Anda di halaman 1dari 24

BAB II

2.1 Latar Belakang Proyek

Latar belakang Proyek yang akan penulis susun berupa alasan

pembangunan proyek, Lingkup Konstruksi Proyek, kondisi proyek, dan

organisasi proyek

2.1.1 Alasan pembangunan Proyek

Pasar merupakan salah satu sarana yang penting untuk menunjang

kehidupan manusia. Dengan adanya pasar, kebutuhan kehidupan sehari

hari masyarakat akan mudah didapatkan, selain itu, pasar juga dapat

dijadikan sebagai fasilitas masyarakat untuk berdagang dan menjajakan

dagangan nya. Pasar yang terpadu dan bersih, juga akan menambah

kenyamanan masyarakat ketika melakukan transaksi jual beli.

Oleh karena itu, PD. Pasar Jaya selaku induk dari seluruh pasar

di Jakarta memiliki sebuah rangkain revitalisasi pasar pasar yang

kemudian di renovasi agar lebih terpadu serta nyaman bagi masyarakat.

Pasar Karbela yang Jl. Karet Belakang Raya, No II, RT/RW 11/04,

Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan, memiliki Luas Area +-1600 m2 dan

Rencana Luas Bangunan +- 1008 m2 merupakan salah satu dari

beberapa banyak pasar yang masuk kedalam rangkaian revitalisasi pasar.

PD. Pasar Jaya selaku Owner menunjuk PT. Wika Gedung sebagai Main

14
Contractor yang bertanggung dalam pembangunan pasar, dan PT.

Artefak Arkindo sebagai Konsultan Perencana.

2.1.2 Kondisi Proyek

Durasi proyek ini adalah 160 hari kerja yang dimulai dari tanggal

April sampai dengan Juli 2017. Proyek pembangunan Pasar

beralamatkan di Jl. Karet Belakang, No II, Setiabudi, Jakarta Selatan.

Dengan batas batas sebagai berikut:

Sebelah Selatan : TPS

Sebelah Utara : Jl. Karet

Sebelah Barat : Jl. Karet Belakang Timur

Sebelah Timur : Pegadaian UPC Pasar Mencos

Gambar 2.1 Lokasi Pasar

15
2.1.3 Organisasi Proyek

MANAJER PROYEK

ALI ABRAR SITEPU

KA ENGINEERING PU S/A PU MEP KA ADM & KEU

AHMAD AHMAD AHMAD AHMAD

DRAFTER PELAKSANA ADM & AKUNTANSI

GOFUR MUSLIM NIKEN


HENDRO
KAMRAN KOOR. KEAMANAN
KOMERSIAL & ANDRE SUPRIYADI
PENGADAAN
MUHASIM
SURAHMAT RUMAH TANGGA
LUKMAN KOKO
WAHYU DENI
DEDI
KOOR. QA/QC

YUSNITA

KOOR SURVEYOR

SULAIMAN

SURVEYOR

SYEIKO
YAHYA
KAMRAN

16
Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan sebagai

suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada

pada suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk

mencapat tujuan dan target yang direncanakan.

2.2 Landasan teori

Landasan teori dibawah ini merupakan penjabaran dari teori

estimasi biaya, penjadwalan suatu proyek, dan pengendalian . dari

estimasi biaya sendiri terdiri dari definisi estimasi biaya dan penyusunan

anggaran biaya. Sedangkan Penjabaran dari Penjadwalan sendiri terdiri

dari Barchat, Network Planning, dan Kurva S.

