Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH PENCEMARAN UDARA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TENTANG PENCEMARAN UDARA

OLEH:
Ghina Rizqina Ersa (3316100033)
Salni Oktaviani Ainun Saiful (3316100087)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Ir. Rachmat Boedisantoso, MT.

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS


TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT
TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2017
1. Pembahasan mengenai Baku Mutu Lingkungan

Gambar 1. Keputusan Gubernur DI Yogyakarta No 153 Tahun 2002

Gambar 2. Keputusan Menteri Negera Lingkungan Hidup Nomor : 133 Tahun 2004
Gambar 3. Keputusan Menteri Negera Lingkungan Hidup Nomor : 141 Tahun 2003

Berdasarkan lampiran beberapa peraturan dan/atau perundang-undangan yang


berlaku di Indonesia, terdapat beberapa aspek yang memiliki nilai penting dalam sebuah
peraturan terkait pencemaran udara. Maka, yang akan kami jabarkan berikut adalah
keterkaitan baku mutu lingkungan, baik baku mutu udara ambien, baku mutu emisi, dan
ambang batas emisi.

Baku mutu lingkungan merupakan ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat,
energi atau komponen yang ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya
dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup. Jika unsur pencemar di
lingkungan melewati baku mutu lingkungan yang ditetapkan maka dikatakan lingkungan
mengalami pencemaran.

Sehubungan dengan batu mutu lingkungan, ada istilah nilai ambang batas yang
merupakan batas-batas daya dukung, daya tenggang dan daya toleransi atau kemampuan
lingkungan. Nilai ambang batas tertinggi atau terendah dari kandungan zat-zat, makhluk
hidup atau komponen-komponen lain dalam setiap interaksi yang berkenaan dengan
lingkungan khususnya yang mempengaruhi mutu lingkungan. Jadi jika terjadi kondisi
lingkungan yang telah melebihi nilai ambang batas (batas maksimum dan minimum) yang
telah ditetapkan berdasarkan baku mutu lingkungan maka dapat dikatakan bahwa
lingkungan tersebut telah tercemar.

Adanya peraturan perundangan (nasional maupun daerah) yang mengatur baku


mutu serta peruntukan lingkungan memungkinkan pengendalian pencemaran lebih efektif
karena toleransi dan atau keberadaan unsur pencemar dalam media (maupun limbah) dapat
ditentukan apakah masih dalam batas toleransi di bawah nilai ambang batas (NAB) atau
telah melampaui. Dasar hukum baku mutu lingkungan terdapat dalam Undang-undang No.
4 Tahun 1982 Pasal 15 yang berbunyi sebagai berikut: Perlindungan lingkungan hidup
dilakukan berdasarkan baku mutu lingkungan yang diatur dengan peraturan perundang-
undangan.

Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam keputusannya


No. KEP-03/MENKLH/II/1991 telah menetapkan baku mutu air pada sumber air,
baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu udara emisi dan baku
mutu air laut.
Dalam keputusan tersebut yang dimaksud dengan:
1. Baku mutu air pada sumber air, disingkat baku mutu air, adalah batas
kadar yang diperolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat dalam air,
namun air tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya;
2. Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperolehkan bagi zat atau
bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada
sumber air, sehingga tidak menyebabkan dilampauinya baku mutu air;
3. Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat
atau bahan pencemar terdapat di udara, namun tidak menimbulkan
gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan dan benda;

Terkait baku mutu udara ambien dan emisi ditetapkan dengan maksud
untuk melindungi kualitas udara di suatu daerah.
Baku mutu udara ambien dan emisi limbah gas yang dibuang ke udara
harus mencantumkan secara jelas dalam izin pembuangan gas. Semua
kegiatan yang membuang limbah gas ke udara ditetapkan mutu emisinya
dalam pengertian:
1. Mutu emisi dari limbah gas yang dibuang ke udara tidak melampaui
baku mutu udara emisi yang telah ditetapkan.
2. Tidak menyebabkan turunnya kualitas udara.

Baku mutu udara ambien terdiri dari 9 jenis:


1. Sulfur dioksida; 6. Hidrokarbon;
2. Karbon monoksida; 7. Amoniak;
3. Oksida nitrogen; 8. Timah hitam/timbal;
4. Oksida; 9. Debu.
5. Hidrogen sulfida;

Parameter Baku mutu Waktu


SO2, g/m3 (ppm) 260 (0.1) 24 jam
CO g/m3 (ppm) 2.260 (20) 8 jam
NOx g/m3 (ppm) 92.5 (0.05) 24 jam
O3 g/m3 (ppm) 200 (1.0) 1 jam
Debu g/m3 (ppm) 260 24 jam
Pb g/m3 (ppm) 60 24 jam
H2S g/m3 (ppm) 42 (0.03) 30 menit
NH3 g/m3 (ppm) 1.360 (2) 24 jam
HC g/m3 (ppm) 160 (0.24) 3 jam
Tabel 1. Baku Mutu Udara Ambien (KepMen KLH. No. 02/MENKLH/1988)

Status mutu udara ambien ini ditetapkan berdasarkan inventarisasi


dan/atau penelitian terhadap baku mutu udara ambien, potensi sumber
tercemar udara, kondisi meteorologis dan geografis, serta tata guna tanah.

4. Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat
atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara,
sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien;
5. Baku mutu air laut adalah batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi,
atau komponen lain yang ada atau harus ada, dan zat atau bahan pencemar
yang ditenggang adanya dalam air laut.

Erwin, Muhammad. 2008. Hukum Lingkungan dalam Sistem Kebijaksanaan


Pembangunan Lingkungan Hidup. Bandung: PT. Refika Aditama

https://www.academia.edu/9037423/baku_mutu_lingkungan

Anda mungkin juga menyukai