Kelas : XI MIPA 2
Tugas cerpen
Sahabat Sejati
Namaku Cholis Hidayat, namun biasa dipanggil Cholis saja. Saat itu aku
duduk di bangku kelas 2 SMP. Aku memiliki seorang sahabat terbaik. Ia bernama
James. James punya hati yang sangat baik. Ia sering membantuku memahami
pelajaran matematika. Ia juara olimpiade matematika. Tak jarang ibuku
mengundangnya ke rumah untuk makan siang bersama sepulang sekolah. Rumah
James tidak jauh dari rumahku. Kami tinggal dalam satu wilayah kamipun sering
berangkat sekolah bersama. Ia tinggal bersama ayahnya yang seorang pekerja keras.
Ayah James, begitu nama panggilannya, selalu pulang jam 10 malam setiap hari
nya. Ayah James adalah seorang pengusaha sukses kelapa sawit. karena itu, James
sering bermain dan belajar bersama di rumahku hingga sore hari.
Suatu hari, James sakit demam selama seminggu sehingga ia tidak bisa
datang ke sekolah. James tertinggal banyak pelajaran, terutama pelajaran bahasa
Inggris dan biologi yang mana James sering merasa kesulitan. Aku mencatat
dengan rajin semua bahan pelajaran yang diperlukan James untuk belajar, lalu aku
fotokopi. Setiap hari aku menengoknya bersama teman-teman ku yang lainnya, aku
khawatir sakit James bertambah parah. Aku juga melihat ayah James yang tidak
pergi bekerja untuk menjaga James. Ayah James tampak sedih dan menyesal sudah
sering meninggalkan James dan kurang memberikan perhatian. Begitulah cerita
yang kudapat setelah beberapa lama mengobrol dengan Ayah James.
Ujian semester pun berlalu. Aku ingat biasanya menjelang ujian semester,
aku dan James belajar bersama di sekolah bersama temen- teman sekelompok.
Semester ini berbeda. Aku belajar sendiri di rumah. Aku berusaha keras untuk
membuktikan pada James bahwa aku bisa mendapatkan nilai matematika yang
bagus. Aku harap ketika dia sudah sembuh, dia akan senang mendengarnya.
Dua minggu kemudian, ketika pembagian rapor, aku melihat ayah James
datang ke sekolah menemui wali kelasku. Dengan mata berkaca-kaca, ayah James
membicarakan sesuatu yang serius dengan ibu guru. Aku hanya memandangnya
dari kejauhan dan kuajak ibu menghampiri ayah James. Jantungku berdegub
kencang. Aku bertanya-tanya apakah ada yang terjadi dengan James. Dengan tidak
sabar, aku bertanya pada ayah James tentang keadaan sahabatku itu. Ayah James
mengatakan bahwa James sudah ada di rumah. Hanya itu yang dikatakannya.
Namun, hati ku tenang. Aku jadi ingin segera pulang dan bertemu James. Sudah
sebulan kami tidak bertemu. Akhirnya aku pergi ke rumah James bersama teman-
teman dengan naik mobil ayah James. Sepanjang perjalanan, ayah James tidak
banyak bicara dan sebentar-bentar mengangkat telponnya yang berdering.
Selesai