Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hak asasi hewan atau dikenal juga sebagai kebebasan hewan adalah ide bahwa hak-hak
dasar hewan non-manusia harus dianggap sederajat sebagaimana hak-hak dasar manusia.
Terdapat dua penekatan masalah ini dari posisi filosofis yang berbeda, mulai dari gerakan
proteksionis yang dicetuskan filsuf Peter Singer, fokus terhadap penderitaan dan konsekuensi,
sampai gerakan abolisionis yang dicetuskan profesor hukum Gary Francione, yang
menyatakan bahwa hewan hanya butuh satu hak, yaitu hak untuk tidak dijadikan benda atau
properti. Meski ada berbagai macam pendekatan, mereka semua setuju bahwa hewan harus
dipandang sebagai orang non-manusia dan anggota komunitas moral, serta tidak digunakan
sebagai makanan, pakaian, subyek penelitian, atau hiburan (Stoochi et., al, 2014)
Pengabaian lima faktor kebebasan pada hewan liar dalam kurungan akan berdampak
buruk pada kesejahteraan hewan dan memicu stress. Dijelaskan lebih lanjut bahwa stress
akan mengakibatkan hewan akan rentan terhadap penyakit, terutama Zoonosis. Zoonosis
adalah penyakit menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Zoonosis sangat berbahaya
bagi kesehatan manusia. Parahnya pada hewan liar gejala penyakit akan muncul pada saat
kondisi sudah parah sehingga treatment lebih susah dilakukan. Contoh : Balantidiosis, TBC,
Hepatitis, Avian Influenza, Salmonellosi (Fraser, 2008).
Penerapan konsep Animal Welfare di Indonesia masih belum banyak digaungkan,
tetapi negara lain telah terjadi radikalisasi para pembela hak asasi hewan. Di media pun
digambarkan kecenderungan penghormatan global terhadap hak hidup hewan atau hak asasi
hewan (Nurfitriati, 2010).
Pelanggaran Animal Welfare menimbulkan penderitaan dan kesengsaran bagi
hewan. Pelanggaran Animal Welfare ini belum mendapat perhatian secara serius. Cepat atau
lambat isu Animal Welfare akan dapat menjadikan sebuah hambatan non-tarif dunia
peternakan kita dalam percaturan global. Sampai saat ini kesadaran masyarakat
mengenai Animal Welfare masih rendah. Hal ini disebabkan oleh tingkat pengetahuan
tentang Animal Welfare masih sangat minim, oleh karena itu perlu adanya tindakan
penyuluhan ((Main, 2003).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian kesejahteraan hewan (Animal Welfare)?
1.2.2 Bagaimana aspek-aspek kesejahteraan hewan?

1
1.2.3 Bagaimana tolak ukur kualitas kesrawan, baik hewan ternak atau hewan
kesayangan serta kebutuhan hewan?
1.2.4 Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tidak kesrawan?
1.2.5 Bagaimana kasus perilaku tidak kesrawan yang terjadi di pasar Tomohon Manado?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari kesejahteraan hewan (Animal Welfare)
1.3.2 Untuk mengetahui aspek-aspek kesejahteraan hewan
1.3.3 Untuk mengetahui tolak ukur dari kesrawan baik pada hewan ternak maupun hewan
kesayangan
1.3.4 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tidak kesrawan
1.3.5 Untuk mengetahui seluk beluk perilaku tidak kesrawan di pasar Tomohon Manado

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesejahteraan Hewan (Animal Welfare)


Animal Welfare atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai kesejahteraan
hewan merupakan suatu tindakan kesadaran terhadap perasaan hewan dan bagaimana
memperlakukannya tanpa perlu menyakiti dan membuatnya menderita. Umumnya yang
menjadi perhatian seperti di peternakan, selama transportasi, atau pada saat akan disembelih
(Richard and Barry, 2010).
Animal welfare atau kesejahteraan hewan adalah suatu keadaan fisik dan psikologi
hewan sebagai usaha untuk mengatasi lingkungannya (Wahyu, 2010). Berdasarkan (Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2009), Animal welfare adalah segala urusan yang berhubungan
dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu di
terapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak
layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia.
Animal welfare (Kesejahteraan Hewan), adalah ekspresi yang berkenaan dengan moril.
Semua manusia bertanggungjawab terhadap masing-masing hewan yang dipelihara atau bebas
di alam. Dijelaskan lebih lanjut bahwa dalam teori Kesejahteraan Hewan ada ajaran tentang
kepedulian dan perlakuan manusia terhadap masing-masing hewan dan bagaimana
masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidup hewan itu. Setiap jenis satwa liar dan hewan
harus dibiarkan hidup bebas di alam atau hidup yang berkualitas di lingkungan yang
disesuaikan dengan pola perilaku, kebutuhan serta karakteristik habitat alamnya di kandang
(Eccleston, 2009).
Menurut (UU No.18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan), Animal
Welfare diartikan sebagai segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental
hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk
melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang
dimanfaatkan manusia.
Adapun prinsip kebebasan hewan atau biasa The Five Freedoms (Lima Kebebasan
Hewan) adalah (Dallas, 2006):
1) Freedom from hunger and thirst (Bebas dari rasa lapar dan haus)
2) Freedom from discomfort (bebas dari rasa tidak nyaman)
3) Freedom from pain, injury and diseases (bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit)
4) Freedom from fear and distress (bebas dari rasa takut dan stres)

3
5) Freedom to express natural behavior (bebas untuk mengekspresikan tingkah-laku
alamiah)
Sasaran Animal Welfare adalah semua hewan yang berinteraksi dengan manusia
dimana intervensi manusia sangat mempengaruhi kelangsungan hidup hewan, bukan yang
hidup di alam. Dalam hal ini adalah hewan liar dalam kurungan (Lembaga konservasi,
entertainment, laboratorium), hewan ternak dan hewan potong (ternak besar/kecil), hewan
kerja dan hewan kesayangan (Suhadji, 2012).
Animal Welfare memiliki 3 aspek penting yaitu : Welfare Science, Welfare Ethics, dan
Welfare Law. Dijelaskan lebih lanjut bahwa Welfare Science mengukur efek pada hewan
dalam situasi dan lingkungan berbeda, dari sudut pandang hewan. Welfare Ethics mengenai
bagaimana manusia sebaiknya memperlakukan hewan. Welfare Law mengenai bagaimana
manusia harus memperlakukan hewan (Rahman et.,al, 2005).
Upaya yang dapat dipertimbangkan untuk mewujudkan kesejahteraan hewan ada dua
macam, yaitu mengusahakan hewan hidup sealami mungkin atau membiarkan hewan hidup
dengan perjalanan fungsi biologisnya. Setiap hewan yang dipelihara manusia setidaknya
diusahakan terbebas dari penderitaan yang tidak perlu (Damron 2006).
2.2 Aspek-Aspek Kesejahteraan Hewan ( Five Freedoms)
Animal Welfare mengacu pada kualitas hidup hewan, kondisi hewan dan
parawatan/perlakuan terhadap hewan (Dallas 2006). Menurut (Undang Undang No. 6 Tahun
1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan) definisi
kesejahteraan hewan ialah usaha manusia memelihara hewan, yang meliputi pemeliharaan
lestari hidupnya hewan dengan pemeliharaan dan perlindungan yang wajar.
Upaya yang dapat dipertimbangkan untuk mewujudkan kesejahteraan hewan ada dua
macam, yaitu mengusahakan hewan hidup sealami mungkin atau membiarkan hewan hidup
dengan perjalanan fungsi biologisnya. Setiap hewan yang dipelihara manusia setidaknya
diusahakan terbebas dari penderitaan yang tidak perlu (Damron, 2006).
2.2.1 Bebas dari Rasa Haus dan Lapar (Freedom from Hunger and Thirst)
Untuk mencegah hewan dari rasa lapar dan haus, makanan yang layak, bergizi dan juga
akses langsung terhadap air bersih perlu disediakan. Dengan menyediakan tempat makanan
dan minuman yang memadai akan dapat mengurangi terjadinya penindasan dan kompetisi
diantara mereka. Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pertama dalam hidup.
Kebebasan dari rasa haus dan lapar ini ditempatkan di urutan pertama karena ini sangat
mendasar, primitif dan tidak dapat ditolerir. Lapar adalah saat-saat hewan terstimulasi untuk
makan. Hewan memerlukan akses yang mudah terhadap makanan dan minuman untuk
menjaga kesehatan dan kebugaran (Fraser 2003).
4
2.2.2 Bebas dari Rasa Tidak Nyaman (Freedoms from Discomfort)
Ketidaknyamanan disebabkan oleh keadaan lingkungan yang tidak sesuai pada hewan.
Bebas dari rasa tidak nyaman dapat diwujudkan dengan menyediakan tempat yang sesuai
seperti penyediaan kandang/tempat berlindung yang nyaman (ventilasi memadai, suhu dan
kelembaban yang cukup, adanya lantai, tempat tidur dan sebagainya). Hewan akan merasa
nyaman pada lingkungan yang tepat, termasuk perkandangan dan area beristirahat yang
nyaman (Grandin, 2001).
2.2.3 Bebas dari Rasa Sakit, Luka dan Penyakit (Freedom from Pain, Injury and Disease)
Secara sangat sederhana, sehat pada hewan secara individu dapat didefinisikan negatif
sebagai tidak adanya symptom penyakit. Penyakit yang sering timbul di peternakan adalah
penyakit produksi. Penyakit ini adalah penyakit akibat kekeliruan manajemen ternak atau
akibat sistem yang diberlakukan di peternakan. Penyakit produksi meliputi malnutrisi, trauma
dan infeksi yang diderita hewan selama hewan dipelihara oleh manusia. Kebebasan ini dapat
diwujudkan dengan pencegahan diagnosa yang tepat dan perawatan (Main, 2003).
2.2.4 Bebas Mengekpresikan Perilaku Normal (Freedom to Express Normal Behavior)
Hewan mempunyai kebiasaan atau perilaku yang khas untuk masing-masing ternak.
Dalam perawatan manusia, hewan mungkin memiliki lebih sedikit kesempatan untuk
mengekspresikan perilaku normalnya. Pada kondisi ekstrim, hal yang mungkin terjadi justru
hewan menunjukkan perilaku menyimpang. Penyediaan ruang yang cukup, fasilitas yang
benar dan teman bagi hewan dari sejenisnya akan membantu hewan mendapat kebebasan
menunjukkan perilaku normalnya (Islahuddin, 2009).
2.2.5 Bebas dari Rasa Takut dan Stres (Freedom from Fear or Distress)
Stress berpengaruh terhadap kesejahteraan hewan tergantung besar kecilnya kerugian
biologis akibat stress tersebut. Stres tidak hanya merupakan keadaan saat hewan harus
beradaptasi melebihi kemampuannya, tetapi juga pada saat hewan mempunyai respons yang
lemah bahkan terhadap rangsangan normal sehari-hari (Fraser 2003).
Takut merupakan emosi primer yang dimiliki hewan yang mengatur respon mereka
terhadap lingkungan fisik dan sosialnya. Rasa takut kini dianggap sebagai stresor yang
merusak hewan. Rasa takut yang berkepanjangan tentu akan berimbas buruk bagi
kesejahteraan hewan. Oleh karena itu, perilaku peternak sangat berperan dalam membangun
sikap hewan terhadap peternak. Damron (2006) menitikberatkan pada tehnik manajemen
hewan yang mengurangi atau menghilangkan stres sebagi komponen penting dari Animal
Welfare.
Kelima poin di atas merupakan daftar kontrol status kesejahteraan hewan secara umum
saja. Penjabaran kesejahteraan hewan ke dalam lima aspek kebebasan tidaklah mutlak
5
terpisah dan berdiri sendiri-sendiri. Aspek yang satu mungkin berpengaruh pada aspek
lainnya sehingga sulit untuk dibedakan. Bahkan satu problem dapat merupakan cakupan
beberapa poin di atas. Susunan yang berurutan pun tidak mutlak mencerminkan prioritas
(Huda, 2013).
2.3 Tolak Ukur Kualitas Kesrawan, Baik Hewan Ternak atau Hewan Kesayangan Serta
Kebutuhan Hewan
2.3.1 ANI (Animal Needs Index)
ANI (Animal Needs Index) merupakan metode yang ditemukan oleh ilmuwan Austria
pada tahun 1999 bernama Helmut Bartussek, dimana metode ini bertujuan untuk menilai
kandang hewan terhadap pengaruhnya ke kesejahteraan hewan tersebut (Fraser, 2008).
Elemen-elemen ANI pada Ternak
Nilai terendah
Komponen Kriteria yang dinilai
tertinggi
- Area per hewan 0-3.0
- Bangun dan berebah 0-3.0
Kemampuan Bergerak
- Latihan-latihan diluar 0-3.0
- Akses ke padang rumput 0-1.5
- Area per hewan 0-3.0
- Struktur sosial gembala -0.5-2.0
Kontak Sosial - Integrasi ternak pengikut -0.5-1.0
- Latihan-latihan diluar 0-2.5
- Akses ke padang rumput 0-1.5
-0.5-2.5
- Ketahanan lanta -0.5-1.0
- Kebersihan lantai -0.5-1.0
- Kelicinan -0.5-1.0
Kualitas Lantai
- Kondisi lantai, untuk bergerak
- Kondisi lantai, untuk exercise -0.5-1.5
- Akses ke padang rumput
0-1.0
- Kualitas udara -0.5-1.5
- Cahaya -0.5-2.0
Kondisi didalam bangunan
- Peralatan-peralatan bising -0.5-1.0
- Hari diluar / tahun 0-2.0

6
- Jam diluar / tahun 0-2.0
- Kebersihan Kandang -0.5-1.0
- Keadaan Peralatan -0.5-1.0
- Keadaan kulit hewan -0.5-1.0
Kualitas Perawatan Manusia - Kebersihan hewan -0.5-0.5
terhadap Hewan - Keadaan kuku hewan -0.5-1.5
- Luka karena peralatan / -0.5-1.5
kandang
- Kesehatan hewan -0.5-1.5

2.3.2 TGI (Tieger echttheits index)


Tiergerechtheitsindex merupakan metode yang hampir sama dengan ANI yakni metode
dalam penilaian apakah hewan itu sejahtera atau tidak. Tiergerechtheitsindex dikenalkan oleh
ilmuwan bernama Sundrum Andersson dan Postler. Metode Tierger echtheits index ini lebih
dikenal sebagai TGI200, dimana metode ini biasanya digunakan oleh Organisasi organik di
jerman untuk menyatakan tingkat kesejahteraan pada pertanian ternak
organik (Bennedsgaard) (Fraser, 2008).
Ada 7 tema yang dijadikan protokol dalam penentuan kesejahteraan hewan tersebut
yakni (Fraser, 2008):
1) Lokomosi
2) Tingkah Laku Sosial
3) Resting
4) Kenyamanan
5) Pakan
6) Kehigenian
7) Stockmanshi
Parameter kualitas kesrawan hewan ternak sedikit berbeda dengan hewan kesayangan.
Kesejahteraan hewan berarti bagaimana hewan adalah menghadapi kondisi di mana ia hidup.
Hewan ini dalam kondisi baik kesejahteraan jika (seperti yang ditunjukkan oleh bukti ilmiah)
itu sehat, nyaman, cukup gizi, aman, mampu mengekspresikan perilaku bawaan, dan jika
tidak menderita dari negara-negara yang tidak menyenangkan seperti nyeri, ketakutan, dan
tertekan. Kesejahteraan hewan yang baik memerlukan pencegahan penyakit dan pengobatan
hewan, tempat penampungan yang layak, manajemen, nutrisi, penanganan manusiawi dan
pembantaian manusiawi. Kesejahteraan hewan mengacu pada keadaan hewan, perlakuan yang

