Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HAK HAK KEBENDAAN DALAM

HUKUM PERDATA

Disusun Oleh :

HARDYANTI ZAHARA

NIM 15150040

Hukum Perdata

Dosen pembimbing :

Afrilian Perdana, S.H., M.H.

Fakultas Hukum

Universitas Abulytama

Tahun Ajaran 2016 / 2017


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah

ini tepat pada waktunya.Makalah ini membahas Pancasila Sebagai Dasar Negara.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan

hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi.

Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya

mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari

bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat

penulis harapkan untuk penyempurnaan makalahselanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita

sekalian.

Penulis

Hardyanti Zahara

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................................. 1

B. Permasalah .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Pancasila ............................................................................... 3

B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila di Negara Indonesia .................................... 5

C. Isi Pancasila....................................................................................................... 8

D. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara............................................................. 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................................... 12

B. Saran ................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar dari negara kita, yaitu Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Pancasila diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan dasar

terbentuknya Negara dan pandangan hidup bangsa Suatu bangsa tidak akan dapat

berdiri dengan kokoh tanpa adanya dasar Negara yang kuat dan tidak akan dapat

mengetahui dengan jelas kemana arah dan tujuan yang akan dicapai tanpa

pandangan hidup.

Dengan adanya dasar Negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing

dalam menghadapi berbagai permasalahan, baik yang datang dari dalam maupun

luar. Kalau kita dapat umpamakan, Negara tanpa dasar Negara bagaikan sebuah

bangunan yang tanpa dasar dan bangunan tersebut akan cepat roboh.

Sebagai warga Negara yang baik,hendaknya kita lebih mengenal dasar Negara

kita(Pancasila) secara lebih dalam dan menyeluruh, agar kita dapat lebih

menghargai dan menjunjung tinggi dasar Negara kita tersebu

1
B. Permasalahan

Memahami peranan Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar

negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia

memiliki pemahaman yang sama, dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang saam

terhadap kedudukan, peranan dan fungsi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Apalagi manakala dikaji perkembangannya secara konstitusional selama lebih dari 55

tahun terahir ini dihadapkan pada situasi yang tidak kondusif sehingga kredibilitasnya

menjadi diragukan, diperdebatkan, baik dalam wacana politis maupun akademis. Hal ini

diperpalah oleh minimal dua hal, pertama, penerapan Pancasila yang dilepaskan dari prinsip-

prinsip dasar filosofinya sebagai dasar negara, dan kedua, krisis multi dimensional yang

melanda bangsa Indonesia sejak 1998 yang diikuti oleh fenomena disintegrasi bangsa.

Berkenaan dengan itu, kajian melalui pendekatan historis kontekstual akan sangat

berguna bagi pemahaman pancasial sebagai dasar negara, yang sekaligus akan menempatkan

Pancasial dalam posisi yang sebenarnya sehingga akan tetap menjiwai perjuangan bangsa

Indonesia di masa mendatang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahirnya Pancasila

Pembahasan mengenai Dasar Negara dilakukan pertama kali pada saat sidang Badan

Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang berlangsung

pada tanggal 29 Mei sampai 1 Juni 1945. Pada sidang tersebut terdapat usulan-usulan

tentang Dasar Negara, usulan-usulan yang dikemukakan adalah :

a. Prof. Mr. MuhammadYamin

Mengusulkan Dasar Negara dalam pidatonya tidak tertulis pada tanggal 29 Mei1945 dalam

sidang BPUPKI, yaitu:

1. PeriKebangsaan.

2. PeriKemanusiaan.

3. PeriKetuhanan.

4. PeriKerakyatan.

5. KesejahteraanRakyat.

Setelah selesai berpidato, Beliau menyampaikan pula usulan-sulan tertulis naskah

rancangan UUD RI. Dalam pembukaan itu tercantum rumusan 5 dasar, yaitu :

1. Ketuhanan Yang MahaEsa.

2. Kebangsaan PersatuanIndonesia.

3. Rasa Kemanusian yang Adil danBeradab.

4. Kerakyatanyang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /

Perwakilan.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh RakyatIndonesia.

3
b. Prof.Mr.Dr.R Soepomo (31 Mei1945)

1. Paham Persatuan.

2. Perhubungan Negara dan Agama.

3. Sistem Badan Permusyawaratan.

4. Sosialisasi Negara.

5. Hubungan antar Bangsa yang Besifat Asia TimarRaya.

c. Ir. Soekarno (1 Juni1945)

1. KebangsaanIndonesia.

2. Internasionalisme atauPerikemanusiaan.

3. Mufakat atauDemokrasi.

4. KesejahteraanSosial.

5. Ketuhanan yangBerkebudayaan.

Oleh karena pada sidang pertama belum dicapai kata mufakat, maka dibentuklah

sebuah panitia kecil yang membahas usulan-uslan yang diajukan dalam sidang BPUPKI

baik lisan maupun tulisan yang disebut Panitia Sembilan yang diketuai oleh Ir.Soekarno.

Anggota Panitia Sembilan sendiri terdiri dari tokoh Nasional yang mewakili golongan

Nasioanalis dan Islam, yaitu : Drs. Moh.Hatta, Mr.A.A Maramis, Mr.Muh Yamin,

Mr.Ahmad Soebardjo, Abdul Kahar Muzakar, KH.Wahid Hasyim, Abi Kusno,

Tjokrosoejoso dan Haji Agus Salim.

Panitia Sembilan pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil menyusun suatu naskah yang

kemudian disebut Piagam Jakarta, yang di dalamnya tercantum rumusan Dasar Negara

sebagai berikut :

4
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-

pemeluknya.

2. Kemanusiaan yang adil danberadab.

3. PersatuanIndonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia.

Lalu dengan beberapa pertimbangan dan pembahasan ulang,maka sila pertama pada

Piagam Jakarta diubah menjadi Ketuhanan yang maha esa. Dengan demikian lahirlah

Pancasila yang menjadi dasar Negara Indonesia hingga saat ini.

B. Kedudukan dan Fungsi Pancasila di NegaraIndonesia

Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai Dasar Negara. Selain fungsi pokok tersebut,

Pancasila mempunyai beberapa fungsi lagi, yaitu :

1. Pandangan hidup bangsa Indonesia

Yaitu yang dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia dalam mencapai

kesejahteraan lahir dan batin dalam masayarakat yang heterogen (beraneka

ragam)

2. Jiwa dan kepribadian bangsaIndonesia

Artinya Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia dan

merupakan ciri khas Bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah

lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsalain.

3. PerjanjianLuhur

Artinya Pancasila telah disepakati secara Nasional sebagai dasar Negara tanggal

18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Perseapan Kemerdekaan

5
Indonesia).

4. Sumber dari segala sumber tertibhukum

Artinya bahwa segala peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

harus bersumberkan Pancasila atau tidak bertentangan dengan Pancasila.

5. Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai bangsaIndonesia.

Yaitu masayarakat adil dan makmur secara merata materiil dan spiritual yang

berdasarkan Pancasila.

6. Sebagai Ideologiterbuka.

Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun bersifat

terbuka.Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi Pancasila adalah bersifat aktual,

dinamis, antisipatif, dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan

jaman. Keterbukaan ideologi Pancasila bukan berarti mengubah nilai-nilai dasar

Pancasila namun mengeksplisitkan wawasannya secara lebih kongkrit, sehingga

memiliki kemampuan yang labih tajam untuk memecahkan masalah-masalah baru

dan aktual. Sebagai sautu ideologi yang bersifat terbuka maka Pancasila

memeiliki dimensi sebagai berikut :

a. Dimensi Idealistis, yaitu nilai- nilai dasar yang terkandung dalam

Pancasila yang bersifat sistematis dan rasional yaitu hakikat nlai- nilai yang

terkandung dalam lima sila pancasila : ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,

kerakyatan, dan keadilan. Maka dimensi idealistis Pancasila bersumber

pada niali- nilai filosofis yaitu filsafatPancasila.

