2. Faktor Lingkungan
Stimulasi, kesempatan, harapan, tuntutan, dan imbalan akan berpengaruh pada proses
belajar seorang anak. Penelitian tentang individu-individu berbakat yang sukses menunjukkan
masa kecil mereka di dalam keluarga memiliki keadaan sebagai berikut:
Adanya minat pribadi dari orang tua terhadap bakat anak dan memberikan dorongan Orangtua
sebagai panutan
Ada dorongan dari orangtua untuk menjelajah
Pengajaran bersifat informal dan terjadi dalam berbagai situasi, proses belajar awal lebih
bersifat eksplorasi dan bermain
Keluarga berinteraksi dengan tutor/mentor
Ada perilaku-perilaku dan nilai yang diharapkan berkaitan dengan bakat anak dalam keluarga
Orangtua menjadi pengamat latihan-latihan, memberi pengarahan bila diperlukan, memberikan
pengukuran pada perilaku anak yang dilakuakn dengan terpuji dan memenuhi standard yang
ditetapkan
Orangtua mencarikan instruktur dan guru khusus bagi anak
Orantua mendorong keikutsertaan anak dalam berbagai acara positif di mana kemampuan anak
dipertunjukkan pada khalayak ramai
Anak-anak yang disadari memiliki potensi perlu dikembangkan, perlu memiliki keluarga
yang penuh rangsangan, pengarahan, dorongan, dan imbalan-imbalan untuk kemampuan mereka.
Penelitian lain menunjukkan bahwa kelompok budaya atau etnik-etnik tertentu
menghasilkan lebih banyak anak-anak berbakat walaupun tingkat sosial ekonominya berbeda.
Hal ini dikaitkan dengan mobilitas sosial dan nilai yang tinggi pada prestasi di dalam bidang-
bidang tertentu yang ada dalam kelompok budaya dan etnik tertentu yang menjadi kontribusi
dalam keberbakatan.
Jadi lingkungan memeiliki pengaruh yang banyak terkait bagaimana genetik anak
diekspresikan dalam kesehariannya. Faktor keturunan lebih menentukan rentang di mana
seseorang akan berfungsi, dan faktor lingkungan menentukan apakah individu akan berfungsi
pada pencapaian lebih rendah atau lebih tinggi dari rentang tersebut.
erhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun
yang lalu. Misalnya, Plato pernah menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan dan dididik
secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi pemimpin negara dalam segala
bidang pemerintahan. Oleh karena itu, mereka dibekali ilmu pengetahuan yang dapat menunjang
tugas mereka (Rohman Natawijaya, 1979).
Demikian pula di Indonesia, kehadiran mereka sudah dikenal sejak dulu. Banyak sekolah
yang menerapkan sistem loncat kelas atau dapat naik ke kelas berikutnya lebih cepat meskipun
waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih serius dan formal tersurat dalam
UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa berhak memperoleh pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi anak-anak tersebut
secara optimal.
Anak berbakat tidak mengalami kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan
tunagrahita. Walaupun diantara anak berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi kelainan itu
bukan pada terhambatnya kecerdasan. Agar anak berbakat yang mempunyai potensi unggul
tersebut dapat mengembangkan potensinya dibutuhkan program dan layanan pendidikan secara
khusus. Mereka lahir dengan membawa potensi luar biasa yang berarti telah membawa
kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah mengembangkan kebermaknaan
tersebut secara optimal sehingga mereka dapat berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara.