Anda di halaman 1dari 7

4.

Ruang kepala (cephalic space), bgian kepala yang bebea sinti, untuk menentukan
spesies filaria diperhatikan perbandingan panjang dan lebar ruang kepala, genus
Wuchereria memiliki perbandingan panjang dan lebar ruang kepala 1 : 1, spesies Brugia
malayi meniliki perbandingan ruang kepala 2 : 1, sedangkan Brugia timori memiliki
perbandingan ruang kepala 3 : 1.

Siklus hidup
Siklus hidup parasit ini pad dasarnya sama, mereka memerlukan waktu sangat panjang. Dalam
melengkapi siklus hidupnya, parasit ini memerlukan dua buah hospes definitif, yaitu hospes
perantara atau lebih sering disebut vektor dan hospes definitif, beberapa jenis nyamuk
merupakan serangga yang berperan sebagai vektor filariasis, sedangkan manusia merupakan
salah satu hospes definitifnya, masa pertumbuhan parasit ini didalam tubuh nyamuk dua
minggu, sedangkan pada manusia diduga tujuh bulan.

Mikrofilaria yang terisap olek nyamuk, melepaskan sarungnya di dalam lambung, menembus
dinding lambung dan bersarang di antara otor otot torak. Larva mengalami perkembangan
menjadi larva I, II, III. gerak larva stadium III sangat aktif, bermigrasi sampai ke kelenjar liur
nyamuk dan siap diinfeksikan ketubuh manusia bersamaan dengan nyamuk mengisap darah
manusia, maka larva III ini akan masuk bersama air liur nyamuk ke tubuh manusia dan
bersarang di saluran dan kelenjar linfe sampai menjadi cacing dewasa. Cacing betina
mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung, mikrofilaria ini hidup di dalam darah serta memiliki
perioritas yang berbeda, umumnya periodisitas yang dimiliki adalah periodisitas nokturnal
artinya mikrofilaria berada di darah tepi pada malam hari, pada siang hari mikrofilaria terdapat di
kapiler alat alat dalam, periaditas tergantung dari faktor - faktor tertentu

Patologi dan gejala klinis


Filariasis bancrifti
Perjalanan penyakit filariasis limfatik dapat dibagi dalam beberapa stadium : stadium
mikrofilaremia tanpa gejala klinis, stadium akut dan stadium menehun. Gangguan yang
disebabkan oleh cacing dewasa dapat menimbulkan limfadenitas dan limfangitis retrograd
dalam stadium akut disusul dengan obstruktif menahun 10-15 tahun kemudian, yang sering
dijumpai adalah peradangan pada sistem limfatik alat kelamin pria, kadang kadang dijumpai
gejala limfedema dan elefantiasis yang dapat mengenai seluruh tungkai, lengan, buah zakar,
payudara dan vulva, terjadi kiluria

Filariasis malayi dan timori


Kedua jenis penyakit ini memiliki gejala yang sama, stadium akut ditandai dengan adanya
demam dan gejala peradangan saluran dan kelenjar limfe yang hilang berulang kali, pada
filariasis brugia, sistem limfe alat kelamin dan payudara tidak pernak terkena. Elefantiasis hanya
mengenai tungkai bawah, di bawah lutut atau kadang kadang lengan bawahdibawah siku, tidak
ada gejala kiluria

Diagnosis
Filariasis bankrofti
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan dibuktikan dengan menemukan
mikrofilaria di dalam darah tepi, cairan hidrokel atau cairan kiluria pada sediaan darah
tebal. Pengambilan sampel darah dilakukan pada malam hari sesuai dengan tipe
periodisitas
Pemeriksaan radiodiagnosa, dengan USG pada skrotum dan kelenjar getah bening
Pemeriksaan imunologi, denganb teknik ELISA dan immunochromatografic test (ICT)
prinsip dasar dari kedua test ini adalah berdasarkan antibodi monoklonal yang spesifik
untuk mendeteksi antigen W bancrofti dalam sirkulasi, hasil + menunjukkan adanya
infeksi walaupun mikrofilaria tidak ditemukan dalam darah
filariasi s malayi dan filariasis timori
Diagnosis yang digunakan kebanyakan masih pemeriksaan parasitologi melalui pemeriksaan
mikrofilaria pada darah tepi yang diambil sesuai dengan tipe periodisitas parasit

Faciola hepatica

Morfologi

Cacing dewasa berukuran 30 x 13 mm, ujung posterior tanpa duri, pada bagian kepala
meruncing. Memiliki batil isap mulut pada ujung anterior kepala (tepatnya pada bagian kepala
yang membentuk kerucut) dan batil isap perut pada bagian dasar dari kepala, bersifat
hermafrodit.

Telur beroperkulum, diletakkan pada saluran empedu dikeluarkan bersamaan tinja dan menjadi
matang dalam air
Telur matang jika didalamnya telah terdapat embrio yang disebuit miracidium, miracidium
fasiola hepatica memiliki cilia untuk bergerak di dalam air dan harus segera masuk kedalam
keong yang sesuai.

Dalam tubuh keong miracidium bermetamorfosis menjadi sporakista yang berbentuk seperti
kantung yang berguna untuk pembentukkan redia.

