Anda di halaman 1dari 6

Nama &Sifat-sifat Allah SWT

1)Al-FATTAH
AL-FATTH, MAHA PEMBUKA KEBAIKAN DAN PEMBERI KEPUTUSAN

Oleh
Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA

DASAR PENETAPAN
Nama Allh Subhanahu wa Taala yang maha indah ini disebutkan dalam firman-Nya:





Katakanlah: Rabb kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara
kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui [Sab/34:26].

Juga diisyaratkan dalam firman-Nya:





Pengetahuan Rabb kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allh sajalah kami bertawakkal. Ya Rabb
kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi
keputusan yang sebaik-baiknya [al-Arf/7:89]

Berdasarkan ayat di atas, para ulama menetapkan nama al-Fatth sebagai salah satu dari nama Allh
Subhanahu wa Taala yang maha indah, seperti Imam Ibnul Atsir rahimahullah [1] , Ibnu Qayyim al-
Jauziyyah rahimahullah [2] , Syaikh Abdur Rahmn as-Sadi rahimahullah [3] , Syaikh Muhammad bin
Shlih al-Utsaimn rahimahullah [4] , dan lain-lain.

MAKNA AL-FATTAH SECARA BAHASA


Ibnu Fris rahimahullah menjelaskan bahwa asal kata yang benar dari nama ini menunjukkan makna
lawan kata dari menutup. Kemudian dari asal makna ini diambil makna-makna lain dari kata ini,
seperti menghukumi (memutuskan), kemenangan dan kesuksesan [5] . Ulama lain, Al-Fairuz Abdi
rahimahullah menjelaskan bahwa nama ini secara bahasa berarti al-hkim (yang memutuskan
hukum) [6] . Sementara Ibnul Atsr rahimahullah berkata: (Arti nama Allh) al-Fatth adalah Yang
Membuka pintu-pintu rezeki dan rahmat bagi hamba-hamba-Nya, ada juga yang mengatakan
(artinya), Yang Maha Memberi hukum di antara hamba-Nya[7] .

PENJABARAN MAKNA AL-FATTAH


Dalam menjabarkan firman Allah Azza wa Jalla
( Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan
lagi Maha Mengetahui) [8] yang memuat nama al-Fatth , Imam Ibnu Jarr ath-Thabari rahimahullah
berkata, Allh (Dialah) Yang Maha pemberi keputusan hukum lagi Maha Mengetahui hukum (yang
tepat dan adil) di antara hamba-Nya, karena tiada sesuatu pun (dari keadaan mereka) yang
tersembunyi di hadapan-Nya, dan Dia tidak membutuhkan saksi untuk menentukan siapa yang benar
dan siapa yang salah[9] .

Maka, makna al-Fatth adalah Yang Maha Memutuskan hukum di antara hamba-hamba-Nya dengan
hukum-hukum dalam syariat-Nya, dan hukum-hukum (ketetapan-ketetapan) dalam takdir-Nya, serta
hukum-hukum al-jaz (balasan amal perbuatan yang baik dan buruk), Yang Maha Membuka mata
hati orang-orang yang jujur (benar) dengan kelembutan-Nya, Membuka pintu hati mereka untuk
mengenal, mencintai dan selalu kembali (bertaubat) kepada-Nya, Membuka pintu-pintu rahmat-Nya
dan berbagai macam rezeki, serta memudahkan bagi mereka sebab-sebab untuk mencapai kebaikan
di dunia dan akhirat. Allh Azza wa Jalla berfirman:





Apa saja yang Allh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang
dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh-Nya maka tidak ada seorang pun yang sanggup
untuk melepaskannya sesudah itu [Fthir/35:2] [10] .

Secara lebih terperinci, Syaikh Abdur Rahmn as-Sadi rahimahullah menjelaskan makna nama Allh
Subhanahu wa Taala yang agung ini dengan berkata, al-Fatth mempunyai dua arti:

Yang Pertama: kembali kepada pengertian al-hukmu (menghukumi/memutuskan), (yaitu) yang


memutuskan dan menetapkan hukum bagi hamba-hamba-Nya dengan syariat-Nya, serta
memutuskan perkara mereka dengan memberi ganjaran pahala bagi orang-orang yang menaati-Nya
dan (menimpakan) siksaan kepada orang-orang yang berbuat maksiat, di dunia dan akhirat,
berdasarkan firman Allh Subhanahu wa Taala:





Katakanlah: Rabb kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara
kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui [Sab/34:26]

Dan firman-Nya:



Ya Rabb kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah
Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya [al-Arf/7: 89]

Ayat pertama (artinya) keputusan (hukum)-Nya bagi hamba-hamba-Nya pada hari Kiamat,
sedangkan ayat kedua (artinya keputusan/hukum-Nya) di dunia dengan menolong (memuliakan) al-
haq (kebenaran) dan penganutnya, serta merendahkan kebatilan dan penganutnya, dan
menimpakan berbagai macam siksaan kepada mereka.

Arti yang kedua: Dialah yang membuka semua pintu-pintu kebaikan bagi hamba-hamba-Nya,
(sebagaimana) firman Allh Subhanahu wa Taala:




Apa saja yang Allh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang
dapat menahannya [Fthir/35:2]

Dia-lah yang membuka (pintu-pintu) kebaikan dunia dan agama bagi hamba-hamba-nya, dengan
membuka hati-hati orang-orang yang dipilih-Nya yang telah terkunci dengan kelembutan dan
perhatian-Nya, dan menghiasi hati mereka dengan pengetahuan tentang ketuhanan (tauhid dan
pemahaman yang benar terhadap nama-nama yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha
sempurna) dan hakekat keimanan (kepada-Nya), yang (semua itu) akan memperbaiki
(menyempurnakan) kondisi (agama) mereka dan menjadikan mereka istiqomah (tetap tegar) di atas
jalan yang lurus.

Lebih khusus dari semua itu, sesungguhnya Allh Azza wa Jalla membukakan pengetahuan tentang
ketuhanan (tauhid dan pemahaman yang benar terhadap nama-nama yang maha indah dan sifat-
sifat-Nya yang maha sempurna), kebaikan rohani, cahaya (hati) yang terang, serta pemahaman dan
perasaan yang benar (terhadap agama-Nya) bagi orang-orang yang mencintai-Nya dan selalu
menghadapkan diri kepada-Nya Allh Azza wa Jalla juga yang membukakan bagi hamba-hamba-Nya
pintu-pintu rezeki dan faktor-faktor untuk mendapatkannya. Allh Azza wa Jalla menyediakan bagi
orang-orang yang bertakwa rezeki dan cara-cara untuk memperolehnya tanpa disangka-sangka, Dia
k menganugerahkan kepada orang-orang yang bertawakkal (berserah diri kepada-Nya) lebih dari apa
yang mereka minta dan harapkan, memudahkan bagi mereka (mengatasi) semua urusan yang sulit,
dan membukan pintu-pintu (pemecahan masalah) yang tertutup[11] .

Berdasarkan penjabaran makna nama Allh Subhanahu wa Taala yang maha indah ini, kita
mengetahui rahasia mengapa banyak para ulama yang memberi judul karya tulis mereka dengan
sifat Allh al-fath[12] , karena mereka memperhatikan makna nama yang agung ini, yang dengan itu
mereka berharap Allh Azza wa Jalla akan membukakan pintu-pintu ilmu yang bermanfaat bagi
mereka dan memudahkan pemahaman yang benar dari ilmu yang mereka sampaikan kepada umat
ini [13] .

PEMBAGIAN SIFAT AL-FATH (MAHA MEMUTUSKAN/MENGHUKUMI ) MILIK ALLAH SUBHANAHU WA


TAALA
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata [14] :
Demikian pula al-Fatth termasuk nama-nama-Nya (yang maha indah)
Dan al-fath dalam sifat-sifat-Nya ada dua macam:
Al-fath (yang berarti) menetapkan hukum, yaitu syariat Allh
Dan al-fath (yang berarti menetapkan) ketentuan takdir, ini al-fath kedua
Ar-Rabb (Allh Subhanahu wa Taala) Maha Pemberi keputusan dengan dua arti ini
Dengan keadilan dan kebaikan dari ar-Rahmn (Yang Maha luas rahmat-Nya)

Syaikh Abdur Rahmn as-Sadi rahimahullah ketika menjelaskan bait-bait syair di atas, beliau
berkata: al-Fatth adalah al-Hakam (Maha Pemutus hukum), al-Muhsin (Maha Pemberi kebaikan)
dan al-Jawwd (Maha Pemurah). Sifat Allh Subhanahu wa Taala al-fath ada dua macam: Yang
pertama: (sifat) al-fath (yang berarti memutuskan) hukum dalam agama dan hukum ganjaran (amal
perbuatan manusia). Yang kedua: Dia Maha menentukan hukum (ketetapan) takdir (bagi seluruh
makhluk-Nya).

Maka (sifat) al-fath (memutuskan) hukum dalam agama adalah (ketentuan) syariat-Nya (yang
disampaikan-Nya) melalui lisan para Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam (yang berisi) semua
perkara yang dibutuhkan oleh hamba-hamba-Nya (untuk mendekatkan diri kepada Allh Subhanahu
wa Taala) dan untuk tetap istiqomah (tegar) di atas jalan yang lurus. Adapun (sifat) al-fath dalam
hukum ganjaran (amal perbuatan manusia) adalah keputusan (hukum-Nya) terhadap para Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam dan para penentang (dakwah) mereka, serta terhadap hamba-hamba
yang dicintai-Nya dan musuh-musuh mereka, dengan memuliakan dan menyelamatkan para Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam serta pengikut mereka, dan menghinakan serta menyiksa musuh-musuh
mereka. Demikian pula keputusan dan hukum-Nya pada hari Kiamat terhadap semua makhluk ketika
ditunaikan (balasan) amal perbuatan semua manusia.

Adapun (yang kedua), menentukan ketetapan takdir (bagi seluruh makhluk-Nya) adalah (semua)
ketetapan takdir (yang diberlakukan-Nya) terhadap semua hamba-Nya, berupa kebaikan dan
keburukan, manfaat dan celaka, serta pemberian dan penghalangan. Allh Subhanahu wa Taala
berfirman:





Apa saja yang Allh anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorang pun yang
dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh-Nya maka tidak ada seorang pun yang sanggup
untuk melepaskannya sesudah itu. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana [Fthir/35:2]

Dengan begitu, makna ar-Rabb (Allah) Subhanahu wa Taala adalah Maha Pemberi keputusan lagi
Maha Mengetahui, Dia membukakan bagi hamba-hamba-Nya yang taat perbendaharaan anugerah
dan kebaikan-Nya, serta membukakan bagi musuh-musuh-Nya kebalikan dari itu, semua itu dengan
keutamaan (rahmat) dan keadilan-Nya[15] .

PENGARUH POSITIF DAN MANFAAT MENGIMANI NAMA ALLAH AL-FATTAH


Keimanan yang benar terhadap nama-Nya yang maha agung ini akan menjadikan seorang hamba
selalu menghadapkan diri dan berdoa kepada-Nya semata-mata agar Dia membukakan baginya
pintu-pintu taufik, rezeki yang halal dan rahmat-Nya, serta melapangkan dadanya untuk menerima
segala kebaikan dalam Islam. Allh Subhanahu wa Taala berfirman:






Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allh hatinya (untuk) menerima agama Islam lalu ia
mendapat cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan
yang besarlah bagi mereka yang membatu hatinya untuk mengingat Allh. Mereka itu dalam
kesesatan yang nyata [az-Zumar/39:22]

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: Pembukaan (pintu-pintu kebaikan dari Allh Subhanahu
wa Taala) dan kelapangan dada (untuk menerima kebaikan Islam) ini tidak ada batasnya (sangat
luas), setiap Mukmin mendapatkan bagian darinya. Bagian yang paling besar didapatkan oleh para
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, kemudian setelah mereka adalah para wali (kekasih Allh
Subhanahu wa Taala), kemudian para ulama, lalu orang-orang awam dari kalangan kaum Mukminin.
Hanya orang-orang kafir yang tidak diberi bagian darinya oleh Allh[16] .

Termasuk dalam pengertian memohon kepada Allh Subhanahu wa Taala dengan nama-Nya yang
mulia ini, doa yang diajarkan oleh Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam ketika masuk dan keluar
dari masjid. Raslullh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Jika salah seorang dari kalian masuk
ke masjid maka hendaknya dia mengucapkan (doa):



Ya Allh, bukalah bagiku pintu-pintu rahmat-Mu

Dan jika dia keluar (dari masjid) hendaknya dia mengucapkan (doa):


Ya Allh, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu (anugerah) kebaikan dari-Mu.[17]

Maka rahmat, kemuliaan dan kebaikan seluruhnya ada di tangan Allh Azza wa Jalla , Dia
membukakan (pintu-pintu kebaikan) dan memudahkannya bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan
semua ini termasuk pengaruh positif dan konsekuensi mengimani nama-nya yang mulia ini[18] .

