Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

(Isolasi Sosia)
A. Definisi Isolasi Sosial
Menurut Townsend, M.C (2011) Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana
seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang
lain.
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 2011 dikutip
Nita Fitria, 2009).
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin, 1993 dikutip Budi Keliat, 2011).
Menurut Depkes RI tahun 2000 isolasi sosial merupakan suatu gangguan hubungan
interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang
menimbulkan perilaku maladaptive dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan
sosial (Nita Fitria, 2009).
B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor tumbuh kembang
Pada masa tumbuh kembang seorang individu, ada perkembangan tugas yang
harus terpenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Tugas
perkembangan ini pada masing-masing tahap tumbuh kembang mempunyai
spesifikasi sendiri-sendiri. Bila tugas-tugas dalam perkembangan ini tidak
terpenuhi, misalnya pada fase oral dimana tugas dalam membentuk rasa saling
percaya tidak terpenuhi, akan menghambat fase perkembangan selanjutnya.
b. Faktor komunikasi keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial atau isolasi sosial. Dalam teori ini
termasuk komunikasi yang tidak jelas (double blind) dimana seorang anggota
keluarga menerima pesan yang sering bertentanggan dalam waktu bersamaan
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga untuk berhubungan di luar lingkungan
keluarga (pingit).

20
c. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan satu
faktor pendukung untuk terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini
disebabkan oleh norma yang dianut oleh keluarga yang salah, dimana setiap
anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari orang lain (lingkungan
sosial). Misalnya pada usia lanjut, penyakit kronis dan penyandang cacat. Tidak
nyata harapan dalam hubungan sosial dengan orang lain merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan hubungan sosial.
d. Faktor biologi
Faktor keturunan juga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan dalam
hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas mengalami perubahan adalah otak
misalnya : pada pasien schizofrenia terdapat abnormal dari organ tersebut adalah
atropi otak, menurunkan berat otak secara dramatis, perubahan ukuran dan bentuk
sel-sel dalam limbik dan daerah kortikol (Keliat, 1994)
Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam perasaan
yang parah. Teori ini menunjukkan rentang faktor-faktor penyebab yang mungkin
bekerja sendiri atau dalam kombinasi.
a. Faktor genetik, dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif melalui
riwayat keluarga atau keturunan.
b. Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi terjadi karena
perasaan marah yang ditujukan kepada diri sendiri.
c. Teori kehilangan objek, merujuk kepada perpisahan traumatik individu dengan
benda atau yang sangat berarti.
d. Teori organisasi kepribadian, menuraikan bagaimana konsep diri yang negatif
dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan dan penilaian
seseorang terhadap
e. Model kognitif menyatakan bahwa defresi, merupakan masalah kognitif yang
didominasi oleh evaluasi negatif seseorang terhadap diri seseorang, dunia
seseorang, dan masa depan seseorang.
f. Metode ketidak berdayaan yang dipelajari, menunjukkan bahwa bukan semata-
mata trauma menyebabkan defresi tetapi keyakinan bahwa seseorang tidak
mempunyai kendali terhadap hasil yang penting dalam kehidupannya, oleh
karena itu ia mengulang respons yang adaptif.

21
g. Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial, yang
mengasumsi penyebab defresi terletak pada kurangnya keinginan positif dalam
berinteraksi dengan lingkungan.
h. Model biologik, menguraikan perubahan kimia dalam tubuh yang terjadi
selama masa defresi, termasuk defisiensi katekolamin, disfungsi endoksin,
hipersekresi kotisol, dan variasi periodik, dem irama biologis.
2. Faktor Presipitasi
Adapun empat sumber utama stessor yang dapat menentukan gangguan alam
perasaan.
a. Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dilayangkan, termasuk kehilangan
cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena elemen aktual dan
simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka peresepsi pasien merupakan hal
yang sangat penting.
b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu episode
defresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang dihadapi
sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
c. Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi perkembangan
defresi, terutama pada wanita.
d. Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik,
seperti : infeksi, neoplasma, dan gangguan keseimbangan metabolik, dapat
mencetuskan gangguan alam perasaan diantara obat-obatan tersebut terdapat obat
antihipertensi dan penyalahgunaan zat yang menyebabkan kecanduan.
Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga sering disertai dengan
defresi. Defresi yang terdapat pada usia lanjut biasanya bersifat kompleks, karena
untuk menegakkan diagnosisnya sering melibatkan evaluasi dari kerusakan otak
organik, dan defresi klinik (Stiart & Sundeen, 1998).
C. Patopsikologi
Menurut Stuart dan Sundeen, 1999, respon setiap individu berada dalam
rentang adaptif sampai dengan maladaptive yang dapat dilihat pada bagan berikut :
Respon adaptif respon maladaptif.
1. Respon adaptif adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma norma sosial
dan kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Respon adaptif terdiri dari:

22
a. Menyendiri(Solitude): Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya
dilakukan setelah melakukan kegiatan
b. Otonomi: Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c. Bekerja sama (mutualisme): adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal
dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling tergantung (interdependen): Merupakan kondisi saling tergantung antara
individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
2. Respon maladaptive
Respon maladaptif adalah respon yang menimbulkan gangguan dengan berbagai
tingkat keparahan (Stuart dan Sundeen, 1998). Respon maladaptif terdiri dari :
a. Menarik diri: merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain
b. Manipulasi: Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu
yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak dapat
membina hubungan sosial secara mendalam.
c. Impulsif: Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan.
d. Narkisisme: Pada individu narkisisme terdapat harga diri yang rapuh, secara
terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosenetris,
pencemburuan, marah jika orang lain tidak mendukung.
e. Tergantung (dependen): terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa
percaya diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
f. Curiga: Terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang
lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tanda-tanda
cemburu, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang
kurang, dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa
emosi.
g. Perasaan tidak berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan
berhubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau mundur,
mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian terhadap
penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam perjalinan
23
terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak
sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi (Stuart dan Sudden
1998 dalam Dalami, dkk 2009, hal. 10).
D. Pathway

E. Tanda dan Gejala


Menurut Purba, dkk. (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan
dengan wawancara, adalah:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
F. Komplikasi
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi
realitas yang maladaptif, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan
tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus/ rangsangan eksternal (Keliat, 1999).
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis (Rasmun,2001) :
a. Obat anti psikotik
1) Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan tilik

24
diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi -fungsi mental: waham, halusinasi,
gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya
berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja, hubungan
sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Mekanisme kerja: Memblokade dopamine pada reseptor paska sinap di otak
khususnya sistem ekstra piramidal.
Efek samping:Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam miksi, dan defikasi, hidung
tersumbat,mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama ja
ntung),gangguan ekstra piramidal (distonia akut, akatshia,
sindromaparkinson/tremor, bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin,
metabolik, hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka
panjang.
Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung,
febris,ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran disebabkan
CNS Depresan.
2) Haloperidol (HP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi netral
serta dalam fungsi kehidupan sehari hari.
Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamine pada
reseptor paska sinaptik neuron di otak khususnya sistem limbik dan sistim
ekstra piramidal.
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan otonomik
(hipotensi, antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan
defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi,
gangguan irama jantung).
Kontra indikasi: Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung,
febris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.
3) Trihexy phenidyl (THP)
Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska ensepalitis dan
idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpin dan fenotiazine.
Mekanisme kerja: Obat anti psikosis dalam memblokade dopamin pada
reseptor p aska sinaptik nauron diotak khususnya sistem limbik dan sistem
ekstra piramidal.
25
Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor Gangguan otonomik
(hypertensi, anti kolinergik/ parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan
defikasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra oluker meninggi,
gangguan irama jantung).
Kontra indikasi:Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung,
fibris, ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran.
2. Terapi Farmakologi:
a. Terapi somatis
Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa
dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan
melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien. Walaupun yang
diberikan perlakuan fisik adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah perlakuan
klien. Jenis terapi somatik adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi, dan
fototerapi1.
1) Pengikatan : Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual
untuk membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera
fisik pada klien sendiri atau orang lain.
2) Terapi Kejang Listrik/Elektro Convulsive Therapy (ECT) : bentuk terapi
kepada klien dengan menimbulkan kejang (Grandmal) dengan mengalirkan
arus listrik kekuatan rendah (2-3 joule) melalui electrode yang ditempelkan di
bebrapa titik pada pelipis kiri/kanan (lobus frontalis) klien.
3) Isolasi adalah bentuk terapi dengan menempatkan klien sendiri di ruangan
tersendiri untuk mengendalikan perilakunya dan melindungi klien, orang lain,
dan lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin terjadi
4) Fototerapi adalah terapi yang diberikan dengan memaparkan klien pada sinar
terang 5-10 x lebih terang daripada sinar ruangan dengan posisi klien duduk,
mata terbuka, pada jarak 1,5 meter di depan klien diletakkan lampu setinggi
mata.
b. Terapi Deprivasi Tidur
Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
mengurangi jumlah jam tidur klien sebanyak 3,5 jam. Cocok diberikan pada klien
dengan depresi.
c. Terapi keluargaKeluarga merupakan sistem pendukung utama yang member
perawatan langsung pada setap keadaan (sehat-sakit) klien. Perawat membantu
26
keluarga agar mampu melakukan lima tugas kesehatan yaitu mengenal masalah
kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan, member perawatan pada
anggota keluarga yang sehat, menciptakan lingkungan yang sehat, dan
menggunakan sumber yang ada dalam masyarakat.
d. Terapi Rehabilitasi
Program rehabilitasi dapat digunakan sejalan dengan terapi modalitas lain atau
berdiri sendiri, seperti Terapi okupasi, rekreasi, gerak, dan musik.
e. Terapi Psikodrama
Psikodrama menggunakan struktur masalah emosi atau pengalaman klien dalam
suatu drama. Drama ini member kesempatan pada klien untuk menyadari
perasaan, pikiran, dan perilakunya yang mempengaruhi orang lain.
f. Terapi Lingkungan
Terapi lingkunagan adalah suatu tindakan penyembuhan penderita dengan
gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh
terhadap proses penyembuhan. Upaya terapi harus bersifat komprehensif,
holistik, dan multidisipliner.
H. Akibat Isolasi Sosial
Klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadinya resiko
perubahan sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi
realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan
tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus/rangsangan eksternal. (Keliat,1999).

27
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas Klien
Pada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien dengan masalah utama
Isolasi sosial Menarik Diri adalah : biodata yang meliputi nama, umur, bisa terjadi
pada semua jenis kelamin, status perkawinan, tangggal MRS, tangggal pengkajian, No
Rumah klien dan alamat klien dan agama pendidikan serta pekerjaan dapat menjadi
faktor untuk terjadinya penyakit Isolasi sosial pada kasus Menarik Diri.
Biasanya pasien tidak merespon bila di panggil namanya, Sering ditemukan
pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa pubertas, biasanya pasieen
bertempat tinggal pada daerah yang mudah memicu konflik, pendidikan juga
mempengaruhi karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan
memilih teman bergaul.
B. Alasan masuk rumah sakit
a. Data Primer
Keluhan biasanya adalah kontak mata kurang, duduk sendiri lalu menunduk,
menjawab pertanyaan dengan singkat, menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan
orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari hari, dependen.
b. Data Sekunder
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya akibat
adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
C. Riwayat Penyakit Sekarang dan Faktor Presipitasi
Keluhan biasanya adalah kontak mata kurang, duduk sendiri lalu menunduk,
menjawab pertanyaan dengan singkat, menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan
orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari hari, dependen.
Faktor presipitasi yang biasanya muncul antara lain kehilangan keterikatan,
peristiwa besar dalam kehidupan, peran dan ketegangan peran, dan perubahan
fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai penyakit fisik.

28
D. Faktor predisposisi
Pernah atau tidaknya mengalami gangguan jiwa, usaha pengobatan bagi klien
yang telah mengalami gangguan jiwa trauma psikis seperti penganiayaan, penolakan,
kekerasan dalam keluarga dan keturunan yang mengalami gangguan jiwa serta
pengalaman yang tidak menyenangkan bagi klien sebelum mengalami gangguan jiwa.
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan / frustrasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur
sosial.
Terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan, dicerai
suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban
perkosaan, di tuduh KKN, dipenjara tiba tiba) perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kontak mata kurang/ tidak mau menatap lawan bicara dan cenderung menarik diri
dari lingkungan pergaulan, suka melamun, berdiam diri
2. Tanda-Tanda Vital
Hasil pengukuran tada vital (TD: cenderung meningkat, Nadi: cenderung
meningkat, suhu: meningkat, Pernapasan : bertambah).
3. BB biasanya menurun dikarenakan nafsu makan yang berkurang atau bahkan
hilang nafsu makan.
F. Pengkajian Psikososial
1. Genogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16%
skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68%, saudara tiri kemungkinan 0,9-1,8%,
saudara kembar 2-15% dan saudara kandung 7-15%.
2. Konsep diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien akan
mempengaruhi konsep diri pasien. Konsep diri merupakan satu kesatuan dari
kepercayaan, pemahaman dan keyakinan seseorang terhadap dirinya yang
memperngaruhi hubungannya dengan orang lain. Pada umumnya klien dengan
Isolasi sosial pada kasus Menarik Diri mengalami gangguan konsep diri seperti :
a. Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau
tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
29
Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatip tentang tubuh.
Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan keputus asaan,
mengungkapkan ketakutan.
b. Identitas diri: Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan.
c. Peran: Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
menua, putus sekolah, PHK.
d. Ideal diri: Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya; mengungkapkan
keinginan yang terlalu tinggi.
e. Harga diri: Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri,
dan kurang percaya diri. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam
melakukan hubungan social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelempok yang diikuti dalam masyarakat. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan
kegiatan untuk ibadah (spritual).
3. Hubungan Sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun, dan
berdiam diri.
4. Spiritual
Aktivitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.
G. Status Mental
1. Penampilan
Pada klien dengan Isolasi sosial : Menarik Diri berpenampilan tidak rai, rambut
acak-acakan, kulit kotor, gigi kuning, tetapi penggunaan pakaian sesuai dengan
keadaan serta klien tidak mengetahui kapan dan dimana harus mandi.
2. Pembicaraan
Pembicaraan klien dengan Kerusakan interaksisosial Menarik Diripada umumnya
tidak mampu memulai pembicaraan, bila berbicara topik yang dibicarakan tidak
jelas atau kadang menolak diajak bicara.

