Anda di halaman 1dari 2

Nama : Restian Anggini

NPP : 24.0719
Kelas : A-5

GENDER

Salah satu pengertian gender yang banyak dipakai ialah perbedaan peran, fungsi dan
tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki sebagai hasil konstruksi sosial-budaya. Oleh
karena hasil konstruksi sosial-budaya maka fungsi, peran, dan tanggung jawab itu dapat berbeda
antara suatu suku bangsa, bangsa dan suku bangsa, bangsa lain, atau dari suatu masa dengan masa
yang lain. Gender ditentukan oleh sosial dan budaya setempat sedangkan seks adalah pembagian
jenis kelamin yang ditentukan oleh Tuhan. Misalnya laki-laki mempunyai penis, memproduksi
sperma dan menghamili, sementara perempuan mengalami menstruasi, bisa mengandung dan
melahirkan serta menyusui dan menopause. hubungan gender dengan seks (jenis kelamin) itu
sendiri adalah sebagai hubungan sosial antara laki-laki dengan perempuan yang bersifat saling
membantu atau sebaliknya malah merugikan, serta memiliki banyak perbedaan dan
ketidaksetaraan. Hubungan gender berbeda dari waktu ke waktu, dan antara masyarakat satu
dengan masyarakat lain, akibat perbedan suku, agama, status sosial maupun nilai tradisi dan
norma yang dianut. Contoh; masyarakat kultur tertentu dengan masyarakat kultur lainnya,
masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan.

Dari peran ataupun tingkah laku yang diproses pembentukannya di masyarakat itu terjadi
pembentukan yang mengharuskan misalnya perempuan itu harus lemah lembut, emosional,
cantik, sabar, penyayang, sebagai pengasuh anak, pengurus rumah dll. Sedangkan laki-laki harus
kuat, rasional, wibawa, perkasa (macho), pencari nafkah dll. Maka terjadilah ketidakadilan dalam
kesetaraan peran ini. Proses pembentukan yang diajarkan secara turun-temurun oleh orangtua kita,
masyarakat, bahkan lembaga pendidikan yang ada dengan sengaja atau tanpa sengaja memberikan
peran (perilaku) yang sehingga membuat kita berpikir bahwa memang demikianlah adanya peran-
peran yang harus kita jalankan. Bahkan, kita menganggapnya sebagai kodrat. Kan memang
kodrat saya sebagai wanita untuk lemah gemulai, mau menerima apa adanya, dan tidak boleh
membantah. Sementara saudara saya yang laki-laki harus berani, tegas, dan bisa mengatur Begini
kita sering memahami peran jenis kelamin kita.

Dari kecil kita telah diajarkan, laki-laki akan diberikan mainan yang memperlihatkan
kedinamisan, tantangan, dan kekuatan, seperti mobil-mobilan dan pedang-pedangan. Sedangkan
wanita diberikan mainan boneka, setrikaan, alat memasak, dan lainnya.Lalu, ketika mulai sekolah
dasar, dalam buku bacaan pelajaran juga digambarkan peran-peran jenis kelamin, contohnya,
Bapak membaca koran, sementara Ibu memasak di dapur. Peran-peran hasil bentukan sosial-
budaya inilah yang disebut dengan peran jender. Peran yang menghubungkan pekerjaan dengan
jenis kelamin. Apa yang pantas dan tidak pantas dilakukan sebagai seorang laki-laki atau
wanita .Sebenarnya kondisi ini tidak ada salahnya. tetapi akan menjadi bermasalah ketika peran-
peran yang telah diajarkan kemudian menempatkan salah satu jenis kelamin (baik laki-laki
maupun wanita) pada posisi yang tidak menguntungkan. Karena tidak semua pria mampu bersikap
tegas dan bisa mengatur, maka laki-laki yang lembut akan dicap banci. Sedangkan jika perempuan
lebih berani dan tegas akan dicap tomboi. Tentu saja hal ini tidak enak dan memberikan tekanan.

Anda mungkin juga menyukai