2.2.1 Estimasi Biaya

2.2.1.1 Definisi

Estimasi, dalam arti umum merupakan usaha untuk menilai atau

memperkirakan suatu nilai melalui analisis perhitungan dan

berlandaskan pada pengalaman. Demikian halnya dengan estimasi biaya

dalam pada suatu proyek kontruksi, tentunya dimaksudkan untuk

memperkirakan seberapa banyak dalam suatu proyek, baik dari segi

material, waktu maupun biaya untuk tenaga kerja yang diperlukan dalam

proyek itu sendiri, karena jika dalam suatu proyek tidak ada estimator,

maka dalam proyek itu apabila mengalami perubahan jadwal semua

yang sudah terjadwalkan sebelumnya akan molor atau mundur sehingga

mengakibatkan pembengkakan biaya dalam suatu proyek tersebut.

17
Menurut Istimawan Dipohusodo, estimasi pada pada proyek konstruksi

merupakan upaya penerapan konsep rekayasa berlandaskan pada

dokumen pelelangan, kondisi lapangan dan sumber daya kontraktor,

terdapat beberapa jenis estimasi misalkan untuk bangunan gedung yaitu

estimasi biaya dipandang sebagai fungsi peruntukannya, estimasi

berdasarkan jumlah biaya setiap meter persegi luas lantai, estimasi

berdasarkan semua komponen bangunan, estimasi berdasarkan survey

dan perhitungan kuantitas pendahuluan dengan penerapan harga satuan

hanya pada pekerjaan terpasang, dan estimasi berdasar analisis

perhitungan kuantitas volume pekerjaan.

Estimasi biaya proyek adalah nilai prediksi yang didasarkan pada

faktor-faktor utama yaitu keadaan proyek, rencana kontrak, jadwal

konstruksi, teknologi yang digunakan, dasar produksivitas tenaga kerja,

metode estimasi biaya. Bagi kontraktor, estimasi menentukan besarnya

nilai tender dan mendapatkan keuntungan potensial untuk bisa

merealisasikan proyek sesuai yang diharapkan. Sedangkan untuk

manajer proyek adalah dalam hal penentuan estimasi untuk mencapai

keberhasilan sesuai perencana anggaran untuk penyelesaian proyek.

Dikutip dari (http://sipil.ft.uns.ac.id)

2.2.1.2 Penyusunan Anggaran Biaya

Kegiatan estimasi dalam proyek konstruksi dilakukan dengan

tujuan tertentu dari siapa/ pihak yang membuatnya. Pihak owner

membuat tentang biaya yang harus disediakan untuk merealisasikan

18
proyeknya, hasil estimasi ini disebut OE (Owner Estimate) atau EE

(Engineer Estimate). Pihak kontraktor membuat estimasi dengan tujuan

untuk kegiatan penawaran terhadap proyek konstruksi. Dalam

menentukan harga penawaran, kontraktor harus memasukkan aspek-

aspek lain yang sekiranya berpengaruh terhadap biaya proyek nantinya.

Tahap-tahap yang dilakukan untuk menyusun anggaran biaya

adalah sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data yang diperlukan, berupa gambar bestek,

spesifikasi teknis dan bahan, daftar harga satuan material dan jasa.

b. Membuat klasifikasi pekerjaan dan sub-sub pekerjaan.

c. Menghitung volume untuk tiap sub-sub pekerjaan.

Contoh: Pekerjaan Pemasangan Bowplank

V=(P+1)x2+(L+1)x2 P

d. Membuat Analisis Harga Satuan L

Dalam membuat analisis harga satuan perlu dipenuhi data

data yang diperlukan dengan tahapan sebagai berikut:

1) Data harga satuan material dan jasa (berdasarkan pedoman

Patokan Harga Satuan Bahan dan Upah Pekerjaan Bidang

Pemborong Provinsi DKI JAKARTA ).

2) Data koefisien material dan jasa per tiap pekerjaan sesuai Analisis

Harga Satuan SNI 03-2835-2010, serta peraturan pedoman analisa

19
harga satuan pekerjaan dinas pekerjaan umum republik indonesia

nomer 11/PRT/M/2013.

3) Membuat item material atau jasa per tiap pekerjaan.

4) Pengolahan data berdasarkan perhitungan.

Contoh : Perhitungan 1 m3 Urugan pasir

HARGA JUMLAH
NO URAIAN SATUAN KOEFISIEN
SATUAN (RP) HARGA (RP)

A TENAGA KERJA
Pekerja OH 0.300 Rp105,000.00 Rp 31,500.00
Mandor OH 0.010 Rp135,000.00 Rp 1,350.00
JUMLAH TENAGA KERJA Rp 32,850.00
B BAHAN
Pasir Urug m 1.200 Rp 135.00 Rp 162.00
JUMLAH BAHAN Rp 162.00
C ALAT

JUMLAH ALAT Rp -
D JUMLAH A+B+C Rp 33,012.00
E OVERHEAD & PROFIT (15% X D) Rp 4,951.80
F HARGA SATUAN PEKERJAAN (D + E) Rp 37,963.80

e. Membuat Bill of Quantity, kebutuhan material dan kebutuhan tenaga

kerja. Secara umum disimpulkan sebagai berikut :

1) Untuk membuat Bill of Quantity diperlukan data data dengan

tahapan sebagai berikut :

a) Data klasifikasi kegiatan / pekerjaan

b) Volume pekerjaan

20
c) Harga satuan pekerjaan

d) Membuat perhitungan jumlah harga untuk tiap sub pekerjaan.

e) Membuat total jumlah harga per tiap pekerjaan

f) Menjumlahkan seluruh sub total harga pekerjaan.

2) Untuk membuat kebutuhan material dan tenaga kerja diperlukan

Data data dengan tahapan sebagai berikut :

a) Volume tiap pekerjaan

b) Koefisien material pekerjaan dan tenaga kerja

c) Menghitung kebutuhan material dan tenaga kerja


`
V = Volume tiap pekerjaan x koefisien material atau tenaga kerja

f. Membuat Rekapitulasi Biaya

Rekapitulasi biaya merupakan kesimpulan biaya estimasi

proyek konstruksi yang diperoleh dengan cara menjumlahkan

keseluruhan sub total harga pekerjaan (yang disebut sebagai biaya

pembangunan murni).

2.2.2 Penjadwalan

1. Barchart

Barchart adalah sekumpulan aktivitas yang ditempatkan dalam

kolom vertikal, sementara waktu ditempatkan dalam baris horizontal.

Waktu mulai. Waktu mulai dan selesai setiap kegiatan beserta

durasinya ditunjukkan dengan menempatkan balok horizontal dibagian

sebelah kanan dari setiap aktivitas. Perkiraan waktu mulai dan selesai

dapat ditentukan dari skala waktu horizontal pada bagian atas bagan.

21
Panjang dari balok menujukkan durasi dari aktivitas dan biasanya

aktivitas-aktivitas tersebut disusun berdasarkan kronologi

pekerjaannya (Callahan, 1992).

Penggunaan Barchart bertujuan untuk mengidentifikasi unsur

waktu dan urutan dalam merencanakan suatu kegiatan, terdiri dari

waktu mulai, waktu selesai dan pada saat pelaporan. Penggambaran

Barchart terdiri dari kolom dan baris. Pada kolom tersusun urutan

kegiatan yang disusun secara berurutan, sedangkan baris menunjukkan

periode waktu yang dapat berupa hari, minggu ataupun bulan.

WAKTU (MINGGU)
NO KEGIATAN
JANUARI FEBRUARI MARET

Pekerjaan
1
Persiapan

Pekerjaan
2
Galian Tanah

Pekerjaan
3
Pondasi

Pekerjaan
4
Beton

Tabel 2.1 Contoh Barchart

2.2.3 Pengendalian (Kurva S)

22
Kurva - S atau sering disebut sebagai kurva pengendalian banyak

dipakai untuk pengujian ekonomi, pengaturan sumber daya, alokasi,

rencana kerja, perbandingan kinerja aktual terhadap target rencana atau

anggaran biaya untuk keperluan evaluasi dan analisis penyimpangannya,

secara spesifik dapat dikatakan bahwa Kurva - S sebagai bobot prestasi

kemajuan pekerjaan untuk konstruksi suatu bangunan sesuai dengan

jadwal rencana kerjanya.

