Anda di halaman 1dari 8

CEMENTOMA

A. Definisi
Cementoma adalah proses idiopatik pada regio periapikal pada daerah gigi
yang berhubungan dengan rahang. Ciri-cirinya adalah adanya pergantian tulang
normal dengan jaringan fibrous dan tulang metaplastik (Barnes dkk., 2005).
Menurut Langland (1997) periapical cemental dysplasia adalah suatu keganasan,
pertumbuhannya lambat, proliferasi jaringan ikat yang berasal dari elemen selular
pada ligamen periodontal. Lesi berkembang merusak lamina dura dan menyebar
secara periapikal, merubah tulang trabekulae normal disekitarnya dengan suatu
massa jaringan fibrous (radiolusen) disertai sejumlah bahan radiopak yang
bervariasi (bahan sementum atau osseus) yang dapat diamati, terutama pada lesi
yang matang. Memiliki potesi pertumbuhan yang terbatas dengan durasi yang
lama. Sering terlihat pada wanita African-Amerika dan Asia pada usia
pertengahan. Gigi yang sering terkena pada daerah mandibula dan gigi tersebut
biasanya vital. Tidak ada perawatan yang diindikasikan.

B. Sinonim
Periapical cemental dysplasia, periapical osseous dysplasia, focal cemento-
osseous dysplasia, periapical cementoma (Barnes dkk., 2005).

C. Epidemologi
Predileksinya pada wanita kulit hitam usia pertengahan (Barnes dkk., 2005)

D. Gambaran Klinis
Lebih sering terjadi pada kulit hitam daripada kulit kutih, Gambaran
radiografinya menunjukkan sebagai radiolusen tanpa pelebaran pada tahap awal
atau tahap belum matang. Lesi biasanya tunggal atau multipel dan biasanya sering
pada anterior mandibula. Insisif dan premolar lebih sering dihubungkan dengan
radoiolusensi periapikal dan tidak meliputi gigi molar terkecuali bila terjadi lesi
multipel. Biasanya radiolusen tapi tidak dibatasi dan lokasinya pada apical
periodontal ligament space yang lengkap. Gigi yang terkena vital dan bukti klinis

1
dari ekspansi masih kurang, tidak ada gejala sakit. Etiologinya masih belum
diketahui (Eversole, 2001)
Kondisinya terjadi pada bermacam-macam bentuk klinis yang memiliki
nama yang berbeda. Bila terjadi pada anterior mandibula dan meliputi hanya
beberapa gigi yang berdekatan disebut periapical osseus dysplasia. Lesi terbatas
yang mirip terjadi pada kuadran posterior dikenal sebagai focal osseous dysplasia
biasanya disebut focal cemento osseous dysplasia. 2 tipe lainya dari cementoma
adalah lebih luas, terjadi secara bilateral pada rahang mandibula atau terkadang
meliputi 4 kuadran rahang. Pertama adalah florid osseus dysplasia, tipe
cementoma ini terutama terjadi pada wanita kulit hitam pada usia pertengahan,
yang kedua terjadi pada usia muda dan menyebabkan kecenderungan pelebaran
rahang, tipe cementoma ini disebut dengan gigantiform cementoma. Menunjukkan
suatu autosomal dominal yang diwariskan dengan bentuk yang berbeda-beda, tapi
sesekali tanpa adanya keturunan dalam keluarganya juga ditemukan. Periapikal
dan focal osseous dysplasias biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada
pemeriksaan foto rontgen. Gigi yang bersangkutan biasanya vital. Florid osseous
dysplasias dapat memberikan gejala pada kasus yang bersamaan dengan adanya
infeksi. Pelebaran rahang tidak terjadi pada cementoma dengan pengecualian pada
gigantiform cementoma dan jarang terlihat apada Florid osseous dysplasias
(Barnes dkk., 2005).