Redia akan keluar dari dinding sporokista induk yang sobek. Didalam redia akan terbentuk
sercaria yang akan keluar dari tubuh keong. Sercaria fasiola hepatica berbentuk oval yang
meniliki ekor

Setelah keluar dari tubuh keong, sercaria akan mencari hospes perantara kedua yaitu
tumbuhan air sebagai tempat untuk membentuk metaserkaria, metaserkaria merupakan bentuk
infektifdari fasciola hepatica yang tahan beberapa lama dalam tumbuhan air sebelum akhirnya
masuk secara tidak sengaja ke dalam tubuh hospes definitif, salah satu faktor yang
menyebabkan metaserkaria ini tahan terhadap lingkungan buruk karena metacerkaria mampu
membentuk kista

Patologi klinik
Kerusakan parenkhim hati, peritonitis, kolesistisis, sirosis hati

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur pada tinja, cairan duodenum atau cairan
empedu dan tes serologi

Clonorchis sinensis

Morfologi

Cacing dewasa berbentuk pipih, menyempit ke anterior namun agak membulat ke posterior
Ukuran cacing dewasa 10-25 mm x 3-5 mm, dapat ditemukan dalam saluran empedu atau
kadang kadang ditemukan pada saluran pankreas
Ukuran telur berkisar antara 30 x 16 mikron, dengan bentuk seperti bola lampu pijar dan berisi
mirasidium, ditemukan dalam saluran empedu dan dikeluarkan melalui feses
Telur menetas bila dimakan keong air sebagai perantara ke 1. Dalam keong air , mirasidium
berkembang menjadi sporokista, redia dan serkaria
Serkaria keluar dari keong air mencari hospes perantara ke 2 yaitunikan , setelah menembus
masuk tubuh ikan serkaria melepaskan ekornya dan membentuk metaserkaria di dalam kulit di
bawak sisik
Jadi jika diringkas perkembangan larva dalam keong air adalah sebagai berikut ( mirasidium ---
sporokista ---- redia --- serkaria

Infeksi terjadi dengan cara memakan ikan yang dimasak setengah matang dan mengandung
metaserkaria, kemudian metaserkaria mengalami ekskistasi dalam duodenum, selanjutnya larva
masuk ke saluran empedu dan menjadi cacing dewasa dalam waktu satu bulan
Seluruh siklus hidup berlangsung selama 3 bulan

Patologi klinik
Cacing dewasa yang terdapat pada daluran empedu dapat menyebabkan iritasi pada saluran
empedu dan penebalan dinding saluran, lebih jauh lagi dapat menyebabkan perubahan jaringan
hati berupa radang sel hati.

Gejala di bagi 3 stsdium (ringan, stadium progresif, stadium lanjut)


1. Ringan, tidak terjadi gejala
2. Stadium progresif ditandai dengan nafsu makan menurun, diare, edema dan
pembesaran hati
3. Stadium lanjutan didapatkan sindrom hipertensi yang terdiri dari pembesaran hati,
ikterus, edema dan sirosis hati

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan telur yang berbentuk khas dalam tinja.

Schistosoma japonika

Morfologi
Cacing dewasa jantan panjang 1.5 cm, gemuk, integumen ditutupi duri-duri sangat halus dan
lancip, memiliki batil isap kepala dan batil isap perut serta kanalis ginekoporik, memiliki 6-8
buah testis
Cacing dewasa betina panjang 1.9 cm, langsing, ovarium di tengah tubuh, uterus merupakan
saluran yang panjang dan lurus berisi 50-100 butir telur, kelenjar vitellaria di posterior terletak
dalam kanalis ginekoporus cacing jantan

Telur
Berhialin, oval dilihat dari lateral, dekat salah satu kutub terdapat daerah melekuk dimana
tumbuh semacam duri rudimenter

Serkaria
Bentuk badan ovoid menanjang, memiliki ekor bercabang

Patologi klinik
Gatal gatal, hipereosinofilia, sindrom disentri pada stadium akut dan sirosis hati serta
splenomegali pada stadium lanjut

Diagnosis
Berdasarkan gejaka klinik dan pemeriksaan lab ditemukan telur dalam tinja, uji serologi juga
bisa membantu

Schistosoma mansoni
Telur
Telur berukuran 155 x 165 mikron, duri besar dibagian lateral, berisi mirasidium, telur berwarna
coklat kekuningan dan transparan

Serkaria
Bentuk badan ovoid memanjang, memiliki ekor bercabang
Cacing dewasa jantan panjang 1 cm, gemuk, memiliki 6-9 buah testis, pinggir lateral saling
mengunci oleh duri acuminute, dimana pada tempat ini lebih panjang dari tempat lain, memiliki
kanalis ginekoporus
Cacing dewasa betina panjang 1.4 cm, langsing , integumen terdapat duri duri terutama pada
ujung tubuh, letak ovarium di anterior pertengahan tubuh, kelenjar vitellaria memenuhi pinggir
lateral dari pertengahan tubuh, uterus meupakan saluran yang pedek berisi 1-4 butir telur

Schistosoma haematobium
Telur
Telur berukuran 145 x 60 mikron, duri di ujung, berisi mirasidium, telur berwarna coklat
kekuningan
Serkaria
Bentuk badan ovoid memanjang, memiliki ekor bercabang
Cacing dewasa jantan panjang 1.3 cm, gemuk, memiliki 3-4 buah testis, memiliki kanalis
ginekoporus, memiliki 2 batil isap berotot yang ventral lebih besar
Cacing betina panjang 2 cm, langsing, batil isap kecil, ovarium terletak posterior dari
pertengahan tubuh, uterus panjang berisi 20-30 telur

Patologi klinik
Kelainan dinding kandung kemih, hematuria, disuria, sindrom disentri

Diagnosis
Berdasarkan gejala klinik dan ditemukan telur dalam urine

Anda mungkin juga menyukai