Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan utama pendidikan prasekolah adalah membantu anak didik
mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral
dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik,
kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar (Puskur, 2003).
Berkaitan dengan hal tersebut, ada beberapa fungsi pendidikan pra sekolah,
yang mana salah satu diantaranya adalah untuk menyiapkan anak didik
memasuki pendidikan dasar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa selain
bertujuan dan berfungsi untuk menstimulasi tumbuh kembang anak,
pendidikan pra-sekolah sesungguhnya juga berperan penting untuk
mengembangkan kesiapan anak didik dalam memasuki pendidikan sekolah
dasar.Hasil penelitian yang dikemukakan oleh Wylie (1998) menunjukkan
bahwa anak-anak yang mengikuti pendidikan pra-sekolah memperlihatkan
prestasi belajar yang lebih baik di sekolah dasar dibandingkan dengan murid-
murid yang tidak mengikuti pendidikan pra-sekolah. Menurut Wylie (1998),
beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa murid-murid mendapatkan
manfaat yang lebih besar bila pendidikan pra-sekolah itu sudah dimulai
sebelum umur tiga tahun (umur dimulainya pendidikan pra-sekolah di
kebanyakan negara). Sebagaimana juga ditunjukkan oleh hasil penelitian
mutakhir di Selandia Baru, bahwa anak-anak yang mengalami paling tidak
tiga tahun pendidikan pra-sekolah memperlihatkan skor yang lebih tinggi pada
tes kompetensi dibanding sebayanya pada usia 10 tahun (Wylie dan
Thompson, 2003). Secara umum, menurut Stipek dan Ogawa (Kagan dan
Hallmark, 2001), program-program pra-sekolah ditemukan memberikan
manfaat jangka pendek maupun jangka panjang, seperti prestasi akademik
yang lebih tinggi, angka tinggal kelas yang lebih rendah, angka kelulusan yang
lebih tinggi, dan angka kenakalan yang lebih rendah dikelak kemudian hari.
1
Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebagaimana dikemukakan di atas,
dapat disimpulkan bahwa, sesungguhnya selain berfungsi untuk menstimulasi
dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak, pendidikan pra-sekolah juga
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kesiapan anak dalam memasuki
jenjang pendidikan sekolah dasar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan jasmani dan psiko-motorik anak usia pra
sekolah dan anak sekolah ?
2. Bagaimana emansipasi anak usia pra sekolah dan anak sekolah karena
pendidikan formal ?
3. Bagaimana perkembangan sosial dan kepribadian anak usia pra sekolah
dan anak sekolah ?
4. Bagaimana perkembangan kognitif pada anak usia pra sekolah dan anak
sekolah ?
5. Bagaimana intelligensi serta keberhasilan anak usia pra sekolah dan anak
sekolah di sekolah ?
6. Bagaimana Permasalahan stimulasi Perkembangan Kompensatoris anak
usia pra sekolah dan anak sekolah ?
7. Bagaimana Anak-anak dengan kecerdasan tinggi?
C. Tujuan
2
Mengetahui perkembangan sosial dan kepribadian anak usia pra sekolah
dan sekolah
Mengetahui perkembangan kognitif pada anak usia pra sekolah dan
sekolah
Mengetahui intelligensi serta keberhasilan anak usia pra sekolah dan
sekolah di sekolah
Mengetahui Permasalahan stimulasi Perkembangan Kompensatoris anak
usia pra sekolah dan sekolah
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
antara anak-anak, sekarang Nampak lebih banyak perbedaan-perbedaan fisik
yang khas daripada dulu.
Seperti telah diketemukan di muka maka pada permulaan masa sekolah,
jadi sekitar 6 tahun kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul
lebih besar. Dalam hal ini hamper tidak ada perbedaan-perbedaan karena jenis
seks. Pada umumnya ada ralasi yang tepat dalam perkembangan tulang-tulang
dan jaringan-jaringan. Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan
dapat diharapkan kemampuan-kemampuan seperti lari, meloncat dan
melempar akan bertambah dalam masa ini. Dari itu juga nampak anak-anak
makin bertambah cepat larinya. Dalam hal ini sekali lagi ada perbedaan-
perbedaan disetiap anak.
