Gonore Edit
Gonore Edit
DASAR-DASAR EPIDEMIOLOGI
RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT GONORE DAN PENCEGAHANNYA
Disusun oleh:
Kelompok 10
Mohamad Maskur (G1B008134)
Fera Yeni Utami (G1B009076)
Lucy Kurnianty (G1B011008)
Hilda Nur Saadah (G1B011012)
Diah Rakhmawati (G1B011032)
2012
GONORE
Ernawati (2011) dalam jurnal Uretritis Gonore menyatakan bahwa pria yang
sekali kontak dengan wanita yang terinfeksi, 25% akan terkena uretritis gonore dan
85% berupa uretritis yang akut. Setelah masa tunas yang berlangsung antara 2-10
hari, penderita mengeluh nyeri dan panas pada waktu kencing yang kemudian diikuti
keluarnya nanah kental berwarna kuning kehijauan. Umumnya penderita dalam
keadaan ini tetap merasa sehat, hanya terkadang dapat diikuti gejala konstitusi ringan.
Sebanyak 10% pada laki-laki dapat memberikan gejala yang sangat ringan atau tanpa
gejala klinis sama sekali pada saat diagnosis, tetapi hal ini sebenarnya merupakan
stadium presimtomatik dari gonore, karena waktu inkubasi pada laki-laki bisa lebih
panjang (1-47 hari dengan rata-rata 8,3 hari) dari laporan sebelumnya.
Selanjutnya adalah gejala klinis gonore pada wanita. Gejala gonore pada
wanita sering kali tidak tampak. Hal ini disebabkan karena pendeknya uretra wanita
dan gonokokus yang lebih banyak menyerang serviks. Infeksi gonore pada wanita
awalnya hanya mengenai serviks uteri. Terkadang menimbulkan rasa nyeri pada
panggul bawah. Tampak kemerahan dengan erosi dan sekret mukopurulen ketika
dilakukan pemeriksaan serviks. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, jika terjadi
servisitis akut atau disertai vaginitis yang disebabkan Trichomonas vaginalis (Daili,
Sjaiful F, et. al, 2009).
Hal itulah yang menyebabkan wanita seringkali menjadi carrier dan menjadi
sumber penularan yang tersembunyi. Kasus-kasus yang asimtomatis dengan keluhan
keputihan harus dapat dibedakan dengan penyebab keputihan yang lain seperti
trikomoniasis, vaginosis, candidiasis maupun uretritis non gonore yang lain.
Bayi baru lahir juga dapat terinfeksi gonore dari ibunya selama proses
persalinan, yang dinamakan ophtalmia neonatorum. Ophtalmia neonatorum
disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu infeksi mata pada bayi yang baru lahir yang
didapat selama bayi berada dalam saluran lahir yang terinfeksi. Conjungtivitis inisial
dengan cepat dapat terjadi dan bila tidak diobati dapat menimbulkan kebutaan
(Ernawati, 2011).
B. Pencegahan Penyakit
Pencegahan penyakit adalah tindakan yang ditujukan untuk mencegah,
menunda, mengurangi, membasmi, mengeliminasi penyakit dan kecacatan, dengan
menerapkan sebuah atau sejumlah intervensi yang telah dibuktikan efektif. Dalam
mencegah penyakit menular seksual terdapat tiga tingkatan pencegahan yaitu
pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Kleinbaumet al., 1982; Last, 2001).
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya memodifikasi faktor risiko atau
mencegah berkembangnya faktor risiko, sebelum dimulainya perubahan
patologis, dilakukan pada tahap suseptibel dan induksi penyakit, dengan
tujuan mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit (AHA Task
Force, 1998).
b.1 Need assessment atau penilaian kebutuhan yang dapat berupa pertemuan
untuk mengakomodasi berbagai usulan, masukan dan saran dari para
pemangku kepentingan setempat.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier yaitu pencegahan yang dilakukan saat proses
penyakit sudah lanjut (akhir periode patogenesis) dengan tujuan untuk
mencegah cacat dan mengembalikan penderita ke status sehat. Tujuannya
yaitu menurunkan kelemahan dan kecacatan, memperkecil penderitaan dan
membantu penderita-penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi
yang tidak dapat diobati lagi, terdiri dari:
a. Disability limitation
b. Rehabilitation
Pada pencegahan tersier dibedakan dengan pengobatan (cure),
meskipun batas perbedaan itu tidak selalu jelas. Jenis intervensi yang
dilakukan sebagai pencegahan tersier bisa saja merupakan pengobatan. Tetapi
dalam pencegahan tersier, target yang ingin dicapai lebih kepada mengurangi
atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan dan organ, mengurangi sekulae,
disfungsi, dan keparahan akibat penyakit, mengurangi komplikasi penyakit,
mencegah serangan ulang penyakit, dan memperpanjang hidup. Sedang target
pengobatan adalah menyembuhkan pasien dari gejala dan tanda klinis yang
telah terjadi.
Berdasarkan pedoman dari Centers for Disease Control (CDC) dari
Amerika, rekomendasi terapi pada anak dengan penyakit gonore adalah
sebagai berikut:
a. Pasien Anak-Anak
Pasien anak-anak/pediatric mencakup mulai dari sejak lahir
hingga remaja. Ketika seorang anak telah pubertas atau berat badan
melebihi 45 kg, maka harus diterapi dengan regimen dosis
sebagaimana orang dewasa.
Akibat prevalensi resistensi penisilin dan tetrasiklin pada N.
gonorrhoeae, pemberian golongan cephalosporin direkomendasikan
sebagai terapi awal pada anak. Cephalosporin secara parenteral
direkomendasikan penggunaannya pada anak-anak; ceftriaxone
terbukti dapat diberikan pada semua infeksi gonokokal pada anak dan
cefotaxime sodium hanya dapat diberikan pada oftalmia gonokokal.
Antimikroba lain yang diberikan secara oral, telah terbukti efektif
untuk pengobatan uretritis gonokokal dan servisitis pada dewasa dan
remaja yang lebih tua meliputi ciprofloxacin, ofloxacin dan
levofloxacin. Fluoroquinolones secara umum tidak direkomendasikan
pada mereka yang kurang dari 18 tahun, juga di kontraindikasikan
pada wanita hamil.
b. Pada Neonatal.
Bayi dengan oftalmia neonatorum, abses skalp, atau infeksi
diseminata harus dirawat di rumah sakit. Kultur darah, duh dari mata
atau tempat lain yang terinfeksi, dilakukan untuk mengkonfirmasi
diagnosis dan menentukan antimikroba yang sesuai. Tes untuk infeksi
yang dapat terjadi bersamaan seperti chlamydia, sifilis kongenital, dan
HIV juga harus dilakukan. Ibu dan pasangannya juga diperiksa dan
mendapat terapi gonore.
c. Bayi yang lahir dari ibu dengan infeksi gonokokal.
Jika profilaksis diberikan dengan benar, bayi yang lahir dari ibu
dengan infeksi gonore biasanya jarang terdapat oftalmia gonokokal.
d. Infeksi Diseminata.
Terapi yang direkomendasikan, termasuk untuk oftalmia
neonatorum, adalah ceftriaxone (25-50 mg/kg, IV atau IM, dosis
tunggal, tidak melebihi 125 mg). Bayi dengan oftalmia gonokokal
harus mendapat irigasi pada mata dengan larutan salin fisiologis
sesegera mungkin sampai duh tersebut tereliminasi. Bayi tersebut
harus dirawat. Antimikroba topikal dapat diberikan tapi tidak terlalu
berpengaruh untuk bayi.
e. Infeksi Nondiseminata.
Terapi yang direkomendasikan untuk artritis dan septikemia
adalah ceftriaxone 25-50 mg/kg/ hari dosis tunggal atau cefotaxime
selama 7 hari. Cefotaxime direkomendasikan untuk bayi dengan
hiperbilirubinemia. Jika terdapat meningitis, terapi harus dilanjutkan
10 sampai 14 hari.
Daili, Sjaiful F, et. Al. 2009. Infeksi Menular Seksual Edisi Keempat. FK UI: Jakarta.
Fakultas Kedokteran Umum Indonesia. 2006. Infeksi Menular Seksual. Balai Penerbit
FKUI: Jakarta, hal.68-69.
Jawas, Fitri A, et. Al. 2008. Penderita Gonore di Divisi Penyakit Menular Seksual
Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo
Surabaya Tahun 20022006. BIKKK 2008 Vol. 20 No. 3. FK UNAIR:
Surabaya.
Mandal, et. al, 2008. Lecture Notes Penyakit Infeksi Edisi Keenam. Penerbit
Erlangga: Jakarta.