E. Gambaran Radiografi
Tipe cementoma ini mengenai gigi anterior mandibula pada wanita
biasanya pada usia pertengahan. Suatu stadium permulaan fibrous
membingungkan dengan suatu granuloma (dapat dibedakan melalui tes vitalitas).
Stadium awal diikuti oleh stadium dengan akumulasi bahan-bahan yang memiliki
densitas dari jaringan yang terkalsifikasi. Manisfestasi multipel pada mandibula
terkadang dapat dikombinasikan dengan lesi tersendiri pada maksila,
cementoblastoma pada region molar dan premolar mandibula juga dapat terjadi
secara bersamaan (Pasler,1993)
Tahap-tahap cementoma :
1. Tahap awal
Penampakan radiografinya tergantung pada tahap dan bagian
perkembangannya. Pada tahap awal, saat lesi terdiri terutama terdiri dari

2
jaringan ikat, daerah periapikal terdiri atas suatu daerah radiolusen berbatas
jelas mirip seperti yang dihasilkan pada granuloma atau kista dengan
pinggiran epitel. Gambar ini menyebabakan kebingungan dalam mendiagnosis
dan dari hal ini banyak kesalahn interpretasi bermunculan. Jika warna gigi
normal dan responnya normal terhadap tes vitalitas, salah satunya dapat
diandalkan sebagai diagnosis pada tahap awal dari cementoma atau
cementoblastoma didasarkan pada pemunculan radiografi itu sendiri, terutama
jika tidak adanya riwayat pulpitis atau trauma (Stafne, 1985).

Gambar 1 Gambar 2

Gambar 1. Radiografi periapikal ini menggambarkan stadium awal fibrous.


Gambar 2. Granuloma. Penting untuk melakukan tes vitalitas pada gigi yang
terkena untuk membedakan antara cementoma tahap awal dengan granuloma.

2. Tahap kedua
Tahap kedua, dimana penampakan radiografi menunjukkan kekhasan dari
cementoma, terjadi jika terbentuknya substansi terkalsifikasi yang cukup di
daerah tengah untuk menghasilkan gambaran radiopak disertai daerah
radiolusen yang mendasar. Salah satu deposisi dari substansi terkalsifikasi
dapat dilihat pada foto radiografi, hanya pada contoh yang jarang massa
fibrousnya menjadi lebih luas dibandingkan dengan batas daerah
radiolusennya. Pengecualian tejadi pada contoh pencabutan dari gigi yang
berhubungan atau perawatan bedah lainnya dimana rupanya lesi tidak secara
utuh dikeluarkan. Pada tahap ini, sementum dapat diendapkan pada

3
permukaan akar, dimana seperti yang dihasilkan pada hipercementosis.
Resorpsi seperti itu terkadang disebabkan oleh sclerosis tulang dan beberapa
tumor ganas pada rahang tidak pernah terjadi pada akar gigi (Stafne, 1985).

Gambar 3 Gambar 4

Gambar 3. Gigi 42 dan 41 menunjukkan stadium kedua yang digambarkan


sebagai deposisi dari bahan-bahan dengan densitas dari jaringan yang
terkalsifikasi.
Gambar 4. Hipercementosis

Gambar 5

Gambar 5. Lesi multiple pada wanita 45 tahun pada daerah anterior mandibula
dan daerah premolar serta molar mandibulanya. Semua gigi pada mandibula
memberikan reaksi positif terhadap tes vitalitas CO2.

4
Cementoma terutama dapat terdiri atas radiolusen, dapat juga didominasi
oleh radiodensitas atau campuran. Radiodensitasnya cenderung meningkat seiring
berjalannya waktu. Pada tahap campuran atau radiodensitas dari cemetoma suatu
radiolusen bulat biasanya memisahkan lesi ini dari tulang sekitarnya dan
permukaan akar (Barnes dkk., 2005).

F. Histopatologi
Semua tipe cementoma terdiri atas jaringan fibrous selular, bergelombang
seperti tulang lamela dan massa seperti bahan sementum. Tidak ada kapsul.
Komponen jaringan keras pada kebanyakan kasus tidak menyatu pada akar gigi
yang berhubungan, tapi dapat menyatu dengan tulang disekitarnya. Perubahan
inflamasi sekunder mungkin terjadi terutama pada florid Osseous Dysplasia dan
gigantiform cementoma. Secara hitologi cementoma mirip dengan ossifying
fibroma, informasi klinis dan radiografi diperlukan untuk membuat membedakan.
Cementoma juga sering membingungkan dengan fibrous dysplasia.akan tetapi
variasi gambaran bahan mineralisasinya dibedakan antara kedua lesi. Fibrous
dysplasia hampir sebagian besar hanya terdiri dari tulang woven (Barnes dkk,
2005). Droplet kalsifikasi sering terlihat (Eversole, 2001).

