Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

1. Anjak Piutang
1.1. Pengertian Anjak Piutang
Factoring dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi anjak
piutang. Anjak piutang (factoring) adalah suatu kontrak di mana
perusahaan anjak piutang menyediakan jasa-jasa sekurang-kurangnya :
jasa pembiayaan, jasa perlingdungan terhadap resiko kredit dan untuk
klien berkewajiban kepada perusahaan anjak piutang secara terus
menerus menjual atau menjaminkan piutang yang berasal dari
penjualan barang-barang atau pemberian jasa-jasa.1
Dalam pasal 1 butir 8 Kepres RI No.61 Tahun 1988 jo Pasal 1
huruf 1 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988,
Perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian atau pengelihan serta
pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari
transaksi perdagangan dalam atau luar negeri. Sedangakan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 Tentang Perusahaan
Pembiayaan pasal 1 (e) bahwa anjak piutang (factoring) adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka
pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.
Dari pengertian yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan
bahwa anjak piutang adalah usaha pembiayaan yang dilakukan oleh
perusahaan anjak piutang dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan
serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari klien
(penjual piutang) yang berasal dari transaksi perdagangan dalam atau
luar negeri antara klien dengan customer (pihak yang berhutang
kepada klien).2

1.2. Dasar Hukum Anjak Piutang


Menurut Fuady, ada beberapa ketentuan dalam hukum Indonesia
yang dapat menjadi dasar hukum bagi perjanjian anjak piutang.
1
Novi,Amanita. Jurnal Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Universitas Negeri Yogyakarta
2
Mamesah, Elko. 2015. Eksistensi Perjanjian Anjak Piutang Bagi Pelaku Usaha. Jurnal Lex et
Societatis
Dasar hukum tersebut menurutnya dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu ketentuan-ketentuan yang merupakan dasar hukum
substantif murni dan ketentuam-ketentuan hukum yang bersifat
administrasi3
a. Dasar Hukum substantif murni
Dalam kegiatan anjak piutang, yang menjadi dasar hukum
substantive murni adalah pasal 1338 ayat 1 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata (KUHPerdata) mengenai
kebebasan berkontrak, yang menyatakan bahwa semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya.
b. Dasar Hukum administrasi
1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 jo Undang-
undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
Di dalam pasal 6 huruf 1 UU No.7 tahun 1992 terdapat
alas hukum bagi bank untuk melakukan kegiatan anjak
piutang, namun demikian UU tersebut telah diganti
dengan UU No.10 tahun 1998 yang hanya member
tambahan saja.
2) Kepres No.81 tahun 1988 tentang Lembaga
Pembiayaan.
3) Keputusan Menteri Keuangan Nomor
468/KMK.071/1995 jo Keputusan Menteri Keuangan
No.1256/KMK.00/1989 jo Keputusan Menteri
Keuangan No.1251/KMK.013/1966 tentang ketentuan
dan tata cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan.
4) Peraturan Menteri Keuangan No.84/PMK.012/2006
Tentang Perusahaan Pembiayaan.
5) Peraturan Presiden No.9 Tahun 2009 Tentang Lembaga
Pembiayaan

1.3. Pihak pihak terkait dalam Anjak Piutang

Pihak utama yang terlibat ada tiga yaitu :

a. FAKTOR (Perusahaan Anjak Piutang)

3
ibid
Adalah perusahaan atau pihak yang menawarkan jasa anjak piutang

b. KLIEN (SUPPLIER)

Adalah perusahaan atau pihak yang menggunakan jasa perusahaan


anjak piutang

c. NASABAH (CUSTOMER)

Adalah pihak-pihak yang mengadakan transaksi dengan klien.

1.4. Jasa jasa dalam Anjak Piutang


Kegiatan usaha dalam anjak piutang dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu :4
1) Pembiayaan
Jasa pembiayaan dilakukan dengan cara menyediakan
pembiayaan di muka yang besarnya berkisar antara 60%-80%
dari total piutang setelah dilakukan kontrak anjak piutang dan
menyerahkan bukti-bukti penjualan barang. Kontrak dapat
dilakukan atas dasar with recourse (risiko kemacetan hutang
ditanggung oleh klien) atau without recourse (perusahaan anjak
piutang yang akan mengambil risiko kemacetan piutang.
2) Jasa Non Pembiayaan

Penyediaan jasa untuk melayani kepentingan


pengelolaan kredit klien. Produk jasa non pembiayaan yang
ditawarkan antara lain:

a. Investigasi Kredit/Analisis kredit

Yaitu lembaga anjak piutang membantu perusahaan


untuk menilai calon customer/debitur.

b. Sales Ledger

Merupakan jasa penatausahaan atas jasa penjualan


yang dilakukan klien. Dalam jasa ini kadang-kadang
meliputi penjualan dalam berbagai valuta asing dalam export
factoring sehingga klien dapat mengikuti perkembangan
ekspornya dalam berbagai mata uang asing
4
Puspa, Dewi. Ekonomi Pembangunan ppt. diakses pada 5 Novemer 2017
c. Pengawasan Kredit

Merupakan jasa pengawasan atau monitoring


terhadap penjualan yang dilakukan klien termasuk pula
penetapan prosedur penagihannya

d. Perlindungan terhadap risiko kredit


Perusahaan anjak piutang dapat mengusahakan
cara-cara pengamanan terhadap risiko piutang khususnya
dalam hal eksport financing. Untuk tujuan ini perusahaan
dapat pula memberikan jasa perlindungan terhdap risiko
terjadinya fluktuasi kurs valuta asing.

Anda mungkin juga menyukai