Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEUANGAN DAERAH
OLEH :
B1C1 14 023
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena dengan
izin-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Keuangan
Daerah
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Cover i
Kata pengantar ii
Daftar isi ii
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1
LANDASAN TEORI 2
PEMBAHASAN 4
A. Keuangan Daerah 4
B. Sumber Pendapatan Daerah 4
C. Pengeluaran Daerah (belanja daerah) 5
D. Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah 6
PENUTUP 8
A. Kesimpulan 8
DAFTAR PUSTAKA 9
iii
PENDAHULUAN
1
LANDASAN TEORI
2
Beberapa permasalahan yang dipandang perlu diatur secara khusus diatur dalam
Peraturan menteri Dalam Negeri terpisah. Beberapa contoh Permendagri yang mengatur
masalah pengelolaan keuangan daerah secara khusus antara lain :
Permendagri No 7 tahun 2006 tentang standarisasi sarana dan prasarana kerja
pemerintahan daerah jo permendagri No 11 tahun 2007
Permendagri No 16 tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah tantag Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan
Kepala daerah tentang Penjabaran Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Permendagri No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis pengelolaan Barang Milik
Daerah
Permendagri N0 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah
3
PEMBAHASAN
A. Keuangan Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000, menyebutkan bahwa keuangan
daerah adalah semua hak dan kewjiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang temasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan lain yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam
kerangka APBD.
Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, keuangan daerah
sebagai salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan dikeluarkannya undang-undang tentang
Otonomi Daerah, membawa konsekuensi bagi daerah yang akan menimbulkan
perbedaan antar daerah yang satu dengan yang lainnya, terutama dalam hal
kemampuan keuangan daerah.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua hak
dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat
dinilai dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Dengan demikian keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang.
Keuangan daerah digunakan untuk membiayai semua kebutuhan daerah dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
4
Pajak Daerah ( contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air.
Retribusi Daerah ( seperti: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi
Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan, Retribusi
kelebihan Muatan, Retribusi Perizinan Pelayanan dan pengendalian.)
Bagian Laba Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Lainnya yang dipisahkan ( seperti : Bagian laba Bank Pembangunan Daerah
(BPD), Bagian Laba Perusahaan Daerah, dan Bagi hasil investasi pada pihak
ketiga.
Lain-lain PAD ( yaitu semua yang bukan berasal dari pajak, retribusi dan laba
usaha daerah, antara lain: hasil penjualan barang milik daerah, penerimaan jasa
giro, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, denda keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan, penerimaan bunga deposit.
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. (UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 1 ayat 19).
Menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto mengemukakan bahwa kelompok
dana perimbangan adalah:
Bagi hasil pajak seperti: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Bagi Hasil Bukan Pajak seperti : Sumber Dana daya Hutan, Pemberian atas Hak
Tanah Negara, Penerimaan iuran eksplorasi.
Dana Alokasi Khusus adalah perimbangan dalam rangka untuk membiayai
kebutuhan tertentu.
Dana perimbangan dari propinsi adalah dana perimbangan dalam pemerintah
kabupaten/kota yang berasal dari pemerintah propinsi.
3. Lain-lain Pendapatan yang sah
Menurut UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah pada bagian penjelasan pasal 3 ayat 4 menyatakan
bahwa : Lain-lain pendapatan yang sah antara lain: hibah, dana darurat, dan
penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang.
5
Belanja daerah adalah semua pengeluaran pemerintah pada periode anggaran
daerah yang berupa aktiva keluar, timbulnya utang yang bukan disebabkan oleh
pembagian kepada pemilik ekuitas dana (rakyat).
Menurut Pemendagri No. 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Pemendagri No.13
Tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja Daerah dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Belanja Langsung
Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait
secaralangsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung
terdiri dari: (belanja pegawai, belanja barang dan jasa,belanja modal)
2. Belanja Tidak Langsung
Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Tidak
Langsungdiklasifikasikan menjadi: (belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tak terduga).
6
Peraturan Kepala Daerah. Sistem akuntansi ini untuk mencatat, menggolongkan,
menganalisis, mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi-transaksi keuangan yang
dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD.
Pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan dalam rangka untuk
menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi. Dalam rangka pengelolaan keuangan
daerah yang akuntabel dan transparan, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
mengamanatkan Pemerintah Daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa:
(1) Laporan Realisasi Anggaran,
(2) Neraca,
(3) Laporan Arus Kas, dan
(4) Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan. Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan
keuangan perlu diperiksa terlebih dahulu oleh BPK.
Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga tidak dapat
dipisahkan dari manajemen keuangan daerah. Berkaitan dengan pemeriksaan telah
dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Terdapat dua jenis pemeriksaan yang
dilaksanakan terhadap pengelolaan keuangan negara, yaitu pemeriksaan intern dan
pemeriksaan ekstern.
Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan dengan
amandemen IV UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945, pemeriksaan atas laporan
keuangan dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI).
Dengan demikian BPK RI akan melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan
pemerintah daerah. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan ini, BPK sebagai
auditor yang independen akan rnelaksanakan audit sesuai dengan standar audit yang
berlaku dan akan mernberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Kewajaran
atas laporan keuangan pemerintah ini diukur dari kesesuaiannya terhadap standar
akuntansi pemerintahan. Selain pemeriksaan ekstern oleh BPK, juga dapat dilakukan
pemeriksaan intern. Pemeriksaan ini pada pemerintah daerah dilaksanakan oleh Badan
Pengawasan Daerah / Inspektorat Provinsi dan atau Kabupaten/Kota.
7
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.
Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daeran
Dari Analisis di atas dapat disimpulkan bahwa keuangan daerah ini memang harus
bisa dikelola dengan efisien oleh pemerintah daerah masing-masing. Tetapi
kenyataanya antara rencana yang sudah ditetapkan dengan realisasi dalam pengelolaan
keuangan daerah ada perbedaan, hal ini dikarenakan adanya beberapa permasalahan
yang sebagian besar permasalahan-permasalahan tersebut disebabkan keadaan intern
dari pejabat-pejabat daerah itu sendiri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
sebenarnya hal mendasar yang harus dirubah adalah sikap personal dari pejabat-
pejabat daerah terutama mengenai kebijakan menghambur-hamburkan dana yang
secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap pribadi pejabat-pejabat daerah.
Disamping itu, dengan adanya sumber dana keuangan daerah yang salah satunya
berasal dari bantuan pemerintah pusat maka diharapkan pemerintah daerah memang
harus bisa lebih efisien dalam mengelola keuanganya agar anggaran dana dari
pemerintah pusat yang sudah dianggarkan sebelumnya bisa tercukupi dengan baik.
Walaupun pemerintah pusat sudah memberikan instruksi bahwa ketika keuangan
daerah mengalami kekurangan bisa meminta ke pemerintah pusat, tetapi secara
langsung hal ini bisa membuat kondisi keuangan pusat yang semakin berkurang dan
secara tidak langsung akan membuat kemandirian suatu daerah dalam mengelola
keuanganya akan menjadi terhambat.
Keuangan Daerah haruslah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan Undang-
undang yang berlaku.
8
DAFTAR PUSTAKA