Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

(Harga Diri Rendah)


A. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2005).
Individu cenderung untuk menilai dirinya negative dan merasa lebih rendah dari orang
lain (Depkes RI, 2000).
Gangguan harga diri situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu ( korban perkosaan, ditubuh KKN, dipenjara tiba-tiba ). Pada klien yang
dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena:
1. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya: pemeriksaan fisik yang sembarangan,
pemasangan alat yang tidak sopan ( pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan
perineal ).
2. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/
sakit/penyakit.
3. Perlakuan petugas kesehatan yang yidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan
dilakukan tanpa penjelasan, tanpa persetujuan. Kondisi ini banyak ditemukan pada klien
gangguan fisik.
Gangguan harga diri kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
lama, yaitu sebelum sakit atau dirawat. Klien mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini
mengakibatkan respon yang maladaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan
fisik yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.
B. Etiologi
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang tidak efektif
akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system pendukung kemunduran
perkembangan ego, pengulangan umpan balik yang negatif, difungsi system keluarga serta
terfiksasi pada tahap perkembangan awal (Townsend, M.C. 1998 : 366).
Menurut Carpenito, L.J (1998 : 82) koping individu tidak efektif adalah keadaan
dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan
dalam mengalami stessor internal atau lingkungan dengan adekuat karena ketidakkuatan
sumber-sumber (fisik, psikologi, perilaku atau kognitif).
C. Patofisiologi
Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan hidup akan gagal menerima
tanggung jawab untuk diri sendiri dan orang lain. Ia akan tergantung pada orang tua dan
gagal mengembangkan kemampuan sendiri ia mengingkari kebebasan mengekspresikan
sesuatu termasuk kemungkinan berbuat kesalahan dan menjadi tidak sabar, kasar dan
banyak menuntut diri sendiri, sehingga ideal diri yang ditetapkan tidak tercapai. Sedangkan
stressor yang mempengaruhi harga diri rendah dan ideal diri adalah penolakan dan kurang
penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh yang tidak tepat, misalnya
terlalu dilarang, dituntut, dituruti, persaingan dengan saudara. Kesalahan dan kegagalan
yang terulang, cita-cita yang tidak tercapai, gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.
Harga diri rendah dapat terjadi karena adanya kegagalan atau berduka disfungsional dan
individu yang mengalami gangguan ini mempunyai koping yang tidak konstruktif atau
kopingnya maladaptive. Resiko yang dapat terjadi pada individu dengan gangguan harga
diri rendah adalah isolasi sosial: menarik diri karena adanya perasaan malu kalau
kekurangannya diketahui oleh orang lain. ( Stuart dan Sundeen, 1998 )

