Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

EFEKTIVITAS METODE PERENDAMAN BUAH POHON KARET


UNTUK MENGHILANGKAN ZAT BERACUN

BIDANG KEGIATAN
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:

Hendri Gunawan 4142210007 2014


Rendi Meilano 4142210008 2014
Devi Yuri Astira 4141210007 2014

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


MEDAN
2017

i
PENGESAHAN PKM-KARSACIPTA

1. Judul Kegiatan : Efektivitas Metode Perendaman


Buah Pohon Karet Untuk
Menghilangkan Zat Beracun
2. Bidang Kegiatan : PKM-P
3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Hendri Gunawan
b. NIM : 4142210008
c. Jurusan : Kimia
d. Universitas/Institut/Politeknik : Universitas Negeri
e. Alamat Rumah dan No Tel./HP : jl flamboyan raya blog j no 18/
082168055653
f. Email :hendrigunawan11995@gmail.vom
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 3 (tiga) Orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar :
b. NIDN/NIDK :
c. Alamat Rumah dan No Tel./HP :
6. Biaya Kegiatan Total
a. Kemenristekdikti : Rp. 7.000.000,00
b. Sumber lain :-
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : Bulan

Medan, 10 Oktober 2017


Menyetujui
Wakil/Pembantu Dekan atau Ketua Pelaksana Kegiatan,
Ketua Jurusan/Departemen/Program Studi/
Pembimbing Unit Kegiatan Mahasiswa

( (HENDRI GUNAWAN)
NIP/NIK. NIM. 4142210007

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan/ Dosen Pendamping,


Direktur Politeknik/Ketua Sekolah Tinggi,

( (
NIP/NIK. NID.

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah ...................................................................................1
1.3. Tujuan ........................................................................................................1
1.4. Luaran yang Diharapkan ............................................................................1
1.5. Manfaat ......................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Biji Karet ....................................................................................................2
2.2. Teknik Reduksi HCN .................................................................................5
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
3.1. Tempat dan Waktu .....................................................................................6
3.2. Alat dan Bahan ...........................................................................................6
3.3. Tahap Pelaksanaan .....................................................................................6
3.3.1. Tahap Persiapan ....................................................................................6
3.3.3. Tahap Pengujian ...................................................................................6
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1. Anggaran Biaya .........................................................................................7
4.2. Jadwal Kegiatan .........................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................8

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi
dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20
tahun terakhir terus meningkat dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta
ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Produksi karet secara
nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2 juta ton (Anwar, 2006).
Hariyono (1996) menyatakan bahwa, setiap hektar tanaman karet dapat
menghasilkan biji karet antara 0.8-1.2 ton/tahun pada tanaman yang telah berumur
lebih dari 10 tahun sehingga produksi biji karet Indonesia setiap tahun sebesar
2.7-4.1 juta ton. Produksi bungkil biji karet Indonesia dengan proses pengepresan
mekanik adalah sekitar 0.93-1.41 juta ton/tahun.
Selama ini biji karet dijadikan untuk pakan ternak, pellet pakan ikan dan
belum dicoba sebagai bahan makanan. Hal tersebut dikarenakan kandungan racun
dari zat sianida yang terkandung di dalamnya yang sangat berbahaya bagi tubuh
manusia dan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, perlu dilakukannya
penghilangan dari zat beracun sianida tersebut agar biji karet dapat dijadikan
bahan makanan.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, didapat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Berapa banyak kadar zat sianida yang terkandung dalam biji karet yang akan
dijadikan bahan makanan?
2. Bagaimana efektivitas metode perendaman untuk menghilangkan kadar zat
sianida dalam biji karet yang akan dijadikan bahan makanan?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari program ini
adalah:
1. Mengetahui kadar zat sianida yang terkandung dalam biji karet yang akan
dijadikan bahan makanan.
2. Mengetahui efektivitas metode perendaman untuk menghilangkan kadar zat
sianida dalam biji karet yang akan dijadikan bahan makanan.

1.4. Luaran yang Diharapkan


Luaran yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Artikel Ilmiah.
2. Metode dengan kondisi yang tepat untuk menghilangkan zat sianida dalam biji
karet.

1
1.5. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan kondisi untuk metode penghilangan kadar zat sianida dalam biji
karet.
2. Memanfaatkan potensi biji karet sebagai salah satu bahan alternatif pangan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biji Karet


Karet mampu memproduksi biji kaya protein serta memiliki ongkos
produksi yang murah. Hal tersebut karena ketersedian biji tanaman karet tersedia
banyak di Indonesia, dimana Indonesia merupakan negara dengan tanaman karet
terluas didunia (. Setiawan) , selama ini biji karet hanya dimanfaatkan sebagai
bibit tanaman saja, selebihnya dibiarkan terbuang tanpa pemanfaatan. Karet
merupakan produk perkebunan yang hingga saat ini dimanfaatkan getah dan
batangnya saja. Biji karet belum dimanfaatkan secara maksimal, selain sebagai
bibit tanaman saja, selebihnya dibiarkan terbuang tanpa pemanfaatan (Muchtadi,
D.1985). Kandungan protein yang terdapat pada biji karet juga hampir sama bila
dibandingkan dengan kedelai dan beberapa tanaman komersil lainnya (Giok L T,
Samsudin, Husaini and Tarwotjo. 1967 ) Selain itu ketersediaan biji tanaman karet
sangat tinggi di indonesia, karena indonesia merupakan negara penghasil karet
terbesar didunia.

