Anda di halaman 1dari 9

JOURNAL READING

RETINOPATI DIABETIK

Disusun untuk memenuhi sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik

Bagian Ilmu Penyakit Dalam

RST Bhakti Wira Tamtama Semarang

Disusun oleh :

SHINTIA MALINDA

30101307080

Pembimbing :

dr. Taufik Kresno,Sp.PD, FINASIM,SH.

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA SEMARANG

RST BHAKTI WIRA TAMTAMA

SEMARANG

2017
RETINOPATI DIABETIK

1. Definisi

Retinopati diabetik merupakan komplikasi pada mata yang terjadi akibat

penyakit DM. Retinopati diabetik memberikan gambaran kelainan pada retina

yang bermacam-macam tergantung tingkat keparahannya

Retinopati diabetik adalah kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang,

yang ditemukan pada pasien diabetes melitus. Retinopati diabetik merupakan penyulit

penyakit diabetes yang paling penting, karena insidensinya yang cukup tinggi yaitu

mencapai 40-50% penderita diabetes dan prognosisnya yang kurang baik terutama

bagi penglihatan.

2. Epidemiologi

Retinopati diabetik meningkat menjadi penyebab utama kebutaan di dunia

pada kelompok umur 20-65 tahun. Sekitar 2,5-50juta orang didunia mengalami

kebutaan karena retinopati diabetik. Hilangnya produktifitas dan kualitas hidup

membawa pasien retinopati diabetik pada masalah sosial dan ekonomi.

Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan terbesar di Amerika

Serikat, prevalensi retinopati diabetik sendiri di Amerika sebesar 4,1juta orang.

Penelitian epidemio- logis di Amerika, Australia, Eropa dan Asia melaporkan bahwa

jumlah penderita retino- pati diabetik akan meningkat dari 100,8 juta pada tahun 2012

menjadi 154,9 juta pada tahun 2030 dengan 30% di antaranya ter- ancam kebutaan.

The Diab Care Asia 2008 Study dengan melibatkan 1.785 penderita DM pada 18

pusat kesehatan primer dan sekunder di Indonesia melaporkan bahwa 42% penderita

DM akan mengalami komplikasi retinopati dan 6,4% diantaranya merupakan

retinopati DM proliferatif.
3. Etiologi

Menurut American Academy of Opthalmology, belum diketahui sebab pasti

penyakit diabetik mikrovaskuler ini. Diyakini bahwa perubahan biokimia dan fisiologi

karena terpajan dengan hiperglikemia yang lama, sehingga terjadi gangguan endotel

vaskuler. Kelainan hematologik dan biokimia berkorelasi dengan prevalensi dan

tingkat keparahan retinopati :

1) Peningkatan adhesi platelet

2) Peningkatan angregasi eritrosit

3) Serum lipid yang abnormal

4) Fibrinolisis yang tidak sempurna

5) Abnormalnya kadar hormon pertumbuhan

6) Tidak seimbangnya vascular endothelial growth factor (VEGF)

Faktor resiko untuk retinopati diabetik yaitu tipe diabetes yang diderita pasien,

durasi diabetes penderita, kontrol gula darah, kontrol tekanan darah, kontrol lipid

darah, kehamilan, dan merokok.

4. Patofisiologi

Patofisiologi terjadinya retinopati diabetik masih belum pasti, diperkirakan

terjadi perubahan patologis pembuluh darah berupa oklusi dan kebocoran (leakage)

pada pembuluh darah retina.

Perubahan awal yang terjadi pada pembuluh darah kapiler berupa hilangnya

perisit, penebalan membran basalis dan kerusakan serta proliferasi sel endotel

(Gambar 4.1). NPDR dan PDR diperkirakan terjadi oleh karena reaksi terhadap

peningkatan permeabilitas vaskular akibat hilangnya interaksi endotel sel perisit

tersebut
Gambar 4.1 Patogenesis terjadinya retinopati diabetik (NPDR dan PDR) (a) kapiler

retina normal dengan sel perisit melekat kuat pada membran basalis; (b) kondisi

hiperglikemia menyebabkan kontraksi perisit, penebalan membran basalis, kebocoran

dan penyempitan pembuluh darah yang menyebabkan trombosis dan iskemia; hal ini

adalah gejala awal yang dideteksi pada NPDR; (c) respon terhadap hipoksia,

terbentuklah pembuluh kapiler kolateral untuk menyuplai nutrien; (d) pembuluh darah

ini sangat permeabel, rapuh dan mudah pecah yang menyebabkan perdarahan dan

gangguan penglihatan, yang merupakan karakteristik PDR.

Kondisi hiperglikemia yang lama menjadi awal dari perubahan patologis pada

retinopati diabetik yang terjadi melalui berapa jalur biokimia. Pertama, hiperglikemia

memicu terbentuknya reactive oxygen intermediates (ROIs) dan advanced glycation

endproducts (AGEs) yang merusak perisit dan endotel pembuluh darah serta

merangsang pelepasan faktor vasoaktif seperti nitric oxide, prostasiklin, insulin-like

growth factor-1 (IGF-1), dan endotelin yang memperburuk kerusakan. Kedua,

hiperglikemia yang lama juga dapat mengaktivasi polyol pathway yang meningkatkan

glikosilasi dari membran sel dan matriks ekstraseluler serta akumulasi sorbitol akibat

peningkatan ekspresi aldose reduktase yang berakibat pada kerusakan endotel serta
disfungsi enzim endotel. Jalur ketiga adalah jalur dimana hiperglikemia mengaktivasi

transduksi sinyal intraseluler protein kinase C (PKC) yang kemudian mengaktivasi

vascular endothelial growth factor (VEGF). VEGF merangsang ekspresi intracellular

adhesion molecule-1 (ICAM-1) yang memicu terbentuknya adhesi antara leukosit dan

endotel pembuluh darah. Adhesi ini dapat menyebabkan kerusakan blood-retinal

barrier, trombosis dan oklusi kapiler retina. Jalur keempat adalah jalur hexosamine

yang berakibat pada neurodegenerasi retina. Seluruh jalur ini menimbulkan gangguan

sirkulasi, hipoksia dan inflamasi pada retina

(Gambar 4.2 Patofisiologi Retinopati Diabetik)

5. Manifestasi Klinis

Gambaran yang dapat ditemui pada pasien retinopati diabetik berbeda-beda

sesuai derajat keparahan retinopati diabetik. Pasien retinopati diabetik umumnya

memberikan gejala tajam penglihatan menurun perlahan yang semakin lama semakin

memberat. Pemeriksaan segmen anterior bola mata pada pasien retinopati diabetik

tampak tenang. Pemeriksaan segmen posterior dengan direct atau indirect funduscopy

dapat membedakan stadium retinopati diabetik.


Kelainan retina pada NPDR dapat berupa mikroaneurisma, perdarahan

intraretina berupa dot dan blot, hard exudat, venous beading, soft exudat, infark pada

nerve fiber layer dan area nonperfusi. Kelainan retina pada PDR akan ditemukan

adanya suatu proliferasi jaringan fibrovaskuler yang melewati lapisan internal limiting

membrane (ILM) pada retina.

Retinopati diabetik pada awalnya sering tidak memberikan gejala yang

berarti. Hiperglikemia menyebabkan terjadinya oklusi vaskular dan iskemia retina

secara progresif, dan mengakibatkan terbentuknya proliferasi vaskular retina,

perdarahan atau fibrosis dan berakhir dengan kebutaan.

Stadium retinopati diabetik dapat diklasifikasikan menjadi stadium Non

Proliferative Diabetic Retinopathy (NPDR) atau retinopati diabetik non proliferatif

dan Proliferative Diabetic Retinopathy (PDR) atau retinopati diabetik proliferatif.

Stadium NPDR diklasifikasikan menjadi stadium ringan, sedang dan berat. Gambaran

klinis NPDR adalah adanya mikroaneurisma, dot, blot, hard exudat, soft exudat pada

daerah internal limiting membrane. Gambaran klinis PDR adalah adanya

pembentukan pembuluh darah baru pada pada retina, baik yang terjadi pada papil

(neovascularization of the disc/NVD) atau yang terjadi di retina (neovascularization

elsewhere/NVE).
(Gambar 5.1 Pemeriksaan Funduskopi pada Retinopati Diabetik)

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk retinopati diabetik dapat dilakukan foto fundus

dimana dapat diperiksa adanya kekeruhan pada media penglihatan, seperti pada

kornea, lensa, dan badan kaca, serta fundus okuli terutama retina dan papil saraf optik,

dan merupakan metode yang efektif dan sensitif, fotografi tujuh bidang merupakan

pemeriksaan skrining baku emas; OCT (Optical Coherence Tomography) sangat

bermanfaat dalam menentukan dan memantau edema makula, dan FFA (Fundus

Flourescein Angiography) Berguna untuk menentukan kelainan mikrovaskuler pada

retinopati diabetik. Defek pengisian yang besar pada jalinan kapiler menunjukan

luasnya iskemia. FFA dapat membantu menentukan prognosis serta luas dan

penempatan terapi laser.

7. Diagnosis dan Diagnosis Banding

7.1 Diagnosis

Kebutaan akibat retinopati diabetik menjadi masalah kesehatan yang

diwaspadai di dunia karena kebutaan akan menurunkan kualitas hidup dan


produktivitas penderita yang akhirnya menimbulkan beban sosial masyarakat.

Masalah utama dalam penanganan retinopati diabetik adalah keterlambatan diagnosis

karena sebagian besar penderita pada tahap awal tidak mengalami gangguan

penglihatan.

7.2 Diagnosis Banding

Retinopati Diabetik termasuk kelompok penglihatan turun perlahan tanpa mata

merah, diagnosis bandingnya adalah retinopati anemia, retinopati hipertensi,

retinopati hipotensi, retinopati leukemia, dan retinopati pigmentosa.

8. Penatalaksanaan

Cara penanganan utama adalah pencegahan, dengan cara mengkontrol tekanan

darah, lipid darah, dan gula darah. Sedangkan untuk tatalaksana retinopati diabetik dapat

dilakukan Laser Scatter, untuk pasien dengan resiko tinggi retinopati diabetik proliferatif,

scatter panretinal photocoagulation (PRP) dapat memperlambat atau menghentikan

kebocoran darah dan cairan pada retina; dapat diberikan anti VEGF (Vascular Endothelial

Growth Factor) diantaranya Avastin (Bevacizunab) sangat efektif untuk menginhibisi

neovaskularisasi yang berhubungan dengan retinopati diabetik yang proliferatif,

glaukoma neovaskuler, edema makula diabetik, dan edema makula sekunder pada oklusi

vena retina, serta Lucentis (Ranibizunab), dibuat untuk pemakaian intraokuler dengan

fragmen antibody yang lebih kecil untuk penetrasi ke retina yang lebih baik. Untuk

pembedahan, dapat dilakukan vitrektomi adalah teknik pembedahan yang dilakukan

untuk mengeluarkan darah dari vitreus dengan insisi atau goresan pembedahan yang

kecil.
DAFTAR PUSTAKA

- Ilyas HS, Yulianti SR. Penglihatan turun perlahan tanpa mata merah. In: Ilyas HS,

Yulianti SR (eds.)Ilmu Penyakit Mata. 4th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2012.

p221-5.

- Kumar KPS, Bhowmik D, Harish G, Duraivel S, Kumar BP. Diabetic Retinopathy

Symptoms, Causes, Risk Factors and Treatment. .2012;4:4-15. The Pharma

Innovation

- Sitompul R. Retinopati Diabetik. Journal of the Indonesian Medical Association. 2011

Agustus; 61(8)

- Vaughan DG, Asbury t, Eva PR. Oftalmologi Umum, edisi 14. Widya Medika.

Jakarta. 200. 211-214

Anda mungkin juga menyukai