7
diterima binatang ditutupi dengan istilah lain seperti perawatan hewan, peternakan, dan
perlakuan yang manusiawi (MLA, 2012).
Gangguan pada kesejahteraan hewan dapat diamati berdasarkan 3 indikator yaitu:
indikator fisiologi dan psikologi, indikator immun dan produksi serta indikator perilaku.
Perubahan yang terjadi pada hewan dapat diamati berdasarkan perubahan pada fisik, mental
maupun perilaku. Kondisi kesejahteraan yang buruk yang berkelanjutan akan memicu
timbulnya penyakit sebagai bentuk nyata dari gangguan kesejahteraan hewan. Yang mana
efek penyakit pada kesejahteraan satwa adalah penderitaan panjang pada hewan (Lukman,
2012).
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Tidak Kesrawan
Secara umum akibat dari perubahan Animal Welfare adalah munculnya stress dengan
gejala seperti peningkatan aktifitas adrenocortical, penurunan aktifitas hormonal reproduksi,
penurunan performance, peningkatan tekanan darah kronis, meningkatnya kerentanan
penyakit, gastric ulcer, penyembuhan luka yang lama, cardiovascular pathologis,
immunosuppressive dan juga kematian (WSPA, 2005).
Praktek kesejahteraan hewan berkaitan dengan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam
konsep Animal Welfare. Ukuran lapar dan haus tergantung dari frekuensi pemberikan
makanan dan air segar pada hewan dan seberapa mudah akses terhadap makanan dan
minuman bagi setiap hewan di dalam kandang atau habitatnya. Kepadatan hewan yang tinggi
tidak memberikan ruang gerak yang cukup untuk makan dan minum (Winarso, 2008).
Kondisi sakit dan luka pada hewan disebabkan oleh penanganan yang kasar dari
penjual atau pembeli, kepadatan hewan di kandang yang kecil, dan peralatan yang tidak sesuai
yang berakibat patah tulang atau luka selama perjalanan. Pada masalah-masalah yang lainnya,
rasa sakit dari penyakit dapat kita lihat dari tanda-tanda klinis dan perubahan kebiasaan. Ciri-
ciri fisik yang dapat dilihat pada hewan yang tidak sehat adalah mata yang kurang bersinar
(memudar), mukosa yang pucat dan jenggar (pada ayam) yang biru. Perubahan terhadap
kebiasaan mempengaruhi jumlah aktifitas. Hewan yang tidak sehat biasanya terlihat lesu
(Akosso dkk, 2010).
Hewan dapat tertular penyakit virus dan bakteri, juga mudah terkena stres karena
rendahnya standar kesehatan dan kesejahteraan. Stres dapat menyebabkan berubahnya sistem
kekebalan tubuh dan kadang dapat meningkatkan kemungkinan untuk terserang penyakit.
Kandang atau keranjang yang dipenuhi dengan kotoran juga dapat menimbulkan bakteri.
Bebas untuk mengekspresikan tingkah laku normal dapat diwujudkan dengan memberikan
ruang yang cukup dan peningkatan kualitas lingkungannya. Jumlah hewan yang padat
menyebabkan ruang gerak mereka menjadi terbatas untuk mengekspresikan tingkah laku
8
normalnya. Di dalam kandang atau keranjang yang kecil yang digunakan di pasar tradisional,
hewan tidak dapat mengekspresikan tingkah laku yang alami seperti mengepakkan sayapnya,
berpindah pindah, mandi debu dan lain sebagainya. menyatakan bahwa jumlah hewan di
dalam kandang tidak boleh melebihi 25 kg/m2 (Rahman et.,al, 2005).
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan stress dan takut meliputi mencampur
adukkan hewan dari berbagai umur, jenis kelamin dan kelompok sosial yang berbeda dimana
kondisi tersebut dapat menyebabkan stres pada hewan dan menimbulkan luka karena
pertengkaran yang terjadi diantara mereka, tempat yang bising yang dipenuhi oleh banyak
orang yang dapat menimbulkan kebingungan bagi hewan tersebut, penanganan yang keras,
kendaraan yang tidak sesuai untuk transportasi, kandang yang tidak layak tanpa adanya
perlindungan dari panas ataupun hujan, dan mengikat kaki hewan ketika membawanya dari
pasar yang sering menimbulkan penderitaan pada hewan (Nurfitriati, 2010).
2.5 Kasus Perilaku Tidak Kesrawan di Pasar Tomohon Manado
2.5.1 Latar Belakang Pasar Tomohon
Tomohon sudah dikenal sejak lama. Bahkan dalam sebuah tulisan sejarah yang
dihasilkan oleh N. Graafland, seorang pendeta pada sekitar tanggal 14 Januari 1864 dari atas
kapal Queen Elisabeth, ia sempat menuliskan tentang suatu negeri yang bernama Tomohon
yang sudah dikunjunginya sekitar belasan tahun sebelumnya. Ada yang mengatakan bahwa
asal kata Tomohon itu sendiri adalah dari kata Tou mu'ung, sebuah kata yang diambil dari
bahasa Tombulu. Tomohon adalah salah satu daerah yang termasuk dalam etnis Tombulu,
yang dengan sendirinya menjadi salah satu dari delapan etnis asli yang dikenal di Minahasa
(Saebani,2012).
Pasar tradisional adalah tempat yang mempunyai unsur-unsur sosial, ekonomi, pilitik
dan lain sebagainya. Pasar tradisional juga merupakan tempat pertemuan langsung antara
penjual dan pembeli untuk melakukan aktifitas jual beli atau pun tawar-menawar barang.
Salah satu contoh pasar tradisional yaitu pasar tomohon. Pasar Tradisional di Kota Tomohon
atau Pasar Beriman, di mana pasar ini disebut-sebut menggambarkan budaya orang
Minahasa. Pasar Tomohon juga merupakan pasar terlengkap dan terbesar yang menjual
berbagai macam keperluan orang Minahasa mulai dari bumbu-bumbu masakan perlengkapan
upacara keagamaan sampai makanan ekstrim (Hadiwijoyo, 2012).
Pasar Tomohon terletak di Kota Tomohon yang dapat ditempuh sekitar 1 jam dari kota
Manado. Pasar yang terletak di antara Gunung Mahawu dan Gunung Lokon itu dikenal
dengan kuliner ekstrem. Seperti daging anjing, tikus, kelelawar, ular, dan kucing. Pasar ini
menjadi lokasi pertama yang Jokowi kunjungi dalam safari politiknya di Sulawesi Utara
(Keteng, 2014).
9
Pasar Tomohon adalah gudangnya kuliner ekstrim di Indonesia tepatnya di Manado,
Sulawesi Utara. Pasar ini dikenal dengan kuliner khasnya yang berupa daging-daging tak
lazim kayak ular phyton, kelelawar, tikus, dan hewan-hewan liar lainnya. Bagi masyarakat
Manado, pasar tersebut sudah menjadi identitas daerah mereka dan menjadi salah satu tujuan
wisata para turis asing. Pasar Tomohon tak bisa lepas dari Suku Minahasa. Suku asli Sulawesi
Utara tersebut memang dikenal dengan pemakan daging segala. Di pasar ini menyediakan
beraneka ragam daging dari hewan-hewan yang tak lazim pada umumnya, seperti daging
anjing, kucing, monyet, dan masih banyak lagi daging hewan ekstrim lainnya (Pitana, 2005).
2.5.2 Perilaku Ekstreme di Pasar Tomohon
Pasar Tradisional Tomohon kini bukan lagi hanya sebagai pasar dagang melainkan
sudah merambah menjadi salah satu tujuan wisata oleh para pelancong lokal. Bahkan tak
jarang pula wisatawan dari negeri seberang pun turut mengambil bagian dalam wisata
tersebut. Seperti yang di katakan Kelana wisatawan dari Pulau Bali. Ketertarikannya datang
ke Pasar Beriman tersebut pertama-tama karena cerita dari seorang temannya yang ada di
Kota Manado. Ia juga mengaku penasaran untuk mencicipi makanan ekstrim tersebut.
Menurutnya, hal tersebut merupakan tantangan tersendiri memakan makanan yang tidak
biasa, seperti ular, anjing, kelelawar dan lain sebagainya. mendengar betapa ekstrimnya bahan
baku makanan orang Minahasa lewat media massa. Namun, baru kali ini ia melihat secara
langsung bagaimana proses jual-beli di pasar tersebut. Menyeramkan dan kasihan. Itulah yang
diakui Widyawati saat melihat para pedagang menjajakan daging-daging ekstrim tersebut.
Menyeram karena beberapa hewan yang masih utuh dimutilasi di tempat jualan, sehingga
orang yang tidak tahan dengan hal tersebut akan merasa hal tersebut sangat menyeramkan.
Kasihan karena ada beberapa hewan yang masih hidup, nanti ada yang membeli baru dipukul
dengan kayu lalu dibakar. Widyawati juga sempat merasa takut, namun ada rasa penasaran
untuk menyaksikan secara tuntas proses tersebut meski dengan raut muka sedikit ketakutan.
Menurutnya ini pengalaman yang luar biasa (Sangadji dkk, 2010).
Banyak kening yang akan mengerut jika mengetahui jenis hewan yang menjadi
santapan warga di tanah Minahasa di Sulawesi Utara. Anjing, kucing, tikus, kelelawar
(paniki), ular phyton (patola), biawak dan beberapa hewan lainnya merupakan makanan
ekstrem yang lezat bagi warga sekitar. Ekstrem dan sungguh tak lazim bagi orang
kebanyakan. Tapi bagi warga Minahasa, olahan daging hewan-hewan ini punya magnet
tersendiri.Ada kuliner, pasti ada pasarnya. Di Sulawesi Utara, ada dua pasar yang khusus
menyediakan daging hewan-hewan ini. Yakni di Pasar Tradisional Tomohon dan Langowan.
Tribun Travel sambangi di dua pasar makanan ekstrem ini. Kedua pasar ini pun telah menjadi
destinasi wisata Sulut. Hanya saja, Pasar Tomohon lebih sering dikunjungi wisatawan. Tak
10
hanya orang Indonesia saja, tapi telah menarik banyak wisatawan asing. Jijik dan seperti mau
muntah. Yah itulah yang dirasakan banyak wisatawan yang melihat keberadaan pasar ini.
Bahkan ada yang tak sanggup melihat lama-lama, atau bahkan menangis saat melihat seeokor
anjing sedang dibantai penjualnya. Hewan yang dijual umumnya telah dalam keadaan mati
dan telah hangus terpanggang. Tapi ada beberapa penjual yang belum membakar hewannya,
seperti kelelawar, kucing dan tikus. Jika ke Pasar Tomohon, yang paling menarik perhatian
adalah pemandangan anjing-anjing hidup yang sedang menunggu untuk dibantai (Wolajan,
2015).
Berada di box besi, dalam keadaan lemah, anjing-anjing ini tampak stres. Di depan
mereka, para penjagal anjing, membantai sejenisnya. Mengerikan dan sungguh menyayat hati,
terutama bagi mereka para pencinta anjing. Namun ketaklazimannya pasar ekstrem inilah
yang menjadi magnet. Penasaran dan rasa ingin tahulah yang menjadi alasan berkunjung ke
sini, meski kening akan selalu mengerut saat menyaksikannya (Wolajan, 2015).
Menurut Sendow (2013) menjelang beberapa hari raya tertentu, maka pasar ini sudah
pasti dijubeli para pembeli. Mereka berbondong-bondong memborong peret (kelelawar), tikus
ekor putih, babi hutan, dan masih banyak lagi untuk menyambut atau merayakan hari besar
tersebut. Kemacetan di sekitar pasar akan terasa jelas, mobil penumpang dan mobil pribadi
menumpuk di satu titik. Mereka akan berusaha untuk segera mendapatkan apa yang mereka
cari di pasar ini, yang mungkin sekali, tidak akan mereka temukan di pasar-pasar tradisional
lain di Indonesia tercinta ini. Hewan-hewan yang dijual pun ada dalam keadaan sudah
dipanggang, tapi ada juga yang masih hidup, saya pernah melihat anjing yang dijual dalam
keadaan hidup, setelah ada pembelinya barulah mereka membunuh anjing tersebut dengan
cara di pukul.
2.5.3 Kuliner Ekstrem di Pasar Tomohon
Langowan terkenal dengan pusat makanan ekstremnya, tak sulit menemukan rumah
makan-rumah makan ekstrem di daerah ini. Mulai dari pusat kotanya, hingga ke pinggiran-
pinggiran. Penelusuran rumah makan ini berujung pada sebuah rumah makan yang berlokasi
di Desa Walantakan Jaga IV, Kecamatan Langowan Utara, yang bernama Barameji. Di rumah
makan ini, olahan daging hewan-hewan tersebut dapat ditemui. Seporsi daging jenis apa saja
dijual Rp 25 ribu, nasi Rp 5 ribu per porsi dan sayur Rp 5 ribu per porsi. Jika ingin makan,
biasanya daging, sayur dan nasi menjadi paket lengkap. Rumah makan ini menyajikan bumbu
yang sama, pada semua jenis daging. Cita rasa daging-daging hewan itulah yang membedakan
satu dengan lainnya. Daging-daging hewan ini pastinya dioleh dengan bumbu khas Minahasa,
yang dikenal kaya bumbu dan bahan. Terdiri dari serei, pandan, daun lemon, lingkuas,
rempah-rembah, serta cabai. Bumbu khas Minahasa kaya bumbu, dan pasti pedas. Kuliner
11
ekstrem ini rasanya kurang pas jika tak pedas. Karena dari cita rasa inilah, kekhasan daging
ekstrem ala Minahasa. Yang membuat kuliner ini enak yakni takaran bumbunya yang banyak.
Dan memang, selain pedas, kekayaan bumbu Minahasa, yakni berada di takarannya (Kartono,
2000).
Keberadaan kuliner ekstrim tersebut sering disebut-sebut sebagai daya tarik tersendiri
untuk Pasar Beriman Kota Tomohon. Ketidak-biasaan serta cara untuk mendagangkan daging
hewan di pasar itu membuat para pelancong atau wisatawan menjadi penasaran dan seakan
tidak mau melewatkan pengalaman tersebut ketika mengunjungi Pasar Beriman. Pada Januari
2012, terdapat rombongan dari Cina yang tak mau melewatkan momen di pasar tersebut.
Salah satu dari mereka mengatakan bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang langka dan
menjadi wisata yang unik. Adapun salah seorang wisatawan lokal, yang mengaku telah
beberapa kali berkunjung ke Pasar Beriman, akan tetapi ia masih saja penasaran dengan
dagangan kuliner ekstrim tersebut (Kartono, 2000).
Rumah makan ini ramai mulai pukul 10.00 Wita - 15.00 Wita. Jika terlambat, pasti tak
kebagian temat duduk. Menurut Jo Sembel, sang pemilik, kalangan pejabat juga doyan makan
di warungnya ini. "Banyak juga pejabat yang datang. Turis-turis juga. Yah sesuai selera saja,"
ujarnya. Tak sulit untuk ke pasar dan rumah makan ekstrem ini. Dari Kota Manado ke
Pasar Tomohon, hanya butuh berkendara sekitar 60 menit. Yang hanya naik angkot, dari
terminal Malayang Manado naik bus jurusan Tomohon. Pasar ini tepat di samping
terminal Tomohon (Wolajan, 2015).
2.5.4 Tindakan Masyarakat Terhadap Pasar Tomohon
Keberadaan pasar ekstreme Tomohon itu memang menimbulkan polemic. Komunitas
pecinta hewan langka rutin menggelar diskusi unuk membangun opini public sekaligus
menggalang dukungan untuk pelarangan penjualan hewan-hewan itu. Kami memang
mengkampanyekan stop makanan yaki. Ini hewan yang dilindung ujar simon dari Yayasan
Selamatkan Yaki dalam sebuah diskusi belum lama ini. Gerakan itu mendapat dukungan
public untuk yaki tapi tidak untuk hewan lainnya seperti anjing, kucing, tikus ekor putih, ular
dan paniki. Sejumlah pihak menilai hewan-hewan itu belum termasuk dilindungi serta masih
mudah dipatkan. Di tengan pro-kontra itu, masyarakat setempat terutama di Tomohon dan
Minahasa meyakini jika pesta terasa tak lengkap jika tidak ada menu ekstrem tersebut.
Bahkan sejumlah rumah makan mengandalkan menu eksterm itu sebagai jualan mereka
(Ikanubun, 2016).
Pasar ekstrem itu tidak hanya melayani warga Tomohon melainkan juga daerah sekitar
seperti Kabupaten Minahasa dan Kota Manado. Alhasil saat pasar lengkap setiap hari sabtu.
Pasar beriman Tomohon dipadati pembeli dari berbagai daerah. Yang paling banyak dicari
12
adalah menu ular piton dan yaki. Tapi untuk yaki sudah kekurangan steluh salah seorang
pengusaha rumah makan di Kecamatan Langowan, Kabupaten Minahasa (Ikanubun, 2016).

Sumber: kompasiana.com Sumber: regional.liputan 6.com

Sumber: kompasiana.com Sumber: news.liputan 6.com

Sumber: manado.tribunnews.com Sumber: International.sindonews.com

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.1.1 Animal Welfare atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai kesejahteraan
hewan merupakan suatu tindakan kesadaran terhadap perasaan hewan dan bagaimana
memperlakukannya tanpa perlu menyakiti dan membuatnya menderita. Umumnya yang
menjadi perhatian seperti di peternakan, selama transportasi, atau pada saat akan disembelih
(Richard and Barry, 2010).
3.1.2 Adapun prinsip kebebasan hewan atau biasa The Five Freedoms (Lima Kebebasan
Hewan) adalah (Dallas, 2006):
1) Freedom from hunger and thirst (Bebas dari rasa lapar dan haus)
2) Freedom from discomfort (bebas dari rasa tidak nyaman)
3) Freedom from pain, injury and diseases (bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit)
4) Freedom from fear and distress (bebas dari rasa takut dan stres)
5) Freedom to express natural behavior (bebas untuk mengekspresikan tingkah-laku
alamiah)
3.1.3 Parameter kualitas kesrawan hewan ternak sedikit berbeda dengan hewan kesayangan.
Kesejahteraan hewan berarti bagaimana hewan adalah menghadapi kondisi di mana ia hidup.
Hewan ini dalam kondisi baik kesejahteraan jika (seperti yang ditunjukkan oleh bukti ilmiah)
itu sehat, nyaman, cukup gizi, aman, mampu mengekspresikan perilaku bawaan, dan jika
tidak menderita dari negara-negara yang tidak menyenangkan seperti nyeri, ketakutan, dan
tertekan. Kesejahteraan hewan yang baik memerlukan pencegahan penyakit dan pengobatan
hewan, tempat penampungan yang layak, manajemen, nutrisi, penanganan manusiawi dan
pembantaian manusiawi. Kesejahteraan hewan mengacu pada keadaan hewan, perlakuan yang
diterima binatang ditutupi dengan istilah lain seperti perawatan hewan, peternakan, dan
perlakuan yang manusiawi (MLA, 2012).
3.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tidak kesrawan secara umum terjadi akibat
dari perubahan animal welfare adalah munculnya stress dengan gejala seperti peningkatan
aktifitas adrenocortical, penurunan aktifitas hormonal reproduksi, penurunan performance,
peningkatan tekanan darah kronis, meningkatnya kerentanan penyakit, gastric ulcer,
penyembuhan luka yang lama, Cardiovascular pathologis, immunosuppressive dan juga
kematian.
3.1.5 Pasar Tomohon terletak di Kota Tomohon yang dapat ditempuh sekitar 1 jam dari kota
Manado. Pasar yang terletak di antara Gunung Mahawu dan Gunung Lokon itu dikenal
14
dengan kuliner ekstrem. Seperti daging anjing, tikus, kelelawar, ular, dan kucing. Pasar ini
menjadi lokasi pertama yang Jokowi kunjungi dalam safari politiknya di Sulawesi Utara
(Keteng, 2014). Pasar Tomohon adalah gudangnya kuliner ekstrim di Indonesia tepatnya di
Manado, Sulawesi Utara. Pasar ini dikenal dengan kuliner khasnya yang berupa daging-
daging tak lazim kayak ular phyton, kelelawar, tikus, dan hewan-hewan liar lainnya. Bagi
masyarakat Manado, pasar tersebut sudah menjadi identitas daerah mereka dan menjadi salah
satu tujuan wisata para turis asing. Pasar Tomohon tak bisa lepas dari Suku Minahasa. Suku
asli Sulawesi Utara tersebut memang dikenal dengan pemakan daging segala. Di pasar ini
menyediakan beraneka ragam daging dari hewan-hewan yang tak lazim pada umumnya,
seperti daging anjing, kucing, monyet, dan masih banyak lagi daging hewan ekstrim lainnya
(Pitana, 2005).

15
DAFTAR PUSTAKA

Akosso, dkk. 2010. Pemeliharaan Ayam Broiler Secara Intensive. [Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu
Peternakan, Februari, 2010, Vol. XII, No. 5].
Dallas S. 2006. Animal Biology and Care. Edisi Kedua. Blackwell Sciense: Oxford.
Damron WS. 2006. Introduction to Animal Science New Jersey: Pearson Education. Hlm:
739-757.
Eccleston, Kellie Joon. 2009. Animal Welfare di Jawa Timur: Model Pendidikan
Kesejahteraan Hewan di Jawa Timur. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang.
Fraser D. 2003. Asessing Animal Welfare at the Farm and Group Level: The Interplay of
Science and Values. UFAW Animal Welfare J; 12; 433-443.
Fraser, Dand. 2008. Understanding Animal Welfare. Wiley-Blackwell: USA.
Grandin T. 2001. Antemortem Handling and Welfare. Marcell Dekker: New York.
Hadiwijoyo, Suryo Sakti. 2012. Di dalam Bukunya Perencanaan Pariwiwsata Pedesaan
Berbasis Masyarakat (Sebuah Pendekatan Konsep). Penerbit Graha Ilmu.
Huda, Muhammad Nur. 2013. Peran Animal Asia Dalam Penanggulangan Penyiksaan Hewan
di Cina. Journal Ilmu Hubungan Internasional 1 (3): 741-752.
Ikanubun, Yoseph. 2016. Pasar Ekstreme di Tomohon, Dicaci Tapi Dicari. Diakses Tanggal
15 Februari 2017 Pukul 23.00 WITA. [Artikel]. regional.liputan 6.com
Islahuddin, B.O. 2009. Penerapan Kesejahteraan Hewan Pada Tempat Penjualan Unggas
Hidup di Kota Bogor. FKH IPB: Diakses Tanggal 11 Februari 2017 Pukul 22.00
WITA.
Kartono, Kartini. 2000. Di Dalam Bukunya Pengantar Metodologi Riset Sosial. Penerbit
Maju: Bandung.
Keteng, Andi Muttya. 2014. Jokowi Bergidik Ditawari Tikus Bakar di Pasar Tomohon: Hiii.
Diakses Pada Tanggal 15 Februari 2017 Pukul 22.00 WITA. [Artikel]. news.liputan
6.com.
Lukman, D.W. 2012. Penyakit dan Penerapan Kesejahteraan Hewan Pada Sapi Bali, dan
Pengaruhnya Terhadap Keamanan dan Kualitas Dagingnya. [Skripsi]. FKH IPB:
Bogor.
Main D. 2003. Pengamatan Kesrawan dan Lima Kebebasan Hewan. University of Bristol and
WSPA.

16
MLA. Meat anf Livestock Australia. 2002. Prosedur Standar Operasional Untuk
Kesejahteraan Ternak. Meat and Live Stock Australia: Sidney.
Nurfitriati, Ilva. 2010. Penerapan Animal Welfare Dalam Peraturan Hukum Indonesia: Kasus
Hewan Ternak Sapi Potong.
Pitana, I Gede dan Putu E. Gayatri. 2005. Di Dalam Bukunya Sosiologi Pariwisata. Penerbit
ANDI: Yogyakarta.
Richard, Brown and Barry Bousfield. 2010. Animal Welfare. [Journal], Volume No.1 Issue
No.4.
Rahman S.A., Walker L and Ricketts W. 2005. Global Perspective on Animal Welfare: Asia,
The Far East and Oceania Rev. Sci Tech. Off. Int. Epiz, 24(2): 597-610.
Saebani, Beni Ahmad. 2012. Di Dalam Bukunya Pengantar Antropologi. Penerbit: Pustaka
Setia.
Sangadji, Etta Mawang dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian, Pendekatan Praktis Dalam
Penelitian. Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Sendow, Michael. 2013. Uniknya Pasar Tradisional Tomohon. Diakses Tanggal 15 Februari
2017 Pukul 20.30 WITA. [Artikel] kompasiana.com.
Suhadji, Wahyu. 2012. Kesejahteraan Hewan Pada Unggas. PPT: FKH Unhas.
Stoochi R, Nicholas AM, Maria M, Natalina C, Anna R L, Stefano R. 2014. Animal Welfare
Evaluation at a Slaughterhouse for Heavy Pigs Intended for Processing Italian
Journal of Food Safety 3: 1712.
Undang-Undang Republik Indonesia. 2009. Peternakan dan Kesehatan Hewan. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015. Jakarta.
Undang Undang No. 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
Wahyu, Wita. 2010. Kesejahteraan Hewan Bagi Kesehatan Manusia. Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan: Bali.
Winarso, Ajo. 2008. Kajian Kesejahteraan Hewan Ternak Dalam Ajaran Agama Buddha,
Hindu, Yahudi, Nasrani dan Islam. [Skripsi]. Bogor: FKH IPB.
Wolajan, Finneke. 2015. Lihat Anjing Dibantai Penjual, Wisatawan Menangis di Pasar
Tomohon. Diakses Pada Tanggal 15 Februari 2017 Pukul 18.00 WITA. [Artikel]
manado.tribunnews.com.
[WSPA] World Society For The Protection Of Animals. 2005. Concept In Animal Welfare.
London: WSPA.

17
18

Anda mungkin juga menyukai