan pada proses berpikir siswa. Menurut teori behavioristik, belajar
adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan
respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan
perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respons.
Sebagai contoh, anak belum dapat berhitung perkalian. Walaupun ia sudah
berusaha giat dan gurunya pun sudah mengajarkan dengan tekun, namun jika anak
tersebut belum dapat mempraktekkan perhitungan perkalian, maka ia belum dianggap
belajar. Karena ia belum dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagai hasil belajar.
Dalam contoh tersebut, stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa
misalnya daftar perkalian, alat peraga, pedoman kerja, atau cara-cara tertentu, untuk
membantu belajar siswa, sedangkan respons adalah reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut.
Menurut teori ini yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus
dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara
stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati.
Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons.
Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat.
Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) respons pun akan tetap
dikuatkan.

1
Misalnya, ketika peserta didik di beri tugas oleh guru. Ketika tugasnya
ditambahkan, maka ia akan semakin giat belajarnya. Maka penambahan tugas tersebut
merupakan penguatan positif (positif reinforcement) dalam belajar. Bila tugas-tugas
dikurangi dan pengurangan ini justru meningkatkan aktifitas belajarnya, maka
pengurangan tugas merupakan penguatan negatif (negative reinforcement) dalam belajar.
Jadi penguatan merupakan suatu bentuk stimulus yang penting diberikan atau
dihilangkan untuk memungkinkan terjadinya respons.1
Terdapat beberapa pandangan tokoh-tokoh tentang pendekatan behaviorisme yang
dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya sebagai berikut.
1. Pavlov (Classic Conditioning)
Classic conditioning ( pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang
dikemukakan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, dimana perangsangan
asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga
memunculkan reaksi yang diinginkan. Eksperimen-eksperimen yang dilakukan
Pavlov dan ahli lain tampanya sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana
gejala-gejala kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya.
Untuk memahami teori kondisioning klasik secara menyeluruh perlu dipahami
adalah dua jenis stimulus dan dua jenis respon. Dua jenis stimulus tersebut adalah:
1). Stimulus yang tidak terkondisi (unconditioned stimulus-UCS), yaitu stimulus
yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa didahului dengan
pembelajaran apapun ( contoh: makanan).
2). Stimulus terkondisi (conditioned stimulus-CS), yaitu stimulus yang sebelumnya
bersifat netral, akhirnya mendatangkan sebuah respons yang terkondisikan
stelah diasosiasikan dengan stimulus tidak terkodisikan (contoh: suara bel
sebelum makanan datang).

Melalui eksperimen tersebut Pavlov menujukan bahwa belajar dapat


mempengaruhi seseorang.

1
Iwan Ridwan Yusuf. 2017. Konsep dan Aplikasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung : UIN Sunan Gunung Djati
Halaman 41

2
2. Thorndike
Bentuk paling dasar dari pembelajaran adalah trial and error learning or
selecting and connecting learning dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu.
Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut
dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Dari perconbaan ini Thorndike
menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :

a. Hukum kesiapan (law of readiness), yaitu semakin kuat organisme memperoleh


suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut akan
menimbulkan kepuasan individu sehingga prinsip sehingga asosiasi cenderung di
perkuat.
b. Hukum latihan (law of exercrise), yaitu semakin sering tingkah laku diulang atau
dilatih, maka maka asosiasi tersebut semakin kuat. Prinsip law tidak akan menjadi
lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bila koneksi keduanya
tidak dilanjutkan atau dihentikan.
c. Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung
diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya
tidak memasukan. Hukum ini menunjukan pada makin kuat atau main lemahnya
koneksi dari hasil perbuatan

Selain tiga hukum diatas Thorndike juga menabahkan hukum lainnya dalam
belajar yaitu hukum reaksi bervariasi, hukum sikap, hukum aktivitas berat sebelah,
hukum respons by analogy, dan hukum perpindahan asisasi.

3. Carl Hull
Carl Hull menyatakan bahwa dalam pembelajaran harus dibuat kondisi rasa
ingin tahu. Interaksi antara stimulus dan respons tidak sederhana. Proses belajar
adalah upaya untuk menumbuhkan kebiasaan melalui serangkaian percobaan, untuk
dapat memperoleh kebiasaan diperlukan adanya pengetahuan dalam proses
percobaan.

3
Carl Hull juga menyebutkan bahwa pengetahuan bukan satu-satunya faktor
yang menentukan dalam pengembangan kebiasaan, karena pengembangan kebiasaan
lebih dipengaruhi oleh banyaknya percobaan yang dilakukan.

4.Miller dan Dollard


Miller dan Dollard menyebutkan beberapa prinsip dalam pendekatan
behaviourisme, diantaranya :
Same Behaviour (Perilaku Sama)
Copying Behaviour (Perilaku Meniru)
Matched-Dependent Behaviour (Perilaku Yang Tergantung Pada Kesesuaian)2

5. Skiner
Menurut Skinner, hubungan antar stimulus dan respon yang memalui interaksi
dalam lingkungannya, kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku, tidak
lah sederhana yang digambarkan oleh para tokoh sebelumnya.

Oleh sebab itu, untuk memahami tingkah laku seseorang secara benar perlu
terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya, serata
memahami respon yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang
mungkin akan timbul sebagai akibat dari respon tersebut.

Skinner juga mengemukakan bahwa, dengan menggunakan perubahan-perubahan


mental sebaagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumit
masalah. Sebab, setiap alat yang dipergunakan perlu penjelasan lagi, demikian
seterusnya. Dari semua pendukung teori behavioristik, teori skinner lah yang paling
besar pengaruhnya. Program-program pembelajaran seperti teaching machine,
pembelajaran berprogram, modul, dan program-program pembelajaran lain berpijak
pada konsep hubungan stimulus-respon serta mementingkan faktor-faktor penguat,
merupakan program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang
dikemukakan ole Skinner.

a. Penguatan (Reinforcement)

2
Fajar Nurul Islami. 2012. Konsep dan Teori Pendekatan Pembelajaran. Diakses di
http://fajarnurulislami.blogspot.co.id/, pada tanggal 9 November 2017 pukul 21.33 WIB

4
b. Penguatan positif ( Positive reninforcement)
c. Penguatan negatif (Negative reinforcement)
d. Hukuman (Punishmen)

6. Bandura

Bandura menghipotesiskan bahwa tingkah laku, lingkungan dan kejadian


internal pada pelajar mempengaruhi presepsi dan aksi. Ini merupakan hubungan yang
saling berkaitan.

Menurut Bandura, proses mengamati dan meniru prilaku dan sikap orang lain
sebagai model merupakan tindakan belajar.

B. APLIKASI PENDEKATAN BEHAVIORISME

Teori psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan


teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini
adalah teori behaviorisme. Teori ini menekankan pada terbentuknya prilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Teori behaviorisme dengan model hubungan stimulus-responsnya,
mendudukkan yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau prilaku tertentu
dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu dengan menggunakan
metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya prilaku akan semakin kuat bila
diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman. 3
Istilah-istilah seperti hubungan stimulus-respons, individu atau siswa pasif,
prilaku sebagai hasil belajar yang tampak, pembentukan perilaku (shaping) dengan
penataan kondisi secara tepat,reinforcement dan hukuman, ini semua merupakan unsur-
unsur yang sangat penting dalam teori behaviorisme. Teori ini hingga sekarang masih
merajai praktek pembelajaran di Indonesia. Hal ini tampak dengan jelas pada
penyelenggaraan pembelajaran dari tingkat paling dini, seperti Kelompok Bermain,
Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai di Perguruan
Tinggi, pembentukan perilaku dengan cara drill (pembiasaan) disertai
dengan reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan.

3
Iwan Ridwan Yusuf. 2017. Konsep dan Aplikasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung : UIN Sunan Gunung Djati
Halaman 41

5
Aplikasi teori behaviorisme dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti : tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik, media dan
fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan
berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti,
tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi sehingga belajar adalah
perolehan pendidikan. Sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang
yang belajar atau siswa. Siswa diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama
terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau
guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BEHAVIORISTIK


Kelebihan Teori Behavioristik Kekurangan Teori Behavioristik
1. Teori ini cocok diterapkan untuk anak- 1. Pembelajaran berpusat pada guru (
anak yang masih membutuhkan teacher centerd learning), bersifat
dominasi peran orang dewasa, suka mekanistik, dan hanya berorentasi
mengulangi dan harus dibiasakan, pada hasil yang diamati dan diukur,
suka meniru dan senag dengan bentuk-
bentuk penghargaan langsung seperti
diberi peremen atau pujian.
2. Membiasakan guru untuk bersikap jeli 2. Murid hanya mendengarkan dengan
dan peka pada situasi dan kondisi tertib penjelasan guru dan
belajar. menghafalkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang
efektif.4

4
Fajar Nurul Islami. 2012. Konsep dan Teori Pendekatan Pembelajaran. Diakses di
http://fajarnurulislami.blogspot.co.id/, pada tanggal 9 November 2017 pukul 21.33 WIB

Anda mungkin juga menyukai