Luas Tanaman dan Produksi Kelapa Sawit Tanaman Perkebunan Rakyat menurut
Kabupaten, 2014

TBM TM TTM Jumlah (ton)


Kabupaten
1. N i a s - - - - -
11 16
2. Mandailing Natal 4 210,00 23 49 625,00
985,00 218,00
3. Tapanuli Selatan 2 202,00 2 945,00 35 5 182,00 12 325,00
4 . Tapanuli Tengah 1 602,00 1 677,00 34 3 313,00 6 225,00
5. Tapanuli Utara 10 13 11 34 18
6. Toba Samosir 145 512 11 668 829
Produksi
Kabupaten/Kota Luas Tanaman (ha)
TBS

2
31 34
7. Labuhanbatu 2 785,00 82 123 625,00
845,00 712,00
66 1 74
8. A s a h a n 7 018,00 172 591,00
222,00 592,00 832,00
25 29
9. Simalungun 3 385,00 70 114 100,00
585,00 040,00
10.D a i r i 37 118 16 171 300
11.K a r o 586 795 12 1 393,00 1 900,00
2 11 14
12.Deli Serdang 86 42 762,00
7096,00 784,00 666,00
39 46
13.L a n g k a t 6 300,00 421 146 521,00
570,00 291,00
14.Nias Selatan 670 26 5 701 32
15.Humbang
52 180 25 257 150
Hasundutan
16.Pakpak Bharat 143 1 168,00 83 1 394,00 1 191,00
17.Samosir - - - - -
10 12
18.Serdang Bedagai 1 945,00 35 40 885,00
706,00 686,00
19.Batu Bara 2 258,00 6 272,00 370 8 900,00 24 685,00
20.Padang Lawas 17 27
9 365,00 120 68 421,00
Utara 529,00 014,00
25 32
21.Padang Lawas 7 000,00 80 101 000,00
830,00 910,00
22.Labuhanbatu 40 42
1 762,00 608 142 421,00
Selatan 170,00 540,00
59 64
23.Labuhanbatu Utara 4 632,00 624 192 222,00
660,00 916,00

Salah satu persyaratan suatu bahan dapat digunakan sebagai bahan baku
pakan adalah ketersediaannya yang melimpah, harganya relatif murah, mudah
dicerna oleh ternak, mempunyai kandungan nutrisi yang baik (protein) dan tidak
berkompetisi dengan manusia. Biji karet dapat digunakan sebagai salah satu
kandidat bahan baku pakan ternak. Biji karet atau para (Hevea brasilliensis) di
Indonesia saat ini masih merupakan produk sampingan yang dapat dikategorikan
belum bermanfaat karena baru sebagian kecil yang digunakan sebagai bibit. Setiap
pohon diperkirakan dapat menghasilkan 5.000 butir biji per tahun atau satu hektar
lahan dapat menghasilkan 2.253 sampai 3 juta biji /tahun (ARTCONANG, 1986).
Komposisi kimia daging biji karet adalah bahan kering 92,22%; protein kasar
19,20%; lemak kasar 47,20%; serat kasar 6,00%; abu 3,49%; BETN 24,11%; dan
HCN 573,72 ppm.

3
ARTCONANG, D. 1986. Kemungkinan Pemanfaatan biji karet dalam
Rasum makanan ternak. J. Penelitian Pengembangan Pertanian V(3)Biji karet atau
para (Hevea brasilliensis) di Indonesia saat ini masih merupakan produk
sampingan yang dapat dikategorikan belum bermanfaat karena baru sebagian kecil
yang digunakan sebagai bibit. Setiap pohon diperkirakan dapat menghasilkan
5.000 butir biji per tahun atau satu hektar lahan dapat menghasilkan 2.253 sampai
3 juta biji /tahun (ARTCONANG, 1986). Komposisi kimia daging biji karet
adalah bahan kering 92,22%; protein kasar 19,20%; lemak kasar 47,20%; serat
kasar 6,00%; abu 3,49%; BETN 24,11%; dan HCN 573,72 ppm.
Biji karet memiliki kandungan gizi terutama protein yang berpotensi
dimanfaatkan sebagai bahan baku pangan (Eka et al. 2010). Pemanfaatan biji karet
sebagai bahan pangan belum optimal digunakan. Melimpahnya biji karet di
Kabupaten Bengkulu Utara merupakan salah satu modal untuk meningkatkan
industri pangan kreatif di kabupaten tersebut. Salah satu kendala kurang
optimalnya pemanfaatan biji karet sebagai bahan pangan adalah adanya asam
sianida (HCN) yang terkandung dalam biji karet. Penelitian terkait teknik reduksi
HCN telah dilakukan sebelumnya (Ukpebor et al. 2007; Eka et al. 2010; Salimon
et al. 2012; Rivai dan Herwitarahman 2014).

