I. PENGKAJIAN KELUARGA
A. Data Umum
5) Komposisi keluarga
Genogram....
Keterangan :
6) Tipe Keluarga
Keluarga inti dengan dua orang anak : Tn Kadir sebagai kepala rumah tangga dan Ny Halifah
7) Suku bangsa
Makassar / Indonesia
8) Agama
Penghasilan keluarga Rp 1.500.000 per bulan yang diperoleh dari hasil kerja Tn Kadir ditambah
penghasilan dari istrinya yang membuka usaha warung juga penghasilan anaknya. Penghasilan
tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari dan untuk membayar biaya kuliah
anak-anaknya.
Tuan Kadir mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan, tapi Tn Kadir pernah
menderita batuk yang berkepanjangan, saat ini Tn Kadir menghabiskan 1 bungkus rokok perhari.
Tuan Kadir juga pernah menjalani operasi katarak dansampai saat ini penglihatan Tn Kadir
kadang-kadang rabun, sedangkan Ny Halifah belum pernah menderita penyakit yang serius
Orang tua Tn Kadir keduanya telah meninggal, ayah Tn Kadir meninggal karena usia lanjut
sedangkan istrinya meninggal karena penyakit paru-paru, sednag ayah dari Ny Halifah
meninggal karena penyakit stroke, sedang istrinya saat ini masih hidup.
C. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Ukuran rumah 6 x 15 m2 yang berbentuk persegi panjang, jenis rumah batu rumah yang
ruang tidur, ruang keluarga, ruang makan, dapur, kamar mandi. Tidak ada ventilasi pada rumah
keluarga Tn Kadir. Semua ruangan dimanfaatkan dengan peletakan perabot yang tertata rapi dan
ditempatkan sesuai fungsi ruangan tersebut, keluarga Tn Kadir menggunakan air minum dari
sumur pompa, SPAL dialirkan ke selokan yang berada didepan teras rumah sehingga
menimbulkan bau saat sedang santai, pencahayaan rumah kurang sehingga banyak nyamuk pada
Denah rumah
Lingkungan rumah Tn Kadir adalah perumahan jadi rumah keluarga Tn Kadir saling
keluarga Tn kadir dengan tetangganya sejauh ini akur, karena Tn Kadir adalah mantan anggota
DPR dan Purn ABRI jadi Tn Kadir disegani oleh tetangganya tapi saling silaturrahmi tetap Tn
2001 mereka pindah ke BTN Nusa Tamarunang Gowa. Tn Kadir saat ini Purn ABRI jadi waktu
Tn Kadir lebih banyak di rumah sedangkan Ny Halifah mengurus kebutuhan rumah tangga
disamping usaha warung, anak tertuanya setiap pagi masuk kuliah dan malamnya ia bekerja,
sedangkan anak bungsunya kesekolah tiap pagi dengan jarak tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Keluarga Tn Kadir adalah keluarga yang taat beragama. Meskipun tidak ada pengajian sekitar
ibadah yang lain, dan anak bungsu dari Tn Kadir mengikuti pengajian di Mesjid dekat rumahnya
setiap malam.
membuka warung di rumahnya dan anak tertuanya saat ini telah mempunyai kerja sampingan
meskipun dia masih status mahasiswi jadi saat ini Tn Kadir hidup berkecukupan
D. Struktur Keluarga
Keluarga Tn Kadir sangat romantis, setiap masalah yang ada diselesaikan secara
musyawarah, meskipun Tn Kadir terlihat galak tapi ia selalu sharing ( berbagi ) dengan
istrinya ketika ada yang perlu diselesaikan, dan juga Ny Halifah adalah istri yang taat pada
suaminya.
Tn Kadir adalah kepala keluarga jadi Tn Kadir berperan sebagai pencari nafkah dan segala
keputusan dibuat oleh Tn Kadir meskipun masukan-masukan dari istrinya ( Ny Halifah ) tetap di
terima dan Nys Halifah sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi segala kebutuhan rumah
Nilai yag dianut oleh keluarga Tn Kadir sejalan dengan kepercayaan yang mereka anut
sebagai orang muslim dannorma yang sesuai dengan norma yang berlaku dilingkungannya.
Keluarga sangat percaya akan tenaga kesehatan karena anak tertuanya kuliah di sekolah
E. Fungsi Keluarga
1) Fungsi Efektif
Tn kadir adalah seorang purn ABRI jadi sikap kepemimpinan sangat terlihat. Tn Kadir sangat
2) Fungsi sosialisasi
Keluarga selalu mengajarkan bagaimana berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya yaitu sebagai orang muslim baik dalam lingkungan rumah maupun lingkungan tempat
tinggalnya.
makanan bergizi, jika ada anggota keluarga yang sakit, mereka berusaha mengobatinya dengan
membeli obat-obatan di apotik atau membawa ke dokter praktek untuk pengobatan lebih lanjut,
saat Tn Kadir menderita penyakit dia pergi ke dokter praktik untuk pengobatannya.
4) Fungsi reproduksi
Umur istri Tn Kadir saat ini 62 tahun dan sudah menopause artiya tidak memugkinkan lagi
untuk mempunyai anak. Tapi hubungan suami istri tetap mereka lakukan. Jumlah anaknya 2
5) Fungsi ekonomi
Penghasilan keluarga Tn Kadir cukup untuk kebutuhan sehari-hari sehingga mereka mengatur
seoptimal mungkin.
Menurut Tn kadir sumber kecemasan saat ini adalah keadaan Tn Kadir sehubungan dengan
bahwa Tn Kadir sudah lanjut usia dan keadaannya itu akibat dari faktor usia tersebut.
Apabila ada masalah yang dihadapi Tn Kadir selalu bermusyawarah dengan anggota keluarga
Keluarga Tn Kadir tetap sabar dalam menghadapi masalah dan berusaha dan berdoa kepada
G. Pemeriksaan Fisik
H. Harapan keluarga
1) Resiko terjadinya penyakit ( DBD ) pada anggota keluarga Tn kadir sehubungan dengan
2) Resiko tinggi terjadi penyakit pernapasan ( bronchospasme ) pada Tn Kadir sehubungan dengan
Analisa Data
1) Resiko tinggi terjadinya penyakit DBD pada anggota keluarga Tn Kadir s/d lingkungan rumah
Ketidak mampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan yang bisa terjadi karena
Ketidak mampuan keluarga untuk memperbaiki lingkungannya yang sesuai dengan syarat
kesehatan
2) Resiko terjadinya penyakit pernapasan pada Tn kadir ( Bronchopneumoni ) b/d gaya hidup yang
Ketidak mampuan keluarga untuk mengambil keputusan agar dapat mencegah terjadinya
Ketidak mampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan yang bisa terjadi akibat gaya
IV PRIORITAS MASALAH
1. Resiko Tinggi terjadinya penyakit Demam Berdarah ( DBD ) berhubungan dengan lingkungan
rumah yang tidak memenuhi syarata kesehatan.
2. Resiko tinggi terjadi penyakit pernapasan ( bronkopneumoni ) pada Tn Kadir b/d gaya hidup
tidak sehat ( merokok ).
22
KK :
NO N A M A UMUR JK AG PD PK HUB TB BB
Keterangan :
JK : Jenis kelamin
L : Laki-laki
P : Perempuan
AG : Agama
PD : Tingkat pendidikan terakhir yang telah dilulusi
PK : Jenis pekerjaan atau mata pencaharian utama yang ditekuni saat ini
BB :Berat Badan ditulis dalam ukuran kg (kilogram)
TB :Tinggi Badan ditulis dalam ukuran cm (centimeter)
Makanan pokok keluarga ini adalah nasi putih dengan frekuensi makan 3-4 hari sehari. Menu
makanan setiap hari. Menu makanan setiap hari bervariasi yaitu sayur, lauk pauk, kebiasaan
makan protein hewani 1-2 kali seminggu, sedangkan makanan protein nabati dan sayuran
terpenuhi setiap hari jenisnya bervariasi sesuai selera.
Kebiasaan tidur keluarga tidak teratur, keluarga jarang tidur siang, kebiasaan tidur keluarga
AnA pada malam hari sekitar 21.00 Wib.
Keluarga jarang melakukan rekreasi, karena keterbatasan ekonomi dan juga dianggap tidak
begitu penting oleh keluarga AnA
d. Kebersihan Diri
Kebiasaan keluarga AnA mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun mandi, pasta dan
sikat gigi, memakai handuk, sedangkan mencuci rambut tidak tentu. Kebiasaan mengganti
pakaian 2 kali sehari, keadaan kuku bersih.
a. Dalam rumah keluarga AnA yang menderita Demam Berdarah Dengue dan dalam
anggota keluarga yang lain tidak ada yang menderita penyakit serupa seperti AnA saat ini.
b. Pada keluarga AnA jika ada keluarga yang sakit, kebiasaan keluarga ini langsung dibawa
ke puskesmas terdekat.
a. Perumahan
Rumah yang di tempati oleh keluarga AnA adalah rumah milik sendiri, semi permanen yang
berukuran 6 x 10 m2.
Dimana keadaan ventilasi kurang baik, lantai semen, mempunyai 1 kamar mandi, 2 kamar tidur,
1 ruang tamu, 1 ruang dapur. Penerangan dari listrik PLN, penataan ruangan dan kebersihan
rumah keluarga AnA kurang, kasur dirumah kadang-kadang saja di jemur, pakaian rumah
bergantungan di sembarangan tempat.