Gambar 6

Gambar A. menunjukkan sebagian periapical osseous dysplasia termineralisasi.


Gambar B. focal osseous dysplasia menunjukkan sebagai lesi periapical fibrous
mengandung partikel tulang dengan gambaran bervariasi, secara kebetulan
ditemukan pada reseksi mandibula untuk perawatan squamus cell carcinoma
(SSC).

5
Gambar 7
Focal osseous dysplasia dalam ligamen periodontal space diantara permukaan
akar (kiri) dan soket alveolar gigi (kanan). Pada kasus ini lebih berat secara
mineralnya disbandingkan kasus pada gambar b.

G. Different diagnosis
Periapical cemental dysplasia dapat dibandingkan dari apical periodontitis
didasarkan pemeriksaan vitalitas, dimana pulpanya vital pada periapical cemental
dysplasia. Focal condeising osteitis dan cementoblastoma biasanya berhubungan
dengan molar ketiga daripada gigi anterior. (Eversole, 2001)

Gambar 8 Gambar 9
Periapical Cemental Dysplasia Apical Periodontitis
( Cementoma)

Gambar 10 Gambar 11
Focal Condesing Osteitis Cementoblastoma

6
H. Perawatan
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan radiologi yang tepat dan karakteristik
klinis. Kenyataannya, kemungkinan komplikasi dari biopsi pada infeksi sekunder,
yang mana dapat terjadi pada lesi yang mempunyai sekumpulan formasi
sementum dan vaskularisasi yang buruk. Bagian sementum ini dapat
memperforasi mukosa bila posisinya dibawah suatu denture dan hasilnya infeksi
sekunder. Bila ini terjadi, suatu bagian dari sementum dapat dihilangkan dengan
pembedahan karena mereka dapat seperti sequester pada osteomyelitis (White and
Pharoah, 2004). Eksisi yang luas bisa diperlukan sebagai jalan keluar. (Cawson
and Odell, 2002).
Perawatan tidak diperlukan. Pasien seharusnya dipanggil untuk evaluasi
secara periodik. Untuk meyakinkan bahwa lesi mengikuti kemajuan yang biasa
menjadi tahap matang dengan opaksifikasi. Jika lesi berkembang secara progresif
atau menyebabkan pelebaran, hal ini kemungkinan merupakan adanya penyakit
lain dan diindikasikan untuk melakukan biopsi (Eversole, 2001).

I. Prognosis
Macam bentuk dari cementoma tidak memerlukan suatu perawatan
terkecuali terjadi komplikasi seperti infeksi dari massa sklerotik tulang yang
mungkin ditemukan pada florid osseous dysplasia atau terjadi deformitas
permukaan seperti pada gigantiform cementoma (Barnes dkk., 2005).

7
DAFTAR PUSTAKA

Barnes, Leon, Eveson, JW., Reinchart P., dan Sidransky D. 2005. Pathology and
Genetic of Head and Neck Tumours, Ed series World Health Organization
Classification of Tumours, IARC Press, Lyon-France, hal 323.

Cawson, R. A. and Odell, E. W. 2002. Oral Pathology and Oral Medicine, Ed ke-7,
Elsevier Limited, Livingstone, hal 133-134.

Eversole, Lewis R. 2001. Clinical Outline of Oral Pathology Diagnosis and


Treatment, Ed ke-3, hal 230-231.

Pasler, Friedrich A. 1993. Color Atlas of Dental Medicine, Thieme, hal 205-206.

Stafne, Edward C. 1985. Stafnes Oral Radiographic Diagnosis. Ed ke-5. W.B.


Saunders Co., Philadelphia, hal 202-204.

White, S. C. and Pharoah, M.J. 2004, Oral Radiology Principles and Interpretation,
Ed ke-5, Mosby Co., Philadelphia, hal 495.

Anda mungkin juga menyukai