Gingivitis Sederhana Dan Akut Pada Anak-Surya
Gingivitis Sederhana Dan Akut Pada Anak-Surya
BAB I .................................................................................................................................... 3
1.1 Definisi ................................................................................................................ 3
1.2 Gingiva ................................................................................................................ 3
1.3 Klasifikasi Gingivitis ............................................................................................. 7
1.4 Epidemiologi ....................................................................................................... 9
1.5 Etiologi dan Patofisiologi................................................................................... 10
1.6 Prevalensi .......................................................................................................... 11
BAB II ................................................................................................................................. 12
2.1 Acute Primary Herpetic Gingivostomatitis (APHG) ........................................... 12
2.2 Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG atau Infeksi Vincent)............... 15
2.3 Recurrent Aphtous Ulcer (RAU) ......................................................................... 16
2.4 Gingivitis Skorbutik ........................................................................................... 17
BAB III ................................................................................................................................ 19
3.1 Acute Primary Herpetic Gingivostomatitis (APHG) ........................................... 19
3.2 Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG atau Infeksi Vincent)............... 21
3.3 Recurrent Aphtous Ulcer (RAU) ......................................................................... 22
3.4 Gingivitis Skorbutik ........................................................................................... 22
BAB IV................................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 24
BAB I
1.1 Definisi
Newman, 1996; Jenkins dan Allan, 1999).Tanda klinis dari gingivitis yaitu eritema,
1.2 Gingiva
gigi dan menutupi prosessus alveolaris. Secara anatomis, gingiva terbagi menjadi
daerah margin gingiva, attached gingiva (gingiva cekat), dan gingiva interdental.
Margin gingiva atau disebut juga gingiva tidak cekat, merupakan tepi dari
gingiva yang mengelilingi gigi seperti kerah baju. Batas marginal gingival dengan
attached gingiva ditandai dengan adanya cerukan dangkal yang disebut free
dinding jaringan lunak dari sulkus gingiva. Margin gingiva dapat dipisahkan dari
3
Jaringan marginal gingiva disekeliling gigi sulung lebih tervaskularisasi dan
mengandung sedikit jaringan ikat dibanding gingiva pada gigi permanen. Epitel
lebih tipis dengan derajat keratinisasi yang lebih kecil, memberikan penampakan
berwarna merah yang dapat salah diinterpretasikan sebagai inflamasi ringan. Lebih
lanjut hiperemi lokalisata dapat terjadi ketika erupsi gigi sulung, mengarah pada
apikal dari permukaan insisal atau oklusal menuju cemento enamel junction (CEJ).
Ketika gigi erupsi secara keseluruhan, terjadi pergeseran junctional epithelium dan
margin free gingiva. Kestabilan gingiva dicapai sekitar usia 12 tahun untuk insisif
mandibula, caninus, premolar kedua dan molar pertama. Jaringan gingiva dari gigi
lainnya akan terus menyusut sampai usia sekitar 16 tahun, sehingga seringkali
margin gingiva berada pada ketinggian yang berbeda untuk gigi yang berdekatan
dengan tingkatan erupsi yang berbeda. Hal ini terkadang memberikan penampakan
yang salah akan terjadinya resesi gingiva di sekitar gigi yang paling lama berada
4
Gambar 1.1 Diagram dari bagian anatomik gingiva.
(Newman, 2011)
bagian bawah margin gingiva, melekat erat pada gigi dan tulang alveolar. Attached
gingiva dilapisi oleh epitel mulut seperti halnya margin gingiva. Konturnya
gingiva yang tidak beraturan seperti permukaan kulit jeruk). Dua karakter unik
pada attached gingiva pada anak adalah interdental clefts dan retrocuspid papila.
1 mm di bawah groove margin free gingival dan di atas attached gingiva pada
bagian lingual kaninus mandibula (Newman, 2011; Tandon, 2009; Welbury, 2012).
