Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan,
oleh karena itu Indonesia di kenal sebagai negara maritim. Perairan laut
Indonesia kaya akan berbagai biota laut baik flora maupun fauna.
Demikian luas serta keragaman jasad jasad hidup di dalam yang
kesemuanya membentuk dinamika kehidupan di laut yang saling
berkesinambungan (Nybakken 1988).
Salah satu sumber daya laut yang cukup potensial untuk dapat
dimanfaatkan adalah lamun, Lamun (seagrass) adalah tumbuhan
berbunga (angiospermae) yang berbiji satu (monokotil) dan mempunyai
akar rimpang, daun, bunga dan buah. Dimana secara ekologis lamun
mempunyai beberapa fungsi penting di daerah pesisir. Lamun
merupakan produktifitas primer di perairan dangkal di seluruh dunia dan
merupakan sumber makanan penting bagi banyak organisme.
1.2 Tujuan
Padang lamun adalah ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun sebagai
vegetasi yang dominan. Lamun (seagrass) adalah kelompok tumbuhan
berbiji tertutup (Angiospermae) dan berkeping tunggal (Monokotil) yang
mampu hidup secara permanen di bawah permukaan air laut (Sheppard et al.,
1996). Komunitas lamun berada di antara batas terendah daerah pasangsurut
sampai kedalaman tertentu dimana cahaya matahari masih dapat mencapai
dasar laut (Sitania, 1998
Secara rinci klasifikasi lamun menurut Den Hartog (1970) dan Menez,
Phillips, dan Calumpong (1983) adalah sebagai berikut :
Devisi : Anthophyta
Kelas : Angiospermae
Famili : Potamogetonacea
Subfamili : Zosteroideae
Genus : Zostera, Phyllospadix, Heterozostera.
Terdapat perbedaan morfologi dan anatomi akar yang jelas antara jenis
lamun yang dapat digunakan untuk taksonomi. Akar pada beberapa
spesies seperti Halophila dan Halodule memiliki karakteristik tipis
(fragile), seperti rambut, diameter kecil, sedangkan spesies
Thalassodendron memiliki akar yang kuat dan berkayu dengan sel
epidermal. Jika dibandingkan dengan tumbuhan darat, akar dan akar
rambut lamun tidak berkembang dengan baik. Namun, beberapa
penelitian memperlihatkan bahwa akar dan rhizoma lamun memiliki
fungsi yang sama dengan tumbuhan darat. Akar-akar halus yang tumbuh
di bawah permukaan rhizoma, dan memiliki adaptasi khusus (contoh :
aerenchyma, sel epidermal) terhadap lingkungan perairan. Semua akar
memiliki pusat stele yang dikelilingi oleh endodermis. Stele
mengandung phloem (jaringan transport nutrien) dan xylem (jaringan
yang menyalurkan air) yang sangat tipis. Karena akar lamun tidak
berkembang baik untuk menyalurkan air maka dapat dikatakan bahwa
lamun tidak berperan penting dalam penyaluran air.
Semua lamun memiliki lebih atau kurang rhizoma yang utamanya adalah
herbaceous, walaupun pada Thallasodendron ciliatum (percabangan
simpodial) yang memiliki rhizoma berkayu yang memungkinkan spesies
ini hidup pada habitat karang yang bervariasi dimana spesies lain tidak
bisa hidup. Kemampuannya untuk tumbuh pada substrat yang keras
menjadikan T. Ciliatum memiliki energi yang kuat dan dapat hidup
berkoloni disepanjang hamparan terumbu karang.
Struktur rhizoma dan batang lamun memiliki variasi yang sangat tinggi
tergantung dari susunan saluran di dalam stele. Rhizoma, bersama sama
dengan akar, menancapkan tumbuhan ke dalam substrat. Rhizoma
seringkali terbenam di dalam substrat yang dapat meluas secara ekstensif
dan memiliki peran yang utama pada reproduksi secara vegetatif dan
reproduksi yang dilakukan secara vegetatif merupakan hal yang lebih
penting daripada reproduksi dengan pembibitan karena lebih
menguntungkan untuk penyebaran lamun. Rhizoma merupakan 60
80% biomas lamun.
Daun
Anatomi yang khas dari daun lamun adalah ketiadaan stomata dan
keberadaan kutikel yang tipis. Kutikel daun yang tipis tidak dapat
menahan pergerakan ion dan difusi karbon sehingga daun dapat
menyerap nutrien langsung dari air laut. Air laut merupakan sumber
bikarbonat bagi tumbuh-tumbuhan untuk penggunaan karbon inorganik
dalam proses fotosintesis.
bentuk dari sebuah susunan, dan vegetasi yang berarti keseluruhan komunitas
ekosistem.
Hanya terdiri dari 1 spesies saja. Contoh jenis lamun yang dapat
monospesifik.
sampai 1.20 m. Vegetasi lamun yang tumbuh di substrat pasir; serta vegetasi
penelitian ini, yakni tipe dari struktur vegetasi lamun yang ada di perairan
Pulau Saronde, seperti tipe padang lamun vegetasi tunggal, tipe padang
lamun vegetasi asosiasi 2 atau 3 spesies, dan tipe padang lamun vegetasi
stasiun penelitian.
1. Thalassia hemprichii
garis coklat, ujung daun membulat (panjang 5 sampai 20 cm, lebar 4 sampai
panjang antar ruas 4 sampai 7 mm. Adapun bentuk lamun jenis Thalassia
2. Halophila ovalis
Helai daun bulat telur dan bergaris (panjang 1 sampai 2,5 cm, lebar
3 sampai 10 mm), dengan tulang daun yang jelas dan 1 sampai 20 pasang
Adapun bentuk lamun jenis Halophila ovalis dapat dilihat seperti pada
mulai dari atas pasang tinggi sampai di bawah surut rendah, kadang-kadang
3. Cymodocea rotundata
garis lurus (panjang 6 sampai 15 cm, lebar 2 sampai 4 mm), bentuk daun
lurus sampai agak bulat, tidak menyempit sampai ujung daun. Ujung daun
bulat dan seludang daun keras. Rimpang ramping (diameter 1 sampai 2 mm,
panjang antar ruas 1 sampai 4 cm). Adapun bentuk lamun jenis Cymodocea
4. Cymodocea serrulata
5 sampai 15 cm, lebar 4 sampai 10 mm) dan lebih bulat, ujung daun bulat
sampai 3 mm, panjang antar ruas 2 sampai 5 mm), dengan tunas tegak yang
pendek, setiap ruas ada 2 sampai 4 daun. Adapun bentuk lamun jenis
Gambar 5. Cymodocea
serrulata. Sumber :
Coremap, 2007.
5. Halodule uninervis
Tanaman lurus, mirip dengan Halodule pinifolia. Daun kadang-
kadang melengkung pada ujungnya dan sempit pada bagian pangkal (panjang
5 sampai 15 cm, lebar 1 sampai 4 mm), dan mempunyai sel-sel tanin yang
kecil. Urat atau tulang daun bagian tengah jelas. Ujung daun dengan dua gigi
bagian samping dan satu gigi di tengah yang berakhir pada tulang daun.
2007) :
6. Syringodium isoetifolium
setiap ruas (panjang 7 sampai 20 atau 30 cm, diameter 2 sampai 3 mm). Helai
Gambar 7. Syringodiumisoetifolium.
SumberCoremap, 2007.
daerah bawah surut rendah bercampur dengan jenis lamun lain, tetapi
7. Enhalus acoroides
Tanaman lurus, 2 sampai 5 daun muncul dari rimpang yang tebal dan kasar
dengan beberapa akar-akar kuat. Daun seperti pita atau pita rambut (panjang
luar yang tebal. Akar panjang dan berbulu (panjang 5 sampai 15 cm,
dari bagian surut terendah sampai ke bagian surut tengah, bercampur dengan
2007).
8. Halodule pinifolia
sampai 20 cm, lebar 0,8 sampai 1,5 mm), dan mempunyai sejumlah sel tanin
kecil. Urat bagian tengah daun jelas, tetapi urat antara bagian tepi tidak jelas.
sampai 1,5 mm), dengan batang pendek pada setiap ruas. Pada bagian tengah
daun terdapat celah berbentuk huruf V. Adapun bentuk lamun jenis Halodule
pasang tertinggi ke daerah pasang tengah, kadang-kadang bercampur dengan jenis lamun lain
(Coremap, 2007).
9. Halophila minor
Lamun jenis ini serta helaian daunnya sangat mirip dengan Halophila ovalis tetapi
lebih kecil (panjang 0,7 sampai 1,4 cm) dan jumlah urat daun juga lebih sedikit (3 sampai 8
pasang). Rimpang tipis dan mudah patah. Adapun bentuk lamun jenis Halophila minor dapat
lamun yang tidak menutup penuh permukaan sedimen, seperti jenis Halophila ovalis,
18
10. Thalassodendron ciliatum
Rimpang mempunyai ruas-ruas dengan panjang 1,5 sampai 3,0 cm. Tegakan batang
mencapai 10 sampai 65 cm. Daun-daunnya berbentuk seperti pita. Akar dan rimpangnya
sangat kuat sehingga sangat cocok untuk hidup pada berbagai tipe sedimen termasuk di
sekitar bongkahan batuan karang. Adapun bentuk lamun jenis Thalassodendron ciliatum
Bentuk daunnya bulat-panjang menyerupai pisau wali, memiliki 4 sampai 7 pasang tulang
daun. Daun dapat berpasangan sampai 22 pasang, serta memiliki tangkai yang panjang.
Adapun bentuk lamun jenis Halophila spinulosa dapat dilihat seperti pada Gambar 12 berikut
(Nur, 2011) :
19
Gambar 12. Halophila spinulosa.
Lamun jenis Halophila spinulosa tumbuh pada rataan terumbu karang yang rusak
Bentuk daunnya bulat-panjang dan menyerupai pisau wali. Sama halnya dengan
Halophila spinulosa dan Halophila minor. Pinggiran daun seperti gergaji, daun membujur
seperti garis dengan panjang 50 sampai 200 mm. Adapun bentuk lamun jenis Halophila
Lamun jenis Halophila decipiens tumbuh pada substrat berlumpur (Bengen, 2004 dalam
Dahuri 2003 dalam Amran 2007).
20
Menurut Azkab (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem di laut
dangkal yang paling produktif. Di samping itu juga ekosistem lamun mempunyai
peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perkembangan jasad hidup di laut
dangkal, sebagai berikut :
1. Sebagai produsen primer : Lamun memiliki tingkat produktifitas primer tertinggi bila
dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada dilaut dangkal seperti ekosistem
terumbu karang (Thayer et al. 1975).
2. Sebagai habitat biota : Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat
menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang
lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan
makanan berbagai jenis ikan herbivora dan ikan-ikan karang (coral fishes) (Kikuchi &
Peres, 1977).
3. Sebagai penangkap sedimen : Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang
disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang.
Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedmen,
sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi, padang lamun
disini berfungsi sebagai penangkap sedimen dan juga dapat mencegah erosi
(Gingsuburg & Lowestan, 1958).
4. Sebagai pendaur zat hara : Lamun memegang peranan penting dalam pendauran
berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka dilingkungan laut. Khususnya zat-
zat hara yang dibutuhkan oleh algae epifit.
Sedangkan menurut Philips & Menez (1988), ekosistem lamun merupakan salah satu
ekosistem bahari yang produktif, ekosistem lamun pada perairan dangkal berfungsi
sebagai :
21
6. Menfiksasi karbon yang sebagian besar masuk ke dalam sistem daur rantai makanan.
Selain itu secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi
wilayah pesisir, yaitu :
Selanjutnya dikatakan Philips & Menez (1988), lamun juga sebagai komoditi yang
sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupun secara
modern. Adapun pemanfaatan lamun tersebut baik secara modern maupun tradisional
yaitu sebagai berikut :
22
Pembuatan kasur (sebagai pengisi Dan obat-obatan
kasur)
Dan dibuar jaring ikan
Di alam padang lamun membentuk suatu komunitas yang merupakan habitat bagi
berbagai jenis hewan laut. Komunitas lamun ini juga dapat memperlambat gerakan air.
bahkan ada jenis lamun yang dapat dikonsumsi bagi penduduk sekitar pantai.
Keberadaan ekosistem padang lamun masih belum banyak dikenal baik pada kalangan
akdemisi maupun masyarakat umum, jika dibandingkan dengan ekosistem lain seperti
ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove, meskipun diantara ekosistem
tersebut di kawasan pesisir merupakan satu kesatuan sistem dalam menjalankan fungsi
ekologisnya.
Selain itu, padang lamun diketahui mendukung berbagai jaringan rantai makanan, baik
yang didasari oleh rantai herbivor maupun detrivor. Nilai ekonomis biota yang
berasosiasi dengan lamun diketahui sangat tinggi. Ekosistem padang lamun memiliki
nilai pelestarian fungsi ekosistem serta manfaat lainnya di masa mendatang sesuai
dengan perkembangan teknologi, yaitu produk obat-obatan dan budidaya laut. Beberapa
negara telah memanfaatkan lamun untuk pupuk, bahan kasur, makanan, stabilisator
pantai, penyaring limbah, bahan untuk pabrik kertas, bahan kimia, dan sebagainya.
Peranan padang lamun secara fisik di perairan laut dangkal adalah membantu
mengurangi tenaga gelombang dan arus, menyaring sedimen yang terlarut dalam air dan
menstabilkan dasar sedimen (Kiswara dan Winardi, 1999). Peranannya di perairan laut
dangkal adalah kemampuan berproduksi primer yang tinggi yang secara langsung
berhubungan erat dengan tingkat kelimpahan produktivitas perikanannya. Keterkaitan
perikanan dengan padang lamun sangat sedikit diinformasikan, sehingga perikanan di
padang lamun Indonesia hampir tidak pernah diketahui. Keterkaitan antara padang lamun
dan perikanan udang lepas pantai sudah dikenal luas di perairan tropika Australia (Coles
et al., 1993).
Ekosistem padang lamun yang memiliki produktivitas yang tinggi, memiliki peranan
dalam sestem rantai makanan khususnya pada periphyton dan epiphytic dari detritus
yang dihasilkan dan serta lamun mempunyai hubungan ekologis dengan ikan melalui
23
rantai makanan dari produksi biomasanya seperti yang diisajikan pada gambar dibawah
ini :
Konsumsi lamun
Produksi detritus
Enhalus acoroidae
0,23 kal/m2/hari (40%)
0,6 kal/m2/hari (0,07%)
Gambar. Hubungan Ekologis dengan ikan melalui rantai makanan dari produksi biomasanya
6.1 Zonasi
Zonasi lamun secara vertikal sebagai berikut:
1. Zona intertidal, dicirikan oleh tumbuhan pionir yang didominasi oleh Halophila ovalis,
Cymodocea rotundata dan Holodule pinifolia.
2. Zona intertidal bawah, didominasi oleh Thalassodendron ciliatum.
Komunitas lamun biasanya ada dalam area yang luas dan rapat. Secara umum komunitas
lamun dibagi menjadi 3 asosiasi spesies sehingga membentuk suatu zonasi lamun (Brouns
dan Heijs, 1991), yaitu:
1. Padang lamun monospesifik (monospesifik seagrass beds)
Hanya terdiri dari 1 spesies saja. Akan tetapi keberadaannya hanya bersifat temporal dan
biasanya terjadi pada phase pertengahan sebelum menjadi komunitas yang stabil (padang
lamun campuran).
2. Asosiasi 2 atau 3 spesies
Ini merupakan komunitas lamun yang terdiri dari 2 sampai 3 spesies saja. Dan lebih sering
dijumpai dibandingkan padang lamun monospesifik.
3. Padang lamun campuran (mixed seagrass beds)
Padang lamun campuran umumnya terdiri dari sedikitnya 4 dari 7 spesies berikut:
Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis,
Halophila ovalis, Syringodium isoetifolium, dan Thalassia hemprichii. Tetapi padang lamun
campuran ini, dalam kerangka struktur komunitasnya, selalu terdapat asosiasi spesies Enhalus
acoroides dengan Thalassia hemprichii (sebagai spesies lamun yang dominan), dengan
kemelimpahan lebih dibanding spesies lamun yang lain
Masalah Ekosistem Padang Lamun
24
Keberadaannya yang berada di daerah estuaria dan pesisir, yang merupakan
perbatasan antara daratan dan lautan, menyebabkan padang lamun terancam oleh berbagai
faktor yang disebabkan oleh manusia, selain juga oleh perubahan iklim global saat ini.
Padang lamun diketahui sebagai salah satu habitat yang rentan terhadap kerusakan.
Aneka kegiatan manusia diketahui memberikan dampak negatif yang merusak padang lamun.
Kegiatan pembangunan yang pesat dan perubahan peruntukan lahan di wilayah pantai telah
meningkatkan masuknya sedimen ke laut dan menimbulkan eutrofikasi. Bertambahnya
pelumpuran ini telah menaikkan konsentrasi lumpur, bahan organik, dan nutrien, serta telah
meningkatkan kekeruhan air laut, yang pada gilirannya mengurangi kedalaman laut yang
dapat dicapai cahaya matahari. Semua hal-hal ini berpengaruh buruk bagi ekosistem padang
lamun (Fairhurst dkk,2003).
Masuknya lumpur serta berjenis-jenis bahan organik yang dihasilkan aktivitas
manusia ke laut juga telah meningkatkan jumlah dan jenis nutrien yang masuk ke padang
lamun. Sementara sebagian nutrien dibutuhkan untuk tumbuhnya lamun, sebagian nutrien
yang lain mungkin menghasilkan efek racun bagi lingkungan lamun. Nutrien yang semakin
banyak dalam air juga meningkatkan pertumbuhan alga epifitik yang tumbuh menempel di
daun-daun lamun, dan mengurangi kemampuan lamun berfotosintesis. untuk menyebutkan
bahwa pelumpuran dan naiknya jumlah liat (clay) dalam air laut melebihi ambang tertentu,
akan menurunkan secara tajam kekayaan spesies dan biomassa daun komunitas padang
lamun. Sensitivitas jenis-jenis lamun ini berbeda-beda terhadap gangguan tersebut, mulai dari
Syringodium yang paling sensitif hingga Enhalus sebagai jenis yang paling tahan (Duarte
2003).
Namun demikian Enhalus pun diketahui cukup terpengaruh oleh pelumpuran dengan
berkurangnya pembungaan dan pembentukan buah pada air yang meningkat kekeruhannya.
Kematian rumpun-rumpun Enhalus karena siltasi itu pun diduga dapat menurunkan kapasitas
reproduksi Enhalus lebih jauh, mengingat pembentukan buah Enhalus berlangsung baik pada
kepadatan rumpun yang cukup tinggi. (Terrados dkk, 2003)
Meskipun lamun kini diketahui mempunyai banyak manfaat, namun dalam
kenyataannya lamun menghadapi berbagai gangguan dan ancaman. Gangguan dan ancaman
terhadap lamun pada dasarnya seperti yang telah diungkapkan di atas dapat dibagi menjadi
dua golongan yakni gangguan alam dan gangguan dari kegiatan manusia (antropogenik)
2. Gangguan Alam
Fenomena alam seperti tsunami, letusan gunung api, siklon, dapat menimbulkan
kerusakan pantai, termasuk juga terhadap padang lamun. Tsunami yang dipicu oleh gempa
bawah laut dapat menimbulkan gelombang dahsyat yang menghantam dan memorak-
perandakan lingkungan pantai, seperti terjadi dalam tsunami Aceh (2004).