D. Pathway

E. Rentang Emosi

Rentang emosi HDR meliputi (Stuart dan Sunden, 1998 dikutip Ernawati dalam 2009):
1. Respon adaptif
a. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
b. Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman yang positif
dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari
dirinya.
2. Respon maladaptif
a. Harga diri rendah adalah individu yang cenderung untuk menilai dirinya yang negatif
dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b. Kerancuan identitas adalah identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak
memberikan kehidupan dalam mencapai tujuan
c. Depersonalisasi (tidak mengenal diri) tidak mengenal diri yaitu mempunyai
kepribadian yang kurang sehat, tidak mampu berhubungan sengan orang lain secara
intim. Tidak ada rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan baik dengan
orang lain
Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah juga dipengaruhi beberapa factor
predisposisi seperti factor biologis, psikologis, social dan cultural. Factor biologis biasanya
karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat mempengaruhi kerja hormone secara umum,
yang dapat pula berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi dan pada pasien
depresi kecenderungan harga diri rendah semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh
pikiran-pikiran negative dan tidak berdaya. Struktur otak yang mungkin mengalami
gangguan pada kasus harga diri rendah adalah :
1. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien dengan harga diri rendah
yang kadang berubah seperti sedih, dan terus merasa tidak berguna atau gagal terus
menerus.
2. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena melihat kondisi klien
dengan harga diri rendah yang membutuhkan lebih banyak motivasi dan dukungan dari
perawat dalam melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama dengan
perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan latihan yang telah dijadwalkan
tersebut.
3. Thalamus, system pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk mengatur arus informasi
sensori yang berhubungan dengan perasaan untuk mencegah berlebihan dikorteks.
kemungkinan pada klien dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus
ini maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau dipilah sehingga
menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan negative yang ada selalu mendominasi
pikiran dari klien.
4. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
F. Manifestasi klinik
Menurut Carpenito, L.J (2003 : 352); Keliat, B.A (2001 : 20)
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan terhadap
penyakit. Misalnya malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi
sinar pada kanker
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalnya : ini tidak akan terjadi jika saya segera ke
rumah sakit, menyalahkan/ mengejek dan mengkritik diri sendiri.
3. Merendahkan martabat seperti mengatakan saya tidak bisa, saya tidak mampu, saya
orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
4. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin bertemu dengan orang
lain, lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang sehingga klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
6. Mencederai diri karena harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin
klien ingin mengakhiri kehidupan.
G. Komplikasi
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu
bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial menarik
diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang maladaptif,
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes RI, 1998 : 336).
Koping individu pasien harga diri rendah tidak efektif, menyebabkan klien tidak mau
bergaul dengan orang lain sehingga muncul perilaku maladaptif lainnya seperti isolasi
sosial: menarik diri, yang menyebabkan klien asik dengan dunianya dan pikirannya sendiri
sehingga dapat muncul gangguan persepsi sensori: halusinasi, perilaku mencederai diri, dan
resiko perilaku kekerasan, sebagai akibat dari kondisi pada klien yang tidak dilakukan
intervensi lebih lanjut (Damaiyanti, 2012).
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan
Keliat (2001) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri yaitu :
a. Memberi kesempatan untuk berhasil
b. Menanamkan gagaasan
c. Mendorong aspirasi
d. Membantu membentuk koping
2. Penatalaksanaan medikametosa
a. Clorpromazine (CPZ) dengan indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, ganggua
perasaan dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan melakukan aktivitas
rutin. Efek saampingnya sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.
b. Haloperidol ( HPL ) dengan indikasi berdaya berat dalam kemampuan menilai
realitaas dalaam fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari. Efek sampingnya
sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.
c. Trihexyphenidyl ( THP) dengan indikasi segala jenis penyakit Parkinson, termasuk
pascaa enchepalitis dan idiopatik. Efek sampingnya hypersensitive terhadap
trihexyphenidyl, psikosis berat, psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna.
3. Penatalaksanaan terapi
a. Terapi okupasi / rehabilitasi
Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan
aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang direncanakan
sesuai tujuan (Seraquel, 2004 )
b. Psikoterapi
Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan
individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk
mengembalikan penderita ke masyarakat (Seraquel, 2004)
c. Terapi psikososial
Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus
ditujukan padaa kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu
dikembangkan terapi berorientasi keluarga, yang diarahkan untuk strategi penurunan
stress dan mengatasi masalah dan perlibatan kembali pasien kedalam aktivitas.
d. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial
dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples.
Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005).
KONSEP DASAR ASKEP
A. Pengkajian
1. Identitas
Biasanya pasien umur terjadi diatas usia balita tahun. Harga diri rendah dapat
dialami laki-laki atau perempuan. Semakin tinggi pendidikan dan pekerjaan yang
dimiliki semakin besar resiko harga diri rendah. Seseorang dikatakan menderita HDR
dan perlu penanganan bila telah 6 bulan terdapat faktor presipitasi
2. Alasan masuk
a. Data primer
Biasanya klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
b. Data sekunder
Biasanya keluarga mengatakan lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup
3. Faktor predisposisi
Beberapa faktor pendukung terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang
(Stuart dan Sundeen, 1998) yaitu :
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan yang
tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang tanggung jawab pribadi,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran yaitu peran yang tidak sesuai dengan
jenis kelamin, pekerjaan dan budaya.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal meliputi ketidakpercayaan orang lain,
tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan dalam struktusr sosial.
4. Faktor presipitasi
Beberapa stressor pencetus perubahan dalam konsep diri seseorang (Stuart dan
Sundeen, 1998), yaitu :
a. Trauma, seperti penganiayaan seksual/psikologis dan menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi diharapkan dimana individu
mengalaminya sebagai frustasi karena peran tersebut bertentangan dengan hatinya.
5. Pemeriksaan fisik
a. TTV
Biasanya saat tekanan darah menurun, takikardi, brandipnea, penurunan suhu
b. BB dan TB
Biasaya BB dan TB perpengaruh pada proposional tubuh
c. Keluhan fisik
Keluhan yang menyertai harga diri rendah tidak memiliki keluhan fisik
6. Psikososial
a. Genogram
Pada genogram biasanya ada terlihat ada anggota keluarga yang mengalami
kelainan jiwa, pada komunikasi klien terganggu begitupun dengan pengambilan
keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
1) Citra diri
Biasanya penampilan diam, melamun (catatonic), berhenti bicara (halting),
cemas, tegang atau perlambatan gerakan saat di khalayak umum.
2) Identitas diri
Biasanya klien harga diri rendah menganggap dalam masyarakat banyak
batasan hanya boleh dilakukan gender tertentu atau menganggap batasan dalam
dirinya tidak memberi kesempatan untuk bersosialisasi
3) Peran
Biasanya sulit melakukan perannya karena anggapan batasan yang ada
sehingga memunculkan masalah sosio-ekonomi.
4) Ideal diri
Biasanya klien mengharapkan untuk melakukan sesuatu harus memiliki
kesempurnaan dan dukungan luar biasa khalayak umum.
5) Harga diri
Biasanya merasa rendah diri karena harapan yang seharusnya tercapai tetapi
tak tercapai atau beban sosio-psikologi yang diberikan seseorang atau masyarakat
umum
c. Hubungan sosial
Biasanya sulit menjalin komunikasi dengan khalayak umum akibat cemoohan
orang, lingkugan yang kurang responsif atau stressor lingkungan untuk bermusuhan
tinggi
d. Spiritual
Kepercayaan pada agama dapat memberi kenyamanan untuk berdoa,
memberikan banyak kekuatan untuk mengatasi ketidaknyamanan yang datang (Potter
& Perry, 1993). Kepercayaan agama tanpa kesungguhan bermakna atau kurang, maka
individu atau klien sulit mengalihkan keterbatasan yang ada.
7. Status mental
a. Pembicaraan
Klien biasanya terlihat bicara cepat dan suatu waktu membisu
b. Aktivitas motorik
Klien biasanya terlihat lesu dan tegang
c. Alam perasaan
Klien biasanya merasa khawatir tiba-tiba ada sesuatu yang membuatnya malu
d. Afek dan emosi
Klien biasanya merasa cemas karena rasa malu dan keterbatasan yang dirasa.
8. Persepsi sensori
Klien harga diri rendah bila tidak cepat mendapat intervensi lanjut klien asik
dengan dunianya dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul gangguan persepsi
sensori: halusinasi karena isolasi diri
9. Proses pikir (isi pikir)
Klian biasanya merendahkan, menghina dirinya sendiri, menyalahkan dirinya
terhadap segala usaha yang dan akan dilakukan
10. Daya tarik diri
Klien selalu mengingkari penyakit yang dideritanya dan mencoba menutupinya
11. Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan memenuhi kebutuhan
b. Kehidupan sehari-hari
c. Kemampuan klien lain-lain
d. Sistem pendukung klien
e. Penikmatan saat bekerja/kegiatan produktif/hobi
f. Kegiatan dalam dan luar rumah
12. Mekanisme koping
Mekanisme koping pada masalah gangguan konsep diri harga diri rendah meliputi
pertahanan jangka pendek dan pertahanan jangka panjang serta mekanisme ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan (Stuart dan
Sundeen, 1998 )
a. Koping jangka pendek
1) Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara dari krisis, misalnya
menonton TV, dan olah raga.
2) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara, misalnya ikut
kegiatan social politik dan agama.
3) Aktivitas yang memberikan kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep
diri, misalnya aktivitas yang berkompetensi yaitu pencapaian akademik atau olah
raga.
4) Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah identitas menjadi
kurng berarti dalam kehidupan, misalnya penyalahgunaan zat.
b. Koping jangka panjang
1) Penutupan identitas
Adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang yang penting bagi
individu tampa memperhatikan keinginan aspirasi dan potensi individu.
2) Identitas negative
Asumsi identitas tidak wajar untuk di terima nilai-nilai dan harapan masyarkat
c. Pertahanan Ego
1) Fantasi, yaitu kemampuan tanggapan dimiliki menetapkan tanggapan baru.
2) Disosiasi, yaitu respon yang tidak sesuai dengan stimulus.
3) Isolasi, yaitu menarik diri dari interaksi dengan dunia luar.
4) Projeksi, yaitu kelemahan diri sendiri dilontarkan pada orang lain.
5) Displacement, yaitu mengeluarkan perasaan tertekan pada orang yang kurang
mengancam atau kurang menimbulkan reaksi emosi.
Skor penilaian perkembangan mekanisme koping
Skor Keterangan Karakteristik
0 Tak ada Tak cukup informasi
Sangat Menyelesaikan masalah dengan mekanisme pertahanan ego disertai
1
berat perilaku menciderai diri
Menyelesaikan masalah dengan memakai mekanisme pertahanan
2 Berat
ego
Tak mampu menyelesaikan masalah dengan cara adaptif meskipun
3 Sedang
dibantu orang lain
Mampu menyelesaikan masalah dengan cara adaptif dengan
4 Ringan
bantuan orang lain

13. Masalah psikososial dan lingkungan


Masalah mungkin berhubungan dengan pasien harga diri rendah seperti dukungan
sosial/kelompok, lingkungan sosial, pendidikan, pekerjaan, ekonomi, pelayanan
kesehatan, dan sistem hukum
14. Aspek pengetahuan
Biasanya tidak seberapa tahu tentang penyakitnya, berusaha menyangkal segala
anggapan tentang penyakitnya, dan kegagalan mekanisme koping
15. Aspek medis
Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan digunakan klien selama perawatan.
16. Daftar diagnosa keperawatan
a. Gangguan konsep diri:HDR
b. Perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial:Menarik diri
d. Keputusasaan
B. Rencana Tindakan Kperawatan
Dx Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Gangguan TUM: Klien
konsep diri: memiliki konsep
harga diri diri yang positif
rendah. TUK:
1. Klien dapat 1. Setelah kali Bina hubungan saling percaya dengan Mendekatkan perawat dan klien
membina interaksi, klien meng-gunakan prinsip komunikasi
hubungan menunjukkan terapeutik :
saling percaya eskpresi wajah 1. Sapa klien dengan ramah baik
dengan bersahabat, verbal maupun non verbal.
perawat. menun-jukkan 2. Perkenalkan diri dengan sopan.
rasa senang, ada 3. Tanyakan nama lengkap dan nama
kontak mata, panggilan yang disukai klien.
mau berjabat 4. Jelaskan tujuan pertemuan.
tangan, mau 5. Jujur dan menepati janji.
menyebutkan 6. Tunjukan sikap empati dan
nama, mau menerima klien apa adanya.
menjawab 7. Beri perhatian dan perhatikan
salam, klien mau kebutuhan dasar klien.
duduk
berdampingan
dengan perawat,
mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi.