Pembuatan Kurva-S selalu dikaitkan dengan time schedule, maka

keduanya merupakan alat yang efektif untuk memonitor pencapaian

waktu pekerjaan. Jika pekerjaan selesai dengan waktu yang telah

direncanakan, maka Kurva-S akan berbentuk lengkung-S yang sempurna

(Ervianto, ,2002, h. 117).

100

75

Progress (%) 50

25 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Waktu (Minggu)

Gambar 2.2 Contoh Kurva S

1. Network Planning

23
Dalam segi penyusunan jadwal, jaringan kerja merupakan

penyempurnaan dari metode bagan balok. Pada jaringan kerja terdapat

keterangan yang disampaikan seperti :

a. Tenggat waktu penyelesaian proyek

b. Diketahui item kegiatan yang kritis dalam hubungannya dengan

penyelesaian proyek

c. Mudahnya pengendalian jika salah satu kegiatan ada kendala,

dengan mudah melihat alur pekerjaan yang akan terpengaruh.

Selain itu jaringan kerja berguna untuk:

a. Menyusun urutan kegiatan proyek yang memiliki sejumlah besar

komponen dengan hubungan ketergantungan yang kompleks

b. Membuat perkiraan jadwal yang paling ekonomis

c. Mengusahakan fluktuasi minimal penggunaan sumber daya

(Suharto, Imam, Manajemen Konstruksi , Kanisius,1996, hal 238)

Ada beberapa metode dalam pelaksanaan jaringan kerja seperti,

Jalur Kritis (Critical Path Method), Teknik Evaluasi dan Review

Proyek (Project Evaluation and Review Technique PERT), dan

Metode Preseden Diagram (Preceden Diagram Method-PDM). Pada

laporan ini metode yang digunakan adalah Metode Presenden Diagram

(Preceden Diagram Method-PDM)

Sistematika dalam menyusun jaringan kerja adalah sebagai berikut) :

24
a. Mengkaji dan mengidentifikasi lingkup proyek, menguraikan dan

memecahkan menjadi kegiatan kegiatan atau kelompok kegiatan

yang merupakan komponen proyek

b. Menyusun kembali komponen komponen tersebut (pada butir a)

menjadi mata rantai dengan urutan sesuai logika ketergantungan.

Urutan ini dapat berbentuk seri atau paralel.

c. Memberikan kurun waktu bagi masing masing legiatan yang

dihasilkan dari penguraioan lingkup proyek, (Suharto, Imam,

Manajemen Konstruksi , Kanisius,1996,hal 240)

d. Mengidentifikasi jalur kritis dan float pada jaringan kerja. Jalur

kritis ialah jalur yang terdiri dari rangkaian kegiatan dalam lingkup

proyek, yang bila terlambat akan menyebabkan keterlambatan

proyek secara keseluruhan. Float adalah tenggang waktu suati

kegiatan yang nonokritis dari proyek.

e. Setelah menyelesaikan maka perlu memperhatikan:

Menentukan jadwal yang paling ekonomis

Meminimalkan fluktuasi pemakian sumber daya.

Metode Presenden Diagram (Precedence Diagram Method-PDM)

Precedence Diagramming Method (PDM) merupakan salah satu

teknik penjadwalan yang termasuk dalam teknik penjadwalan Network

Planning atau Rencana Jaringan Kerja (Callahan,1992). Kegiatan

dituliskan dalam node yang umumnya berbentuk segi empat, sedangkan

25
anak panah hanya sebagai petunjuk hubungan antara kegiatan yang

bersangkutan. Kelebihan PDM dibandingkan dengan CPM diantaranya:

Tidak memerlukan kegiatan dummy sehingga pembuatan jaringan lebih

sederhana

Hubungan overlapping yang berbeda dapat dibuat tanpa menambah

jumlah kegiatan.

Jaringan kerja pada PDM digambarkan dengan simbol :

No.

ES Activity EF

Activity

Item
LS LF
Durasi

Tabel 2.2 . Kotak PDM

Keterangan:

No. Activity : Kode Pekerjaan

Activity Item : Jenis Pekerjaan

Total Float : Jumlah waktu yang diperkenankan suatu

kegiatan boleh ditunda, tanpa memengaruhi

jadwal proyek secara keseluruhan. Jumlah

waktu tersebut sama dengan waktu yang

26
didapat bila semua kegiatan berikutnya

dimulai selambat mungkin (Soeharto, 1995)

Original Duration : waktu asli yang digunakan

Remaining Duration : Sisa waktu durasi

Earliest Start : Waktu paling awal pekerjaan

Earliest Finish : waktu paling lambat pekerjaan

2.2.4 Metode Konstruki

2.2.4.1 Struktur Bawah

1. Tiang Pancang

Tiang Pancang (Pile Foundation) adalah bagian dari struktur yang

digunakan untuk menerima dan mentransfer atau menyalurkan beban dari

struktur atas ke tanah penunjang yang terletak pada kedalaman tertentu

(dalam proyek ini pemancangan dilaksanakan sedalam 30m). Tiang

pancang berbentuk panjang dan langsing yang dimana berguna untuk

menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Ada beberapa jenis tiang

pancang, dan dalam proses pelaksanaan proyek ini, digunakan tiang

pancang beton fabrikasi, berukuran 250 x 250. Berikut akan dijelaskan

Metode Kerja pekerjaan pemancangan.

Pelaksanaan

1) Pekerjaan pertama meliputi pekerjaan persiapan, karena proses

pemancangan menggunakan alat berat tambahan, dan lahan yang cukup

luas berfungsi untuk mobilisasi alat serta manuver atau gerakan

27
gerakan yang nantinya akan dilaksanakan pada saat proses

pemancangan.

2) Persiapan penempatan material (stockyard) untuk menyimpan material

(Mini Pile) pada posisi yang strartegis agar nantinya pada saat proses

pengerjaan dapat berjalan dengan efektif dan lancar.

3) Melaksanakan Marking / Pengukuran. Dalam proses ini diharapkan

dapat dilaksanakan dibawah persetujuan Konsultan Pengawas atau

Direksi.

4) Kedudukan / posisi tiang pancang ditandai dengan adanya patok

berwarna mencolok agar ketika proses pelaksanaan berlangsung,

pemancangan tidak salah posisi.

5) Sebelum mulai Jacking, pastikan tiang berada dalam posisi vertikal

6) Pemancangan dilaksanakan sesuai dengan pengawasan dan prosedur

yang sudah ditetapkan oleh pengawas lapangan / pelaksana utama.

7) Penyambungan tiap pancang, harus rapat agar nantinya tidak ada celah

/ lubang pada sambungan.

8) Semua tiang pancang diberi nomer referensi dan tanggal pelaksanaan

untuk memudahkan proses pemancangan.

Pengujian

1) Pengujian dilaksanakan pada tiang pancang percobaan. Tujuan

dilaksanakan pengujian adalah untuk mengetahui dan membuktikan

kebenaran asumsi yang dipergunakan dalam penurunan dan perhitungan

desain load dari tiang pancang.

28
2) Penyiapan informasi data teknis yang diperlukan adalah, Panjang tiang

pancang, energi hammer, hammer, literature dan referensi teknis

tentang alat pemukul yang dipakai.

3) Pada pemancangan tiang yang utuh (set) maka pemancangan

maksimum umumnya diperoleh dengan cara menggunakan alat

pemukul yang paling tepat dan paling lunak. Apabila pemancangan

segmental, maka ketinggian maksimum pemukulan yang diusulkan

harus semaksimal mungkin konsisten dengan tegangan maksimum yang

diizinkan pada beton, serta massa alat pemukul yang juga harus

diperhatikan dengan kemungkinan adanya kehilangan energy pada

sambungan sambungan.

4) Bila pemancangan segmental menemui titik / tanah yang lembek, maka

ketinggian pemukul harus dikurangi.

5) Pelaksana harus memberikan perincian tentang urutan pemancangan

yang harus disusun sedemikian rupa, untuk menghindari Lifting Up

Pile.

6) Pemancangan harus dilakukan sampai mencapai kedalaman yang

direncanakan dan di isyaratkan, dalam proses pemancangan, setiap titik

pancang harus secara terus menerus tanpa terputus, sampai ada

sambungan.

7) Mengecek kemiringan sudut tiang pancang dengan menggunakan

Theodolit minimal dari 2 sudut yang berbeda.

29
8) Bila tiang pancang mendapat sambungan karena kedalaman

pemancangan masih belum terlampaui, maka hentikan pemancangan

tiang hingga 1 m dari muka tanah terhadap kepala tiang

9) Melakukan sambungan dengan tiang pancang berikutnya, yang mana

sambungan tersebut di las pada ujungnya dengan menggunakan mesin

las, dan dilanjutkan dengan diberi bahan anti karat.

10) Selanjutnya dilakukan Pengujian Axial. Pengujian ini dimaksudkan

untuk menentukan respon tiang pancang terhadap suatu pembebanan

tekan statis. Beban tersebut bekerja secara aksial.

11) Salah satu caranya yakni Pile Driving Analysis atau Shock Test. Test

ini banyak digunakan karena dapat mempersingkat waktu pengetesan

dengan ketentuan beban loading test 200% dari Design Load.

12) Pembebanan dilakukan mengikuti prosedur Slow Maintaned Load Test

dengan dasar standar ASTM D 1143-8. Sedangkan pada Preliminary

Loading Test, pembebanan minimal 300%.

13) Preliminary Loading Test diusahakan ditempatkan pada 2 titik dan

diusahakan ditempat terdekat di sebelah lobang pemboran penyelidikan

tanah.

14) Apabila telah dicapai suatu keadaan pengujian sesuai dengan rencana,

maka pemancangan harus dihentikan sementara untuk memberikan

kesempatan pada tanah untuk kembali pada posisi semula.

Pemancangan dapat dilaksanakan kembali setelah selang waktu yang

cukup untuk tanah kembali ke keadaan semula.

30
15) Kemudian selanjutnya dilaksanakan pengujian Lateral. Jumlah Pile

yang digunakan biasanya hanya 1 unit sebagai percobaan.

16) Untuk setiap tiang pancang yang akan diuji, tidak boleh mengalami

kegagalan structural.

17) Pembebanan dilaksanakan dengan cyclic loading sesuai dengan

persyaratan ASTM D 3966-81, dengan beban percobaan maksimal

200% x 5% dari daya dukung izin vertikal tiang bor.

18) Lateral Displacement yang diizinkan adalah 12 mm pada percobaan

beban lateral maksimum

19) Setelah pengujian, Kontraktor harus memberikan laporan lengkap

kepada konsultan agar dapat di evaluasi.

20) Catatan laporan pekerjaan tiang pancang mencakup

- Nama Proyek

- Spesifikasi Tiang

- Tanggal Cor

- Beban Rencana Tiang

- Maksimum beban Jacking

- Kedalaman Penetrasi

- Level Muka Tanah & Ujung Tiang

- Kondisi Cuaca

- Gangguan yang timbul

- Total Panjang & Penetrasi Tiang

- Penyimpangan pada saat Instalasi

31
2. Pile Cap

Pile Cap merupakan suatu cara untuk mengikat pondasi sebelum

didirikan kolom dibagian atasnya. Fungsi dari Pile Cap sendiri adalah

untuk menerima beban dari kolom yang kemudian akan terus disebarkan

ke tiang pancang, dimana masing masing pile menerima 1/N dari beban

kolom. Langkah kerja pekerjaan Pile Cap adalah sebagai berikut :

1) Setelah galian tanah mencapai elevasi yang ditentukan, maka tiang

pancang dipotong dan diberikan lebihan besi stek untuk mengikat

structural.

2) Dilaksanakan pembuatan lantai kerja 5 cm.

3) Meletakan pembesian Pile Cap yang sebelumnya telah di fabrikasi

4) Memasang bekisting untuk memberi bentuk Pile Cap dan memisahkan

beton dengan tanah. Pada proyek ini, bekisting yang digunakan adalah

bata ringan atau hebel, yang nantinya menjadi pengikat Pile Cap.

5) Dilanjutkan dengan pemasangan dengan besi Tie Beam dan Slab on

Grade, agar menjadi satu kesatuan.

6) Proses pelaksanaan pengecoran dilaksanakan bersamaan dengan Tie

Beam.

2.2.4.2 Struktur Atas

1. Kolom

Kolom adalah struktur yang merupakan penyangga atau pilar

yang akan menyalurkan beban atau gaya vertikal dan lateral ke pondasi.

32
Konstruksi kekakuan kolom akan menentukan besarnya gaya lateral yang

akan dipikul oleh kolom tersebut.

Mutu beton kolom yang digunakan adalah K-225. Metode

pelaksanaan kolomnya adalah sebagai berikut:

1) Pabrikasi besi beton, potong besi sesuai bestat yang telah dibuat

menggunakan bar cutter, sedangkan untuk membengkokkannya

menggunakan bar bender lalu dirakit sesuai gambar kerja / Shop

drawing

2) Install besi kolom yang sudah dirakit sesuai dengan denah kolom

3) Membuat bekisting kolom sesuai dengan dimensi kolom yang sudah

ditentukan, kemudian cek verticality menggunakan Top Con atau

unting-unting agar kolom tidak miring

4) Setelah dicek verticality, maka kolom sudah siap dicor, pengecoran

dilakukan secara konfensional yaitu dengan mesin molen, sedangkan

pada saat beton segar dituangkan kedalam cetakan gunakan concrete

vibrator supaya beton mengisi keseluruh sisi kolom

5) Setelah 48 jam bekisting dibongkar dan dilakukan perawatan beton

6) Setelah pembongkaran maka dilakukan masa perawan yaitu dengan

menyelimuti beton yang sudah dilepas cetakannya / begistingnya

dengan terpal, kain basah atau bisa juga dengan cara disiram air hal ini

bertujuan agar beton yang setelah dibongkar kelembaban beton akan

tetap terjaga, dan mengurangi resiko beton retak akibat penguapan dan

33
udara yang panas disekitar proyek, lakukan perawatan beton ini selama

28 hari

2. Balok

Balok adalah bagian dari struktur bangunan seperti balok yang

terletak diatas dinding, yang berfungsi sebagai pengikat pasangan bata dan

juga untuk meratakan beban dari struktur yang berada diatasnya, seperti

beban yang diterima oleh kuda-kuda dan Plat.

Mutu beton balok yang digunakan adalah K-300. Metode

pelaksanaan balok adalah sebagai berikut:

1) Pabrikasi besi tulangan, potong besi sesuai gambar kerja menggunakan

bar cutter sedangkan membengkokkannya menggunakan bar bender.

