Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PELAYANAN KEBIDANAN YANG BERKAITAN DENGAN

PANCASILA

Oleh:

Trisna Wati

102016012

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI NUSANTARA SALATIGA

2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini telah banyak sekali terjadi perubahan - perubahan yang cukup pesat dan luas
di seluruh Dunia sebagai akibat adanya kemajuan daya nalar atau pikir manusia. Perubahan
Sosial dan Budaya akan menghasilkan perubahan tata nilai, tetapi karena tata nilai
baru belum melembaga sementara tata nilai lama mulai ditinggalkan, maka dapat
menimbulkan berbagai gejolak, ketidakpastian, rasa cemas dan kegelisahan.
Bangsa Indonesia harus makin memantapkan kesetiaannya kepada Pancasila, dengan
cara menghayati mengamalkannya dalam segala bidang kehidupan Ekonomi, Sosial Budaya.
Kehidupan manusia tanpa mengenal Ketuhanan Yang Maha Esa pada sila yang pertama dapat
mengakibatkan mereka kehilangan nilai-nilai etik, moral dan spritual. Tanpa Kemanusiaan
yang adil dan beradab, kemajuan bidang ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi justru
akan memerosokkan nilai-nilai kemanusiaan ke dalam tempat yang rendah.
Tanpa nilai Persatuan dan Kesatuan, bangsa indonesiaakan mengalami perpecahan
dari dalam, misalnya permusuhan antar suku bangsa, antar agama atau ras. Tanpa nilai - nilai
Kedaulatan rakyat, dapat disaksikan tumbuhnya kekuatan kekuatan pemerintahan yang
sewenang - wenang yang akhirnya terjadi pertentangan antara pemerintah dan rakyat. Tanpa
nilai - nilai Keadilan sosial, dapat disaksikan kesenjangan sosial dalam masyarakat,akan
terjadi kecemburuan sosial antara sikaya dan si miskin. Lebih lanjut hal ini
dapatmenimbulkan keresahan dan perpecahan yang selanjutnya dapat membahayakan
kelestarian hidup bangsa dan negara.
Oleh sebab itu, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila mutlak harus
dihayati dan diamalkan oleh masyarakat Indonesia, agar kita dapat terhindar dari akibat -
akibat buruk yang dibawa oleh zaman tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah yang
muncul adalah Bagaimana bentuk pengamalan dari sila-sila Pancasila dalam memberikan
pelayanan kebidanan kepada pasien (klien)?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan tentang Pancasila sebagai pandangan hidup dan nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia.

2. Tujuan Khusus
a. Agar dapat memahami nilai-nilai pancasila dalam pandangan hidup bangsa Indonesia.
b. Mahasiswa mampu menerapkan nilai nilai pancasila dalam kehidupan sehari hari dan
dalam praktek kebidanan.

D. Manfaat Penulisan
1. Dapat mengerti, memahami, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia.
2. Dapat menerapkan bentuk-bentuk pengamalan sila-sila Pancasila dalam praktek kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Pancasila dalam
kehidupannya ini sering disebut sebagai dasar filsafat atau dasar falsafah negara
(philosoficche Gronslag) dari negara, idiologi negara atau (Staatsidee).
Dalam pengertian ini pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk
mengatur pemerintahan negara atau dengan lain perkataan pencasila merupakan suatu dasar
untuk mengatur penyelenggaraan negara. Konsekuensinya seluruh pelaksana dan
penyelenggara negara segala peraturan terutama segala peraturan perundang-undangan
termasuk proses reformasi dalam segala bidang dewasa ini, dijabarkan diderivasikan dari
nilai-nilai pancasila.
Maka pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, pancasila merupakn
sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional mengatur Negara Republik
Indonesia berserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah, serta pemerintahan negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asa kerokhanian yang meliputi suatu
kebatinan atau cita-cita hukum, sehingga merupakan suatu sumber nilai, norma serta kaidah,
baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukumdasar baik yang tertulis atau
Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau convensi. Dalam kehidupannya
sebagaidasar negara, pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
Secara umum dapat dirumuskan bahwa mengamalkan pancasila dalam kehidupan
shari-hari apabila kita mempunyai sikap mental, pola berfikir dan tingkah laku (amal
perbuatan) yang dijiwai sila-sila pancasila secara kebulatan, bersumber kepada pembukaan
dan batang tubuh UUD 1945, tidak bertentang dengan norma-norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan, dan adat istiadat serta tidak bertentangan dengan norma hokum
yang berlaku.
B. Ketulusan dalam Praktek Kebidanan
Bidan adalah profesi yang mulia dan tidak ringan namun dengan
profesionalisme,ketulusan dan pengabdian seorang bidan dapat mempermudah Bidan dalam
menjalankan tugas profesinya.profesi Bidan seharusnya mendapatkan penghargaan dan
perhatian untuk meningkatkan prospek kerja Bidan,dan stigma negative tentang Bidan
hendaknya dihapus,tidak adil bagi profesi dan pengabdian bidan selama ini jika kematian
dikaitkan dengan banyaknya Bidan.
Tingginya AKI dan AKB bukan sepenuhnya kesalahan Bidan,Bidan yang telah
menjalankan tugas sesuai standar profesi serta sesuai kewenanganya namun tetap teerjadi
kematian mungkin saja pengaruh komplikasi pada Bayi ataupun Ibu.Perlu dilakukan
penelitian lebih mendalam tentang penyebab utama kematian itu terjadi sehingga perlu
dilakukan program-program serta inovasi baru untuk menanggulangi AKI dan AKB agar
dicegah.
Tingginya angka kematian ini seharusnya menjadi pr bagi semua pihak bukan saja
Bidan tetapi nakes serta berbagai pihak. Langkah yang efektif yang dapat dilakukan bidan
untuk penurunan angka kematian diantaranyadeteksi dini kelainan ataupun masalah yang
dialami oleh ibu dan bayi melalui ANC, deteksi dini komplikasi kala 1,kala II,kala III serta
kala IV adalah manajemen yang efektif untuk mencegah serta antisipasi terjadinya
komplikasi yang berpotensi mengarah kepatologi hingga kematian Bidan masa depan yang
modern yang diharapkan dapat memberikan inovasi baru untuk menurunkan angka
kematian,karena seiring perkembangan zaman maka semakin berkembang dan kritisnya
pemikiran orang,dengan berkembangnya pikiran manusia ,diharapkan akan lahir Bidan-Bidan
yang cerdas serta inovativ dalam menangani masalah-masalah ibu dan anak.
Ketika Bidan menjadi sorotan public serta angka kematian Ibu dan Bayi yang
menunjukan angka yang sangat drastis mendorong saya untuk menjadi seorang Bidan masa
depan yang dapat menjadi kunci penurunan AKI dan AKB di Indonesia yang mampu
bekerja secara professional serta dapat menurunkan angka kematian Ibu dan anak.Cita-cita
tertinggi saya adalah Indonesia yang sehat serta pada tahun 2014 AKI dan AKB di Idonesia
menurun menjai 0 per 100.000 kelahiran hidup.Saya tidak ingin terkenal namun saya ingin
berguna dan dapat menyelamatkan nyawa manusia.
Banyak hal yang ingin sala lakukan ketika nanti saya menjadi Bidan di Indonesia,saya
Ingin terjun langsung kemasyarakat,mengabdi kepada masyarakat terutama untuk mengatasi
masalah-masalah kesehatan Ibu dan anak,agar Indonesia dapat menjadi rangking terakhir
AKI dan AKB di Dunia dan menjadi peringkat pertama dalam kategori kesehtan Ibu dan
Anak dan Stigma negative Bidan dapat diubah menjadi Bidan Peri penyelamat nyawa
manusia.

C. Bentuk Pengamalan dari Sila-Sila Pancasila dalam Memberikan Pelayanan Kebidanan


kepada Pasien (klien)

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila
lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan
adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Oleh kerena itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara
moral negara, moral penyelenggara negara, politik negara, pemerintah negara, hukum dan
peraturan perundang-undangan negara kebebasan hak dan asasi warga negara harus dijiwai
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Berikut bentuk pengamalan dari Nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa dalam Kebidanan :
a. Ikut mendoakan kesembuhan pasien meskipun berbeda keyakinan.
b. Ikut mendoakan pasien dalam kelancaran persalinan, nifas, dan sebagainya.
c. Memberikan kesempatan kepada pasien (klien) untuk berdoa atau sembahyang sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing sebelum dan sesudah melakukan tindakan
asuhan kebidanan.
d. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah masing-masing
jika antara bidan maupun dokter berbeda keyakinan dengan pasien.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung suatu makna bahwa hakikat
manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hakikat manusia
harus adil dalam hubungan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat
bangsa dan negara, adil terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Konsep beradab adalah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menghargai atas kesamaan
hak dan derajad tanpa membedakan suku, ras, keturunan, status sosial maupun agama. Nilai-
nilai tersebut harus dijabarkan dalam segala aspek negara termasuk juga dalam berbagai
kebijakan negara sebagai realisasi pembangunan nasional. Berikut bentuk pengamalan dari
nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab dalam Kebidanan :
a. Memberikan pelayanan dan yang adil tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya sesuai dengan
penyakit yang diderita pasien (klien).
b. Dalam merawat pasien hendaknya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian dengan tidak
memperlakukan pasien dengan semena-mena.
c. Bidan merawat pasien dengan penuh perasaan cinta, serta sikap tenggang rasa.
d. Membela pasien (Patien Advocate) pada saat terjadi pelanggaran hak-hak pasien, sehingga
pasien merasa aman dan nyaman.
e. Bidan memberikan informasi dengan jujur dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut
merasakan apa yang dialami oleh pasien
f. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasan positif dan negatif pasien dengan memberikan
waktu untuk mendengarkan semua keluhan dan perasaan pasien.

3. Persatuan Indonesia
Nilai Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini terkandung nilai bahwa nasionalisme Indonesia
adalah nasionalisme religius. Yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Yang Maha Esa,
nasionalisme yang humanistik yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk Tuhan. Berikut adalah pengamalan dari nilai-nilai Persatuan Indonesia dalam
Kebidanan :
a. Mengembangkan kerjasama sebagai tim dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
b. Mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien daripada kepentingan pribadi.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan.
Nilai Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan didasari oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila
Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Nilai yang terkandung didalamnya adalah bahwa hakikat negara adlah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Kemudian
nilai tersebut dapat dikonkritisasi dalam kehidupan bersama yaitu kehidupan kenegaraan baik
menyangkut aspek moralitas kenegaraan, aspek politik, maupun aspek hukum dan
perundang-undangan. Berikut merupakan bentuk pengamalan dari nilai-nilai Kerakyatan
Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan :
a. Sebelum melakukan tindakan perawatan kepada pasien bidan hendaknya mengutamakan
musyawarah dengan pasien dan keluarga pasien dalam mengambil keputusan.
b. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur serta
dapat dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan, mengutamakan persatuan dan kesatuan
demi kepentingan bersama.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia merupakan tujuan negara sebagai
tujuan dalam bersama. Maka nilai keadilan tersebut harus terwujud dalam keidupan bersama
(kehidupan sosial). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan
yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia
lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta hubungan manusia dengan
Tuhannya. Nilai keadilan merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam hidup
bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan kesejahteraan
seluruh warganya serta melindungi seluruh warganya dan seluruh wilayahnya mencerdaskan
seluruh warganya. Nilai- nilai keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antar negara
sesama bangsa di dunia dan prisip ingin menciptakan ketertiban hidup bersama dalam suatu
pergaulan antar bangsa di dunia. Berikut bentuk pengamalan dari nilai-nilai Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia :
a. Mengembangkan sikap adil dengan menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
terhadap semua pasien.
b. Perawatan pasien dilaksanakan dengan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-
royongan antara pasien, keluarga pasien, bidan, dokter serta tim paramedis dan medis
lainnya.
D. Pengamalan Butir-Butir Pancasila Dalam Merawat Pasien (Klien)
dalam Praktek Kebidanan

Menurut Depkes RI (dalam Onny, 1985) telah menetapkan bahwa pelayanan


perawatan dikatakan berkualitas baik apabila perawat/bidan dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar perawatan. Aspek-aspek tersebut
meliputi:
1. Aspek Penerimaan
Aspek ini meliputi sikap bidan yang selalu ramah, periang, selalu tersenyum,
menyapa semua pasien tanpa membedakan golongan, pangkat, latar belakang sosial ekonomi
dan budaya, sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai aspek
penerimaan bidan harus memiliki minat terhadap orang lain dan memiliki wawasan yang
luas.
2. Aspek Perhatian
Aspek ini meliputi sikap bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan perlu
bersikap sadar, murah hari dalam arti bersedia memberikan bantuan dan pertolongan kepada
pasien dengan sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan peka
terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap kecemasan dan ketakutan pasien.
2. Aspek Komunikasi
Aspek ini meliputi sikap bidan yang harus bisa melakukan komunikasi yang baik
dengan pasien dan keluarga pasien. Adanya komunikasi yang saling berinteraksi antara
pasien dengan bidan dan adanya hubungan baik dengan keluarga pasien.
3. Aspek Kerjasama
Aspek ini meliputi sikap bidan yang harus mampu melakukan kerja sama yang baik
dengan pasien dan keluarga pasien.
4. Aspek tanggung jawab
Aspek ini meliputi sikap bidan yang jujur, tekun dalam tugas, mampu
mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas, konsisten serta tepat dalam
bertindak.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa dasar negara Republik Indonesia. Pancasila juga
merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia, maka manusia
Indonesia menjadikan pengamalan pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan
kermasyarakatan dan kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu pengamalannya harus dimuai
setiap warga negara Indonesia, setiap penyelengara negara yang secara meluas akan
berkembang menjadi pengamalan pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan baik dipusat maupun didaerah.

2. Dalam menjalankan profesi sebagai bidan, memberikan pelayanan yang terbaik untuk
pasien merupakan sebuah kewajiban. Bukan semata-mata hanya karena uang. Ketulusan
melayani tanpa membeda- bedakan satu sama lain merupakan salah satu implementasi dari sila
yang terkandung dalam pancasila.

B. Saran
1. Uraian diatas kiranya kita dapat menyadari bahwa pancasila merupakan pandangan hidup
negara kita Republik Indonesia, maka kita harus menjunjung tinggi dan mengamalkan sila-sila
dari pancasila tersebut dengan setulus hati dan penuh rasa tanggung jawab.
2. Dalam praktek kebidanan, diharapkan bidan lebih pengamalkan nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila untuk melakukan pelayanan kebidanan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Nopirin. 1980. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila, Cet. 9. Jakarta: Pancoran
Tujuh.
Salam, H. Burhanuddin, 1998. Filsafat Pancasilaisme. Jakarta: Rineka Cipta
Notonegoro. 1995. pancasila secara ilmiah populer. Jakarta: Bumi Aksara.
Jarmanto. 1982. Pancasila Suatu Tujuan Aspek Histotis dan Sosio- politis.Yogyakarta:
Liberty.
Salam, Burhanuddin. 1985. Filsafat Pancasilaisme. Bandung: Bina Aksara.
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: paradigma

Anda mungkin juga menyukai