2. Klien dapat 2. Setelah kali 1. Diskusikan dengan klien tentang: Membantu menemukan kepercayaan
mengidentifik interaksi klien a. Aspek positif yang dimiliki klien, diri yang dimiliki
asi aspek menyebutkan: keluarga, lingkungan.
positif dan a. Aspek positif b. Kemampuan yang dimiliki klien.
kemampuan dan 2. Bersama klien buat daftar tentang: Membantu menemukan kepercayaan
yang dimiliki. kemampuan a. Aspek positif klien, keluarga, diri yang dimiliki
yang dimiliki lingkungan.
klien. b. Kemampuan yang dimiliki klien.
b. Aspek positif 3. Beri pujian yang realistis, hindarkan Membantu menemukan kepercayaan
keluarga. memberi penilaian negatif. diri yang dimiliki
c. Aspek positif
lingkung-an
klien.
3. Klien dapat 3. Setelah kali 1. Diskusikan dengan klien Menjaga klien tetap koperatif
menilai interaksi klien kemampuan yang dapat
kemampuan menyebutkan dilaksanakan.
dimiliki untuk kemampuan 2. Diskusikan kemampuan yang dapat Menjaga klien tetap koperatif
dilaksanakan yang dapat dilanjutkan pelaksanaannya.
dilaksanakan.
4. Klien dapat 4. Setelah kali 1. Rencanakan bersama klien aktivitas Klien merasa dilibatkan
merencanakan interaksi klien yang dapat dilakukan setiap hari
kegiatan membuat sesuai kemampuan klien:
sesuai dengan rencana kegiatan a. kegiatan mandiri.
kemampuan harian b. kegiatan dengan bantuan.
yang dimiliki 2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi
klien.
3. Beri contoh cara pelaksanaan Menjaga klien tetap koperatif
kegiatan yang dapat klien lakukan.
Dapat melakukannya dengan benar
5. Klien dapat 5. Setelah kali 1. Anjurkan klien untuk melaksanakan Merealisasi rencana yang dbapakat
melakukan interaksi klien kegiatan yang telah direncanakan.
kegiatan melakukan 2. Pantau kegiatan yang dilaksanakan Kegiatan dapat berjalan lancar
sesuai rencana kegiatan sesuai klien.
Meningkatkan kepercayan diri klien
yang jadual yang 3. Beri pujian atas usaha yang
dbapakat. dbapakat. dilakukan klien. Melanjutkan terapi secara
4. Diskusikan kemungkinan berkelanjutan
pelaksanaan kegiatan setelah
pulang.
6. Klien dapat 6. Setelah kali 1. Beri pendidikan kesehatan pada Mendukung terapi secara berkelanjutan
memanfaatkan interaksi klien keluarga tentang cara merawat klien
sistem pendu- memanfaatkan dengan harga diri rendah.
kung yang ada. sistem 2. Bantu keluarga memberikan Mengefektifkan terapi
pendukung yang dukungan selama klien di rawat.
ada di keluarga. 3. Bantu keluarga menyiapkan Melanjutkan terapi secara
lingkungan di rumah. berkelanjutan
C. Implementasi Keperawatan
Beberapa petunjuk pada pelaksanaan / implementasi adalah :
1. Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi
2. Keterampilan interpersonal, intelektual, teknikal, dilakukan cermat dan efisien
3. Keamanan fisik dan psikologis dilindungi
4. Dokumentasi intervensi dan respon klien
D. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi masalah harga diri rendah diharapkan klien:
1. Ancaman integritas fisik atau harga diri rendah klien berkurang
2. Perilaku klien menunjukan kemajuan menerima, menghargai dan meyakini diri sendiri
3. Sumber koping yang adekuat sudah dimiliki klien dan digunakannya
4. Klien dapat memperluas kesadaran diri, menyelidiki dan mengevaluasi diri
5. Klien menggunakan respon koping yang adatif
6. Klien sudah mempelajari strategi baru untuk beradaptasi, dan meningkatkan aktualisasi
diri
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,L.J.1998.Buku Saku Keperawatan(Terjemahan).EGC.Jakarta
Herdman, T Heather. 2012. Nanda 2012-2014Penerbit Buku Kedokteran EGC:.Jakarta

Keliat BA.,Dkk.2001.Proses Keperawatan Jiwa Ed I.EGC.Jakarta


Stuart.G.W & Sundeen.S.J .1998.Buku Saku Keperawatan Jiwa (Teijemahan).Ed
3.EGC.Jakarta
Townsend.M.C.1998.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatrik (Terjemahan).Ed
3.EGC.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai