Anda di halaman 1dari 2

Secara umum BPJS akan menanggung obatobat yang telah diresepkan oleh

Dokter jika pasien memenuhi perosedur dan ketentuan yang berlaku. Namun tidak
semua jenis obat yang diresepkan dokter, tidak sepenuhnya diberikan oleh rumah
sakit dengan alasan obat tidak ditanggung BPJS.

Pada Peraturan Menteri Kesehatan RI No.28 Tahun 2014 Tentang Pedoman


Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional bab IV tentang pelayanan
kesehatan sudah dijelaskan bahwa pelayanan obat untuk peserta JKN pada fasilitas
kesehatan mengacu pada daftar obat yang tercantum dalam Fornas dan harga obat
yang tercantum dalam e-katalog obat. Dalam hal jenis obat yang tidak tersedia di
dalam Formularium Nasional dan harganya tidak terdapat dalam e-katalog, maka
pengadaannya dapat menggunakan mekanisme pengadaan yang lain sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Obat-obatan yang belum masuk dalam list Fornas bisa dikarenakan obat
tersebut untuk penyakit yang langka atau karena sudah ada obat lain dengan formula
sejenis. Salah satu contoh obat yang tidak termasuk dalam Fornas adalah sildenafil.
Obat tersebut digunakan untuk mengobati hipertensi paru yang terkenal mahal karena
hipertensi paru adalah penyakit yang masih langka, bersifat kronis dan harus
dikontrol dengan minum obat teratur seumur hidup. Obat-obatan yang masuk di
Indonesia baru 3 jenis yaitu dorner (beraprost), viagra (sildenafil) dan ventavis
(iloprost). Tetapi sampai dengan saat ini baru 1 jenis obat yaitu Dorner yang masuk
dalam fornas atau dapat dicover BPJS.

Untuk masalah pembiayaan yang dicover oleh BPJS sudah diatur dalam PMK
No 59 tahun 2014 tentang standar tarif Jaminan Kesehatan Nasional atau sistem tarif
INA CBGs. Sehingga semua biaya yang termasuk dalam paket INA CBGs tidak
dibebankan pada pasien.

Pada kasus di atas menunjukkan bahwa masih kurangnya informasi tentang


obat-obatan yang dapat ditanggung oleh BPJS. Untuk itu perlu adanya sosialisasi
lebih dari pihak BPJS dan tenaga medis kepada pasien tentang obat-obat apa saja
yang memang sudah termasuk dalam list Fornas. Serta menjelaskan bagaimana
proses suatu obat dapat didaftarkan dalam list Fornas yang sudah diatur dalam
Keputusan Menteri Kesehatan RI NOMOR HK.02.02/MENKES/524/2015 dengan
bahasa yang mudah dimengerti. Sehingga diharapkan tidak ada kesalahpahaman dan
mencegah menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat dalam penggunaan fasilitas
BPJS.

Anda mungkin juga menyukai