b. Dimensi Normatif, yaitu nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila

perlu dijabarkan dalam suatu sistem normatif, sebagaimana terkandung

dalam Pembukaan UUD 1945 yang memiliki kedudukan tertinggi dalam

6
tertib hukum Indonesia. Dalam pengertian inilah maka Pembukaan yang di

dalamnya memuat Pancasila dalam alinea IV, berkedudukan sebagai

staatsfundamentalnorm(pokok kaidah negara yang fundamental).

c. Dimensi Realistis, suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas

yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila

selalu memiliki dimensi nilai- nilai ideal serta norma maka Pancasila harus

mampu dijabarkan dalam kehidupan nyata sehari-hari, baik dalam

kaitannya bermasayarakat maupun dalam segala aspek penyelenggaraan

negara.

Berdasarkan hakikat ideologi Pancasila yang bersifast terbuka yang memiliki tiga

dimensi tersebut maka ideologi Pancasila tidak bersifat utopis yang hanya merupakan

sistem ide-ide belaka yang jauh dari kenyataan hidup sehari- hari. Selain itu ideologi

Pancasila bukan merupakan doktrin belaka karena doktrin hanya dimiliki pada ideologi

yang hanya bersifat normatif dan tertutup, demikian pula ideologi Pancasila bukanlah

merupakan ideologi pragmatis yang hanya menekankan segi praktis dan realistis belaka

tanpa idelaisme yang rasional. Maka Ideologi Pancasila yang bersifat terbuka pada

hakikatnya, nilai-nilai dasar (hakikat) sila- sila Pancasila yang bersifat tetap adapun

penjabaran dan realisasinya senantiasa dieksplisitkan secara dinamis terbuka dan senantiasa

mengikuti perkembangan zaman.

Menurut BP-7 Pusat, bahwa nilai- nilai yang terkandung dalam ideologi terbuka

tediri atas 2 jenis nilai yaitu,

Pertama : nilai dasar,yaitu nilai- nilai yang terkandung dalam ideologi yang berupa cita-

cita, tujuan, serta alat- alat perkembangan negara yang utama, sendi- sendi

mutlak negara terutama nilai- nilai Ketuhanan, Kemanusiaan,Persatuan,

Kerakyatan, serta Keadilan, ini bersifat tetap.

7
Kedua : nilai-nilai Instrumental, yaitu niali- nilai yang berupa arahan, kebijakan, strategi,

sasaran serta lembaga pelaksanaannya, ini yang bersifat dinamis dan terbuka yang

senantiasa disesuaikan dengan perkembangan zaman. Maka realisasi nilai- nilai

instrumental inilah yang merupakan pragsis dari ideologi. Berdasakan uraian di

muka maka Pancasila sebagai nilai dasar Ideologi negara adalah yang bersifat

tetap, adapun nilai- nilai instrumental yang merupakan pengamalan,

pengembangan dan pengayaan nilai- nilai dasar.

C. Isi Pancasila

Pancasila juga merupakan sarana atau wadah yang dapat mempersatukan bangsa

Indonesia, sebab Pancasila adalah falsafah, jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia yang

mengandung nilai- nilai dan norma- norma yang luhur. Norma- norma tersebut yaitu :

1. Norma Agama, bersumber dari Tuhan melalui utusannya yang bersisikan

peraturan hidup yang diterima sebagai perintah-perintah,larangan-larangan dan

anjuran-anjuran yang berasl dari Tuhan.Sebagian norma agama bersifat umum,jadi

berlaku bagi seluruh golongan manusia di dunia terlepas dari agama yang dianut.

2. Norma Kesusilaan yang dianggap sebagai aturan yang datang dari suara hati

sanubari manusia,dari bisikan kalbu atau suara batin yang diinsyafi oleh setiap

orang sebagai pedoman dalam sikap dan perbuatannya.

3. Norma Kesopanan merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan

segolongan mansia dan dianggap sebagai tuntutan pergaulan sehari-hari

sekelompok masyarakat.

4. Norma Hukum adalah aturan tertiulis maupun tidak tertulis yang

berisikanperintah atau larangan yang memaksa dan akan menimbilkan sanksi yang

tegas bagi setiap orang yang melanggarnya.