30
3. Aktivitas motorik
Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam beraktifitas, kadang gelisah dan
mondar-mandir.
4. Alam perasaan
Alam perasaan pada klien dengan Isolasi sosial pada kasus Menarik Diri biasanya
tampak putus asa dimanifestasikan dengan sering melamun.
5. Afek
Afek klien biasanya datar, yaitu tidak bereaksi terhadap rangsang yang normal.
6. Interaksi selama wawancara
Klien menunjukkan kurang kontak mata dan kadang-kadang menolak untuk
bicara dengan orang lain.
7. Persepsi
Klien dengan Isolasi sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya mengalami
gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran, klien biasanya mendengar
suara-suara yang megancam, sehingga klien cenderung sering menyendiri dan
melamun.
8. Isi pikir
Klien dengan Isolasi sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya mengalami
gangguan isi pikir : waham terutama waham curiga.
9. Proses pikir
Proses pikir pada klien dengan Isolasi sosial pada kasus Menarik Diri akan
kehilangan asosiasi, tiba-tiba terhambat atau blocking serta inkoherensi dalam
proses pikir.
10. Kesadaran
Klien dengan Isolasi sosial pada kasus Menarik Diri tidak mengalami gangguan
kesadaran.
11. Memori
Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien mampu mengingat hal-
hal yang telah terjadi.
12. Konsentrasi dan berhitung
Klien dengan Isolasi sosial pada kasus Menarik Diri pada umumnya tidak
mengalami gangguan dalam konsentrasi dan berhitung.
13. Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami gangguan dalam penilaian
31
14. Daya tilik diri
Klien mengalami gangguan daya tilik diri karena klien akan mengingkari
penyakit yang dideritanya.
H. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
2. BAB / BAK
3. Kemampuan klien menggunakan dan membersihkan WC kurang. Klien mampu
BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan
merapikan pakaian.
4. Mandi
Klien dengan Isolasi sosial pada kasus Menarik Diri bisanya tidak memiliki minat
dalam perawatan diri (mandi). Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien
terlihat rapi
5. Istirahat dan tidur
Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar
rumah
I. Mekanisme Koping
Koping yang digunakan klien adalah proyeksi, menghindar dan kadang-kadang
mencedrai diri.
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada
orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri). Mekanisme koping
yang sering digunakan pada klien menarik diri adalah regresi, represi, dan isolasi.
J. Masalah psikososial dan lingkungan
Klien mendapat perlakuan yang tidak wajar dari lingkungan seperti klien
direndahkan atau diejek karena klien menderita gangguan jiwa.
K. Aspek pengetahuan
Klien dengan Isolasi sosial pada kasus Menarik Diri, kurang mengetahuan
dalam hal mencari bantuan, faktor predisposisi, koping mekanisme dan sistem
pendukung dan obat-obatan sehingga penyakit klien semakin berat.
L. Aspek medic
Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan yang digunakan oleh klien selama
perawatan.

32
M. Diagnosa keperawatan
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Koping individu infektif
3. Harga diri rendah
4. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
N. Intervensi Keperawatan
1. Tujuan umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
2. Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi
terpeutik
2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilikiklien.
Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif.
Utamakan memberi pujian yang realistik.
b. Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki
Tindakan :
Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit
Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkn penggunaannya.
c. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampun yang
dimiliki
Tindakan :
Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
d. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya
Tindakan :
Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
Beri pujian atas keberhasilan klien
33
Diskusikan kemungkinan pelaksanan di rumah
e. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah
Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

34
DAFTAR PUSTAKA

Townsend M. C, (2011). Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri, Pedoman


untuk Pembuatan Rencana Keperawatan , Edisi V. Jakarta : EGC.
Keliat,Anna Budi S.Kp. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia..
Stuart and Sundeen (2006), Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa, alih bahasa Hapid
AYS, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

35

Anda mungkin juga menyukai