PENUTUP
Demikianlah, semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua untuk semakin bersungguh-sungguh
dalam mengusahakan kesempurnaan iman kita kepada Allh Subhanahu wa Taala, serta banyak
berdoa memohon kepada-Nya agar Dia membuka pintu-pintu rahmat kebaikan-Nya bagi kita,
dengan menyebut nama-Nya al-Fattaah.
Akhirnya, kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allh dengan nama-nama-Nya yang maha
indah dan sifat-sifat-Nya yang maha sempurna, agar Dia memudahkan bagi kita untuk meraih semua
kebaikan dan kedudukan mulia dalam agama-Nya, sesungguhnya Dia Maha Pembuka pintu-pintu
kebaikan lagi Maha Mengetahui.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 08/Tahun XIV/1431H/2010. Diterbitkan Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-
858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. An-Nihyah fi Gharbil Hadtsi wal Atsar 3/771
[2]. Dalam syair beliau an-Nniyyah kutipan dari al-Haqqul WdhihulMubn hlm. 44
[3]. Tafsru Asm-illhil Husn hlm. 67
[4]. al-Qaw-idul Mutsl hlm. 41
[5]. Mujamu Maqysil Lughah 4/375
[6]. al-Qmus al-Muhth hlm. 298
[7]. an-Nihyah fi Gharbil Hadtsi wal Atsar 3/771.
[8]. Sab/34 :26
[9]. Jmiul Bayn f Tawlil Qurn 20/405
[10]. Keterangan Syaikh Abdur Rahmn as-Sadi dalam kitab Taisrul Karmir Rahmn hlm. 947
[11]. Fathur Rahmil Malikil Allm hlm. 48
[12]. Seperti kitab Fathul Bri karya Imam Ibnu Rajab, juga karya Ibnu Hajar, Fathul Qadr karya Imam
asy-Syaukni, Fathul Majd karya Syaikh Abdur Rahmn bin Hasan, Fathu Rabbil Bariyyah karya
Syaikh Muhammad al-Utsaimin, dan lain-lain.
[13]. Lihat catatan kaki kitab Fiqhul Asma-il Husn hlm. 123
[14]. Nukilan dari al-Haqqul Wdhihul Mubn hlm. 44
[15]. al-Haqqul Wdhihul Mubn hlm. 44-45
[16]. Dinukil oleh Syaikh Abdur Razzq al-Badr dalam Fiqhul Asm al-Husna hlm. 125
[17]. HR. Muslim no. 713
[18]. Fiqhul Asm al-Husna hlm. 124-12

2)KAUNUHU MUTTAKALIMIN
Kaunuhu Mutakalliman artinya keberadaan Allah itu harus Maha Berbicara dengan pembicaraan
yang tidak menyerupai ciptaan-Nya. Sifat ini dikatakan juga sifat Al-Kalamu (Berbicara) yang
berdiri pada dzat-Nya dan dilazimkan memiliki sifat ini. Sifat ini juga merupakan merupakan
bentukfailataupelakudarisifatManai Al-Kalam (Berbicara).

Kaunuhu Mutakalliman
Keadaan Diri Allah yang berkata-kata. artinya Zat Allah Berkata-kata tanpa
perlu kepada huruf, suara, bahasa atau isyarat. Zat Allah berkata-kata
berterusan tanpa henti.
Kaunuhu Mutakallimun
Yaitu Keadaan Allah Taala Yang Berkata-kata, Allah tidak bisu, Ia berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat
Al Quran. Bila Al-Quran telah kita jaikan pedoman hidup, maka kita telah patuh dan tunduk terhadap Allah SWT.
a. Dalil Aqli : ini sifat yang tetap ada, yang qadim lagi azali, yang berdiri pada dzat Allah Swt,
sebagai contoh adalah Al- Quran, ini merupakan perkataannya (kalam) Allah Swt yang abadi
sepanjang masa.]

b. Dalil Naqli : surat An-Nisa ayat 164:

Anda mungkin juga menyukai