Pada usia 6 tahun keseimbangan badannya relative berkembang baik.
Penguasaan badan seperti membongkok, melakukan berbagai macam latihan
senam dan aktivitas olahraga berkembang pada masa sekolah. Juga
berkembang kordinasi mata-tangan (visio-motorik) yang dibutuhkan untuk
membidik, menyepak, melempar dan menangkap.
Kekuatan badan dan kekuatan tangan pada anak laki-laki sangat bertambah
antara usia 6 sampai 12 tahun. Dalam masa ini juga ada perubahan-perubahan
dalam sifat dan frekuensi motorik kasar dan halus. Ternyata bahwa
kecakapan-kecakapan motorik ini makin disesuaikan dengan keleluasaan
lingkungan. Gerakan-gerakan motorik sekarang makin tergantung daripada
aturan-aturan formal dan aturan-aturan yang telah ditentukan dan bersifat
kurang sepontan. Gerakan-gerakan yang sangat banyak dilakukan oleh anak
makin berkurang pada masa ini.
Hal yang perlu selalu dibicarakan adalah gejala bentuk badan yang
dianggap mempunyai hubungan yang langsung dengan beberapa sifat
kepribadian tertentu. Sheldom membuat pembagian ke dalam 3 macam tipe,
yaitu
1. Endomorph(pendek dan gemuk)
2. Ektomorf(panjang dan kurus)
3. Mesomorf(urat-urat daging kuat dengan proporsi yang baik)
5
Verdonk(1972) berusaha untuk membenarkan typology konstitusi tubuh
shaldom tersebut dengan penelitian yang mendalam terhadap anak-anak yang
ada dalam yayasan-yayasan. Verdonck menemukan adanya hubungan antara
tipe konstitusi tubuh tadi dengan tingkah laku tingkah laku tertentu. Ia
menunjukkan adanya hubungan sebab akibat langsung antara bentuk tubuh
dan tingkah laku tangan. Dia dapat menunjukkan bahwa type-type tersebut
mempunyai pre-disposisi untuk belajar tingkah laku tingkah laku tertentu.
Jadi dapat disimpulkan di sini bahwa suatu type tertentu tadi tidak langsung
berhubungan dengan suatu tingkah, melainkan mempunyai lebih banyak
kemungkinan untuk mengembangkan beberapa bentuk tingkah laku tertentu.
Hal tersebut dianggap tidak hanya dapat terjadi pada orang dewasa, melainkan
sudah memegang peran penting dalam masa kanak-kanak dalam anak belajar
tingkah laku.
6
Kriteria apapun yang akan dipilih namun selalu ada yang bersifat
sekehendak. Kalau dilihat kepandaian saja, sebetuknya sangat mungkin
kalau anak-anak umur 3 atau 4 tahun sudah masuk sekolah asal kriterianya
diubah dan dikdaktiknya disesuaikan. Misalnya tekhnik membaca sudah dapat
diajarkan pada anak-anak umur 3 tahun, asal dipakai cara-cara yang tepat.
Namu mengajari anak membaca sebelum waktunya juga mempunyai segi-segi
negatif, misalnya:
Suatu masalah yang khusus dalam hubungan ini adalah mengenai anak-anak
yang sangat pandai. Keinginan belajar mereka pada usia yang sangat muda
menyebabkan mereka secara main-main sudah balajar membaca sebelum
mereka pergi ke sekolah. Sangat disayangkkan bahwa penampungan yang
sesuai bagi mereka baik di Indonesia maupun negara-negara Eropa masih
belum ada. Mengenai anak-anak yang sangat pandai ini akan dibicarakan lebih
lanjut pada pasal 4.7
Dalam memberikan bimbingan yang lebih baik pada anak maka dapat
dianjurkan untuk memilih istilah kemampuan sekolah daripada kemasakan
sekolah.
7
pertanyaan untuk guru TK. Daftar pertanyaan berhubungan dengan 3 aspek
tingkah laku, yaitu penyesuaian sosial(S), kemapuan kerja (W), dan sikap
mandiri (Z).
