I. TUJUAN
1.1. Mampu menerapkan teori zat warna yang telah diperoleh pada perkuliahan.
1.2. Mampu melakukan analisis dengan KLT dan spektroskopi UV-Vis.
2.4. Kurkuminoid
Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 (BM = 368). Sifat kimia
kurkumin yang menarik adalah sifat perubahan warna akibat perubahan pH
lingkungan. Kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga pada suasana asam,
sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Kurkumin dalam suasana basa atau
pada lingkungan pH 8,5-10,0 dalam waktu yang relatif lama dapat mengalami
proses disosiasi, kurkumin mengalami degradasi membentuk asam ferulat dan
feruloilmetan. Warna kuning coklat feruloilmetan akan mempengaruhi warna
merah dari kurkumin yang seharusnya terjadi. Sifat kurkumin lain yang penting
adalah kestabilannya terhadap cahaya. Adanya cahaya dapat menyebabkan
terjadinya degradasi fotokimia senyawa tersebut. Hal ini karena adanya gugus
metilen aktif (-CH2-) diantara dua gugus keton pada senyawa tersebut. Kurkumin
mempunyai aroma yang khas dan tidak bersifat toksik bila dikonsumsi oleh
manusia. Jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi oleh manusia adalah 100
mg/hari sedangkan untuk tikus 5 g/hari (Rahayu, 2010).
Sifat-sifat kurkumin adalah sebagai berikut :
Berat molekul : 368.37 (C = 68,47 %; H = 5,47 %; O = 26,06 %)
Warna : Light yellow
Melting point : 183C
Larut dalam alkohol dan asam asetat glasial
Tidak larut dalam air
Kurkumin dapat ditemukan pada dua bentuk tautomer, yaitu bentuk keto
dan bentuk enol. Struktur keto lebih stabil atau lebih banyak ditemukan pada fasa
padat, sedangkan struktur enol lebih dominan pada fasa cair atau larutan. Kurkumin
merupakan senyawa yang sedikit pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat
glasial dan alkali hidroksida, serta tidak larut dalam air dan dietileter. (Yudha,
2009).
Kandungan kunyit berupa zat kurkumin
10 %, Demetoksikurkumin 1-5 %
Bisdemetoksikurkumin, sisanya minyak atsiri
atau volatil oil (Keton sesquiterpen, turmeron,
tumeon 60%, Zingiberen 25%, felandren,
sabinen, borneol dan sineil), lemak 1-3%,
karbohidrat 3%, protein 30%, pati 8%, vitamin
C 45-55%, dan garam-garam Mineral (Zat
besi, fosfor, dan kalsium) (Sharma R.A, A.J.
Gescher, W.P. Steward, 2005).
2.5. Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu
atau lebihkomponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair
(solven) sebagaiseparating agen. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut
yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran.
Ekstraksi pelarut atau sering disebut juga ekstraksi air merupakan metode
pemisahan atau pengambilan zat terlarut dala m larutan (biasanya dalam air) dengan
menggunakan pelarut lain (biasanya organik).
Berdasarkan bentuk campuran yang diekstraksi, suatu ekstraksi dibedakan
menjadi ekstraksi padat-cair dan ekstraksi cair-cair.
1. Ekstraksi padat-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang
berbentuk padatan. Ekstraksi jenis ini banyak dilakukan di dalam usaha mengisolasi
zat berkhasiat yang terkandung di dalam bahan alam seperti steroid, hormon,
antibiotika dan lipida pada biji-bijian.
2. Ekstraksi cair-cair; zat yang diekstraksi terdapat di dalam campuran yang
berbentuk cair. Ekstraksi cair-cair sering juga disebut ekstraksi pelarut banyak
dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod atau logam-logam tertentu dalam
larutan air. (Estien Yazid,2005)
2.6. Maserasi
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut
dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi
merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan
panas ataupun tahan panas.
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan pencair, Jadi, Maserasi
merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara merendam serbuk
simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa pemanasan (Dirjen
POM,1995).
2.7. Absorpsi
Toluen : Etil asetat : Silika Gel Komposisi 80:18:2 v/v atau 60:38:2
Asam asetat (TEA) v/v baik untuk pemisahan metabolit
asam
n-Butanol : Asam Asetat Silika Gel Sistem polar untuk flavonoid dan
: Air glikosida
2.10. Flourensi
- Sumber
Sumber serbaguna yang terbaik adalah lampu busur Xenon.
- Pemilihan Panjang Gelombang
Untuk analisis sampel-sampel yang mengandung campuran spesies
berpendar, karena sering suatu kombinasi panjang gelombang eksitasi
dengan pemonitoran pancaran yang selektif terhadap panjang
gelombang, memberika komponen yang berbeda-beda.
- Instrumen Monokrom
Instrumen ini dilengkapi dengan susunan automis baik dari panjang
gelombang eksitasi maupun panjang geombang pancaran dengan
perekaman grafis dari isyarat detektor.
- Deteksi Radiasi
Pengganda foto biasa digunakan sebagai detektor. Pembacaan isyarat
detektor yang dikuatkan dapat melibatkan suatu voltmeter, suatu
rekaman pena-tinta dari tegangan vs waktu atau suatu pembacaan dari
dalam suatu komputer (interface) (Underwood, 1998).
2.10.3. Penerapan Fluoresensi
Hanya teradapat sedikit ion anorganik yang dapat berpendar, paling
dikenal adalah ion uranil, UO2+. Kebanyakan analisis fluometrik melibatkan
molekul organik seperti fenol, pirena dan asam salisilat. Terdapat beberapa
senyawa kelat logam yang berpendar yang memberikan metode-metode
yang peka untuk beberapa ion logam. Seringkali kelat logam itu diekstrak
dari dalam larutan berair menjadi suatu pelarut organik sebelum
pengukuran, suatu proses yang sekaligus memisahkannya dari ion-ion
pengganggu dan mengkonsentrasikan spesies berpendar. Mmisalnya
banyak terdapat reagensia fluometrik untuk aluminium dan berilium.
Logam-logam yang lebih berat seperti Fe3+, Ni2+ dan Cu2+ sebaliknya,
cenderung mematikan fluoresens yang diperagakan oleh banyak zat
pengkelat itu sendiri, hadirnya ion logam kompleks mendorong dibuangnya
energi yang diserap itu secara tak radiatif (Underwood, 1998).
Panjang gelombang adalah jarak antara dua titik yang berdekatan secara identik
dalam gelombang. Hal ini biasanya diukur antara dua titik agar mudah
diidentifikasi, seperti dua puncak yang berdekatan atau lembah dalam bentuk
gelombang. Sementara panjang gelombang dapat dihitung untuk berbagai jenis
gelombang, mereka yang paling akurat diukur dalam gelombang sinusoidal, yang
memiliki osilasi halus dan berulang-ulang.
Panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi. Itu berarti jika dua
gelombang berjalan dengan kecepatan yang sama, gelombang dengan frekuensi
yang lebih tinggi akan memiliki panjang gelombang yang lebih pendek. Demikian
juga, jika satu gelombang memiliki panjang gelombang lebih panjang dari
gelombang lain, akan juga memiliki frekuensi yang lebih rendah jika kedua
gelombang berjalan dengan kecepatan yang sama. Rumus berikut dapat digunakan
untuk menentukan panjang gelombang:
=v/
Simbol () adalah simbol standar yang digunakan untuk mewakili panjang
gelombang dalam fisika dan matematika. Huruf v mewakili kecepatan dan
mewakili frekuensi. Karena kecepatan suara sekitar 343 meter per detik pada 68 F
(20 C), 343 m/s dapat digantikan untuk v ketika mengukur panjang gelombang
suara.
Oleh karena itu, hanya frekuensi diperlukan untuk menentukan panjang gelombang
dari gelombang suara pada 68 F. catatan A4 (A tombol di atas C tengah) memiliki
frekuensi 440 hertz. Oleh karena itu, panjang gelombang dari gelombang suara A4
pada 68 F adalah 343 m / s / 440 hz, yang sama dengan 0,7795 meter, atau 77,95
cm.
(Beiser, 1999)
2.15.2. Kurkumin
Sifat fisik : berwarna kuning
Sifat kimia : tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan aseton (Joe et al,
2004)
2.15.3. Etanol
Sifat fisik : zat cair, tidak berwarna, memiliki bau yang khas, mendidih pada
suhu 70,5 C
Sifat kimia : sebagai pelarut, bahan bakar, bila terbakar diudara berwarna biru
(Daintith, 1994)
2.15.4. Metanol
Sifat fisik : cairan tak berwarna, densitas 0,79 g/mL titik leleh -98 C, titik
didih 64 C
Sifat kimia : dibuat melalui oksidasi katalitik dari metana, sebagai pelarut
(Daintith, 1994)
2.15.5. Kloroform
Sifat kimia : BM 119,3 g/mol , densitas 1,484
Sifat fisik : diperoleh dengan mereaksikan Cl2 dengan alcohol/ aseton,
bersifat volatile (Danway,1960)
Gelas Beker
Residu Filtrat
- Ambil 5 tetes
- Pengenceran
dengan etanol
- Penggojogan
HASIL
Gelas Beker
- Penambahan etanol 96 %
- Pengadukan
- Maserasi selama 10 menit
- Penyaringan
Residu Filtrat
- Ambil 0,1 ml
- Pengenceran
dengan etanol
- Penggojogan
HASIL
3.2.2. Pembuatan Elusi, Analisis Kromatografi Lapis Tipis
Chamber
- Pengadukan
- Pemasukan dalam chamber
Hasil
Larutan kurkumin
Plat KLT
Cuvet
Cuvet
Cuvet