Komposisi proksimat Kandungan (%)


Air (%) 3,6
Abu (%) 3,4
Protein (%) 27,0
Lemak (%) 32,3
BETN (%) 33.7
Tiamin (g) 450,0
Asam nikotinat (g) 2,5
Akroten dan Tokoferol (g) 250,0
Sianida (mg) 330,0
Sumber: Murni et al. (2008)

Tabel 2. Analisis proksimat tepung biji karet dari alam dan budidaya (berat
kering)
Komposisi (%) Biji karet alam Biji karet budidaya
Kadar Air 14,1 7,0 2,6 0,4
Kadar abu kasar 9,7 2,5 2,3 0,2
Kadar protein kasar 10,3 1,7 21,9 1,2
Kadar lemak kasar 6,4 1,1 15,8 1,9
BETN 73,7,4 5,1 65,1 5,2
Sumber: Oyewusi et al. (2007).

Tabel 3. Susunan asam amino tepung biji karet dari alam dan budidaya (g/kg

4
protein)
Asam Amino Biji karet alam Biji karet budidaya
Glutamic acid (Glu) 93.10 112.50
Aspartic acid (Asp) 76.00 80.40
Leucine (Leu) 51.60 71.90
Arginine (Arg) 46.00 51.10
Lysine (Lys) 39.50 49.90
Phenylalanine (Phe) 38.90 49.00
Glycine (Gly) 32.60 40.10
Valine (Val) 31.70 38.30
Isoleucine (Iso) 30.10 35.10
Tyrosine (Try) 29.00 33.80
Serine (Ser) 21.00 30.20
Alanine (Ala) 17.80 23.90
Histidine (His) 20.10 23.50
Threonine (Thr) 20.50 23.30
Proline (Pro) 20.20 18.10
Methionine (Met) 10.70 14.90
Cystine (Cys) 9.90 14.60
Sumber: Oyewusi et al. (2007).

Salah satu persyaratan suatu bahan dapat digunakan sebagai bahan baku
pakan adalah ketersediaannya yang melimpah, harganya relatif murah, mudah
dicerna oleh ternak, mempunyai kandungan nutrisi yang baik (protein) dan tidak
berkompetisi dengan manusia. Biji karet dapat digunakan sebagai salah satu
kandidat bahan baku pakan ternak.
Biji karet atau para (Hevea brasilliensis) di Indonesia saat ini masih
merupakan produk sampingan yang dapat dikategorikan belum bermanfaat karena
baru sebagian kecil yang digunakan sebagai bibit. Setiap pohon diperkirakan
dapat menghasilkan 5.000 butir biji per tahun atau satu hektar lahan dapat
menghasilkan 2.253 sampai 3 juta biji /tahun (ARTCONANG, 1986). Komposisi
kimia daging biji karet adalah bahan kering 92,22%; protein kasar 19,20%; lemak
kasar 47,20%; serat kasar 6,00%; abu 3,49%; BETN 24,11%; dan HCN 573,72
ppm.

2.2. Teknik Reduksi Sianida


Teknik reduksi asam sianida pada biji karet merujuk pada penelitian yang telah
dilakukan oleh Rivai dan Herwitarahman (2014). Biji karet yang telah
dikumpulkan dari perkebunan rakyat, diseleksi terlebih dahulu. Proses
penyeleksian dengan cara menjatuhkan biji karet ke lantai, biji karet yang
memantul dipilih untuk proses selanjutnya. Ektraksi biji karet menggunakan alat
bantu berupa palu atau batu. Biji karet yang telah terpisah dengan kulitnya, dibagi

5
dua secara vertikal. Biji karet direbus dalam air mendidih ( 1000C) selama 15
menit dilanjutkan dengan perendaman dalam air selama 24 jam dan penggantian
air rendaman setiap 6 jam. Teknik ini dapat mereduksi kadar HCN sehingga aman
untuk dikonsumsi manusia (HCN < 3 mg/kg). Teknik reduksi HCN pada biji karet
dapat juga melalui beberapa metode. Pemanasan merupakan salah satu cara untuk
menurunkan kadar HCN pada biji karet (Salimon et al. 2012). Ukpebor et al.
(2007) melaporkan bahwa dengan adanya tambahan miselium cendawan
Pleurotus tubberagium pada bubur biji karet, terbukti dapat menurunkan kadar
HCN pada makanan tersebut. Selain pada biji karet, Nebiyu dan Getachew (2011)
melakukan penelitian terkait teknik reduksi HCN pada ketela pohon Mannihot
esculenta). Perendaman umbi ketela pohon selama 24 jam terbukti dapat
menurunkan kadar HCN pada umbi tersebut. Berbeda halnya denga Ugwu dan
Oranye (2006) yang membuktikan bahwa kadar HCN menurun pada Treculia
Africana dengan perlakuan perendaman dalam air selama 2 jam.