2) Dirikan Scaffolding untuk menyangga bekisting balok, atur ketinggian

Scaffolding sesuai tinggi ruangan

3) Setelah Scaffolding berdiri, pasang bekisting di atasnya sesuai dengan

ukuran balok

4) Rakit besi tulangan yang sudah dipotong di atas bekisting, ganjal

antara besi dan bekisting dengan beton decking / tahu beton agar besi

dan bekisting tidak menyentuh dasar bagian balok serta untuk

mengurangi resiko tulangan melendud terlebih dahulu sebelum

dilakukannya pengecoran yang mengakibatkan tulangan akan terlihat

didasar beton balok

5) Setelah bekisting dan tulangan terpasang, maka balok siap untuk dicor.

Pengecoran pada proyek ruko Medison Square emnggunakan Readi

34
mix dan disalurkan menggunakan concrete pump, lalu gunakan

concrete vibrator pada saat mengecor agar beton mengisi keseluruh

sisi balok

6) Setelah 48 jam bekisting dibongkar dan dilakukan perawatan beton

dengan cara menggelar terpal / kain basah diatasnya sampai beton

berumur 28hari, dan balok masih harus disangga sampai umur beton

mencapai 14 hari untuk mecegah beton melendut.

3. Pelat Lantai

Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah

langsung, merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu

dengan tingkat yang lain. Plat lantai didukung oleh balok-balok yang

bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Pelat lantai mempunyai beberapa

fungsi, yaitu:

1) Memisahkan lantai bawah dan lantai yang di atasnya

2) Tempat berpijak

3) Peredam suara dari lantai bawah ke atas maupun sebaliknya

4) Sebagai tempat untuk penempatan kabel listrik dan lampu lantai bawah

5) Menambah kekakuan bangunan pada arah horizontal

Mutu beton pelat lantai adalah K-225. Metode pelaksanaan pelat

lantai adalah sebagai berikut:

1) Pabrikasi besi tulangan, potong besi sesuai gambar kerja menggunakan

bar cutter

35
2) Dirikan Scaffolding untuk menyangga bekisting balok, atur ketinggian

Scaffolding sesuai tinggi ruangan

3) Setelah Scaffolding berdiri, pasang bekisting di atasnya sesuai dengan

gambar kerja

4) Rakit besi tulangan yang sudah dipotong di atas bekisting, ganjal

antara besi dan bekisting dengan beton decking / tahu beton agar besi

dan bekisting tidak melekat dan memudahkan pada waktu

pembongkaran bekisting

5) Setelah bekisting dan tulangan terpasang, maka balok siap untuk dicor,

untuk pengecoran plat dan balok pihak kkontraktor menggunakan jasa

ready mix dan concret pump supaya lebih mengefisienkan waktu dan

pekerja selain itu beton yang dihasilkan nantinya akan lebih baik

dibandingkan dengan pengecoran secara konvensional. Gunakan

concrete vibrator pada saat mengecor agar beton mengisi keseluruh

sisi pelat. Dan di proyek ini pengecoran pelat lantai berbarengan

dengan pengecoran balok

6) Setelah 24 jam pelat sudah bisa dipijak, tetapi Scaffolding belom bisa

dilepas sampai umur beton mencapai 14 hari

7) Lakukan masa perawatan beton sampai dengan umut beton 28hari

setelah pengecoran, perawatan dapat dilakuakan dengan cara

menggelar terpal, kain basa atu dengan cara menyiramnya 2 kali sehari

selama 28 hari.

36
2.2.4.3 Arsitektur

Pada Proyek Pasar Karbela, faktor estetika / keindahan tidak

lepas dari perhatian kontraktor. Proyek ini menggunakan Gypsum Board

dan juga Kaca, serta bagian yang menunjukan logo Pasar Jaya, pada Fasad

nya. Salah satu alasannya adalah, karena dengan keindahan yang diberikan

diharapkan akan menarik minat masyarakat untuk datang ke pasar. Selain

keindahan tentu saja Pihak Proyek juga memperhatikan kenyamanan dan

kebersihan pasar, sehingga nantinya masyarakat akan betah dan datang

untuk berbelanja.

37

Anda mungkin juga menyukai