Gempa bumi, seperti gempa bumi Nias (2005) mengangkat sebagian dasar laut hingga
terpapar ke atas permukaan dan menenggelamkan bagian lainnya lebih dalam. Debu letusan
gunung api seperti letusan Gunung Tambora (1815) dan Krakatau (1883) menyelimuti
perairan pantai sekitarnya dengan debu tebal, hingga melenyapkan padang lamun di
sekitarnya.
25
Siklon tropis dapat menimbulkan banyak kerusakan pantai terutama di lintang 10 -
o
20 Lintang Utara maupun Selatan, seperti yang sering menerpa Filipina dan pantai utara
Australia. Kerusakan padang lamun di pantai utara Australia karena diterjang siklon sering
dilaporkan. Indonesia yang berlokasi tepat di sabuk katulistiwa, bebas dari jalur siklon, tetapi
dapat menerima imbas dari siklon daerah lain(Siklon Lena 1993), di Samudra Hindia
misalnya, lintasannya mendekati Timor dan menimbulkan kerusakan besar pada lingkungan
pantai di Maumere.
Selain kerusakan fisik akibat aktivitas kebumian, kerusakan lamun karena aktivitas
hayati dapat pula menimbulkan dampak negatif pada keberadaan lamun. Sekitar 10 15 %
produksi lamun menjadi santapan hewan herbivor, yang kemudian masuk dalam jaringan
makanan di laut. Di Indonesia, penyu hijau, beberapa jenis ikan, dan bulubabi,
mengkonsumsi daun lamun. Duyung tidak saja memakan bagian dedaunannya tetapi juga
sampai ke akar dan rimpangnya.
Pada dasarnya ada empat jenis kerusakan lingkungan perairan pantai yang disebabkan
oleh kegiatan manusia, yang bisa memberikan dampak pada lingkungan lamun:
1) fisik yang menyebabkan degradasi lingkungan, seperti penebangan mangrove, perusakan
terumbu karang dan atau rusaknya habitat padang lamun;
2) Pencemaran laut, baik pencemaran asal darat, maupun dari kegiatan di laut;
3) Penggunaan alat tangkap ikan yang tak ramah lingkungan;
4) Tangkap lebih, yakni eksploitasi sumberdaya secara berlebihan hingga melewati
kemampuan daya pulihnya karang dari padang lamun untuk bahan konstruksi, atau untuk
membuka usaha budidaya rumput laut. Demikian pula terjadi di Teluk Lampung. Di Bintan
(Kepulauan Riau) pembangunan resor pariwisata di pantai banyak yang tak mengindahkan
garis sempadan pantai, pembangunan resor banyak mengorbankan padang lamun.
Kerusakan Padang Lamun di Indonesia akibat gangguan alam dan aktivitas manusia,
adalah sebagai berikut:
1) Kerusakan fisik
Kerusakan fisik terhadap padang lamun telah dilaporkan terjadi di berbagai daerah di
Indonesia. Di Pulau Pari dan Teluk Banten, kerusakan padang lamun disebabkan oleh
aktivitas perahu-perahu nelayan yang mengeruhkan perairan dan merusak padang lamun.
Reklamasi dan pembangunan kawasan industri dan pelabuhan juga telah melenyapkan
sejumlah besar daerah padang lamun seperti terjadi di Teluk Banten. Di Teluk Kuta
(Lombok) penduduk membongkar karang.
2) Pencemaran laut
Pencemaran laut dapat bersumber dari darat (land based) ataupun dari kegiatan di laut (sea
based). Pencemaran asal darat dapat berupa limbah dari berbagai kegiatan manusia di darat
seperti limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, atau pengelolaan lahan yang
tak memperhatikan kelestarian lingkungan seperti pembalakan hutan yang menimbulkan
26
erosi dan mengangkut sedimen ke laut. Bahan pencemar asal darat dialirkan ke laut lewat
sungai-sungai atau limpasan (runoff).
Masukan hara (terutama fosfat dan nitrat) ke perairan pantai dapat menyebabkan eutrofikasi
atau penyuburan berlebihan, yang mengakibatkan timbulnya ledakan populasi plankton
(blooming) yang mengganggu pertumbuhan lamun. Epiffit yang hidup menempel di
permukaan daun lamun juga dapat tumbuh kelewat subur dan menghambat pertumbuhan
lamun. Kegiatan penambangan didarat, seperti tambang bauksit di Bintan, limbahnya terbawa
ke pantai dan merusak padang lamun di depannya.
Pencemaran dari kegiatan di laut dapat terjadinya misalnya pada tumpahan minyak di laut,
baik dari kegiatan perkapalan dan pelabuhan, pemboran, debalasting muatan kapal tanker.
Bencana yang amat besar terjadi saat kecelakaan tabrakan atau kandasnya kapal tanker yang
menumpahkan muatan minyaknya ke perairan pantai, seperti kasus kandasnya supertanker
Showa Maru yang merusak perairan pantai Kepuluan Riau.
4) Tangkap lebih
Salah satu tekanan berat yang menimpa ekosistem padang lamun adalah tangkap lebih (over
fishing), yakni eksploitasi sumberdaya perikanan secara berlebihan hingga melampaui
kemampuan ekosistem untuk segera memulihkan diri. Tangkap lebih bisa terjadi pada ikan
maupun hewan lain yang berasosiasi dengan lamun. Banyak jenis ikan lamun yang kini
semakin sulit dicari, dan ukurannya pun semakin kecil.
Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu usaha yang sangat kompleks
untuk dilaksanakan, karena kegitan tersebut sangat membutuhkan sifat akomodatif terhadap
segenap pihak baik yang berada sekitar kawasan maupun di luar kawasan. Pada dasarnya
untuk mengatasi masalah-masalah perusakan dan untuk menjaga serta melindungi
sumberdaya alam dan ekosistem padang lamun secara berkelanjutan, diperlukan suatu
pengelolaan yang tepat. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut adalah:
1) penyuluhan akan pentingnya peranan ekosistem padang lamun di lingkungan pesisir.
2) menyadarkan masyarakat agar mengambil peran yang lebih besar dalam menjaga dan
mengelola sumberdaya padang lamun;
3) pengaturan penggunaan alat tangkap yang sudah terbukti merusak lingkungan ekosistem
padang lamun seperti potasium sianida, sabit dan gareng diganti dengan alat tangkap yang
tidak merusak lingkungan (ramah lingkungan) seperti pancing,
4) perlunya pembuatan tempat penampungan limbah dan sampah organik.