Akhirnya hal yang perlu diperhatikan di sini ialah bahwa pendidikan harus
berusaha untuk berusaha menolong anak sesuai dengan kemampuan masing-
masing supaya akhirnya ia berhasil dalam plajarannya. Bila ini dipakai sebagai
patokan, maka sekaligus ada jaminan bahwa tiap anak dapat melanjutkan
emansipasinya. Emansipasi sebagai penemuan identitas membutuhkan sistem
pelajaran yang memperhatikan anak-anak secara individual, yang berusaha
untuk tidak merugikan perkembangan anak masing-masing. Bila
individualisai ini tidak ada, maka akan sukar bagi anak untuk menemukan
identitas dirinya, untuk mendapatkan konsep dirinya. Hal ini dibutuhkan untuk
mengembangkan kemungkinan-kemungkinannya dalam hubungan dengan
lingkungannya.
Perkembangan sosial dan kepribadian dimulai dari usia pra sekolah sampai
akhir masa sekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Meluasnya
lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-
pengaruh yang ada di luar pengawasan orang tuanya. Mereka mempunyai
teman untuk bergaul,mempunyai guru-guru yang mempunyai pengaruh yang
sangat besar dalam proses emansipasinya.
8
1. Interaksi dengan Anak-Anak Sebaya
Dalam T.K dan S.D anak mempunyai kontak yang intensif dengan
teman-teman sebayanya. Di sini anak-anak biasanya berusaha untuk
menjadi anggota suatu kelompok,kelompok-kelompok seperti ini terdapat
dalam Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.
Pada mulanya anak tidak mengerti tingkah laku apa yang dipuji
atau dihargai dan tingkah laku apa yang tidak dipuji dan dihargai. Sering
dapat diihat anak bahwa anak menirukan anggota kelompok yang paling
aktifdan paling berkuasa. Dan barulah pada usia 10 dan 14 tahun timbullah
suatu kelompok yang ada organisasinya,dengan aturan-aturan dan
perjanjian-perjanjian. Hartup (1970) menemukan bahwa kebanyakan
penelitian mengenal pengaruh timbal balik dilakukan pada anak-anak
sekolah. Anak laki-laki lebih mempengaruhi anak laki-laki yang lain
daripada abak wanita dan sebaliknya. Juga dapat dilihat bahwa anak-anak
yang lebih tua lebih cepat dipengaruhi oleh teman-teman mereka sebaya
daripada oleh anak-anak yang lebih muda. Diteukan juga anakyang tertua
lebh udah berpengaruh oleh norma-norma kelompok dan oleh rang-orang
lain disbanding dengan adik-adiknya. Hal ini dapat diterangkan sebagai
berikut :
9
menyesuaikan dirinya. Pada uraian-uraian berikutnya akan nampak bahwa
sifat-sifat peranan yang penting dalam persoalan tingkah laku konformistis
ini. Sejumlah besar tingkah laku timbul dengan cara menirukan ,belajar-
model,dan oleh reinforsemen dari pihak teman-teman sebaya. Di sini
sudah awal dapat nampak pemilihan (preferences) yang khas menurut
jenis kelamin serta cara-cara member pengaruh.
10
2. Motif menseleksi tingkah laku, menentukan arah apa yang akan dan
tidak akan dilakukan.
3. Motif mengatur tingkah laku artinya bila sudah memilih salah satu
arah perbuatan maka arah itu akan tetap dipertahankan.
Di antara usia 3 dan 4 tahun nampak jelas adanya tingkah laku yang
mengarah prestasi. Penelitian Heckhausen dan Roelofsen (1962)
menemukan bahwa anak-anak yang sehat pada usia 3 tahun
menunjukan semua ciri-ciri tingkah laku kompetisi. Di sini dijelaskan
bahwa anak-anak mulai 3 tahun sudah mampu untuk membandingkan
prestasi-prestasi mereka dengan prestasi penelitiannya.
11
norma-norma sosial yaitu melalui penilaian apa yang baik atau tidak baik
bagi anak laki-laki atau anak wanita.
12
dikoordinasi dan akhirnya das Ueber Ich merupakan bagiannya yang
membawakan norma-normanya, perintah-perintah dan larangan-
larangannya yang diberikannya oleh dunia keliling.
Ueber Ich maka situasi Oedipus mempunyai arti yang pokok, anak
antara 3 dan 4 tahun. Ueber Ich harus dipandang sebagai suatu instansi
dengan norma-norma yang telah di internalisasi atau di troyeksi.
Kesediaan anak untuk merasa berdosa sebagai factor pokok bagi
tumbuhnya kata hati. Laki-laki pada umumnya mempunyai moralitas lebih
keras daripada anak wanita. Masalah besar yang timbul oleh dugaan ini
ialah adanya kesukaran untuk membuktikannya secara empiric. Setelah
umur 8 tahun anak menjadi lebih fleksibel dalam penilaian-penilaiannya
dan lebih mampu untuk memperhatikan factor-faktor situasional dalam
menilai sesuatu. Apa yang disebut tanggung jawab obyektif dan tanggung
jawab subyektif dapat diterangkan dengan contoh berikut : selalu nampak
suatu akibat sesuatu maksud yang baik dan maksud yang tidak baik.
13
Stadium 5. Konformistis sekarang dilakukan karena menginginkan
kehidupan bersama yang diatur.
14
seseorang). Hal ini berarti bahwa seseorang akan tetap melakukan norma-
norma tadi meskipun tidak ada control dari luar.
Dalam hal ini ternyata bahwa cara orang tua mengasuh anak
merupakan hal yang pokok. Mempunyai orang tua yang penuh dengan
perhatian dan menerima anak dalam keadaan apapun merupakan syarat
yang paling utama untuk perkembangan hati-hati yang baik.
D. Perkembangan Kognitif
15
empirik terhadap timbulnya pengertian-pengertian atau konsep-konsep
waktu, ruang, kausalitas, dan kesadaran akan aturan.
a. Adaptasi
adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap
organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kecenderungan ini mempunyai dua komponen atau dua proses yang
komplementer yaitu,
1) Asimilasi, yaitu kecenderungan organisme untuk mengubah
lingkungannya guna menyesuaikannya dengan dirinya sendiri.
Suatu contoh yang sederhana dalam lapangan biologik adalah
makan.
2) Akomodasi, yaitu kecenderungan organisme untuk merubah
dirinya sendiri guna menyesuaikan diri dengan
kelilingnya.Suatu contoh dalam lapangan biologi dapat
dikemukakan lagi mengenai makanan.
b. Kecenderungan organisasi
Hal ini dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap
organisme untuk mengintegrasi proses-prosesnya sendiri menjadi
sistem-sistem yang koheren.
16
Pengertian keseimbangan menunjuk pada relasi antara individu
dan kelilingnya dan terutama sekali pada relasi antara struktur kognitif
individu dan struktur kelilingnya. Di sini ada keadaan seimbang bila
individu tidak lagi perlu mengubah hal-hal dalam kelilingnya untuk
mengadakan asimilasi dan juga tidak lagi harus mengubah dirinya
sendiri untuk mengadakan akomodasi dengan hal-hal yang baru.Piaget
memang hanya ingin menunjukkan bahwa menurut pendapatnya dalam
perkembangan berfikir manusia ada suatu arah menuju ke harmoni dan
keteraturan.
17
sampai usia 7 atau 8 tahun berpikir anak harus dipandang lepas dari
bahasanya (Furth, 1996).
Dunia orang dewasa adalah teratur. Hal-hal yang ada dalam diri
manusia seperti perasaan, pikiran, impian, keinginan, dan hal-hal yang
ada di luar diri manusia seperti rumah, pohon, obyek-obyek tertentu,
sertadunia sosial manusia dapat diatur. Hal-hal itu dapat diperlakukan
oleh orang dewasa secara obyektif karena mereka dapat dipandang
sebagai semestinya dan tidak merupakan hal wajar bagi anak. Anak
belum mengalami distansi yang jelas dengan dunia luar. Permanensi
obyek atauformasi obyek merupakan suatu langkah yang penting
dalam penyusunan gambaran dunia. Hal ini juga menjadi persyaratan
yang mutlak untuk dapat memperlakukan obyek-obyek dari keliling
secara simbolis.
18
Representasi dunia luar ke dalam diri sendiri dan dengan begitu cara
berpikir mengenai dunia luar berjalan sebagai berikut:
19
pengalaman mengakibatkan koordinasi, dan memandang sebentar ke tempat
antara lain koordinasi mata-tangan. obyek menghilang tadi.
Tertuju pada badan sendiri. Missal
mulai 3 bulan monolog meraban,
bermain-main dengan jari kakinya
sendiri.
Stadium 3 (4-8 bulan) Stadium 3 (4-8 bulan)
Perkembangan skema-skema yang Mengikuti obyek dengan matanya atau
menyebabkan akibat-akibat yang secara visual sampai melampaui tempat
menarik dalam orientasi ekstern. menghilangnya obyek, misal
Misalnya membuka pintu atau tas. membungkuk dari kursi untuk melihat
obyek yang jatuh. Dapat mengenal
obyek hanya Nampak sebagian.
Stadium 4 (8-12 bulan) Stadium 4 (8-12 bulan)
Koordinasi respon-respon stadium 3 Mencoba memegang dengan obyek
mengakibatkan tingkah laku yang menghilang dari pandangan mata.
intensional, Nampak seperti inteligen. Mencari terusdi tempat menemukan
sebelumnya meskipun telah
dipindahkan.
Stadium 5 (12-18 bulan) Stadium 5 (12-18 bulan)
Trial and error yang aktif, dorongan Mencari obyek untuk terakhir kali
untuk eksplorasi dan manipulasi dengan dilihat yang menghilang
obyek-obyek baru.
Stadium 6 (18-24 bulan) Stadium 6 (18-24 bulan)
Perpindahan dari fungsi sensorok Anak menggunakan kecakapan
motorik ke fungsi simbolik kognitif simbolik yang baru berkembang untuk
(permulaan, berpikir). membayangkan kemungkinan
perpindahan-perpindahan yang tidak
Nampak dari obyek tersembunyi.
20
b. Stedium Pra-Operasional (18 bulan- 7 tahun)
21
2. Barpikir operasional formal juga berpikir kombinatoris, anak
yang berpikir operasional konkrit mencoba unruk mencari
kemungkinan kombinasi secara tidak sistematik, secara trial
and error sampai secara kebetulan ia menemukan
kombinasinya.
22
menyelesaikan masalahnya. Mulai 3 tahun pertanaan konservasi
tidak merupakan masalah lagi bagi anak.
a. Pemasakan
Tumbuhnya struktur-struktur fisik secara berangsur-angsur
mempunyai akibat pada perkembangan kognitif anak.
b. Pengalaman atau Kontak dengan Lingkungan
Menurut Piaget kontak dengan lingkungan mengakibatkan 2
macam tipe pengalaman mental.
1) Pengalaman fisik: Yaitu aktifitas aktifitas yang dapat
mengabstraksi sifat sifat fisik obyek tertentu.Pengalaman
fisik ini memberikan pengertian mengenal sifat-sifat yang
langsung berhubungan dengan obyeknya sendiri.
2) Pengalaman logiko-matematik: pengalaman yang tidak datang
dari pengalaman fisik, melainkan dari koordinasi internal
perbuatan perbuatan individu.
c. Penyerahan social
Anak hidup dalam dunia social , dan melalui sekolah , media
massa dan lain-lain yang semacam anak memperoleh informasi
yang berpengaruh terhadap perkembangan kognitifnya.
d. Ekwilibrasi
menunjuk pada proses yang mengatur dirinya sendiri dalam diri
anak.
23
dengan urutan seperti yang dikemukakannya, hanya kecepatannya
dapat berbeda-beda. Seperti seorang anak yang dapat mendengar
normal lebih cepat mencapainya dari pada anak yang setengah tuli.
24
E. Intelligensi Serta Keberhasilan di Sekolah
25
dianggap sebagai suatu norma yang ditentukan secara statistik. Dalam
kenyataanya suatu best intelligensi mengukur status (ukuran) orang dalam
kelompok dibanding dengan teman sebayanya.
Dari hasil penelitian yang bermacam, bahwa intelligensi itu sama sekali
tidak sekonstan yang diduga. Menurut penelitian longitudinal selama 40
tahun, dan dalam Institut Fels yang mengungkapkan pendapat dari Mc call
dkk (1973). Menunjukkan adanya pertambahan rata-rata IQ sebanyak 28
sekor antara usia 5 dan 17 tahun yang berarti sama dengan usia pendidikan
disekolah atau pekerjaan.
26
Menurut (wolters 1986) kreatifitas dan intellegensi tidak harus bersama-
sama.
Disinilah letak salah satu dilema yang besar disekolah. Pada umumnya
disekolah diminta intelligensi konvergen, sedangkan kreatifitas justru bukan
cara berfikir dan berkata yang sesuai bila sistem pengajaran memperhatikan
masing-masing individual, maka individu tersebut akan mendapatkan
kesempatan mengembangkan emansipasi dirinya.
Sejak 1964 ada aktivitas yang tinggi dan berbagai macam diskusi
mengenai stimulasi perkembangan pada masa sebelum umur 6 tahun (masa
sebelum masuk sekolah dasar).
John Kennedy membuat program penanggulangan kemiskinan, miskin dalam
arti materil maupun mental. Pada tahun 1965 diumumkan program Head
Start, karena dua alasan yaitu :
1. Ternyata anak kulit hitam dan anak minoritas lain seperti anak-anak
Puerturiko tidak dapat mengunjungi Sekolah Taman Kanak-kanak karena
alasan keuangan.Sekolah Taman Kanak-kanak di Amerika sangat mahal
karena diselenggarakan swasta.
2. Dalam waktu yang bersamaan juga terbukti bahwa inteligensi tidak dalam
semua aspek ditentukan oleh keturunan, lingkungan dapat mengadakan
banyak stimulasi dalam hal prestasi inteligensi.
27
2. Tahun 1966 orang menjadi skeptic : data pertama jelas menunjukkan
kemajuan ,tetapi efeknya segera hilang (tidak bertahan lama)
menyebabkan adanya perubahan programnya.
Penelitian Geber dan Dean (1964) tentang dua kelompok bayi berkulit
hitam, salah stu kelompoknya diasuh dengan cara barat. Akan tetapi kedua
28
kelompok mencapai sekor-sekor yang tinggi pada test Gesell dibandinka
dengan norma-norma Eropa. Hasil yang mencolok adalah perkembangan
motorik merupakan hal yang umum pada mereka yaitu :
29
Dapat disimpulkan bahwa stimulasi perkembangan kompensatoris tidak
akan berhasil bila hanya khusus ditunjukan pada aspek-aspek tingkah laku
yang terpisah saja, misal pada bahasa saja. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa
keturunan tidak sepenuhnya menentukan tingkah laku seseorang, melainkan
masih ada kemungkinan untuk dipengaruhi. Hanya satu pengananan yang
menyeluruh yaitu terhadap anak, keluarga, lingkungan (mayarakat) dapat
memberikan hasil-hasil tetap. Sebelum mengadakan program-program untuk
perkembangan anak, harus jelas apakah dapat dipertanggungjawabkan secara
etik, dan dari sudut tujuan pendidikan apa usaha tadi akan dilakukan.
30
memacu sikap mandiri dan kurang memberikan kesempatan
untuk mengembangkan daya pikir anak.
31
diterapkan pada anak berkecerdasan tinggi ini, yaitu dikimpulkan untuk
diberikan kursus-kursus tambahan, pengenalan keadaannya seawal
mungkin,dll. Hal ini penting untuk memberikan bimbingan sebaik-
baiknya pada anak dengan kecerdasan tinggi.
32
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
33
Anak dengan kecerdasan tinggi diperoleh dari factor keturunan dan
factor pendidikan.
34
DAFTAR PUSTAKA
http://bknpsikologi.blogspot.com/2010/11/pengertian-intelegensi.html
35