Attached gingiva pada anak dibandingkan dengan dewasa lebih tipis karena
keratinisasi lebih sedikit, warnanya lebih merah karena vaskularisasi lebih banyak,
lebih lunak karena jaringan ikat kurang padat, dan stippling pada permukaan
gingiva cekat gigi sulung lebih sedikit. Attached gingiva berperan penting untuk
5
mempertahankan kedalaman sulkus, untuk menahan tekanan fungsional selama
mastikasi dan untuk menahan tekanan tegangan dengan menjadi buffer antara
margin gingiva yang bergerak dengan struktur mukosa alveolar yang longgar.
di bawah area titik kontak gigi. Gingival interdental dapat berbentuk piramida atau
berbentuk col. Pada gigi sulung, sering terjadi spacing interdental. Maka terdapat
daerah sadel sebagai hasil dari permukaan interdental yang berkeratin. Hal ini
mungkin menjadi alasan terhadap rendahnya prevalensi lesi periodontal pada anak
sementum dan kortikal tulang alveolar yang lebih tipis. Ligamen periodontal pada
anak lebih sedikit mengandung jaringan ikat dan lebih tervaskularisasi. Tulang
alveolar memiliki sumsum tulang yang lebih besar, lebih tervaskularisasi dan lebih
sedikit trabekula tulang daripada tulang alveolar pada dewasa, fitur yang dapat
tanpa kehilangan perlekatan atau tulang. Hal itu terjadi sebagai respons terhadap
bakteri yang hidup pada lapisan biofilm pada margin gingiva dan sulkus. Tanda
klinis dari gingivitis yaitu eritema, bleeding on probing, dan edema. Pada gigi
sulung pertama, gingivitis tidaklah umum terjadi. Anak-anak yang lebih muda
6
memiliki plak yang lebih sedikit daripada orangtua dan timbul lebih tidak reaktif
1. gingivitis akut (rasa sakit timbul secara tiba-tiba dan dalam jangka waktu
pendek),
2. gingivitis subakut (tahap yang lebih hebat dari kondisi gingivitis akut),
dibersihkan dengan perawatan atau hilang secara spontan dan dapat timbul
kembali,
secara perlahan-lahan dalam waktu yang lama, dan tidak terasa sakit apabila
tidak ada komplikasi dari gingivitis akut dan subakut yang semakin parah).
Penderita gingivitis kronis jarang merasakan nyeri atau sakit sehingga hal
ini menjadi alasan utama gingivitis kronis kurang mendapat perhatian. Rasa sakit
merupakan salah satu simptom yang membedakan antara gingivitis kronis dengan
gingivitis akut.
7
Klasifikasi gingivitis kronis pada anak yang saat ini digunakan adalah:
yang sedang erupsi dan berkurang setelah gigi tumbuh sempurna dalam
rongga mulut.
3. Gingivitis pada gigi karies dan loose teeth (eksfoliasi parsial). Pada
1. Localized gingivitis terbatas pada satu daerah gigi atau beberapa daerah gigi,
3. Marginal gingivitis meliputi margin gusi tetapi juga termasuk bagian batas gusi
cekat,
batas margin gusi, dan gingivitis lebih sering diawali pada daerah papila,
5. Diffuse gingivitis meliputi margin gusi, gusi cekat, dan papila interdental.
8
Menurut tingkat keparahannya, gingivitis terbagi dalam 5 tingkat:
4. moderate, perdarahan saat menyikat gigi (pada tingkat ini orangtua atau
1.4 Epidemiologi
masalah kesehatan utama. Penyakit ini dapat berbahaya bila gejala inflamasi
gingiva yang khususnya terjadi pada anak-anak diabaikan, dapat juga terjadi
peningkatan pada anak remaja dan dewasa, dan perkembangan yang sering terjadi
ialah kehilangan gigi geligi sebagian ataupun seluruhnya pada pertengahan atau
darah dan akumulasi sel-sel peradangan. Ketika respon pembuluh darah telah
peradangan. Tepi gingiva menjadi kemerahan, ada pembengkakan, dan papila akan
9
Volume dari gingiva akan meningkat dan permukaannya lebih mengkilat,
eksudasi krevikular terlihat jelas, khususnya jika ada tekanan pada gingiva bebas.
Diagnosis pada gingivitis didasarkan pada gejala klinis yang terlihat seperti
yang buruk, kalkulus, iritasi mekanis, dan posisi gigi yang tidak teratur dapat
hubungan tuan rumah-parasit dan dapat menyebabkan karies gigi dan penyakit
plak dalam jumlah yang sangat banyak terdapat di regio interdental yang sempit,
inflamasi gusi cenderung dimulai pada daerah papila interdental dan menyebar dari
daerah tersebut ke sekitar leher gigi. Respon setiap individu terhadap plak sebagai
minimal terhadap faktor lokal (Pinkham, 1988; Manson dan Eley, 1993).
Gingivitis berawal dari daerah margin gusi yang dapat disebabkan oleh
invasi bakteri atau rangsang endotoksin. Endotoksin dan enzim dilepaskan oleh
10
Peradangan pada jaringan pendukung sebagai akibat dari dilatasi dan
1.6 Prevalensi
ditemukan pada anak usia 3 tahun sebesar 5 persen, 6 tahun sebesar 50 persen, dan
Gingivitis timbul pada setengah populasi dari umur 4 5 tahun, dan akan
pada saat pubertas, tetapi setelah masa pubertas akan mengalami penurunan sedikit
Survei nasional (1973, 1983, dan 1993) mengenai kesehatan gigi anak di
pada anak usia 5 9 tahun dan hal ini berkaitan dengan jumlah plak, debris, dan
kalkulus.(Welbury,2012)
11
BAB II
GINGIVITIS AKUT
disertai rasa sakit yang hebat, berlangsung dalam waktu singkat dan disertai tanda-
tanda klinis yang jelas. Peradangan akut pada gingiva disebabkan oleh banyak
faktor seperti faktor fisik, kimia, mikroorganisme oral spesifik maupun nonspesifik.
(McDonalds,2004)
oleh herpes virus hominis. Infeksi primer lebih banyak ditemukan pada anak-anak
berusia 2 5 tahun. Meskipun anak-anak yang lebih tua dapat juga terinfeksi.
Tingkat imunitas yang di transfer ke anak yang baru lahir melalui sirkulasi antibodi
terjadi.(Welbury,2012)
Orang tua seringkali menduganya sebagai akibat dari pertumbuhan gigi atau
penyakit lainnya, dalam 2-3 hari, timbul lepuhan yang sangat kecil (vesikel) di
mulut. Vesikel ini mungkin tidak disadari karena mereka segera pecah dan
terutama gusi. Seminggu kemudian anak akan membaik, tetapi virus herpes
simpleks tetap berada dalam tubuhnya, dan infeksi sering berulang di kemudian
12
Infeksi awal menyebabkan sakit yang menyebar di mulut, tetapi infeksi
ulangan biasanya menyebabkan timbulnya cold sore (fever blister, lepuhan yang
- demam
- cuaca dingin
- alergi makanan
- cedera di mulut
- pengobatan gigi
- kecemasan.
Infeksi primer pada beberapa anak prasekolah dapat ditandai oleh satu atau
dua luka ringan pada membran mukosa mulut yang tidak disadari oleh anak tersebut
maupun orangtuanya. Pada anak-anak lain, infeksi primer dapat disertai dengan
adanya gejala akut. Gejala aktif dari penyakit akut ini umumnya timbul antara usia
2 hingga 6 tahun, bahkan pada anak-anak dengan kebersihan mulut yang baik dan
jaringan mulut yang sehat. Pada kenyataannya, anak-anak ini memiliki kebersihan
Penularan virus ini dapat melalui infeksi droplet dengan periode inkubasi 1
minggu. Anak akan menjadi demam dengan kenaikan suhu 37,8 38,9 oC. Sakit
kepala, tidak enak badan, nyeri pada rongga mulutnya, kesulitan dalam menelan,
dan pembesaran kelenjar getah bening adalah gejala umum yang menyertai demam
dan mendahului timbulnya sakit yang lebih hebat, yaitu gingivitis marginal
oedematous.(Welbury,2012)
13
Karakteristik dalam rongga mulut yang ditemukan pada penyakit primer
akut berupa vesikel berisi cairan berwarna kuning atau putih. Dalam beberapa hari
vesikel tersebut pecah dan membentuk ulkus, dengan diameter 1 3 mm, diselimuti
membran berwarna abu keputihan dan adanya peradangan dengan area yang
terbatas.(McDonald,2004)
bukal, lidah, bibir, palatum keras dan lunak, dan sekitar tonsil. Ulkus yang besar
dapat ditemukan pada palatum atau jaringan gusi atau pada bagian mukobukal fold.
Ulkus yang bulat disertai daerah kemerahan pada bibir dan pipi juga merupakan
14
Infeksi primer herpetik dapat juga ditemukan pada bagian dorsal ibu jari
pada pasien anak-anak. Anak tersebut tergolong thumb-sucker dan infeksi primer
spontan, ada rasa nyeri, dan biasanya ada bau khas seperti bau
logam.(Tandon,2009)
ANUG merupakan salah satu penyakit akut yang umumnya terjadi pada
gingiva. Di Amerika Serikat dan Eropa, ANUG timbul pada dewasa muda yang
berusia sekitar 16 30 tahun. Pada negara berkembang, ANUG timbul pada anak-
anak berusia 1 2 tahun dimana infeksi ini sangat agresif yang menyebabkan
15
ANUG merupakan suatu penyakit menular yang langka terjadi pada anak-
ANUG di tandai dengan adanya jaringan yang nekrosis dan ulserasi, yang
awalnya timbul pada interdental papil lalu menyebar ke bagian labial dan lingual
Kebersihan rongga mulut umumnya sangat buruk. Terdapat halitosis pada kasus
ANUG, demam dan pembesaran kelenjar getah bening lebih jarang terjadi
Tanda klinis dari ANUG ketika tahap akut memasuki fase kronis yaitu
setelah 5 7 hari. Rekuren dari kondisi akut dapat terjadi, siklus akut-kronis ini
dapat berlanjut hingga jaringan marginal kehilangan kontur dan muncul membulat.
(Welbury,2012)
Manifestasi klinis dari penyakit ini termasuk peradangan, adanya rasa nyeri,
perdarahan jaringan gusi, berkurangnya nafsu makan, demam tinggi sampai 40o C,
Stomatitis (RAS), berupa ulserasi pada membran mukosa mulut yang sering terjadi
pada anak usia sekolah dan orang dewasa. Kasus terbanyak RAU terjadi pada usia
10-19 tahun. Karakteristik umumnya berupa ulser yang sakit, timbul tanpa
penyebab, berlangsung selama beberapa hari, pulih dan kemudian timbul kembali
16
setelah beberapa waktu. Ulser dapat berupa ulser minor, ulser mayor dan ulser
herpetiform. (McDonald,2004)
Gejala klinis dalam rongga mulut berupa papula dengan pinggir regular dan
eritema. Papula mengalami nekrosis kemudian erosi dan terbentuk ulser ditutupi
pseudomembran abu-abu atau kuning, dengan diameter 2-5 mm kadang bisa sampai
10 mm, terjadi pada mukosa bergerak dan jarang terjadi pada mukosa tidak
bergerak. (McDonald,2004)
gingivitis karena oral hygiene yang buruk. Gingivitis ini biasanya mengenai
jaringan marginal dan papilla gusi. Anak dengan scorbutic gingivitis biasanya
17
Gingivitis yang ringan karena defisiensi vitamin C sering terjadi lebih dari
perkiraan dokter gigi. Inflamasi dan pembesaran jaringan gusi marginal dan papilla
gusi dengan tidak ada faktor penyebab lainnya, maka kemungkinan telah terjadi
Scorbutic gingivitis. Anamnesa pada anak dan orang tuanya tentang kebiasaan
makan sehari-hari dan melakukan survey diet selama 7 hari menunjukkan hasil
gusi.(McDonald,2004)
18
BAB III
PERAWATAN
Tujuan pengobatan pada herpes primer adalah untuk mengurangi rasa sakit,
Rasa nyeri bisa menyebabkan anak tidak mau makan dan tidak mau minum; bila
disertai demam, hal ini bisa dengan segera menyebabkan dehidrasi (kekurangan
cairan tubuh). Karena itu anak yang sakit harus minum cairan sebanyak mungkin.
Untuk mengurangi nyeri pada penderita dewasa atau anak yang lebih besar, bisa
digunakan obat kumur anestetik (misalnya lidokain). Atau bisa juga digunakan obat
kumur yang mengandung baking soda. Pengobatan pada herpes sekunder akan
efektif bila dilakukan sebelum munculnya luka, yaitu segera setelah penderita
mempercepat hilangnya cold sore. Melindungi bibir dari sinar matahari secara
kangsung dengan menggunakan topi lebar atau dengan mengoleskan balsam bibir
yang mengandung tabir surya, bisa mengurangi kemungkinan timbulnya cold sore.
Sebaiknya penderita juga menghindari kegiatan dan makanan yang bisa memicu
terjadinya infeksi ulangan. Penderita yang sering mengalami infeksi ulangan bisa
mengkonsumsi lisin.
Istirahat yang cukup dan makan makanan yang lunak disarankan bagi penderita ini
selama masa demam dan anak ini harus tetap terhidrasi dengan baik. Demam dapat
19
dikurangi dengan pemberian paracetamol suspension dan infeksi sekunder dari
yang lebih tua yang dapat memuntahkannya kembali, tetapi untuk anak yang
berusia lebih muda (dibawah 6 tahun) chlorhexidine spray dapat juga digunakan (2
kali sehari) atau cairan ini di aplikasikan menggunakan spon yang di ulas.
Pada kasus yang berat dari herpes simplex, acyclovir sistemik dapat
diberikan dalam suspensi (200 mg) dan di telan, 5 kali sehari untuk 5 hari. Untuk
herpes virus tetapi tidak dapat tuntas membasminya. Obat ini lebih efektif jika
sehingga asupan nutrisi dapat lebih baik. Perawatan dapat dilakukan dengan
diberikan sebelum makan sehingga dapat mengurangi rasa sakit sementara dan
diberikan pada anak sebanyak 1 sendok teh larutan anastesi di kulum di mulut
Jus buah dapat mengiritasi daerah ulserasi, oleh karena itu suplemen vitamin
diperlukan selama proses perawatan penyakit ini. Istirahat yang cukup dan
hindarkan dari anak-anak lain, sangatlah disarankan. Dosis efektif minimum dari
20
obat antihistamin akan membuat anak tersebut menjadi tenang dan mengantuk,
ANUG ini dan kemungkinan rekuren jika perawatan tidak dilaksanakan hingga
Penyakit ini dapat diatasi bila dalam jangka waktu 24 48 jam di lakukan
kebersihan mulut dan penggunaan obat kumur dengan oksidasi ringan yang
tersebut.(McDonald,2004)
21
3.3 Recurrent Aphtous Ulcer (RAU)
Pada RAU, ulser dapat sembuh spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa ada
bekas. Perawatan RAU difokuskan pada penyembuhan ulser, mengurangi rasa sakit
dan masa timbulnya ulser, menjaga asupan nutrisi dan juga mencegah timbulnya
fluocinonide 0,5% dapat dioleskan pada ulser sebelum makan dan sebelum tidur.
Dapat juga dengan penggunaan obat kumur klorheksidin glukonat 0,2% sebanyak
10 ml tiga kali sehari atau obat kumur minosiklin 50 mg dalam 10 ml air digunakan
tiga kali sehari selama empat hari yang dapat diberikan pada anak-anak berusia di
sistemik..(McDonald,2004)
Gingivitis skorbutik yang parah jarang terjadi pada anak-anak. Dapat timbul
pada anak dengan alergi jus buah dimana terjadi kekurangan vitamin C pada diet
tidak ada penyakit sistemik, gingivitis akan membaik secara cepat dengan
pemberian asam askorbat 250-500 mg. Anak yang lebih besar dan orang dewasa
22
BAB IV
KESIMPULAN
ataupun kronis. Gejala klinis gingivitis berupa eritema, edema, dan cenderung
gingivitis pada anak meningkat sesuai dengan meningkatnya usia. Setelah masa
yang buruk. Perawatan utama yang dapat dilakukan untuk mengatasi gingivitis pada
kebersihan gigi dan mulut dengan sebaik mungkin serta melakukan tindakan
profilaksis.
23
DAFTAR PUSTAKA
24