27
1. Pedoman pengelolaan padang lamun
1) Pengerukan dan penimbunan seharusnya menghindari lokasi yang didominasi oleh padang
lamun, sebaiknya dijaga agar tidak terjadi pengaliran endapan pada lokasi padang lamun. Hal
ini dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti memasang penghalang Lumpur atau dengan
strategi pengerukan yang menjamin adanya mekanisme yang membuat sirkulasi air dan
pasang surut dapat membewa endapan untuk menjauhi daerah padang lamun.
2) Usulan pembangunan di wilayah pesisir (seperti pelabuhan, dermaga/jetty) yang mengubah
pola sirkulasi air seharusnya didesain untuk menghindari dan meminimalkan erosi atau
penimbunan di daerah sekitar padang lamun. Struktur desain seharusnya didasarkan pada
keadaan lokal yang spesifik.
3) Prosedur pembuangan limbah cair seharusnya diperbaharui dan dimodifikasi sesuai
kebutuhan untuk mencegah limbah yang merusak masuk ke dalam padang lamun. Limbah
tersebut seperti limbah industri, limbah air panas, limbah garam, air buangan kapal dan
limpasan air. Pada umumnya solusi alternatif tersebut diantaranya termasuk pemilihan lokasi
yang berbeda untuk lokasi pembuangan seperti pemilihan lokasi pipa pembuangn.
4) Penangkapan ikan dengan trawl dan kegiatan penangkapan lainnya yang merusak
seharusnya dimodifikasi untuk meminimalkan pengaruh buruk terhadap padang lamun
selama operasi penangkapan.
5) Skema-skema pengalihan aliran air yang dapat merubah tingkat salinitas alamiah harus
dipertimbangkan akibat terhadap komunitas padang lamun dan biota-biota yang berasosiasi
dengannya. Pengaturan yang tepat terhadap jadwal pelepasan air dapat menjaga tingkat
salinitas dalam kisaran yang diinginkan.
6) Lakukan tindakan untuk mencegah tumpahan minyak untuk mencemari komunitas padang
lamun. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan pengukuran, program monitoring dan
rencana untuk menanggulangi kemungkinan terjadi tumpahan minyak.
7) Inventarisasi, identifikasi dan pemetaan sumberdaya padang lamun sebelum berbagai jenis
proyek dan aktivitas dilakukan di lokasi tersebut.
8) Rekonstruksi padang lamun di perairan dekat tempat yang sebelumnya ada padang lamun,
atau membangun padang lamun baru di lokasi yang ada padang lamunnya untuk mengganti
lamun alami di suatu tempat.
9) Pengelolaan Berwawasan Lingkungan
Dalam perencanaan pembangunan pada suatu sistem ekologi pesisir dan laut yang
berimplikasi pada perencanaan pemanfaatan sumberdaya alam, perlu diperhatikan kaidah-
kaidah ekologis yang berlaku untuk mengurangi akibat-akibat negatif yang merugikan bagi
kelangsungan pembangunan itu sendiri secara menyeluruh. Perencanaan dan pengelolaan
sumberdaya alam pesisir dan laut perlu dipertimbangkan secara cermat dan terpadu dalam
setiap perencanaan pembangunan, agar dapat dicapai suatu pengembangan lingkungan hidup
di pesisir dan laut dalam lingkungan pembangunan.
28
Pengelolaan ekosistem padang lamun pada dasarnya adalah suatu proses pengontrolan
tindakan manusia agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara bijaksana
dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan maka pengelolaan sumberdaya padang
lamun tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, tetapi harus dilakukan secara terpadu oleh
beberapa instansi terkait. Kegagalan pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun ini,
pada umumnya disebabkan oleh masyarakat pesisir tidak pernah dilibatkan, mereka
cenderung hanya dijadikan sebagai obyek dan tidak pernah sebagai subyek dalam program-
program pembangunan di wilayahnya. Sebagai akibatnya mereka cenderung menjadi masa
bodoh atau kesadaran dan partisipasi mereka terhadap permasalahan lingkungan di sekitarnya
menjadi sangat rendah. Agar pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun ini tidak
mengalami kegagalan, maka masyarakat pesisir harus dilibatkan (Dahuri dkk, 2001).
Dengan demikian, yang perlu diperhatikan adalah menjadikan masyarakat sebagai
komponen utama penggerak pelestarian areal padang lamun. Oleh karena itu, persepsi
masyarakat terhadap keberadaan ekosistem pesisir perlu untuk diarahkan kepada cara
pandang masyarakat akan pentingnya sumberdaya alam persisir (Bengen, 2001).
Salah satu strategi penting yang saat ini sedang banyak dibicarakan orang dalam
konteks pengelolaan sumberdaya alam, termasuk ekosistem padang lamun adalah
pengelolaan berbasis masyakaratak (Community Based Management). Raharjo (1996)
mengemukakan bahwa pengeloaan berbasis masyarakat mengandung arti keterlibatan
langsung masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam di suatu kawasan.. Dalam konteks
ini pula perlu diperhatikan mengenai karakteristik lokal dari masayakarakat di suatu
kawasan. Sering dikatakan bahwa salah satu faktor penyebab kerusakan sumber daya alam
pesisir adalah dekstrusi masayakarakat untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu,
dalam strategi ini perlu dicari alternatif mata pencaharian yang tujuannya adalah untuk
mangurangi tekanan terhadap sumberdaya pesisir termasuk lamun di kawasan tersebut.
Konsep pengelolaan yang mampu menampung banyak kepentingan, baik kepentingan
masyarakat maupun kepentingan pengguna lainnya adalah konsep Cooperative
Management (Pomeroy dan Williams, 1994). Dalam konsep Cooperative Management, ada
dua pendekatan utama yaitu pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah (goverment
centralized management) dan pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat (community
based management). Dalam konsep ini masyarakat lokal merupakan partner penting bersama-
sama dengan pemerintah dan stakeholderslainnya dalam pengelolaan sumberdaya alam di
suatu kawasan. Masyarakat lokal merupakan salah satu kunci dari pengelolaan sumberdaya
alam, sehingga praktek-praktek pengelolaan sumberdaya alam yang masih dilakukan oleh
masyarakat lokal secara langsung menjadi bibit dari penerapan konsep tersebut. Tidak ada
pengelolaan sumberdaya alam yang berhasil dengan baik tanpa mengikutsertakan masyarakat
lokal sebagai pengguna dari sumberdaya alam tersebut.
Menurut Dahuri (2003) mengatakan bahwa ada dua komponen penting keberhasilan
pengelolaan berbasis masyarakat, yaitu:
1) konsensus yang jelas dari tiga pelaku utama, yaitu pemerintah, masyarakat pesisir, dan
peneliti (sosial, ekonomi, dan sumberdaya),
2) pemahaman yang mendalam dari masing-masing pelaku utama akan peran dan tanggung
jawabnya dalam mengimplementasikan program pengelolaan berbasis masyarakat.
29
Konsep pengelolaan berbasis masyarakat memiliki beberapa aspek positif (Carter,
1996), yaitu:
1) mampu mendorong timbulnya pemerataan dalam pemanfaatan sumberdaya alam,
2) mampu merefleksi kebutuhan-kebutuhan masyarakat lokal yang spesifik,
3) mampu meningkatkan efisiensi secara ekologis dan teknis,
4) responsif dan adaptif terhadap perubahan kondisi sosial dan lingkungan local
5) mampu meningkatkan manfaat lokal bagi seluruh anggota masyarakat yang ada,
6) mampu menumbuhkan stabilitas dan komitmen,
7) masyarakat lokal termotivasi untuk mengelola secara berkelanjutan.
Dalam pengelolaan ekosistem padang lamun berbasis masyarakat ini, yang dimaksud
dengan masyarakat adalah semua komponen yang terlibat baik secara langsung maupun tak
langsung dalam pemanfaatan dan pengelolaan ekosistem padang lamun, diantaranya adalah
masyarakat lokal, LSM, swasta, Perguruan Tinggi dan kalangan peneliti lainnya. Dalam
konteks pengelolaan sumberdaya ekosistem padang lamun berbasis masyarakat, kedua
komponen masyarakat dan pemerintah sama-sama diberdayakan, sehingga tidak ada
ketimpangan dalam pelaksanaannya.
Pengelolaan berbasis masyarakat harus mampu memecahkan dua persoalan utama,
yaitu:
1) masalah sumberdaya hayati (misalnya, tangkap lebih, penggunaan alat tangkap yang tidak
ramah lingkungan, kerusakan ekosistem dan konflik antara nelayan tradisional dan industri
perikanan modern),
2) masalah lingkungan yang mempengaruhi kesehatan sumberdaya hayati laut (misalnya,
berkurangnya daerah padang lamun sebagai daerah pembesaran sumberdaya perikanan,
penurunan kualitas air, pencemaran).
3. Pendekatan Kebijakan
30
BAB III
PEMBAHASAN
Padang Lamun berfungsi sebagai habitat organisme laut yang hidup di peralihan antara pantai
dan terumbu karang serta memiliki fungsi penting dengan kedua habitat tersebut. Ekosistem
Padang Lamun ini berada di perairan dangkal yang berdekatan dengan pantai sehingga
ekosistem ini dekat dengan kegiatan manusia.
Perkembangan ekosistem Padang Lamun sangat rentan terhadap tekanan dari segala kegiatan
manusia di darat maupun di laut.
Padang Lamu
31
Ekosistem Lamun
Tumbuhan lamun tumbuhan di perairan laut dangkal,dan tersebar luas mulai dari utara
,bebua afrika sampai ke sebelah seelatan benua afrikadan New Zealand ,mereka terkosent
rasi di dua daerah utama ,yaitu Indo Fasefik dan pantai-pantai amerika tengah ,(menurut Den
Denhartog 1970 ).tumbuhan lamun di dunia terdiridari dua family,12 genera dengan 49 s
m,mpesis.
Dari 12 genera tersebut 7di antaranya hidup di perairan tropis yaitu
:Enhalus,Thalassi,halodule,Cymodocea,Syringodium ,dan Thalassodendrom,lebih lanjut
distribusi tumbuhan lamun di dunia dapat di lihat pada table di bawah ini..
Z.asiatica
Z.caspitosa
Zosterlla Z.capricomi
Sebelah utara dan
Z.mucronata
selatan laut
Z.capsensis temperate,meluas
sampai ke perairan
Z.muelleri
tropis
32
Z.capricomi
Z.novazelandica
Z.nolti
Z.japonica
Z.americana
Posidoniodeae Plyllopadix 5
P.torreyi
Pasifik utara
P.scouleri
P.serrulatus
P.iwatensis
P.japonicus
Cymodoceoideae Hetorozostera 1
H.tasmonica
Sepanjang pantai selatan
Austaralia termasuk
Tasmania
Posidonia 3
P.oceanica
Cymodoceoidae Holodule 6
H.universis
Sepanjang npantae
H.buedettei
selurus laut tropis
H.wrigthii atlantik dan Indo-pasifik
H.bermudensis
H.ciliata
33
H.pinifolia
Cymodocea 4
C.nodosa
C.pinifolia
Syingodium 2
S.isoitifolia
Indo-Pasifik Caribbean
S.filiforme
thalassodendrom 2
Th.ciliatum
Daerah tropis di Indo-
Th.pachyrhizus pasifik .Daerah kecil
Amphibolis 2
ekstratropik di sebelah
barat Australia
A,antorcrica
Sepanjang pantai selatan
A.griffitthii
Hydrocharitaceae dan barat Australia dan
Enhalus
Tasmania
Vallisnerioideae
E.acoroides
T.testudium
H.ovalis
34
H.ovata meluas sampai ke
perairan subtropis dan
H.decipiens
tempete yang hangat.
H.decipens
H.stipulacea
H.beccarii
H.stipulacea
H.beccarii
H.spinulosa
H.engelmanni
H.baillonis
Species lamun diketahui juga menyebar secara vertical pada zona pasang (den hartog
1970 ).Sebagai contoh ,species holodule dan holophila,umumnya tersebar di daerah intertidal
yang tertinggi sampai subtidal yang terendam ,Thalassia dan Cymodocea tersebar di sekitar
intertidal sampai ke subtidal teratas,sedangkan Posidonia dan Syringodium cenderung
tersebar di daerah subtidal.
35
Kerusakan yang terjadi pada padang lamun dapat disebabkan oleh natural stress dan
anthrogenik stress. Natural stress bisa disebabkan gunung meletus, sunami, kompetisi,
predasi. Sedangkan anthrogenik stress bisa disebabkan :
Perubahan fungsi pantai untuk pelabuhan atau dermaga.
Eutrofikasi (Blooming mikro alga dapat menutupi lamun dalam memperoleh sinar
matahari).
Aquakultur (pembabatan dari hutan mangrove untuk tambak).
Water polution (logam berat dan minyak).
Over fishing (pengambilan ikan yang berlebihandan cara penangkapannya yang merusak.
Selain itu juga limbah pertanian, industri, dan rumah tangga yang dibuang ke laut,
pengerukan lumpur, lalu lintas perahu yang padat, dan lain-lain kegiatan manusia dapat
mempengaruhi kerusak lamun. Di tempat hilangnya padang lamun, perubahan yang dapat
diperkirakan menurut Fortes (1989), yaitu:
1. Reduksi detritus dari daun lamun sebagai konsekuensi perubahan dalam jaring-jaring
makanan di daerah pantai dan komunitas ikan.
2. Perubahan dalam produsen primer yang dominan dari yang bersifat bentik yang bersifat
planktonik.
3. Perubahan dalam morfologi pantai sebagai akibat hilangnya sifat-sifat pengikat lamun.
4. Hilangnya struktural dan biologi dan digantikan oleh pasir yang gundul.
Banyak kegiatan atau proses dari alam maupun aktivitas manusia yang mengancam
kelangsungan hidup ekosistem lamun seperti berikut :
1. Dampak kegiatan manusia pada ekosistem padang lamun (Bengen, 2001)
36
Pencemaran limbah menempel di daun lamun, dan juga
pertanian meningkatkan kekeruhan yang dapat
Pencemaran minyak menghalangi cahaya matahari
Pencemaran pestisida dapat mematikan
hewan yang berasosiasi dengan padang
lamun
Pencemar pupuk dapat mengakibatkan
eutrofikasi.
Lapisan minyak pada daun lamun
dapat menghalangi proses fotosintesis
37
pengolahan ikan, sampah rumah tangga dan pasar tradisional. Dalam hal ini Fauzi (2000)
menyatakan bahwa dalam menilai dampak dari suatu akifitas masyarakat terhadap kerusakan
lingkungan seperti ekosistem padang lamun dapat digunakan dengan metode tehnik evaluasi
ekonomi yang dikenal dengan istilah Environmental Impact Assesment (EIA). Metode ini
telah dijadikam istrumen universal dalam mengevaluasi dampak lingkungan akibat aktivitas
pembangunan, disamping itu metode evaluasi ekonomi dapat menjembatani kepentingan
ekonomi masyarakat dan kebutuhan ekologi dari sumber daya alam.
Faktor Penyebab Kerusakan Ekosistem Padang Lamun
38
terhadap lamun pada dasarnya seperti yang telah diungkapkan di atas dapat dibagi menjadi
dua golongan yakni gangguan alam dan gangguan dari kegiatan manusia (antropogenik)
2. Gangguan Alam
Fenomena alam seperti tsunami, letusan gunung api, siklon, dapat menimbulkan
kerusakan pantai, termasuk juga terhadap padang lamun. Tsunami yang dipicu oleh gempa
bawah laut dapat menimbulkan gelombang dahsyat yang menghantam dan memorak-
perandakan lingkungan pantai, seperti terjadi dalam tsunami Aceh (2004).
Gempa bumi, seperti gempa bumi Nias (2005) mengangkat sebagian dasar laut hingga
terpapar ke atas permukaan dan menenggelamkan bagian lainnya lebih dalam. Debu letusan
gunung api seperti letusan Gunung Tambora (1815) dan Krakatau (1883) menyelimuti
perairan pantai sekitarnya dengan debu tebal, hingga melenyapkan padang lamun di
sekitarnya.
Siklon tropis dapat menimbulkan banyak kerusakan pantai terutama di lintang 10 -
o
20 Lintang Utara maupun Selatan, seperti yang sering menerpa Filipina dan pantai utara
Australia. Kerusakan padang lamun di pantai utara Australia karena diterjang siklon sering
dilaporkan. Indonesia yang berlokasi tepat di sabuk katulistiwa, bebas dari jalur siklon, tetapi
dapat menerima imbas dari siklon daerah lain(Siklon Lena 1993), di Samudra Hindia
misalnya, lintasannya mendekati Timor dan menimbulkan kerusakan besar pada lingkungan
pantai di Maumere.
Selain kerusakan fisik akibat aktivitas kebumian, kerusakan lamun karena aktivitas
hayati dapat pula menimbulkan dampak negatif pada keberadaan lamun. Sekitar 10 15 %
produksi lamun menjadi santapan hewan herbivor, yang kemudian masuk dalam jaringan
makanan di laut. Di Indonesia, penyu hijau, beberapa jenis ikan, dan bulubabi,
mengkonsumsi daun lamun. Duyung tidak saja memakan bagian dedaunannya tetapi juga
sampai ke akar dan rimpangnya.
Pada dasarnya ada empat jenis kerusakan lingkungan perairan pantai yang disebabkan
oleh kegiatan manusia, yang bisa memberikan dampak pada lingkungan lamun:
1) fisik yang menyebabkan degradasi lingkungan, seperti penebangan mangrove, perusakan
terumbu karang dan atau rusaknya habitat padang lamun;
2) Pencemaran laut, baik pencemaran asal darat, maupun dari kegiatan di laut;
3) Penggunaan alat tangkap ikan yang tak ramah lingkungan;
4) Tangkap lebih, yakni eksploitasi sumberdaya secara berlebihan hingga melewati kemampuan
daya pulihnya karang dari padang lamun untuk bahan konstruksi, atau untuk membuka usaha
budidaya rumput laut. Demikian pula terjadi di Teluk Lampung. Di Bintan (Kepulauan Riau)
pembangunan resor pariwisata di pantai banyak yang tak mengindahkan garis sempadan
pantai, pembangunan resor banyak mengorbankan padang lamun.
Kerusakan Padang Lamun di Indonesia akibat gangguan alam dan aktivitas manusia,
adalah sebagai berikut:
39
1) Kerusakan fisik
Kerusakan fisik terhadap padang lamun telah dilaporkan terjadi di berbagai daerah di
Indonesia. Di Pulau Pari dan Teluk Banten, kerusakan padang lamun disebabkan oleh
aktivitas perahu-perahu nelayan yang mengeruhkan perairan dan merusak padang lamun.
Reklamasi dan pembangunan kawasan industri dan pelabuhan juga telah melenyapkan
sejumlah besar daerah padang lamun seperti terjadi di Teluk Banten. Di Teluk Kuta
(Lombok) penduduk membongkar karang.
2) Pencemaran laut
Pencemaran laut dapat bersumber dari darat (land based) ataupun dari kegiatan di laut (sea
based). Pencemaran asal darat dapat berupa limbah dari berbagai kegiatan manusia di darat
seperti limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, atau pengelolaan lahan yang
tak memperhatikan kelestarian lingkungan seperti pembalakan hutan yang menimbulkan
erosi dan mengangkut sedimen ke laut. Bahan pencemar asal darat dialirkan ke laut lewat
sungai-sungai atau limpasan (runoff).
Masukan hara (terutama fosfat dan nitrat) ke perairan pantai dapat menyebabkan eutrofikasi
atau penyuburan berlebihan, yang mengakibatkan timbulnya ledakan populasi plankton
(blooming) yang mengganggu pertumbuhan lamun. Epiffit yang hidup menempel di
permukaan daun lamun juga dapat tumbuh kelewat subur dan menghambat pertumbuhan
lamun. Kegiatan penambangan didarat, seperti tambang bauksit di Bintan, limbahnya terbawa
ke pantai dan merusak padang lamun di depannya.
Pencemaran dari kegiatan di laut dapat terjadinya misalnya pada tumpahan minyak di laut,
baik dari kegiatan perkapalan dan pelabuhan, pemboran, debalasting muatan kapal tanker.
Bencana yang amat besar terjadi saat kecelakaan tabrakan atau kandasnya kapal tanker yang
menumpahkan muatan minyaknya ke perairan pantai, seperti kasus kandasnya supertanker
Showa Maru yang merusak perairan pantai Kepuluan Riau.
4) Tangkap lebih
Salah satu tekanan berat yang menimpa ekosistem padang lamun adalah tangkap lebih (over
fishing), yakni eksploitasi sumberdaya perikanan secara berlebihan hingga melampaui
kemampuan ekosistem untuk segera memulihkan diri. Tangkap lebih bisa terjadi pada ikan
maupun hewan lain yang berasosiasi dengan lamun. Banyak jenis ikan lamun yang kini
semakin sulit dicari, dan ukurannya pun semakin kecil.
40
F.PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN PADANG LAMUN
Permasalahan dan isu pengelolaan sumber daya pesisir dan lautan dalam hal ini
ekosistem padang lamun, secara umum sedang dihadapi di Indonesia, bahkan juga sama
dengan yang terjadi di beberapa negara berkembang lainnya. Walaupun dalam skala mikro
bisa jadi tidak terlalu persis karena perbedaan sosial ekonomi dan budaya. Karena itu, isu
persoalan seperti kemiskinan, konflik interes antar lembaga, rendahnya kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan, pencemaran laut dan pesisir, keterbatasan dana pengelolaan merupakan
persoalan yang sedang dihadapi. (PKSPL, 1999).
Disadari bahwa padang lamun memberikan banyak manfaat bagi manusia. Dengan
demikian, mempertahankan areal-areal padang lamun, termasuk tumbuhan dan hewannya,
sangat penting untuk pembangunan ekonomi dan sosial. Namun, akhir-akhir ini, tekanan
penduduk semakin meningkat akan sumberdaya laut menjadi faktor utama dalam perubahan
lingkungan ekosistem di laut.
Yang menjadi kelemahan adalah bahwa selama ini banyak masyarakat yang
menganggap bahwa areal pesisir mutlak merupakan milik umum yang sangat luas yang dapat
mengakomodasi segala bentuk kepentingan termasuk kegiatan yang berbahaya sekalipun. Ini
suatu kelemahan cara berpikir dan pengetahuan yang dapat mengancam keberlangsungan
sumber daya pesisir dan laut salah satunya adalah ekosistem padang lamun.
41
dari suatu strategi pengelolaan, hal ini disebabkan karena adanya bermacam-macam aktivitas
dan kelompok masyarakat sebagai pengguna, seperti rencana pengelolaan yang dibuat oleh
pemerintah sering tidak dapat mencakup semua kepentingan masayarakat dan sebaliknya
masyarakat menganggap sumber alam sebagai open acces resources (Raharjo, 1996)
Namun yang paling penting dalam pengelolaan ekosistem di dalam wilayah pesisir
harus diingat, bahwa suatu ekosistem di wilayah pesisir tidak berdiri sendiri atau diantara
beberapa ekosistem saling terkait baik secara biogeofisik, maupun secara sosioal-ekonomi;
dan kelangsungan hidup suatu ekosistem juga sangat tergantung pada aktifitas manusia di
darat yang dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat setempat. Dengan demikian, upaya
konservasi dan pelestarian serta pengunaan sumber daya ekosistem lamun yang berkelanjutan
memerlukan pengelolaaan secara terpadu memiliki pengertian bahwa pengelolaan sumber
daya alam jasa-jasa lingkungan pesisir dan laut dilakukan melalui penilaian secara
menyeluruh (comprehensive assesment), merencanakan tujuan dan sasaran, kemudian
merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya guna mencapai
pembangunan yang optimal dan berkelanjutan. Perencanaan dan pengelolaan tersebut
dilakukan secara kontinyu dan dinamis dangan mempertimbangkan aspek sosial-ekonomi
budaya dan aspirasi masyarakat pengguna wilayah area pesisir (stakeholder) serta konflik
kepentingan dan pemanfaatan yang mungkin ada.
Pelestarian ekosistem padang lamun merupakan suatu usaha yang sangat kompleks
untuk dilaksanakan, karena kegitan tersebut sangat membutuhkan sifat akomodatif terhadap
segenap pihak baik yang berada sekitar kawasan maupun di luar kawasan. Pada dasarnya
kegiatan ini dilakukan demi memenuhi kebutuhan dari berbagai kepentingan. Namun
demikian, sifat akomodatif ini akan lebih dirasakan manfaatnya bilamana keperpihakan
kepada masyarakat yang sangat rentan terhadap sumberdaya alam diberikan porsi yang lebih
besar.
42
Raharjo (1996) mengemukakan bahwa pengeloaan berbasis masyarakat
mengandung arti keterlibatan langsung masyarakat dalam mengelola sumberdaya alam di
suatu kawasan.. Dalam konteks ini pula perlu diperhatikan mengenai karakteristik lokal dari
masayakarakat di suatu kawasan. Sering dikatakan bahwa salah satu faktor penyebab
kerusakan sumber daya alam pesisir adalah dekstrusi masyakarakat untuk memenuhi
kebutuhannya. Oleh karena itu, dalam strategi ini perlu dicari alternatif mata pencaharian
yang tujuannya adalah untuk mangurangi tekanan terhadap sumberdaya pesisir termasuk
lamun di kawasan tersebut.
43