Keluarga AnA menggunakan WC leher angsa, tetapi bak di WC ini jarang dikuras oleh
keluarga AnA
Keluarga AnA membuang air limbah keluarga melalui selokan kemudian dialirkan disuatu
lobang tempat limbah yang dibuat sendiri oleh AnA
Tempat pembuangan sampah keluarga AnA yaitu sampah dibuang pada tempatnya yang tidak
jauh dari rumah dan sampah jarang dibakar, sehingga pada musim penghujan barang-barang
bekas yang dapat menampung air tersebut menjadi tempat bagi nyamuk untuk berkembang biak.
f. Fasilitas Kesehatan
Bila ada anggota keluarga yang sakit keluarga AnA sering ke puskesmas yang jaraknya dekat
dengan rumah
a. Imunisasi
a. Penghasilan
b. Pendidikan
Anggota keluarga berpendidikan sebatas SMA dan tidak melanjutkan keperguruan tinggi
dikarenakan keterbatasan biaya.
C. Prioritas Masalah
Keluarga mampu
membersihkan
2 Kemungkinan 2/2 x 2 2 rumah, menjemur
masalah dapat diubah kasur setiap hari,
Keluarga mampu
membersihkan
rumah, menjemur
kasur setipa hari,
3 Pontesial masalah dapat 3/3 x 1 1
sampah dibakar,
dicegah
menambah ventilasi
- Timggi
dirumah, jika
keluarga diberi
pengertian
Keluarga
membiarkan keadaan
rumah kotor, kasur
sehari-hari tidak
dijemur, sampah
Total 3 2/3
3. Pontensial terjadinya penularan penyakit DBD pada anggota keluarga yang lain.
Keluarga mampu
membersihkan bak-bak,
penampungan dan
mengubur barang-
barang bekas.
- Tinggi
Keluarga belum
mengerti pentingnya
pencegahan penularan
penyakit Demam
Berdarah Dengue
Menonjolnya Masalah
Skore : 4 1/3
2. Pontensial terjadinya penularan penyakit DBD pada anggota keluarga yang lain
Skore : 3 2/3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn P DENGAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE PADA An. A
DIKELURAHAN SUNGAI BUAH JL.SERDA KKO USMAN ALI RT.8C NO.56 KECAMATAN ILIR TIMUR II PALEMBANG
P:Intervensi
keperawatan selesai
P:Intervensi
keperawatan selesai
Diagnosa komunitas tentang penyakit demam berdarah
1. K u r a n g n y a v o l u m e c a i r a n t u b u h p a d a A n . L d i k e l u a r g a T n . A d e n g a n ketidakmampuan keluarga dalam mengenal
masalah An. L yang mengalami DHF( Dengue Haemorragic Fever ).
2. P e r u b a h a n n u t r i s i k u r a n g d a r i k e b u t u h a n t u b u h p a d a An . L d i k e l u a r g a Tn . A dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat
An. L yang mengalami DHF( Dengue Haemorragic Fever)
3. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga tentang penyakit Demam Berdarah
Dengue
4. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit Demam
Berdarah Dengue
5. Kurangnya pengetahuan pada An. L dikeluarga Tn. A dengan ketidakmampuank e l u a r g a d a l a m m e n g e n a l m a s a l a h A n . L y a n g
m e n g a l a m i D H F ( Dengue Haemorragic Fever ).
6. Ketidaktahuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang baik behubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya sanitasi
lingkungan yang baik
7. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga berhubungan dengan
ketidaktahuan keluarga tentag usaha pencegahan penyakit DBD
8. Ketidaktahuan tentang penyakit sehubungan kurangnya informasi tentang penyakitnya
9. Kurang pengetahuan warga b.d kurangnya informasi tentang DBD.
10. Kurang Pengetahuan warga tentang tanda dan gejala DBD b.d. kurangnya informasi tentang DBD.
11. Kurang pengetahuan warga tentang pencegahan DBD b.d kurang mendapat informasi tentang DBD.
12. Ketidakmampuan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga berhubungan
dengan ketidaktahuan keluarga tentag usaha pencegahan penyakit DBD
13. Ketidaktahuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang baik behubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang pentingnya sanitasi
lingkungan yang baik
14. Resiko terjadi peningkatan kasus penyakit berhubungan dengan kurangnya kemampuan masyarakat dalam memelihara lingkungan
15. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan belum adanya pembinaan kesehatan
16. Resiko terjangkit penyakit demam berdarah (DHF) diwilayah RW II Kelurahan Wiyung berhubungan dengan tingginya kepadatan vector
17. Risiko tinggi terkena DBD b.d kurang pengetahuan warga
18. Resiko tinggi peningkatan angka kejadian penyakit Demam Berdarah b.d Lingkungan yang kurang memadai
19. Resiko terjadinya penyakit infeksi akibat lingkungan yang kurang sehat (Diare, DBD) pada masyarakat di RT 12,13,14 dan 15 b.d pemeliharaan
lingkungan yang tidak adekuat
20. Resiko terjadinya penyakit ( DBD ) pada anggota keluarga Tn kadir sehubungan dengan lingkungan rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan.
21. Potensial peningkatan pencegahan penyakit infeksi pada masyarakat di RT 12,13,14 dan 15 b.d Meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan
lingkungan
Asuhan Keperawatan
Pada An A dengan demam berdarah dengue (DBD)
Di ruang perawatan Anak (DAHLIA)
Rumah Sakit Tk II Pelamonia
Makassar
No RM : 18 45 85
Ruangan : Dahlia
Tanggal Pengkajian : 1/07/2013
I. Pengkajian
A. Biodata
1. Identitas Klien
Nama : An A
Umur : 3 tahun 6 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
2. Identitas Penaggung
Nama : Tn K
Umur : 36 Tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Jln. Tinumbu
B. Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama
Demam
2. Riwayat keluhan utama
Ibu klien mengatakan sebelum anaknya masuk rumah sakit, mengalami demam selama 3 hari
lalu. Pasien debawa ke PUSKESMAS lalu dirujuk ke RS dengan tes Rumple lead positif.
Keluhan yang menyertai adalah mual, muntah, tidak mau makan dan bintik-bintik merah pada
lengan klien.
3. Riwayat kesehatan masa lalu
a. Prenatal
Selama kehamilan ibu klien melakukan pemeriksaan sebanyak 4 kali. Selama hamil tidak ada
keluhan dan penyakit yang diderita oleh ibu klien. Kenaikan BB ibu klien selama hamil adalah
12 kg dengan imunisasi TT selama hamil sebanyak 1 kali. Golongan darah ibu adalah O dan
ayahnya golongan darah A.
b. Natal
Ibu klien melahirkan di RS Pertiwi dengan jenis persalina spontan dengan penolong persalinan
dokter.
c. Post Natal
Klien lahir dengan BBL 2900 gr dan PBL 48 cm. Tidak ada masalah dalam menyusui.
d. Penyakit yang pernah dialami
1) Ibu kilen mengatakan anaknya tidak pernah mengalami penyakit yang mengharuskan anaknya
dirawat di rumah sakit
2) Ibu klien mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat alergi
e. Riwayat imunisasi
1) BCG umur 1 bulan
2) DPT I, II, III umur 2, 4, 6 bulan
3) Polio I, II, III, IV, umur 5, 6, 7, 8 bulan
4) Campak umur 9 bulan
5) Hepatitis B umur 1 tahun
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
?
?
37
?
?
32
3,6
2
Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien
: Meninggal
: Garis Perkawinan
: Garis Keturunan
: Tinggal serumah
5. Riwayat tumbuh kembang
a. Pertumbuhan fisik
Berat badan klien saat ini adalah 16 kg dn tinggi badan 92 cm. Waktu tumbuh gigi usia 8 bulan
dan belum ada gigi yang tanggal.
b. Perkembangan tiap tahap
Merangkak 7 bulan
Berguling 8 bulan
Berdiri 9 bulan
Berjalan 15 bulan
6. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI sejak lahir hingga umur 1 tahun
b. Pemberian susu formula sejak usia 1 tahun sampai sekarang
c. Pemberian makanan tambahan usia 6 bulan
d. Pola perubahan nutrisi
Usia Jenis pemberian Lama
0-6 bulan ASI 1 tahun
6-12 bulan ASI, Bubur
Saat ini Nasi + susu Sampai sekarang
dengan baik
d. Hygene
- Mandi 1x/hari 1 kali sejak dirawat
- Sikat gigi 1x/hari Tidak pernah
- keramas Setiap hari Tidak pernah
e. istirahat tidur
- tidur siang 2 jam/hari Tidak pernah
- tidur malam 7 jam/hari < 2 jam
- kualitas tidur nyenyak Sering terbangun
G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Kesadaran : Confos Mentis. GCS 15, E:4, M:6, V:5
3. Tanda-tanda vital :
Nadi : 92 x /menit
Suhu : 380 C
Pernapasan : 22x/menit
4. Berat Badan : 16 kg
5. Tinggi Badan : 92 cm
6. Kepala
Inspeksi
Keadaan rambut & Higiene kepala : bersih
a. Warna rambut : Hitam
b. Penyebaran : Merata
c. Kuakitas rambut : Tidak mudah rontok
d. Kebersihan Rambut : Kurang Bersih
Palpasi
Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
7. Muka
Inspeksi
a. Wajah simetris
b. Bentuk wajah Lonjong
c. Tidak ada gerakan abnormal
d. Ekspresi Wajah meringis
e. Tampak berkeringat
Palpasi
Tidak ada nyeri tekan
Data lain :
8. Mata
Inspeksi
a. Palpebra tidak mengalami peradangan
b. Sclera berwarna kemerahan
c. Conjungtiva pucat
d. Pupil : - Isokor
- Myosis
- Merespon adanya rangsangan cahaya
e. Posisi mata : Simetris kiri dan kanan
f. Gerakan bola mata : mampu bergerak ke segala arah.
g. Kelopak mata : refleks menutup saat diberikan rangsangan
h. Keadaan bulu mata : Normal kiri dan kanan
Palpasi
Tekanan bola mata : Tidak ada peningkatan tekanan Bola mata
Data lain :-
9. Hidung & sinus
Inspeksi
a. Posisi hidung Simetris simetris kiri dan kanan
b. Bentuk hidung simetris
c. Tidak ada diviasi dan peradanagn pada septum
d. Tidak ada sekret pada rongga hidung
Data lain :-
10. Telinga
Inspeksi
a. Posisi telinga Simetris kiri dan kanan
b. Aurikel : tidak ada kemerahan dan peradangan
c. Lubang telinga : tidak ada serumen
Palpasi
Tidak ada peradanagan pada tulang mastoid
11. Mulut
Inspeksi
a. Gigi
- Tampak terawat
b. Gusi
Tidak ada peradangan
c. Lidah
Keadaan lidah tidak terawat
d. Bibir
- Tidak ada peradangan
- Kering dan pecah-pecah
Data lain
12. Tenggorokan
a. Warna mukosa merah
b. Tidak ada nyeri tekan
c. Tidak ada nyeri saat menelan
13. Leher
Inspeksi
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi
a. Kelenjar thyroid : Tidak teraba
b. Tidak ada kaku kuduk
c. Tidak ada pembesaran kelenjar linfe
Data lain :
14. Thorak dan Pernapasan
Inspeksi :
a. Bentuk dada : Normo chest
b. Irama Pernapasan : Reguler 22 x/menit
c. Pengembangan diwaktu bernapas : Simetris kiri dan kanan
d. Tipe Pernapasan : baik
Data lain :
Palapasi
a. Vocal fremitus : tidak ada bunyi gesekan
b. Masa/nyeri : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi
a. Suara nafas : Vesikuler
b. Suara tambahan : tidak ada
Perkusi : sonor
Data lain :
15. Jantung
Inspeksi
-
- Ictus cordis tidak nampak
Palpasi
- Ictus cordis teraba kuat
Perkusi
- Redup .
Auskultasi
a. BJ I : murni dan teratur
b. BJ II : murni dan teratur
c. Tidak ada bunyi jantung tambahan
Data lain :-
16. Abdomen
Inspeksi
a. Bentuk : cekung
b. Luka : tidak ada
Palpasi
a. Tidak terdapat pembesaran hepar
b. Tidak ada pembesaran lien
c. Nyeri tekan pada daerah epigastrium
d. Tidak ada Distensi abdomen
Auskultasi
Perilstatik : positif
Perkusi
a. Tympani : pada abdomen
b. Redup : pada hepar
Data lain :-
17. Genitalia dan Anus :
Inspeksi : tampak bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
18. Ekstremitas
Inspeksi :
a. Kuku tampak bersih
b. Pengisian kapiler < 3 detik
c. Motorik
- Pergerakan kiri/kanan
Atas N N
Bawah N N
- Massa kiri/kanan
Atas N N
Bawah N N
- Koordinasi gerak : Baik
a. Refleks
Atas
- Biceps kanan/kiri : Fleksi terhadap perkusi
- Triceps kanan/kiri : Ekstensi terhadap perkusi
Bawah
- KPR kiri/kanan : positif
- APR kiri/kanan : positif
b. Sensori
- Nyeri : mampu merespon rangsangan nyeri
- Rangsang suhu : mampu merespon rangsangan suhu
- Rasa raba : mampu merespon perabaan
19. Status neurologi
Saraf-saraf cranial
a. Nervus I (alfactorius) : penghidu : Normal, mampu membedakan bauan
b. Nervus II (opticus) : penglihatan : Tidak ada gangguan penglihatan
c. Nervus III,IV,VI (oculomotorius,trochlearis,abducens)
- Konstriksipupil : Normal
- Gerakan kelopak mata : Normal terhadap rangsangan
- Pergerakan bola mata : Bola mata dapat digerakan kesegala arah
- Pergerakan mata kebawah & dalam : Dapat digerakkan ke bawah dan ke dalam
c. Nervus V (trigeminus)
- Sensibilitas/sensori : Uji nyeri dan sensasi sentuhan ringan baik
- Refleks dagu : Retraksi otot temporalis dan maseter normal
- Reflex kornea : Normal terhadap sentuhan
d. Nervus VII (facialis)
- Gerakan mimic : Mampu mengangkat alis mata, cemberut, senyum, dll.
- Pengecapan 2/3 di bagian depan : Mampu merasakan makanan
e. Nervus VIII (acusticus)
Fungsi pendengaran : Normal tanpa alat bantu
f. Nervus IX & X (glosopharingius & vagus)
- Refleks menelan : mampu menelan dengan baik
- Refleks muntah : Mersepon rangsangan yang diberikan
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : mampu membedakan rasa
- Suara : Pelan
g. Nervus XI (assesorius)
- Memalingkan kepala kiri dan kanan : Mampu memalingkan kepala kekiri dan kekanan
- Mengangkat bahu : Mampu mengangkat bahu
h. Nervus XII (hypoglossus)
- Deviasi lidah : Tidak ada deviasi lidah
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin
Pemerikasaan Hasil Nilai normal
WBC 75 x 10 /L 3
5 10 x 103/L
RBC 4.4 x 106/L 4 5 106/L
HGB 13,8 g/dL L=13-16 g/dL, P=12-14 g/dL
HCT 36,5 % 40-48 %
MCV 82 fL 70-92 fL
MCH 30.9 Pg 27-31 Pg
MCHC 38.0 g/dl 28-36 g/dL
3 3
PLT 241 x10 /mm 150-400 x103 /mm3
2. Dengue
Anti Dengue Hasil Nilai rujukan
Ig G Non reaktif Non reaktif
Ig M reaktif Non reaktif
3. Widal Slide
Salmonella thypi O 1/160
Salmonella thypi H 1/80
Salmonella parathypi 1/80
Salmonella parthypi 1/80
I. Terapi
1. Infus RL 28 tpm
2. Cefadroxil 270 mg 3x1
3. Dexametazone 0,2 mg 3x1 puyer 3 x 1 bks
4. CTM 1,6mg 3x1
5. Paracetamol sirup 3 x 1
II. Klasifikasi Data
A. Data Subyektif
1. Ibu klien mengatakan anaknya demam
2. Ibu klien mengatakan anaknya sering mual dan muntah
3. Ibu klien mengatakan anaknya nafsu makan anaknya menurun
4. Anak malas minum
B. Data objektif
1. TTV
Nadi : 92 x /menit
Suhu : 380 C
Pernapasan : 22x/menit
2. Klien tampak gelisah
3. Pemeriksaan Dengue reaktif
4. Klien tampak lemah
5. BB = 16 kg
6. Porsi makanan tidak habis
7. Bibir kering
8. Konjungtiva pucat
9. Klien berkeringat banyak
10. Turgor kulit menurun
DO Anoreksia
- Klien tampak lemah
- BB = 16 kg Kebutuhan nutrisi
- Porsi makanan tidak
kurang dari
habis
kebutuhan tubuh
1 Peningkatan suhu tubuh Suhu tubuh kembali - Observasi tanda-tanda vital - Dengan mengobservasi tanda-tanda
berhubungan dengan invasi virus normal vital dapat menunjukkan respon dan
dengue ditandai dengan efek peningkatan suhu tubuh
DS:
Ibu klien mengatakan anaknya demam
- Berikan kompres dingin - Dengan kompres dingin dapat
menurunkan suhu tubuh
DO
- Anjurkan untuk banyak minum - Dengan banyak minum dapat
- TTV menggantikan cairan yang keluar
- Nadi: 92 x /menit - Kolaborasi dalam pemberian - Dengan pemberian antipiretik dan
- Suhu: 380 C
antipiretik dan antibiotik antibiotik dapat mengontrol demam
dan panas
- Pernapasan: 22x/menit
- Klien tampak gelisah
- Pemeriksaan Dengue reaktif
2 Gangguan pemenuhan nutrisi Kebutuhan nutrisi - Kaji pola makan pasien, makanan - Membantu dalam mengidentifikasi
kurang dari kebutuhan tubuh terpenuhi yang disukai dan tidak disukai kebutuhan nutrisi pasien
berhubungan dengan anoreksia - Jelaskan pada pasien tentang - Memotivasi pasien untuk makan
ditandai dengan pentingnya makanan bagi
DS: kesembuhan penyakitnya
- Ibu klien mengatakan anaknya sering
- Lakukan perawatan mulut sesudah - Memberikan rasa segar pada saat
dan sebelum makan makan
mual dan muntah
- Anjurkan makan dengan porsi kecil - Mencegah pasien merasa mual
- Ibu klien mengatakan anaknya nafsu tapi sering
makan anaknya menurun
- Timbang berat badan pasien - Memberikan terapi tentang keektifan
terapi
DO
- Klien tampak lemah
- BB = 16 kg
- Porsi makanan tidak habis
3 Resiko gangguan keseimbanan Keseimbangan - Observasi tanda-tanda vital - Dengan mengobservasi tanda-tanda
cairan dan elektrolit cairan dan eletrolit vital dapat diketahui perkembangan
berhubungan dengan terpenuhi keadaan pasien
peningkatan suhu tubuh ditandai - Anjurkan pasien untuk banyak - Dengan banyak minum dapat
dengan minum menggantikan cairan yang keluar
DS - Memberi informasi tentang
Anak malas minum
- Observasi intake output keseimbangan cairan
- Menggantikan cairan yang keluar
DO
- Kolaborai pemberian cairan infus
- Bibir kering sesuai kebutuhan - Sebagai patokan klinis dalam
- Konjungtiva pucat - Observasi hasil pemeriksaan menentukan diagnosis banding
- Klien berkeringat banyak
laboratorium
- Turgor kulit menurun
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
A. Pengkajian
s Keluarga
a. Nama kepala keluarga : Tn S
b. Umur : 35 thn
c. Jenis kelamin : Laki-laki
d. Pendidikan : SMP
e. Pekerjaan : Buruh harian
f. Agama : Islam
g. Suku : Makassar
h. Alamat : Jl. A. Tondro Lr.2 RT 02 RW 10
i. Komposisi kelurga
No Nama Umur JK Hubungan Pekerjaan Pendidikan
1 Ny B 35 P Istri IRT SMP
2 An S 14 L Anak Tidak ada SD
3 An S 10 P Anak Sekolah SD
4 An Z 5 thn L Anak BS _
1bln
Genogram
j. Tipe keluarga
Keluarga Tn S merupakan tipe keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga terdiri dari ayah, ibu dan 3 orang anak.
k. Latar belakang keluarga
Suku keluarga Tn S adalah suku Makassar, dimana keluarga tinggal dalam suatu lingkungan yang sifatnya heterogen artinya
lingkungan tempat tinggal keluarga Tn S terdiri dari berbagai macam jenis pekerjaan, agama, suku dan budaya. Keluarga Tn S
mengatakan apabila ada anggota keluarganya yang sakit keluarga membawanya ke Puskesmas atau rumah sakit.
l. Agama
Agama yang dianut oleh keluarga Tn S adalah agama Islam, keluarga mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan keagamaan dan
keluarga juga mengatakan tidak ada nilai-nilai agama yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
m. Status sosial
Yang mencari nafkah dalam keluarga adalah Tn S yang bekerja sebagai buruh harian yang berpenghasilan +Rp. 450.000 Rp.
500.000 perbulan.
n. Rekreasi
Kegiatan waktu luang keluarga adalah nonton TV bersama.
III. Lingkungan
a. Jenis bangunan rumah Tn S adalah semi permanen dengan luas bangunan 3 m x 4 m. Lantai rumah terbuat dari semen, status
pemilikan rumah kontrakan, atap rumah seng, ventilasi rumah tidak ada, penerangan rumah menggunakan listrik.
b. Kebersihan rumah
Ruang tamu dan kamar tidur nampak pakaian yang bergantungan, banyak sampah yang berserakan di ruang dapur, dapur nampak
kurang bersih, keluarga mengatakan tidak mengetahui kondisi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan.
c. Pemakaian air
Sumber air yang digunakan oleh keluarga Tn S adalah air PAM dimana air PAM digunakan untuk keperluan sehari-hari, keadaan
fisik air tidak berwarna, tidak berbau dan berasa.
d. Pembuangan air limbah keluarga
Keluarga mempunyai sarana pembuangan air limbah yang mengalir langsung ke selokan, dimana selokan tersebut banyak terdapat
sampah plastik dan airnya tidak mengalir, keluarga mempunyai jamban jenis angsa latring yang berjarak + 3 meter dari air PAM.
e. Pembuangan sampah terakhir keluarga
Sampah keluarga ditampung dikantong plastik lalu dibuang dibelakang rumah.dan kemudian di bakar.
f. Kandang ternak
Keluarga Tn S tidak mempunyai hewan ternak.
g. Pencemaran lingkungan
Jenis pencemaran lingkungan yaitu pembuagan limbah rumah tangga langsung ke SPAL terbuka dengan keadaan airnya warna hitam
dan berbau.
h. Denah rumah
Keterangan :
1.
3
Ruang tamu
2.
4
Ruang tidur
3.
3
Dapur
4. Wc
5. Kamar mandi
IV. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi
Proses komunikasi dalam keluarga cukup baik dan terbuka. Penerimaan pesan baik, bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi
adalah bahasa Makassar dan kadang-kadang menggunakan bahasa Indonesia.
b. Struktur kekuatan keluarga
Pengambilan keputusan dalam keluarga yaitu Tn S selaku kepala keluarga.
c. Struktur peran
Tn S sebagai kepala keluarga berperan sebagai mencari nafkah sedangkan Ny B sebagai pengasuh anak dan mensosialisasikan
anak, serta sebagai ibu rumah tangga.
d. Nilai dan norma keluarga
Tidak ada nilai-nilai keluarga yang dianut oleh keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan.
V. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga cukup rukun dan perhatian dalam membina rumah tangga
b. Fungsi biologis
Keluarga selalu mengatakan makan makanan yang bergizi seperti tempe,telur, ikan dan sayur mayur .
c. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga selalu memperhatikan dan berupaya selekas mungkin mencari bantuan pelayanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan
d. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan sikap dan perilaku yang baik bagi anak-anaknya
e. Fungsi ekonomi
Kepala keluarga yaitu Tn S bekerja sebagai buruh harian dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga
f. Fungsi reproduksi
Tn S berusia 35 tahun dan Ny B berusia 35 tahun merupakan usia produktif, saat ini Ny B menggunakan alat kontrasepsi
suntik
VI. Koping Keluarga
a. Stres jangka panjang yang dihadapi keluarga adalah cemas dengan kondisi An.Z yang menderita penyakit Infeksi Saluran
pernafasan atas dan masa depan anak-anaknya. Sedangkan stres jangka pendek yang dihadapi keluarga adalah keluarga tidak mempu
mengenal dan merawat penyakit An.Z
b. Usaha yang dilakukan oleh keluarga untuk menanggulangi stres yakni keluarga membawa An.Z ke Puskesmas.
c. Batas kemampuan keluarga dalam menghadapi stres yakni keluarga masih dapat mengerti tentang masalah yang dihadapi dan terus
berusaha agar masalah kesehatan dapat diatasi.
6. Kesehatan mata
Konjungtiva tidak anemis, simentris kiri dan kanan, pergerakan bola mata kanan dan kiri normal, sklera tidak ikterus.
7. Hidung
Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada epistaksis, tidak ada nyeri tekan dan ada sekret yang menghalangi penciuman.
8. Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen yang menghalangi pendengaran, klien tidak ada gangguan pendengaran
9. Kebersihan gigi dan mulut
Gigi tampak bersih frekuensi mennggosok gigi 2 x /sehari
Bibir klien nampak lembab,tidak ada stomatitis,tidak ada gangguan menelan
10. Pemeriksaan thoraks
a. Jantung
Bunyi jantung S1 lup di dengarkan pada interkosta 2dan 3 dan bunyi jantung S2 dup terdengar pada interkosta 4dan 5 murni tidak
ada suara tambahan.
b. Dada/paru
Dada nampak simetris kiri dan kanan pergerakan mengikuti pola napas, frekuensi pernapasan 30x/i bunyi nafas ronchi
ANALISA DATA
No Data Masalah Kesehatan Masalah Keperawatan
1 DS : ISPA pada An.Z 1. Hipertermia
- Ibu An. Z mengatakan keluarga Tn.S pada An.Z keluarga
anaknya demam sejak 5 Tn.Sberhubungan
hari yang lalu dengan :
- Ibu klien mengatakan Ketidak mampuan
anaknya batuk-batuk dan keluarga mengenal
suka menangis masalah ISPA
- Ibu An.Z mengatakan
anaknya pilek
DO :
- Klien nampak rewel
- badan An.Z teraba panas
-nampak ada pengeluaran
sekret cair
tanda-tanda vital
TD : 90/60 mmHg
N : 100x/i P:30x/i
S : 38,5 oC
2. DS: 2. Resiko
- Keluarga mengatakan tidak Terjadinya berbagai
mengerti tentag syarat macam penyakit
syarat rumah sehat Sanitasi lingkungan menular (DHF, Diare
DO: yang tidak memenuhi dan Thypoid) pada
- jenis SPAL terbuka syarat pada keluarga keluarga Tn. S
- selokan kotor Tn.S berhubungan dengan
- Ventilasi tidak ada ketidak mampuan
- Rumah nampak kotor keluarga mengenal
- nampak ruang dapur kotor sanitasi lingkungan yang
dan perabotan tidak tertata memenuhi syarat
dengan rapi kesehatan.
Dx. Resiko terjadinya berbagai macam penyakit menular (DHF, Diare dan Thypoid) pada keluarga Tn. S b/d sanitasi lingkungan
yang tidak memenuhi syarat kesehatan
No. Kriteria Perhitungan Skor
1. Sifat masalah 2/3 x 1 2/2
Ancaman kesehatan
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2/2 x 2 2
Mudah
3. Potencial masalah untuk cegah 3/3 x 1 1
Tinggi
4. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 1
Masalah besar harus ditangani
Total 3 2/3
PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan hasil pembahasan diatas :
Maka urutan prioritas masalah :
1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) pada An.Z keluarga Tn. S b/d ketadak mampuan keluarga mengenal masalah ISPA skor
(5).
2. Resiko terjadinya berbagai macam penyakit menular (DHF, Diare dan Thypoid) pada keluarga Tn. S b/d sanitasi lingkungan yang
tidak memenuhi syarat kesehatan skor (3 2/3).
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
2. Keluarga mampu
mengambil
keputusan
3. Keluarga mampu
merawat
lingkungan yang
memenuhi syarat
kesehatan
4. Keluarga mampu
menciptakan
lingkungan yang
mamanuhi syarat
kesehatan
5. Keluarga mampu
memanfaatkan
fasilitas yang ada
5. NDX. 2
6. NDX. 2
RESUME KASUS
TnS berumur 35 tahun mempunyai anggota keluarga 4 orang terdiri dari 3 orang anak dan seorang istri myang merupakan
keluarga inti yang tinggal serumah dilingkungan heterogen, keluarga TnS adalah suku Makassar yang menganut agama Islam.