BAB 3
METODE PELAKSANAAN

3.1. Tempat dan Waktu


Persiapan dan pembuatan alat dilaksanakan selama 1 bulan dan pengujian
dan analisis data dilakukan selama 2 bulan. Kedua tahap tersebut dilakukan di
Laboratorium Kimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Medan.

3.2. Alat dan Bahan


Alat-alat yang dibutuhkan yaitu palu, pisau, wadah plastik, panci, kompor
dan alat lainnya yang diperlukan. Sedangkan bahan utama yang digunakan yaitu
biji karet.

3.3. Tahap Penelitian


3.3.1. Tahap Persiapan Bahan
Bahan penelitian menggunakan biji pohom karet yang diambil dari
perkebunan karet milik pribadi di desa bonda kase kec. Natal sumatera utara. biji
karet dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran dari kulit biji, selanjutnya biji
karet dipisahkan dari kulit dengan cara memisahkaan kulitnya. Kemudian biji
karet direndam selama waktu yang ditentukan (optimasi).

3.3.2. Tahap Pengujian


Tahap pengujian kadar dilakukan dengan metode reaksi kuantitatif melalui
metode analsis perak nitrat secara volumetrik, dimana 10 gram sampel biji karet
ditambah 100 mL buffer sitrat dimasukkan ke dalam labu, ditutup rapat dan

6
diaduk lalu dibiarkan pada suhu ruangan. Kemudian ditambah 100 mL air lalu
disuling. Hasil sulingan dimasukkan ke erlenmeyer 200 mL yang berisi 5 mL
NaOH 5%. Lalu diuling kembali sampai larutan bervolume 150 mL. Lalu tambah
5 mL KI 10% dan dititrasi dengan AgNO3 0,05 N. Hal yang sama dilakuan untuk
biji yang sudah direndam lalu kadar sianidanya dibandingkan.

BAB 4
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1. Anggaran Biaya


No. Relokasi Dana Jumlah Biaya
1 Peralatan Penunjang Rp. 3.000.000,00
2 Bahan Habis Pakai Rp. 2.000.000,00
3 Perjalanan Rp. 2.000.000,00
4 Lain-lain Rp. 2.000.000,00
Total Rp. 9.000.000,00

4.2. Jadwal Kegiatan


Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
No. Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Tahap
Persiapan
2 Tahap
Pengujian

7
DAFTAR PUSTAKA

ARTCONANG, D. 1986. Kemungkinan Pemanfaatan biji karet dalam Rasum


makanan ternak. J Penelitian Pengembangan Pertanian V(3).
Setiawan H.D, dan Andoko Agus. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet.
Jakarta : Agro Media Pustaka.
Muchtadi, D.1985. Aspek Biokimia Pangan dan Gizi dalam Keamana Pangan.
Bogor : Institut Pertanian Bogor
Rivai RR, Herwitarahman A. 2014. Reduction technique of hydrogen cyanide
(HCN) within rubber (Hevea brasiliensis) seed to increase diversivication of
plant-based protein sources. J Halal Sci..
Ugwu FM, Oranye NA. 2006. Effects of some processing methods on the toxic
components of African breadfruit (Treculia africana). African J Biotechnol
5 (2): 2329-2333.Ukpebor JE, Ekpaja EO, Ukpebor EE, Egharevba O,
Evedue E. 2007. Effect of the edible mushroom, Pleurotus tubberegium on
the cyanide level and nutritional contents of rubber seed cake. Pakistan J
Nutri 6 (6): 534-537.
Giok L T, Samsudin, Husaini and Tarwotjo. 1967. Nutritional Value of Rubber
Seed Protein. American Journal of
Clinical Nutrition 20:300-303.
Eka HD, Aris T, Nadiah WA. 2010. Potential use of Malaysian rubber (Hevea
brasiliensis) seed as food, feed and biofuel. Int Food Res J 17 (1): 527-534.
Nebiyu A, Getachew E. 2011. Soaking and drying of cassava roots reduced
cyanogenic potential of three cassava varieties at jimma
southwest Ethiopia. African J Biotechnol 6 (2): 13465-13469.

Anda mungkin juga menyukai