8
Keempat norma ini berlaku dan terdapat pada masyarakat Indonesia yang masing-

masing norma mempunyai perbedaan satu sama lain.Khusus Norma Hukum yang dibuat

oleh lembaga yang berwenang,untuk membuatnya (negara) dan dari segi sanksinya lebih

tegas dan jelas serta dapat dipaksakan dalam pelaksanaannya.

D. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara

Pancasila sebagai dasar negara sesungguhnya berisi:

1. Ketuhanan yang Maha Esa, yang ber-Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-

Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/ perwakilan, serta ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan yang mahaesa, yang ber-

Persatuan Indonesia, yang ber-Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan

dalam permusyawaratan/ perwakilan, dan ber-Keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Pancasila sebagai dasar (filsafat) Negara mengandung makan bahwa nilai-nilai

yang terkandung dalam Pancasila menjadi dasar atau pedoman bagi penyelenggaraan

bernegara. Nilai-nilai Pancasila pada dasarnya adalah nilai-nilai filsafati yang bersifat

mendasar. Nilai dasar Pancasila bersifat abstrak, normative dan nilai itu menjadi

motivator kegiatan dalam penyelenggaraan bernegara.

Pancasila sebagai dasar Negara berarti nilai-nilai Pancasila menjadi pedoman

normative bagi penyelenggaraan bernegara. Konsekuensi dari rumusan demikian berarti

seluruh pelaksaan dan penyelenggaraan pemerintahan Negara Indonesia termasuk

peraturan perundang-undangan merupakan pencerminan dari nilai-nilai Pancasila.

Penyelenggaraan bernegara mengacu dan memiliki tolok ukur, yaitu tidak boleh

9
menyimpang dari nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan

Keadilan.

Di era sekarang, mengembalikan atau menegaskan kembali kedudukan Pancasila

sebagai dasar (filsafat) Negara Indonesia merupakan suatu tuntutan penting oleh karena

telah banyak terjadi kesalahan penafsiran atas Pancasila di masa lalu. Oknum Negara

telah menjadikan Pancasila bukan sebagai sistem norma dan koridor bagaimana sebuah

bangsa dijalankan dan diarahkan, tetapi Pancasila telah direduksi sebagai alat kekuasaan

untuk mengendalikan semua elemen bangsa. Pereduksian dan pemaknaan atas Pancasila

dalam pengertian yagn sempit dan politis ini berakibat pada:

Pancasila dipahami sebagai sebuah mitos

Pancasila dipahami secara politik ideologis untuk kepentingan kekuasaan

Nilai-nilai Pancasila menjadi nilai yang disotopia tidak sekadar otopia

khususnya di era reformasi, ada keinginan berbagai pihak dan kalangan untuk

melakukan penafsiran kembali atas Pancasila dalam kedudukannya bagi bangsa dan

Negara Indonesia. Terdapat berbagai istilah seperti reposisi, redefinisi, radikalisasi,

revitalisasi, dll. Beragam istilah tersebut pada dasarnya berkeinginan untuk menempatkan

kedudukan, posisi serta penafsiran atas Pancasila.

Dr. Koentowijoyo dalam tulisannya mengenai Radikalisasi Pancasila (1998)

menyatkan perlunya kita member ruh baru pada Pancasila, sehingga ia mampu menjadi

kekuatan yang menggerakkan sejarah. Selama ini Pancasila hanya menjadi ucapan

belaka, tidak ada pemerintah yang sungguh-sungguh melaksanakannya. Telah terjadi

penyelewengan-penyelewengan atas Pancasila, baik oleh Orde Lama maupun Orde Baru.

Ruh baru itu dinamakan radikalisasi Pancasila.

10
Radikalisasi Pancasila berarti:

a. Mengembalikan Pancasila sesuai dengan jati dirinya,yaitu sebagai ideology dan Dasar

Negara. Pancasila sesuai dengan jati dirinya dalam memberi visi kenegaraan

b. Mengganti persepsi dari Pancasila sebagai ideologi menjadi Pancasila sebagai ilmu.

c. Mengusahakan Pancasila mempunyai konsistensi dengan produk-produk

perundangan, koherensi antar sila, dan korespondensi dengan realitas sosial.

d. Pancasila yang semula melayani kepentingan vertical menjadi Pancasila yang

melayani kepentingan horizontal.

Terdapat tiga faktor yang membuat Pancasila semakin sulit dan marginal dalam

semua perkembangan yang terjadi.

1. Pancasila terlanjur tercemar karena kebijakan rezim Orde Baru yang menjadikan

Pancasila sebagai alat politik untuk mempertahankan status kekuasaannya

2. Liberalisasi politik dengan penghapusan ketentuan oleh presiden B.J. Habibie tentang

Pancasila sebagai satu-satunya asas setiap organisasi. Penghapusan ini memberikan

peluang adopsi asas ideologi lain, khususnya yang berbasis agama

3. Desentralisasi dan otonomi daerah yang sedikit banyak mendorong penguatan

sentiment ke daerahan, yang jika tidak diantisipasi, bukan tidak bisa menumbuhkan

sentiment local-nationalism Pancasila, meski menghadapi ketiga masalah tadi, tetap

merupakan kekuatan pemersatu yang relative masih utuh bagi negara-bangsa

Indonesia.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pancasila diartikan sebagai lima dasar yang dijadikan sebagai Dasar Negara dan

Pandangan HidupBangsa.Suatu bangsa tidak akan berdiri kokoh tanpa Dasar Negara

yang kuat.Dengan Dasar Negara suatu bangsa tidak akan terombang-ambingkan dalam

menghadapi berbagai permasalahan baik dari dalam maupun luar.

2. Fungsi Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa: yang dijadikan pedoman

hidup bagi bangsa Indonesia dalam mencapai kesejahteraan lahir batin dalam

masyarakat yang beranekaragam.

3. Fungsi Pancasila sebagai Sumber dari segala sumber tertib hukum: segala

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia harus bersumber

kepada Pancasila atau tidak bertentangan dengan Pancasila.

4. Norma yang berlaku pada masyarakat Indonesia:

a. Norma Agama

b. Norma Kesusilaan

c. Norma Kesopanan

d. Norma Hukum

5. Nilai-nilai tersebut adalah:

a. Pandangan Hidup

b. Kesadaran dan citahukum

c. Cita-cita mengenai kemerdekaan

d. Keadilan Sosial,Politik,Ekonomi

12
e. Keagamaan dan lainsebagainya.

6. Lahirnya Pancasila digali dari bumi Indonesia sendiri yang telah berurat

berakar dalam sifat dan tingkah laku manusia.Bangsa Indonesia lahir dari

kepribadiannya sendiri yang bersamaan dengan lahirnya bangsa dan negara

itu,dan kepribadian itu ditetapkan sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan

DasarNegara

7. a. Secara lisan:

1. PeriKebangsaan

2. PeriKemanusiaan

3. PeriKetuhanan

4. PeriKerakyatan

5. Peri Kesejahteraan Rakyat

b. Secara tertulis:

1. Ketuhanan Yang MahaEsa.

2. Kebangsaaan PersatuanIndonesia.

3. Rasa Kemanusiaan yang adil danberadab.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijkasanaan dalam

Permusayawaratan/Perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia.

13
B. Saran

1. Bangsa Indonesia harus memantapkan kesetiaannya kepada Pancasila dengan cara

menghayati dan mengamalkannya dalam segala bidang kehidupannya.

2. Sila- sila yang terkandung di dalam Pancasila hendaknya tidak dirubah, baik itu

secara isi,kedudukan maupunfungsinya.

3. Bangsa Indonesia harus bangga mempunyai Dasar Negara Pancasila dan harus

menjaga keutuhan Pancasila.

14
Daftar Pustaka

1. Kaelan.1996. Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan.Yogyakarta : SosialAgency.

2. Mulyawati,2004.CintaTanahAir.Tersediaon line: www.Google.co.id/pancasila.

3. Setiady Elly M, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila, Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

15

Anda mungkin juga menyukai