Dalam pelayanan kesehatan, keluarga memanfaatkan sarana kesehatan terdekat yaitu puskesmas.
Tahap perkembangan keluarga yaitu berada pada tahap anak sekolah, dimana orang tua membantu anak untuk bersosialisasi
baik dengan tetangga maupun di sekolah serta memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.
Jenis bangunan rumah Tn S adalah semi permanen dengan luas bangunan 3 m x 4 m. Lantai rumah terbuat dari semen,
status pemilikan rumah kontrakan, atap rumah seng, dapur nampak kotor, ventilasi rumah tidak ada, penerangan rumah menggunakan
listrik.
Keadaan lingkungan rumah kurang memenuhi syarat dimana halaman nampak kotor, selokan nampak kotor, dan SPAL
terbuka.klien menampung sampahnya di kantong plastik dan kemudian di buang di tanah kosong disamping rumah dan jika sudah
bertumpuk kemudian dibakar.
Pengkajian fisik pada anggota keluarga yang bermasalah yaitu An.Z dengan Infeksi Saluran Pernafasan Atas dengan TTV :
TD : 90/60 mmHg, N : 100 x/I, S : 38,5C, Ibu klien mengatakan anaknya demam, batuk-batuk, ingusan, dan suka menangis.
Rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan sehingga keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan yang
terjadi sehingga tidak mampu mencegah dan mengatasi masalah yang ada.
Adapun diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, serta evaluasi yang dilakukan yaitu :
1. Hipertimia b/d ketidak mampuan mengenal masalah penyakit ISPA.
Intervensi :
ng ISPA
ng tua klien untuk memberikan kompres air hangat..
c. Anjurkan minum air hangat bila ada sekret.
d. Ajarkan posisi yang nyaman (semi fowler) apabila timbul sesak.
e. Anjurkan untuk istirahat yang cukup.
Implementasi yang dilakukan :
a) Memberi penjelasan kepada keluarga tentang penyakit ISPA
b) Menganjurkan ibu klien untuk memberi minum air hangat bila masih ada sekret.
c) Mengajarkan posisi yang nyaman (semi fowler) apabila timbul sesak.
d) Menganjurkan untuk beristirat yang cukup.
Evaluasi :
Setelah melakukan implementasi keluarga mengatakan sudah mengerti tentang manfaat memberikan kompres air hangat.
Resiko terjadinya penyakit menular (DHF, Diare, Thypoid pada keluarga TnS b/d ketidakmampuan keluarga mengenal sanitasi
lingkungan syarat kesehatan.
Intervensi:
a. Beri penjelasan (HE) tentang kesehatan lingkungan, syarat rumah sehat, dan penyakit yang ditimbulkan jika sanitasi lingkungan tidak
memenuhi syarat kesehatan
b. Jelaskan kepada keluarga tentang penyakit yang ada hubungannya dengan lingkungan yang kurang bersih,terutama penyakit menular.
c. Motivasi dan anjurkan keluarga untuk memelihara dan membersihkan rumah setiap hari.
d. Anjurkan dan motivasi untuk memelihara dan menciptakan lingkungan rumah yang sehat.
Implementasi yang dilakukan :
a) Memberikan penjelasan tentang kesehatan lingkungan, syarat rumah sehat, dan penyakit yang ditimbulkan jika sanitasi lingkungan
tidak memenuhi syarat kesehatan.
b) Memotivasi keluarga untuk memelihara dan membersihkan rumah setiap hari.
c) Menganjurkan dan memotivasi keluarga untuk memelihara dan menciptakan lingkungan rumah yang sehat.
Evaluasi :
Setelah melakukan implementasi keluarga mengatakan sudah mengerti tentang sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan,
dan mengatakan akan membersihkan rumahnya setiap hari.
MAKALAH
KELOMPOK 6
PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE
Di Susun oleh :
CHRISMAN NATA KUSUMA (11100005)
ELISABETH NATALIA WODA (11100009)
GREGORIUS KRISNA DWIPAYANA (11100011)
SITI KADIJAH MELA (11100054)
SULASNO (11100055)
DIONISIUS MARTINUS SERA (11100061)
MORSE FIRDAUS N.A. (13100082)
BENY AFRIANTO (11100004)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
MATAKULIAH : SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI
DOSEN PEMBIMBING : DWI AGUSTIANA SARI, S.KEP., NS.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GUNA BANGSA YOGYAKARTA
2013
Kata Pengantar
Ucapan syukur yang mendalam penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan kurnia melimpah yang
di berikan-Nya kepada penulis, sehingga tersusunlah makalah ini. Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan jika kita berusaha pasti
ada jalan yang mengantar kita untuk sampai kepada keberhasilan mencapai sesuatu, tulisan sederhana ini adalah contoh kecil dari
perwujudan hal tersebut.
Adapun makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Imun dan Hematologi. Proses belajar yang dilakukan
adalah dengan cara membagi mahasiswa kedalam beberapa kelompok diskusi, dan masing-masing kelompok tersebut membahas
masing-masing pokok bahasan. Kelompok kami membahas topik tentang penyakit Demam Berdarah Dengue. Penyusunannya
diangkat dari hasil diskusi kelompok, dimana para mahasiswa diperkenankan aktif berdiskusi untuk menyampaikan pendapat masing-
masing secara teratur sesuai arahan ketua kelompok. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Dwi Agustiana Sari, S.Kep.,
Ns. Selaku pembimbing mata kuliah Sistem Imun dan Hematologi. Serta ucapan terimakasih kepada teman-teman sekalian yang telah
ikut berpartisipasi dalam penyusunan tulisan sederhana ini.
Penulis sadar bahwa sebagai manusia biasa, dalam penyusunan makalah ini masih banyak sekali kekurangan. Untuk itu kritik
dan saran dari para pembaca kami terima dengan senang hati jika terdapat kejanggalan maupun kesalahan yang tidak diketahui
penyusun.
Yogyakarta, 23 September 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
B. TUJUAN PENULISAN ......................................................................................................2
C.MANFAATPENULISAN......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
FISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI 3
FUNGSI DARAH 3
BAGIAN-BAGIAN DARAH 3
1. Definisi 6
2. Etiologi 6
3. Manifestasi Klinis 7
4. Klasifikasi 9
5. Patofisiologi 9
6. Pemeriksaan Penunjang 11
7. Penatalaksanaan 11
8. Diagnosa Keperawatan 13
9. Rencana Keperawatan 14
DAFTAR PUSTAKA 21
BAB III CONTOH KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN 3
Pengkajian Keperawatan 22
Analisa Data 32
Diagnosa Prioritas Keperawatan 34
Rencana Keperawatan 34
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian luar
biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti ) yang tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena
banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari demam berdarah se-
ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah
meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan,
penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa ditekan.
Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus
meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di
Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009
terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar 1.317
orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama
dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia
tahun 2010 ada 150.000 kasus. Menurut Rita, potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi
mengingat banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain.
Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi komplikasi seperti efusi pleura karena
adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak mengalami mual
dan muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya plasma
yang mengandung cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai hematokrit.
Berdasarkan angka kejadian diatas dan masalah-masalah yang terjadi akibat lambatnya penanganan, maka kelompok akan
memberikan asuhan keperawatan pada klien An. W dengan diagnose medis DHF sehingga penulisan dalam makalah ini mengambil
judul Asuhan Keperawatan Pada Klien An. W dengan Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ).
2. Tujuan Penulisan
2.1 Tujuan umum
Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat diaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang
terinfeksi DHF.
2.2 Tujuan Khusus
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF, kelompok akan dapat :
a. Memberikan gambaran tentang pengkajian asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah tentang penyakit DHF
b. Memberikan gambaran tentang diagnose keperawatan yang akan muncul jika seorang anak terinveksi virus dengue.
c. Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan pada anak dengan DHF
d. Memberikan gambaran tentang implementasi keperawatan pada anak dengan DHF
e. Memberikan gambaran tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan DHF
f. Memberikan gambaran tentang dokumentasi keperawatan pada anak dengan DHF setelah melakukan pengevaluasian dari semua
tindakan.
3. Manfaat Penulisan
3.1 Manfaat bagi mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada keluarga secara langsung.
3.2 Manfaat bagi institusi pendidikan
Laporan makalah ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur sejauh mana upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fisiologi Sistem Hematologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya
tidak tetap tergantung pada banyaknya O2 dan CO2 didalamnya. Darah yang banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya
oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas, dan zat ini berguna pada peristiwa pembakaran/metabolisme didalam tubuh.
( Syarifuddin, 2006).
Darah terdiri dari elemen-elemen dan plasma dalam jumlah setara. Elemen-elemen yang tersebut adalah sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
(Elizabeth J. Corwin, 2001)
Fungsi Darah
Fungsi darah terdiri atas :
1) Sebagai alat pengangkut yaitu :
a) Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
b) Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan/otot tubuh.
d) Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantasan leukosit dan antibodi/zat-zat anti
racun.
3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Bagian-bagian Darah
Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan zat cair yang warnanya merah, tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop
maka nyatakah bahwa dalam darah terdapat benda-benda kecil bundar yang disebut sel-sel darah, sedang cairan berwarna kekuning-
kuningan disebut plasma.
Jadi nyatalah bahwa darah terdiri dari dua bagian yaitu :
1) Sel-sel darah
a) Eritrosit (sel darah merah)
b) Leukosit (sel darah putih)
c) Trombosit (sel pembeku darah)
2) Plasma darah
a) Air : 91%
b) Protein : 3% (albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
neral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium), kalsium, dan zat besi).
d) Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino).
Eritrosit 9sel darah merah) kalau kita periksa dan lihat dibawah miskroskop maka nyatalah bahwa eritrosit dapat diterangkan
sebagai berikut : Bentuknya seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti, ukuran diam eter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) tidak
dapat bergerak. Banyaknya kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4 juta) warna kuning kemerah-merahan, karean didalam mengandung zat
yang disebut hemoglobin, warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung oksigen, fungsinya mengikat O 2 dari
paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida (CO2) dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan
melalui paru-paru.
Leukosit (sel darah putih), bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan eritrosit apabila kita lihat dibawah mikroskop maka akan
terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-
macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna, banyaknya dalam 1 mm 3 darah
kira-kira 6.000 9.000. Funsginya : sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri yang masuk kedalam
jaringan RES (sistem retikuloendotelial) tempat pembiakannya di dalam limpe dan kelenjar limpe ; sebagai pengakut yaitu
mengangkut/membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpe terus kepembuluh darah.
Sel leukosit disamping beredar dipembuluh darah juga terdapat diseluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit
disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka jumlah leukosit yang ada didalam daerah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini
disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal didalam kelenjar limpe, sekarang beredar didalam darah untuk mempertahankan tubuh
dari serangan penyakit tersebut jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm3 disebut leukostosis dan kurang dari
6.000/mm3 disebut leukopenia.
Macam-macam leukosit, meliputi :
a) Agranulosit
(1) Limfosit
(2) Monosit
b) Granulosit
(1) Neutrofil atau polimorfonukleat leukosit
(2) Basofil
(3) Eusonofil
Trombosit (sel pembeku) merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang
bulat ada yang lonjong, warnanya putih, normal pada orang dewasa 200.000 300.000/mm3, fungsinya memegang peranan penting
dalam pembekuan darah. Jika banyak kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak cepat membeku sehingga timbul
perdarahan terus menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Tetapi jika kurang dari 200.000 disebut
trombositopenia. Didalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2t dan
fibrinogen. Fbrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.
Plasma darah merupakan bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan, merupakan media sirkulasi
elemen-elemen darah yang membentuk sel darah merah, sel darah putih dan sel pembeku darah juga sebagai media transportasi bahan
organik dan anorganik dan suatu organ atau jaringan. Hampir 90% dari plasma terdiri dari air, disamping itu terdapat pula zat-zat yang
larut didalamnya. Untuk mendapatkan plasma darah jika harus mencampurkan dulu sedikit sitras natrikus kedalam darahm, supaya
darah tidak membeku sesudah itu dipasang suatu alat dan dibiarkan beberapa lama, maka akan kelihatan beberapa sel-sel darah turun
atau mengendap dan bagian diatasnya tinggal cairan bening yaitu plasma darah yang didalamnya terdapat serum darah.
Kalau darah yang keluar dari tubuh kita dibiarkan membeku maka bagian bawah bekuan tadi terdapat cairan yang juga
warnanya bening, yang disebut serum darah. Jadi serum merupakan plasma tanpa fibrinogen yang didapat dengan membekukan darah.
Zat-zat dalam plasma darah :
a) Fibrinogen yang berguna dalam peristiwa pembekuan darah.
b) Garam-garam mineral (kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik.
c) Protein darah (albumin, globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga menimbulkan tekanan osmotik untuk memelihara
keseimbangan cairan dalam tubuh.
d) Zat makanan (asam amino, glukosa, lemak, mineral dan vitamin).
e) Hormon yaitu : suatu zat yang dihasilkan dan kelenjar tubuh.
f) Antibodi/antitoksin.
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah, plasma darah sebagian besar terdiri dari air dan zat-zat yang larut didalamnya
(misalnya zat makanan, hormon, antibodi dan lain-lain) sel-sel leukosit merupakan pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit.
( Syarifuddin, 2006)
1. Definisi
a. DHF (Dengue Hemorragic Fever) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan ditandai
dengan empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali dan tanda kegagalan sirkulasi sampai
timbul renjatan (sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.
(Soegeng Soegijanto, 2002)
b. DHF (Dengue Haemorragic Fever) adalah merupakan penyakit anak yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan
arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty betina.(A.Aziz alimul hidayat,2005).
c. DHF (Dengue Haemorragic Fever) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty.
(DR. Nursalam, 2005)
d. Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
sendi dan biasanya memburuk setelah 2 hari pertama. (Arif Mansjoer, 2000).
e. Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk
Aedes aegepti dan Aedes albopictus. (Soegeng Soegijanto, 2002)
2. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorragic fever (DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus
tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serompe virus dengue yang termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus)
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di
Thailand dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi
akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2.
( Nursalam, 2005)
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlndungan terhadap serotipe lain.
Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti
Badannya kecil, warnanya hitam dan berbelang-belang, menggigit pada siang hari, badannya datar saat hinggap, hidup di tempat-
tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari, jarak terbangnya kurang dari 100 M dan senang menggigit manusia). Aedes Aegypti
betina mempunyai kebiasaan berulang (multi diters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.
3. Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari asimtomatik, penyakit paling ringan, demam
dengue, demam berdarah dengue sampai syndrome syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan derajat Demam berdarah dengue.
Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk.
Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan panas, maka merah, keringat banyak, gelisah,
iritabel, dan nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis spontan mungkin tampak, dan
mudah memar serta berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopopular mungkin muncul dan
mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin membesar
sampai 4-6 cm dibawah tepi costa dan biasanya keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau perdarahan saluran cerna
yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.
Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus berdasarkan adanya gejala klinik sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas).
2. Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turnikel positif dari adanya salah satu bentuk perdarahan yang lain misalnya positif,
ekimosis, epistaksis, perdarahan yang lain misalnya petekel, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematomesis.
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan sakit).
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung,
jari dan kaki, pasien menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan umur dan bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam
dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa,
penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40C atau lebih
dan terkadang disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut
kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain
itu, perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama
demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara
perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa
konvalesens seringkali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa
ikterus maupun kegagalan peredaran darah.
Tanda-Tanda Perdarahan
1. Karena manipulasi
Rumpel leed test
a. Teknik
- Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan diastolnya.
- Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.
- Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air raksa tensimeter.
- Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci dan pertahankan sampai 5 menit.
- Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.
- Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola lengan bawah.
b. Kriteria :
bila jumlah petekie > 20
bila jumlah petekie 10 - 20
bila jumlah petekie 10
2. Perdarahan spontan
a. Petekil/ ekimosis
b. Perdarahan gusi
c. Epistakeis
d. Hematomesis/ melena
4. Klasifikasi
Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO (1975)
Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turnikel positif, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain.
Derajat III : Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah, hipotensi kulit dingin, lembab, gelisah.
Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.
5. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit), hiperemi tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa
(splenomegali). Peningkatan dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (Syok).
Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma
(plasma leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu ada penderita
Demam Berdarah Dengue (DHF) sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui berapa persen
hemokonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga
pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi
yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak
segera diatasi dengan baik. (Christantie Effendy,1995).
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah lengkap : hemokonsentrasi
(hematokrit meningkat 20% atau
lebih) trombositopeni
Sumber:(Christantie Effendy,1995). (100.00/mm3 atau kurang).
2. Pemeriksaan darah rutin
dilakukan untuk menskrining penderita demam dengue adalah melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar
hematokrit dan hapus darah tepi untuk melihat adanya limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru. Diagnosis pasti
didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR
(Reverse Transcriptosi Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini adalah uji serologi
(adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM maupun IgG).
3. Serotogi : uji HI (Hemaaglutination Inhibition test).
Pemeriksaan serologi ditujukan untuk deteksi antibodi spesifik terhadap virus dengue. Pemeriksaan yang banyak digunakan adalah
berupa uji HI (Haemoglobin Inhibition test : uji hambatan hemaglutinasi) yang merupakan standar WHO, kemudian uji indirect ELica,
uji captured Elisa untuk dengue baik IgM captured-Elisa (MAC-ELISA) maupun IgG captured-ELISA. dnegue blot/dengue stick/dot
imunosial dengue dan uji SCT (immuno-enromotographie test) antara lain dengue rapid test, sedangkan uji fiksasi komplemen dan uji
netralisasi sudah lama ditinggalkan karena rumit dan tidak praktis.
4. Uji HI yang merupakan uji serologis yang dianjurkan menurut standar WHO, dapat mendeteksi antibody anti-dengue, dimana infeksi
virus dengue akut ditandai dengan terdapatnya peningkatan titer empat kali atau lebih antara sepasang sera yaitu serum akut dan serum
konvalesens, disamping itu 1 : 2.560 menunjukkan interpretasi infeksi flovivirus skondes. (Soegeng Soegianto, 2006).
5. Rongten thorax : untuk mengamati ada tidaknya effusi pleura.
7. Penatalaksanaan
1. Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.
2. Antipiretik jika terdapat demam.
3. Antikonvulsan jika terdapat kejang.
4. Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung meningkat.
Berdasarkan kenyataan dimasyarakat penatalaksanaan kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) dibagi sebagai berikut :
a. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) yang diperkenakan berobat jalan
Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan makan dan minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak
diperkenankan memberi obat panas paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam diulang jika gejala panas masih nyata diatas 38,5C.
Obat panas salisilat tidak dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya penyulit perdarahan dan asidosis. Sebagian besar kasus
Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang berobat jalan ini adalah kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang menunjukkan
manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit lainnya.
Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF) ini menunjukkan manifestasi penyulit hipertermi dan konvalesens sebaiknya
kasus ini dianjurkan untuk dirawat inap.
b. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat inap karena penderita ini mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi
kejadian tetesan berdasarkan tatanan 7,5%. Pada saat fase panas penderita dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa
dipakai untuk mengatasi diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dan harga normal merupakan indikator adanya
kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat diruang observasi dipusat rehidrasi selama kurun waktu 12-14 jam.
c. Penatalaksanaan Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat III , IV
Dengue Shock Syndrome (sindrome renjatan dengue) termasuk kasus kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan
perlu memperoleh cairan pengganti secara tepat. Biasanya dijumpai kelainan asam basa dan elektrolit (hiponatremi). dalam hal ini
perlu dipikirkan kemungkinan dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang digunakan larutan garam isotonik (ringer laktat, 5% dekstrose, larutan ringer asetat dan
larutan normal garam faali) dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.
d. Obat penenang
Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan terutama pada kasus yang sangat gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya dihindari,
chloral hidrat oral atau rektal dianjurkan dengan dosis 12,5-50 mm/kg (tetapi jangan lebih 1 jam) digunakan sebagai satu macam obat
hipnotik.
e. Terapi oksigen
f. Transfusi darah.
g. Kelainan ginjal
Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa penggantian volume intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila
diuresis belum mencukup 2 ml/kg BB/jam sedangkan cairan yang diberikan sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya furosemid 1
mg/BB dapat diberikan pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah diuresis, kadar ureum dan kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap
belum mencukupi, pada umumnya syok juga belum dapat dikoreksi dengan baik maka pemasangan Centrol Venous Pressure (CVP)
perlu dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.
h. Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk menilai hasil pengobatan.
i. Kriteria memulangkan pasien
Pasien dapat dipulangkan apabila :
1) Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik.
2) Nafsu makan membaik.
3) Tampak perbaikan secara klinis.
4) Hematokrit stabil.
5) Tiga hari setelah syok teratasi.
6) Jumlah trombosit 200.000-300.000 /mm3
7) Tidak disertai distress pernapasan.
8) Ruang khusus darurat penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF)
(Soegijanto Soegeng.2002)
8. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien dengan Dengue Hemorhagic Fever
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
b. Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
d. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat, penurunan tekanan osmotik.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
f. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
g. Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan kurang informasi.
( sumber : perawatan pasien DHF, Christiantie efendy )
9. Rencana Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
Tujuan keperawatan :
Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan criteria :
- Suhu tubuh normal (35 C- 37,5 C)
- Pasien bebas dari demam
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji saat timbulnya demam. 1. Untuk mengidentifikasi pola demam
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 pasien.
jam. 2. Tanda-tanda vital merupakan acuan
3. Beri kompres hangat pada dahi. untuk mengetahui keadaan umum pasien.
4. Beri banyak minum ( 1-1,5 3. Kompres hangat dapat
liter/hari) sedikit tapi sering mengembalikan suhu normal
5. Ganti pakaian klien dengan bahan memperlancar sirkulasi.
tipis menyerap keringat. 4. Mengurangi panas secara konveksi
6. Beri penjelasan pada (panas terbuang bersama urine dan
keluarga klien tentang penyebab keringat sekaligus mengganti cairan
meningkatnya suhu tubuh. tubuh karena penguapan).
7. Kolaborasi pemberian obat anti 5. Pakaian yang tipis menyerap
piretik. keringat dan membantu mengurangi
penguapan tubuh akibat dari peningkatan
suhu dan dapat terjadi konduksi.
6. Penjelasan yang diberikan pada
keluarga klien bisa mengerti dan
kooperatif dalam memberikan tindakan
keperawatan.
7. Dapat menurunkan demam
b. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan
input dan output cairan.
Tujuan intervensi :
Volume cairan tubuh seimbang, dengan criteria :
- Turgor kulit baik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien dan tanda- 1. Mengetahui dengan cepat
tanda vital. penyimpangan dari keadaan normalnya.
2. Kaji input dan output cairan. 2. Mengetahui balance cairan dan
3. Observasi adanya tanda-tanda syok. elektrolit dalam tubuh/homeostatis.
4. Anjurkan klien untuk banyak minum. 3. Agar dapat segera dilakukan
5. Kolaborasi dengan dokter dalam tindakan jika terjadi syok.
pemberian cairan I.V. 4. Asupan cairan sangat diperlukan
untuk menambah volume cairan tubuh.
5. Pemberian cairan I.V sangat
penting bagi klien yang mengalami
deficit volume cairan untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
Tujuan intervensi :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan criteria :
- Porsi makan yang disajikan dihabiskan.
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien 1. Memudahkan untuk intervensi
2. Beri makanan sesuai kebutuhan selanjutnya
tubuh klien. 2. Merangsang nafsu makan klien
3. Anjurkan orang tua klien untuk sehingga klien mau makan.
memberi makanan sedikit tapi sering. 3. Makanan dalam porsi kecil tapi
4. Anjurkan orang tua klien memberi sering memudahkan organ pencernaan
makanan TKTP dalam bentuk lunak dalam metabolisme.
5. Timbang berat badan klien tiap hari. 4. Makanan dengan komposisi TKTP
6. Kolaborasi pemberian obat berfungsi membantu mempercepat proses
reborantia. penyembuhan.
5. Berat badan merupakan salah satu
indicator pemenuhan nutrisi berhasil.
6. Menambah nafsu makan
d. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat, penurunan tekanan osmotic.
Tujuan :
Tidak terjadi syok hipovolemik, dengan criteria :
- Keadaan umum membaik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor keadaan umum klien 1. Memantau kondisi klien selama
2. Observasi tanda-tanda vital masa perawatan terutama saat terjadi
3. Monitor tanda-tanda perdarahan perdarahan sehingga tanda pra syok, syok
4. Anjurkan pada pasien/ keluarga dapat ditangani.
untuk segera melapor jika ada tanda- 2. Tanda vital dalam batas normal
tanda perdarahan. menandakan keadaan umum klien baik
5. Cek hemoglobin, hematokrit, 3. Perdarahan yang cepat diketahui
trombosit dapat teratasi sehingga klien tidak sampai
pada tahap syok hipovolemik akibat
perdarahan yang hebat.
4. Keterlibatan keluarga untuk segera
melaporkan jika terjadi perdarahan
terhadap pasien sangat membantu tim
perawatan untuk segera melakukan
tindakan yang tepat.
5. Untuk mengetahui tingkat kebocoran
pembuluh darah yang dialami klien dan
untuk acuan melakukan tindak lanjut
terhadap perdarahan.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan :
Klien mampu melakukan aktivitas sehari-hari, dengan criteria :
- Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
- Klien mampu mandiri setelah bebas demam
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan 1. Mengetahui tingkat ketergantungan
klien. klien dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Bantu klien memenuhi kebutuhan 2. Bantuan sangat diperlukan klien pada
aktivitasnya sesuai dengan tingkat saat kondisinya lemah dalam pemenuhan
keterbatasan klien. kebutuhan sehari-hari tanpa mengalami
3. Beri penjelasan tentang hal-hal yang ketergantungan pada orang lain.
dapat membantu dan meningkatkan 3. Dengan penjelasan, pasien
kekuatan fisik klien. termotivasi untuk kooperatif selama
4. Libatkan keluarga dalam pemenuhan perawatan terutama terhadap tindakan
ADL klien yang dapat meningkatkan kekuatan
5. Jelaskan pada keluarga dan klien fisiknya.
tentang pentingnya bedrest ditempat 4. Keluarga merupakan orang terdekat
tidur. dengan klien
5. Untuk mencegah terjadinya keadaan
yang lebih parah
f. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan :
Tidak terjadi perdarahan intra abdominal, dengan criteria :
- Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan
- Jumlah trombosit meningkat
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor tanda-tanda penurunan 1. Penurunan jumlah trombosit
trombosit yang disertai tanda-tanda merupakan tanda-tanda adanya
klinis. kebocoran pembuluh darah yang dapat
2. Beri penjelasan tentang pengaruh menimbulkan tanda klinis berupa
trombositopenia (pada keluarga. perdarahan nyata, seperti epistaksis,
3. Monitor jumlah trombosit setiap hari. petechiae.
4. Anjurkan klien untuk banyak 2. Agar pasien/ keluarga mengetahui
istirahat. hal-hal yang mungkin terjadi pada pasien
5. Beri penjelasan pada pasien/ dan dapat membantu mengantisipasi
keluarga untuk segera melapor jika ada terjadinya perdarahan karena
tanda-tanda perdarahan lebih lanjut trombositopenia
seperti: hematemesis, melena, epistaksis. 3. Dengan jumlah trombosit yang
dipantau setiap hari dapat diketahui
tingkat kebocoran pembuluh darah dan
kemungkinan perdarahan yang dialami
oleh klien
4. Aktivitas klien yang tidak terkontrol
dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan.
5. Keterlibatan keluarga dengan segera
melaporkan terjadinya perdarahan (nyata)
akan membantu pasien mendapatkan
penanganan sedini mungkin.
g. Kecemasan keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kurang informasi.
Tujuan :
Kecemasan keluarga teratasi, dengan criteria :
- Orang tua tidak bertanya lagi tentang penyakit anaknya
- Ekspresi wajah ceria
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan orang tua 1. Mengetahui kecemasan orang tua
2. Jelaskan prosedur pengobatan klien dan memudahkan menentukan
perawatan anaknya. intervensi selanjutnya.
3. Beri kesempatan pada orang tua 2. Untuk menambah pengetahuan dan
untuk bertanya tentang kondisi anaknya. informasi kepada klien yang dapat
4. Beri penjelasan tiap prosedur/ mengurangi kecemasan orang tua.
tindakan yang akan dilakukan terhadap 3. Untuk memperoleh informasi yang
pasien dan manfaatnya bagi pasien lebih banyak dan meningkatkan
5. Beri dorongan spiritual. pengetahuan dan mengurangi stress.
4. Memberikan penjelasan tentang
proses penyakit, menjelaskan tentang
kemungkinan pemberian perawatan
intensif jika memang diperlukan oleh
pasien untuk mendapatkan perawatan
yang lebih optimal
5. Memberi ketenangan kepada klien
dengan berserah diri kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
10. Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
11. Evaluasi
Evaluasi keperawatan DHF adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan dalam memenuhi kebutuhan pasien penderita
DHF.
Diagnosa yang akan di evaluasi diantaranya yaitu :
a. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus Dengue, teratasi dengan suhu tubuh normal (36-37 oC),
klien tidak demam lagi
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan akan teratasi.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, anoreksia. teratasi dengan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien
mampu menghabiskan porsi yang diberikan.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi dengan: klien mampu beraktifitas mandiri dan mampu
memenuhi aktivtasnya sendiri.
e. Kecemasan orang tua/keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kurang informasi.teratasi
f. Reaksi hospitalisasi berhubungan dengan Lingkungan baru dan jauh dari orang terdekat
DAFTAR PUSTAKA
Hadinegoro, Sri Rezeki. H, dkk. (2004). Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Suriadi, Yuliana R, 2001, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I,
Penerbit PT. Fajar Interpratama : Jakarta.
Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Nertina, Sandra. M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Alah Bahasa : Alfrina Hany. Jakarta : EGC
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
http://www.riyawan.com/dhf
Noer, Sjaifulloh, dkk. (1996). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1 edisi 3. Jakarta : FKUI
BAB III
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
c. Antropometri
Berat Badan
Sebelum sakit : 55 kg
Saat sakit : 54 kg
Tinggi Badan : 160 cm
Skor
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
5.Pola konsep diri
a. Body image : klien mengatakan tidak ada masalah dengan kondisi fisiknya
b. Ideal diri : klien mengatakan ingin cepat sembuh dari sakitnya
c. Harga diri : klien mengatakan tidak ada masalah dengan harga diri
ran : klien mengatakan sebagai mahasiswa
entitas diri : klien mengatakan dia adalah seorang laki-laki
Depan Belakang
- Scale : tidak ada
-Time : tidak ada
3. Kepala :
Kulit : tidak terdapat lesi, ketombe.
Rambut : berwarna hitam, tidak rontok,
Muka :tidak terdapat lesi,.
MasalahKeperawatan:
4. Sistem Sensori Persepsi
Tidak terdapat masalah keperawatan
Mata
Inspeksi
Konjungtiva :berwarna merah mudah
Sklera : berwarna putih, tidak
ikterik
Pupil : isokor
Palpebra : tidak terdapat lesi.
Lensa : jernih
Palpasi
Tekanan intra Okular : normal
Hidung : tidak ada polip dan bersih
Gigi : tidak ada caries dentis
Bibir : kering dan pecah-pecah
Leher : tidak terdapat pembesaran tiroid
Telinga
Lubang Telinga : bersih, tidak ada lesi
Membran Tympani : tidak terdapat ruftur
Gangguan Pendengaran : tidak mengalami gangguan pendengaran.
MasalahKeperawatan:
Tidak ada masalah dengan sistem persepsi sensori klien 5. Sistem Respirasi
a. Inspeksi
Bentuk : dada simetris
b. Palpasi
Tractil Fremitus : simetris (tidak
ada nyeri tekan)
c. Perkusi : sonor
d. Auskultasi
Suara Nafas : vesikuler
Suara Nafas tambahan: tidak ada suara tambahan
MasalahKeperawatan:
Tidak ada masalah dengan sistem pernapasan klien. 6. Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi
Bentuk : simetris
b. Palpasi
Iktus Cordis : normal (teraba pada intercosta sinistra ke V)
c. Perkusi
ntung : terletak di Intercosta ke III dextra medial dan intercosta I-V sinistra lateral mendekati midclavicula.
Pembesaran Jantung : tidak terdeapat pembesaran jantung
d. Auskultasi
normal : auskultasi pada ictus cordis (itercosta 5 sinistra) terdapat suara lup dup
Bunyi tambahan : tidak terdapat bunyi jantung tambahan
e. Cappilary Refill : < 2 detik
MasalahKeperawatan:
Tidak terdapat masalah keperawatan 5. S i s t em Persyarafan (Neurogical )
a. GCS
Eye :4
Verbal :6
Motorik : 5
b. Sistem sensorik
Tajam : tidak terdapat gangguan pada ketajaman fungsi sensorik
Tumpul : tidak terdapat ketumpulan pada sistem sensorik
Halus : tidak terdapat masalah pada kehalusan fungsi sensorik
Kasar : tidak terdapat kekasaran pada sistem sensorik
c. Sistem motorik
Keseimbangan : mampu bergerak dengan seimbang dan baik
Koordinasi gerak : tidak terdapat masalah pada koordinasi gerak
d. Reflek
Bisep : berespon sempurna
Trisep : berespon sempurna
Patella : berespon sempurna
Meningeal : berespon sempurna
Babinsky : berespon sempurna
Chaddock : berespon sempurna
MasalahKeperawatan:
6. S i s t em Gastrointestinal
Tidak ada masalah dengan sistem persyarapan.
a. Inspeksi
Bentuk : simetris, tidak terdapat
ulserasi
Tepi Perut : simetris, tidak terdapat
lesi atau gangguan lainnya.
Bendungan pembuluh darah: tidak ada
Ascites : tidak ada
b. Auskultasi
Peristaltik : 14 x/mnt (normal : 15-25 x/mnt)
c. Palpasi
Nyeri : tidak terdapat nyeri tekan
Massa : tidak ada massa pada saat dipalpasi
Benjolan : tidak terdapat benjolan
Pembesaran hepar : tidak ter
Pembesaran Lien : tidak ada
Titik Mc. Burney : bentuk bulat, tidak ada kotoran, tidak ada lesi
d. Perkusi : bunyi resonan
e. Rektum : tidak ada masalah pada saat buang air besar
MasalahKeperawatan:
Tidak ada masalah dengan sistem gastrointestinal 7. Sistem Musculoskeletal
a. ROM : penuh
b. Keseimbangan : normal, dapat
berdiri tegak, bergerak dengan leluasa
c. Kekuatan otot
Ekstremitas superior dextra : 5/5
Ekstremitas superior sinistra : 5/5
Ekstremitas inferior dextra : 5/5
Ekstremitas inferior sinistra : 5/5
MasalahKeperawatan:
Tidak ada masalah dengan sistem muskuloskeletal. 8. S i s t em Integument
a. Inspeksi : tidak terdapat luka,
kulit tampak sedikit kering
b. Palpasi : tidak ada nyeri
tekan, tidak kasar
c. Pitting Oedem : tidak terdapat pitting oedem
d. Akral : teraba hangat
MasalahKeperawatan:
9. Sistem Reproduksi
Tidak ada masalah dengan sistem integumen.
a. Pria
Inspeksi : tidak ada kelainan
pada alat reproduksi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada alat reproduksi, tidak terdapat kelainan
b. Wanita
Inspeksi : -
Palpasi :-
MasalahKeperawatan:
Tidak ada masalah dengan sistem reproduksi. 12. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
ANALISA DATA
Nama : Sdr. W Rumah sakit Guna Bakti
Umur : 20 tahun
Dx medis: DBD Alamat : Jln Puri permata
Condongcatur, Depok,Sleman,
YOGYAKARTA
NO HARI/ ANALISA DATA PROBLEM ETIOLOGI KODE PAR
TGL/ NANDA AF
JAM
1 Kamis, 19 DS: Hipertermi Proses Ners
september- klien mengatakan perjalanan S
2013 mengalami demam penyakit
secara mendadak naik DBD
turun
DO:
- S : 39 0C
- Akral : Hangat
- TD :
2 Kamis, DS : Kekurangan Ketidakseim Ners
19 - Klien mengatakan Volume N
bangan
september sulit untuk minum Cairan.
2013 karena mulut terasa output dan
10.10 pahit
input cairan
WIB - Klien mengatakan
mual dan muntah
DO :
- Akral : Hangat
- Turgor kulit jelek
(kurang elastis)
- Bibir kering dan
pecah-pecah.
3 Kamis, DS : Nutrisi Ketidak Ners
19 - Klien mengatakan kurang dari mampuan A
september nafsu makan kebutuhan mencerna
2013 berkurang tubuh makanan
10.15 - Klien mengatakan
WIB perutnya mual saat
makan
DO :
- Klien tampak lemas
dan pucat
- Berat badan klien
turun 1 kg
- Klien tampak kurang
meminati makanan
4 Kamis, DS : Intolerasi Kelemahan Ners
19 - Klien mengatakan Aktivitas fisik L
september badannya terasa lemah
2013 - Klien mengatkan
10.25 tidak dapat melakukan
WIB aktifitas yang
sederhana
DO :
- Klien tampak lesu
- Klien tampak
ketergantungan
dengan orang lain
dalam beraktifitas
5 DS : Resiko Mobilitas Ns H
- Klien mengatakan kerusakan menurun
kulitnya kering integritas
DO : kulit
- Kulit klien tampak
kering
- Turgor kulit jelek
Diagnosa Prioritas Keperawatan