Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS TEBING KARIMUN
JALAN D.I PANJAITAN, RANGGAM TEBING KARIMUN
TELP. 0777 327761 email : puskesmastebing@ymail.com

KEPUTUSAN
KEPALA PUSKESMAS TEBING
Nomor :

TENTANG

PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

KEPALA PUSKESMAS TEBING

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan puskesmas


terhadap tuntutan masyarakat akan pelayanan
kesehatan yang lebih bermutu, perlu disusun tentang
penerapan manajemen resiko klinis;

b. Bahwa sehubungan dengan butir tersebut diatas


ditetapkan manajemen resiko klinis dengan keputusan
kepala puskesmas.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009, tentang


kesehatan;
2. Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.129/Menkes/SK/II/2008 Tentang standar pelayanan
minimal rumah sakit;

3. Peraturan Menteri Kesehatan 1691/MENKES/PER/VIII/


2011 Tentang Keselamatan pasien Rumah Sakit;

4. Peraturan Menteri kesehatan Nomor 75 Tahun 2014


Tentang Puskesmas;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 tahun 2015


Tentang Akreditasi Puskesmas;

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TEBING TENTANG


MANAJEMEN RESIKO KLINIS

KESATU : Penerapan manajemen resiko klinis seperti tertera dalam


lampiran surat keputusan ini;
KEDUA : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat
kekeliruan akan diadakan perbaikan / perubahan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Tanjung Balai Karimun


pada tanggal 2016

KEPALA PUSKESMAS TEBING,

PARAS HASIBUAN, SKM


Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS TEBING TENTANG
PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS.
Nomor :
Tanggal :

PENERAPAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS


I. MANAJEMEN RISIKO LINGKUNGAN
a. Definisi
Manajemen risiko lingkungan di puskesmas adalah penerapan
manajemen risiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh
aktifitas atau kegiatan di puskesmas pada kesehatan pasien, petugas
maupun pada lingkungan.
b. Ruang lingkup penerapan manajemen risiko lingkungan
Lingkup pelaksanaan manajemen risiko lingkungan di puskesmas
meliputi :
- Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi
lingkungan puskesmas
- Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien,
petugas dan lingkungan sekitar puskesmas
- Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
- Pemantauan penerapan manajemen risiko lingkungan

Penerapan manajemen risiko lingkungan di puskesmas tebing meliputi :


- Sarana dan prasarana bangunan puskesmas
- Sarana dan prasarana fasilitas puskesmas termasuk rasio jumlah
karyawan dan toilet, dsb
- Tata ruang dan penetapan zona risiko
- Pemantauan kualitas lingkungan termasuk suplai air bersih, keadaan
udara, penghawaan, kebisingan, pencahayaan, kelembaban
- Pemantauan fasilitas sanitasi puskesmas
1) Toilet dan kamar mandi,
2) Pembuangan sampah,
3) Penyediaan air bersih,
4) Pengolahan limbah,
5) Pengolahan limbah medis,
6) Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
7) Dekontaminasi dan sterilisasi
8) Promosi hygiene dan sanitasi

c. Penerapan Manajemen Risiko Lingkungan


Manajemen risiko lingkungan di puskesmas tebing diterapkan pada
seluruh kegiatan yang menimbulkan dampak risiko terhadap lingkungan
yaitu :
1. Kegiatan pelayanan klinis di puskesmas
2. Kegiatan pelayanan kesehatan di pustu, polindes dan posyandu
3. Kegiatan pasien/pengunjung puskesmas
4. Kegiatan karyawan/staf puskesmas

Kegiatan penerapan manajemen risiko lingkungan antara lain :


a. Penilaian persyaratan bangunan, sarana dan prasarana puskesmas
1. Bangunan puskesmas terdiri dari bangunan dengan konstruksi kuat,
atap tidak bocor, lantai tidak licin, permukaan dinding kuat dan rata
serta menggunakan bahan bangunan yang tidak membahayakan.
2. Lingkungan puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan
cukup, seluruh ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
3. Terdapat fasilitas APAR dan petunjuk jalur evakuasi dan pintu
darurat jika terjadi kecelakaan.
4. Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan
jumlah karyawan dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap penambahan
20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi.
5. Tata ruang
- Zona ruang depan
Risiko Rendah
Meliputi ruang administrasi TU, Ruang kepala puskesmas,
ruang pertemuan, ruang penyimpanan rekam medis bersatu
dengan loket ( unit pendaftaran ), ruang penyimpanan obat.
Risiko Sedang
Meliputi Poli PKPR, Poli UMUM, Poli MTBS, Poli LANSIA,
Poli Gigi, Poli KIA
Risiko Tinggi
Meliputi Laboratorium, Ruang tindakan dan tempat
penampungan limbah/sampah medis
- Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan

b. Identifikasi risiko kondisi lingkungan


Setiap unit kerja melakukan identifakasi risiko kondisi
lingkungan antara lain:
1. Sarana
Kerusakan bangunan atau sarana prasarana
Fasilitas sanitasi seperti wastafel buntu, air tidak bersih, tempat
sampah medis tidak tersedia, toilet rusak, dll
2. Kondisi pencahayaan, penghawaan, kelembaban, kebisingan
peralatan, dsb
3. Kebersihan ruangan dan fasilitas
4. Limbah, misalnya sarana pembuangan limbah yang penuh, paparan
limbah pada lingkungan dll.

c. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan


1. Toilet dan kamar mandi,
Tersedia dalam keadaan bersih
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
Terpisah antara toilet laki-laki dan perempuan
Tidak terdapat perindukan nyamuk
2. Pembuangan sampah,
Tersedia fasilitas tempat sampah medis dan non medis di setiap
ruangan
Tempat sampah tertutup
Sampah/Limbah non medis padat ditampung dalam kantong warna
hitam. Sampah medis ditampung kantong warna kuning.
Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah
sementara
3. Penyediaan air bersih,
4. Pengolahan limbah
Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
5. Pengolahan limbah medis
Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis
dengan kantong warna kuning
Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan
sementara untuk dikirim ke tempat pemusnahan
6. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan
tikus
kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang pengganggu
dilakukan pemberantasan jika terdapat binatan pengganggu
7. Dekontaminasi dan sterilisasi
Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses
dekontaminasi dan sterilisasi
Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses
pelayanan
8. Promosi hygiene dan sanitasi
Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan, membuang
sampah, kebersihan kamar mandi dan cara mencuci tangan, etika
batuk

d. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko lingkungan didokumentasikan dan
dilaporkan kepada kepala Puskesmas.

II. MANAJEMEN RISIKO LAYANAN KLINIS


a. Definisi
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, evaluasi,
mengendalikan dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara
menyeluruh. Manajemen risiko layanan klinis adalah suatu pendekatan
untuk mengenal keadaan yang menempatkan pasien pada suatu risiko
dan tindakan untuk mencegah terjadinya risiko tersebut.
Manajemen risiko layanan klinis di puskesmas dilaksanakan unutk
meminimalkan risiko akibat adanya layanan klinis oleh tenaga kesehatan
di puskesmas yang dapat berdampak pada pasien maupun petugas.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko layanan klinis di
puskesmas adalah untuk keselamatan pasien dan petugas. Penyusunan
panduan manajemen risiko layanan klinis bertujuan untuk memberikan
panduan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang paling aman untuk pelanggan puskesmas.

b. Ruang Lingkup Penerapan Manajemen Risiko Lingkungan


Manajemen risiko layanan klinis mencakup adanya prosedur untuk
mencegah kejadian yang membahayakan dan prosedur untuk
maminimalkan risiko.
Lingkup penerapan manajemen risiko layanan klinis di puskesmas
tebing meliputi :
1. Risiko yang berhubungan dengan pasien/pengunjung puskesmas
2. Risiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
3. Risiko yang berhubungan dengan staf puskesmas lainnya
4. Risiko yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan property
puskesmas lainnya.

Penerarapan manajemen risiko layanan klinis di puskesmas tebing


dilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan layanan
klinis yaitu :
1. Loket pendaftaran dan rekam medis
2. Poli umum
3. Poli lansia
4. Poli PKPR
5. Poli MTBS
6. Poli KIA-KB
7. Poli Gigi
8. Ruang tindakan
9. Laboratorium
10. Apotek

Ruang lingkup penerapan manajemen risiko pelayanan klinis juga


dilaksanakan di jaringan pelayanan puskesmas tebing yang
melaksanakan layanan klinis seperti pemeriksaan, pengobatan dan
tindakan termasuk imunisasi.
Jaringan pelayanan puskesmas yang dimaksud meliputi :
puskesmas pembantu (pustu), Polindes dan Posyandu.

c. Penerapan Manajemen Risiko Layanan Klinis


Proses penerapan manajemen risiko layanan klinis meliputi kegiatan :
1. Identifikasi risiko
Masing-masing unit pelayanan dan jaringan puskesmas menyusun
daftar risiko yang berpotensi membahayakan pasien dan petugas yang
bias didapatkan dari hasil temuan audit internal, keluhan
pasien/pelanggan puskesmas dan adanya insiden atau kejadian
berbahaya yang pernah terjadi di unit pelayanan tersebut.
Unit Layanan Risiko layanan klinis
Loket pendaftaran - Kesalahan pemberian identitas rekam medis
- Kesalahan pemberian rekam medis
- Rekam medis hilang
- Pasien tidak mempunyai rekam medis

Poli Umum - Kesalahan diagnosis


Poli Lansia - Kesalahan identifikasi pasien/salah orang
Poli PKPR - Kesalahan pemberian terapi/edukasi
Poli MTBS - Kesalahan pemberian resep

Poli Gigi - Kesalahan tindakan/salah cabut gigi


- Risiko tindakan yang menimbulkan perlukaan
- Reaksi anafilaksis
- Risiko perdarahan
- Peralatan tidak steril

Poli KIA & KB - Risiko perdarahan dalam tindakan


- Salah pemilihan kontrsepsi
- Kegagalan kontrasepsi
- Kesalahan diagnosis
- Risiko infeksi dalam tindakan

RUANG TINDAKAN - Kesalahan tindakan


- Kegagalan terapi
- Kurang cepat/tanggap terhadap pasien
- Terjadinya reaksi anafilaksis
- Risiko infeksi menggunakan peralatan tidak steril
- Kerusakan alat
- Stok oksigen kosong
- Tidak menggunakan alat pelindung diri

Laboratorium - Kesalahan identitas


- Risiko dalam pengambilan sample
- Sample rusak
- Reagen kadaluarsa
- Hasil pemeriksaan tidak valid
- Kerusakan alat

Farmasi - Kesalahan identifikasi pasien


- Kesalahan membaca resep
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan edukasi cara minum/pemakaian obat
- Pemberian obat kadaluwarsa/rusak
- Kesalahan penulisan label
- Risiko residu obat puyer
- Kesalahan informasi tentang penambahan air untuk obat
sirup antibiotik
2. Analisis risiko (Risk assessment)
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis
oleh tim mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat
kegawatan dari risiko (severity assessment) dan dengan metode FMEA
(failure mode and effect analysis) seperti dalam formulir berikut :

Formulir analisis FMEA


Risiko pelayanan klinis puskesmas Tebing

No FAILU PENYE EF FREKUE KEGAWA KEMU RPN SOL VA


RE BAB EK NSI TAN (SV) DAHA (OC USI LID
(kegaga TERJADI N CxS ASI
lan/kesa NYA TERDE VxD SOL
lahan) (OCC) TEKSI T) USI
(DT)

Keterangan :

- Rentang nilai OCC dari 0-10;dimana 0= tidak mungkin terjadi dan 10=
sangat sering terjadi
- Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0= tidak gawat dan 10= gawat
- Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0= mudah dideteksi dan 10=
sangat sulit dideteksi

3. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan
kegawatan risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab
maslah menggunakan analisis akar masalah (RCA/Root Cause
Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan
perbaikan (treatment) ataukah tidak.

4. Tindakan atau perbaikan


Jika diperlukan tindakan perbaikan maka tim mutu
merekomendasikan rencana tindakan perbaikan dan monitoring
terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan perbaikan
dikonsultasikan kepada kepala puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas puskesmas lainnya.
d. DOKUMENTASI
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan
dan dilaporkan kepada kepala puskesmas.
III. MANAJEMEN RISIKO PELAKSANAAN PROGRAM
a. Definisi
Manajemen risiko pada pelaksanaan program puskesmas
merupakan upaya untuk mengidentifikasi, menganalisa dan
meminimalkan dampak atau risiko atas pelaksanaan program
puskesmas.

b. Ruang Lingkup
Manajemen risiko pelaksanaan program puskesmas meliputi
risiko:
- Risiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
- Risiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
- Risiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program

Tempat pelaksanaan program dan sasaran program termasuk


pada pelaksanaan kegiatan posyandu balita dan posyandu lansia.

c. Penerapan
Penerapan manajemen risiko pelaksanaan program meliputi:
1. Identifikasi risiko
Risiko yang dapat timbul karena pelaksanaan program antara lain:

Program Risiko
Posyandu Balita - Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis imunisasi
- Kesalahan dosis vaksin
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Ceceran limbah medis
- Insiden petugas tertusuk jarum
- Kesalahan cara penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan

Posyandu Lansia - Kesalahan identifikasi


- Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
- Insiden perlukaan karena penggunaan alat
periksa
- Kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium
- Insiden perlukaan karena pemeriksaan
laboratorium
- Insiden tertusuk jarum
- Insiden kontak dengan cairan tubuh penderita
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis obat

2. Analisis dan evaluasi risiko


Risiko yang teridentifikasi dianalisi menggunakan formulir
FMEA dan analisis penyebab dengan menggunakan metode RCA
(Root Caused Analysis). Tingkat risiko yang memiliki nilai yang
tinggi merupakan prioritas untuk dilakukan pemecahan masalah.
Identifikasi risiko dilaporkan kepada tim mutu puskesmas.

3. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka tim mutu
merekomendasikan rencana tindakan perbaikan dan monitoring
terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan perbaikan
dikonsultasikan kepada petugas puskesmas lainnya.

d. Dokumentasi
Seluruh kegiatan manajemen risiko layanan klinis didokumentasikan
dan dilaporkan kepada kepala puskesmas.

REFERENSI

Menteri Kesehatan Republik Indonesia 2004, peraturan menteri


kesehatan republic Indonesia No. 1204 tahun 2004 tentang persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai