Anda di halaman 1dari 12

TUGAS MID :

MANAJEMEN KEUANGAN
RINGKASAN MATERI BAB 9, BAB 10, DAN BAB 11

OLEH :

CHIKA DJULIA SALSABILA

(B1B416015)

JURUSAN MANAJEMEN KONSENTRASI KEWIRAUSAHAAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
BAB 9
Pengelolaan Persediaan

Perusahaan memiliki persediaan dengan maksud untuk menjaga kelancaran operasinya.


Bagi perusahaan dagang, persediaan barang dagangan memungkinkan perusahaan memenuhi
permintaan pembeli. Sedangkan bagi perusahaan industri, persediaan bahan baku dan barang
dalam proses bertujuan untuk memperlancar kegiatan produksi, sedangkan persediaan barang
jadi dimaksudkan untuk memenuhi permintaan pasar.

Perusahaan yang mampu memprediksi dengan tepat kebutuhan akan bahan baku (barang
jadi) dikenal dengan teknik just in time atau zero inventory.

Reliabilitas sistem informasi dan sistem pengadaan bahan (sistem produksi) mampu
menekan jumlah persediaan pada waktu yang tidak diperlukan.

9.1 Beberapa sistem pengawasan persediaan


Jumlah persediaan dikaitkan dengan variabel tertentu. Apabila penjualan meningkat, rata-
rata persediaan juga akan meningkat, demikian pula kalau menurun.

Cara lain misalnya mengkaitkan kapan harus memesan kembali dan jumlah yang dipesan
dihubungkan dengan kebutuhan selama periode tertentu.

Economic Order Quantity (EOQ). Model ini mendasarkan pada pemikiran yang sama
dengan sewaktu kita membicarakan model persediaan pada pengelolaan kas. Pemikirannya
adalah bahwa:

(1) Kalau perusahaan memiliki rata-rata persediaan yang besar, untuk jumlah kebutuhan yang
sama dalam suatu periode, berarti perusahaan tidak perlu melakukan pembelian terlalu sering.
Jadi menghemat biaya pembelian (pemesanan).
(2) Tetapi kalau perusahaan membeli dalam jumlah besar sehingga bisa menghemat biaya
pembelian, perusahaan akan menanggung persediaan dalam jumlah yang besar pula. Berarti
menanggung biaya simpan yang terlalu tinggi.
(3) Karena itu perlu dicari jumlah yang akan membuat biaya persediaan terkecil. Biaya persediaan
adalah biaya simpan plus biaya pembelian (pemesanan).
Misal: D satuan = Kebutuhan bahan baku dalam satu tahun

Perusahaan memesan Q satuan setiap kali pesan.

Maka: Frekuensi pesanan dalam satu tahun = D/Q

Persediaan yang dimiliki perusahaan akan berkisar dari 0 sampai dengan Q satuan.

Rata-rata persediaan = (Q/2) satuan

i = Biaya simpan per satuan per tahun

Biaya simpan per tahun = (Q/2)i

Setiap kali perusahaan memesan memerlukan biaya sebesar o

Biaya pemesanan dalam satu tahun = (D/Q)o

Y= Total biaya persediaan dalam satu tahun

Y = (Q/2)i + (D/Q)o

Biaya ini harus diminimumkan, untuk itu kita derivasikan persamaan

Y = (Q/2)i + (D/Q)o terhadap Q, dan kita buat sama dengan nol.

(dY/dQ) = (i/2) (oD/Q2) = 0

(oD/Q2) = (i/2)

iQ2 = 2oD

Q = [(2oD)/r]1/2

Apabila waktu yang diperlukan sejak saat bahan dipesan sampai dengan bahan sampai di
perusahaan adalah selama setengah bulan, disebut sebagai lead time. Maka perusahaan harus
memesan pada saat bahan baku mencapai D/24. Tingkat persediaan ini disebut sebagai titik
pemesanan kembali (reorder point).
Untuk berjaga-jaga terhadap ketidakpastian, baik dalam hal penggunaan maupun dalam
hal lead time, perusahaan mungkin menetapkan perlunya persediaan keamanan (safety stocks).
Sebab mungkin terjadi bahwa selama lead time penggunaan bahan meningkat, atau pengiriman
bahan mengalami keterlambatan.

Penentuan besarnya persediaan keamanan bisa dilakukan dengan membandingkan biaya


kerugian yang diharapkan kalau perusahaan kehabisan persediaan (expected loss pada saat
perusahaan mengalami stockout) dengan tambahan biaya karena memiliki safety stock yang lebih
besar. Cara ini memerlukan estimasi tentang stockout cost dan probabilitas kehabisan bahan.

Cara yang lain adalah dengan menentukan berapa probabilitas kehabisan bahan yang bisa
diterima oleh perusahaan. Semakin kecil probabilitas ini semakin besar safety stock ditentukan.

9.2 Kaitan Pengelolaan Persediaan dengan Manajemen Keuangan


Apabila perusahaan mengelola persediaan dengan dikaitkan pada faktor tertentu (misal
produksi atau penjualan), sangat boleh jadi bahwa jumlah persediaan akan proporsional dengan
faktor tersebut. Sebagai misal perusahaan menentukan bahwa persediaan barang jadi sebesar
setengah bulan penjualan. Dengan demikian apabila penjualan dalam satu tahun sebesar
Rp48.000 juta, maka persediaan akan sebesar Rp48.000/24 = Rp2.000 juta. Apabila penjualan
meningkat menjadi Rp60.000 juta (naik 25%), maka persediaan akan naik menjadi Rp60.000
juta/24 = Rp2.500 juta (juga naik 25%).

Dalam keadaan semacam ini masuk akal kalau manajer keuangan menggunakan metode
sales percentage untuk merencanakan keuangan, atau menggunakan data tahun lalu sebagai
dasar perbandingan rasio perputaran persediaan.

Masalah menjadi lain kalau diterapkan model EOQ. Perputaran persediaan nampak
meningkat, hal ini mungkin ditafsirkan membaiknya manajemen persediaan. Fenomena
sebaliknya akan muncul apabila pemakaian bahan berkurang. Artinya, perputaran persediaan
bahan baku akan menurun apabila diterapkan model EOQ dan terjadi penurunan aktivitas
perusahaan. Karena itulah penggunaan rasio-rasio keuangan sebagai ukuran kinerja manajemen
perlu berhati-hati, dan pemahaman terhadap kebijaksanaan perusahaan perlu dilakukan agar
tidak terjadi kesalahan penafsiran.
BAB 10
SUMBER DANA JANGKA PENDEK

10.1. Tipe Pendanaan Jangka Pendek

1. Pendanaan Spontan (spontaneous financing) adalah jenis pendanaan yang berubah secara
otomatis dengan berubahnya tingkat kegiatan perusahaan (misal dilihat dari penjualan
perusahaan). Contoh : utang dagang dan utang akrual.
2. Pendanaan Tidak Spontan (non spontaneous financing) adalah jenis pendanaan yang
tidak berubah secara otomatis dengan berubahnya tingkat kegiatan perusahaan. Contoh :
utang yang diperoleh dari bank.

10.2. Pendanaan Spontan (Spontaneous Financing)

Jenis pendanaan ini memiliki karakter jika aktifitas perusahan berubah maka sumber
pendanaanpun ikut berubah secara otomatis. Beberapa bentuk sumber dana spontan antara lain :
utang dagang rekening-rekening akrual (misalnya pembayaran upah/gaji atau pembayaran
pajak). Utang dagang timbul karena perusahaan membeli pasokan dari supplier dengan kredit,
sedang utang pajak terjadi karena pajak dibayar setiap tanggal tertentu dalam satu tahunnya.

Rerata utang dagang = Nilai Utang / Perputaran Utang


Perputaran hutang dalam setahun = Periode Waktu / Jangka Waktu Kredit

Contoh

Perusahaan Ogah Rugi membeli barang senilai Rp 300.000.000,- secara kredit dengan
jangka waktu 3 bulan maka perputaran hutang setahun 4x. Dengan demikian rerata utang
dagang Perusahaan Ogah Rugi sebesar Rp 75.000.000,-
Jika perusahaan menaikkan pembelian kredit sebesar 10% ( Rp 300.000.000 ), maka
rerata utang dagangpun akan naik sebesar 10% ( Rp 82.500.000 ). Begitu jika perusahaan
akan menurunkan pembelian kreditnya sebesar 5% maka rerata utang dagangpun akan
turun 5%.
Maka tak salah kalau staf manajer keuangan Perusahaan Ogah Rugi ketike membuat
budget utang dengan menggunakan angka persentase pembelian kredit.

10.3. Pendanaan Tidak Spontan (Nonspontaneous Financing)


Jenis pendanaan ini memiliki karakter bahwa untuk memperoleh, menambah maupun
mengurangi dana, perusahaan membutuhkan waktu untuk negoisasi atau perundingan secara
formal. Beberapa bentuk sumber dana tidak spontan antara lain :
1. Commersial Paper. Merupakan surat utang jangka pendek (jangka waktu 30-90 hari),
tanpa jaminan yang dikeluarkan perusahaan besardan dijual langsung ke investor.
Biasanya hanya perusahaan besar yang bisa mengeluarkan commersial paper.
2. Pinjaman Kredit. Berasal dari lembaga keuangan dan lembaga keuangan non bank.
Pinjaman dari bank ada 2 jenis : (a) Kredit Transaksi, yaitu kredit yang ditujukan untuk
tujuan spesifik tertentu. (b) Kredit Lini (Line of Credit), dengan pinjaman ini, peminjam
bisa meminjam meminjam sampai jumlah maksimum tertentu, yang menjadi plafon
(batas atas pinjaman).
3. Factoring atau anjak piutang berarti menjual piutang dagang. Dari segi perusahaan yang
mempunyai piutang, factoring mempunyai manfaat karena perusahaan tidak perlu
menunggu sampai piutang jatuh tempo untuk memperoleh kas. Piutang juga memperoleh
manfaat karena factoring merupakan alternative investasi.
4. Menjaminkan Piutang. Alternatif lain dari menjual piutang adalah menggunakan piutang
sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman (pledging receivables). Dengan alternatif
ini, kepemilikan piutang masih ada di tangan perusahaan. Jika pinjaman tidak terbayar,
piutang yang dijadikan jaminan bisa digunakan untuk melunasi pinjaman (penjaminan
bisa dilakukan atas semua piutang).
5. Menjaminkan Barang Dagangan (Persediaan). Perusahaan bisa menjaminkan barang
dagangan untuk memperoleh pinjaman. Prosedur yang dipakai akan sama dengan
penjaminan piutang. Pemberi jaminan akan mengevaluasi nilai persediaan, kemudian
akan memberikan pinjaman dalam presentase tertentu dari nilai p[ersediaan yang
dijaminkan.
6. Akseptasi Bank.
7. Repo.

10.4. Evaluasi Sumber Pendanaan Jangka Pendek


Untuk menetukan sumber pendanaan jangka pendek manajer keuangan bisa mengevaluasi
dengan menggunakan kerangka :

Strategi pendanaan secara keseluruhan


Biaya
Ketersediaan
Fleksibilitas
BAB 11
AKTIVA LANCAR DAN STRUKTUR HUTANG

aktiva lancar adalah aktiva yang diharapkan berubah menjadi kas dalam waktu singkat
biasanya kurang 1 tahun.Aktiva tetap / capital yang berubah menjadi kas memerlukan waktu 1
tahun.
Paling tidak ada 5 (lima) jenis aktiva lancar yang dapat dijadikan acuan untuk menilai
sebuah perusahaan, yaitu Kas & Setara Kas, Surat-surat Berharga, Piutang, Persediaan, dan
Biaya dibayar di muka.

Kas dan setara kas.


Yang termasuk di dalam komponen ini adalah asset dalam bentuk kas dan kas dalam bank.
Aset yang termasuk dalam komponen Aktiva Lancar ini merupakan asset yang paling cair bagi
perusahaan karena dapat secara langsung digunakan untuk segala macam transaksi.

Surat-surat Berharga.
Surat-surat berharga dapat berupa saham, obligasi atau surat-surat berharga lain yang
dimiliki perusahaan yang bertujuan untuk memutarkan kelebihan uang tunai yang tidak ditujukan
untuk investasi jangka panjang.

Piutang
Piutang adalah dana perusahaan pada perorangan atau perusahaan lainnya sebagai
konsekwensi penjualan dalam bentuk kredit/pinjaman. Pada akhir periode yang ditentukan, dana
tersebut kemudian dapat dicairkan dalam bentuk kas (uang). Terkadang piutang naik lebih cepat
dari penjualan, ini mengindikasikan masalah pada penagihan (pembayaran). Untuk menganalisa
piutang dipakai receivable turn over yang menghitung lama penerimaan pembayaran rata-rata.

Penyisihan piutang ragu-ragu


Penyisihan piutang ragu-ragu adalah sejumlah dana yang disisihkan untuk mengantisipasi
kemungkinan gagal bayar oleh konsumen perusahaan. Jumlah yang disisihkan tersebut dihitung
berdasarkan besarnya piutang yang tak tertagih dalam periode tertentu.
Persediaan.
Persediaan merupakan barang-barang yang dimiliki perusahaan untuk dijual kembali atau
digunakan dalam kegiatan perusahaan. Barang-barang ini dapat merupakan hasil produksi atau
komponen produksi perusahaan. Tidak semua perusahaan memiliki persediaan, terutama jika
perusahaan tersebut bergerak di bidang jasa. Dua hal yang perlu diperhatikan dari persediaan :
pertama; nilai yang dilaporkan sering berbeda dengan nilai wajarnya karena perbedaan
penerapan sistem akuntansi, kedua; nilai persediaan biasanya besar dan merupakan sumber yang
menyerap penggunaan dana. Jika tidak diolah secara efisien akan menghambat aliran dana.
Untuk mengukur persediaan, kita akan bahas dengan inventory turnover yang menghitung
perputaran persediaan selama satu tahun.

Biaya dibayar di muka


Yang terakhir adalah biaya dibayar dimuka. Komponen ini merupakan salah satu bentuk
pengeluaran yang telah dibayar perusahaan kepada pemasok/supplier perusahaan sebelum
perusahaan menerima barang atau jasa tersebut.

Rasio lancar
adalah perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar suatu perusahaan. Sebagai
contoh, jika aktiva lancar perusahaan WXY adalah Rp50.000.000 sedangkan utang lancarnya
Rp40.000.000, maka rasio lancarnya adalah Rp50.000.000 dibagi 40.000.000, atau sama dengan
1.25. Rasio lancar digunakan untuk mengungkapkan jaminan keamanan (margin of safety)
perusahaan terhadap kreditor jangka pendek. Jika perbandingan utang lancar melebihi aktiva
lancarnya (rasio lancar menunjukan angka di bawah 1), maka perusahaan dikatakan mengalami
kesulitan melunasi utang jangka pendeknya. Jika rasio lancarnya terlalu tinggi, maka sebuah
perusahaan dikatakan kurang efesien dalam mengurus aktiva lancarnya

11.1. Struktur jangka waktu pendanaan


1. pendekatan hedging
startegi pendanaan ini membiayai setiap aktiva dengan waktu jangka waktu kurang lebih
sama jangka waktu perputaran aktiva tsb menjadi kas staregi pendaan hedging didasarkan atas
matecing principle yang menyatakan bahwa sumber dana hendaknya di sesuaikan berapa lama
dana sb diperlukan. keperluan jangka pendek harus dipenuhi melalui sumber jangka pendek
sebaliknya menggunakan jangka panjang harus di biayai dengan sumber jangka panjang pula
prinsip seperti ini diterapkan untuk minilisir atas resiko yang dihadapi terhadap penyimpangan
aliran kas dari yang di harapkan.
2. pendanaan konserpatif
pendanaan ini memberikan margin of satety yang cukup besar di perusahaan yaitu
sebagian itu aktiva lancar bukan permanen di danani dalam jangka panjang ( hutang jangka
panjang, modal sendiri dan pendanaan spontan
3. pendanaan agresif
startegi ini pendanaan ini dengan mendanai kebutuhan jangka panjang dengan pendanaan
jangka pendek. apa bila suku bunga kredit jangka pandek lebih rendah jangka panjang maka
startegi ini akan kompensif dengan probilitas yang tinggi.
Terdapat lima unsur pokok dari aktiva lancar, yaitu :
1. Kas , yaitu Disajikan sesuai dengan jumlah yang benar-benar ada sebesar nilai nominalnya.
2. Surat-surat berharga, memanfaatkan kas menganggur, disajikan sebesar harga pokok atau
LOCOM
3. Tagihan (Piutang) , disajikan berdasar jumlah yang diperkirakan akan dapat diterima
pembayarannya (sebesar nilai realisasi)

4. Persediaan , disajikan berdasar harga pokok atau LOCOM


5. Pos-pos Transitoris dan Antisipasi , biaya dibayar di muka dan pendapatan yang masih akan
diterima.

11.2. Keputusan struktur utang jumlah aktiva lancar


Apabila keputuan Struktur Hutang dan Aktiva Lancar dikombinasikan , maka kita bisa
menjumpai berbagai situasi. Misal, perusahaan mungkin memilih pendanaan agresif. Berarti
sebagian kebutuhan jangka panjang dibiayai dengan dana jangka pendek. Disamping itu
perusahaan juga memilih untuk meyediakan jumlah kas yang sangat sedikit.
Sebaliknya, perusahaan bisa memilih pendanaan yang agresif, tetapi dibarengi dangan
penyediaan aktiva likuid yang relatif besar.

jika perusahaan sering tidak mampu memenuhi kewajiban financial, hanya karena pada
saat kewajiban tersebut jatuh tempo tidak memiliki kas, maka mungkin saja para supplier, bank,
dan pihak pihak lain, berkurang kepercayaan mereka terhadap perusahaan tersebut.

Penentuan tingkat yang layak dari aktiva lancar dan kewajiban lancar, menyangkut
keputusan keputusan mendasar dalam likuiditas perusahaan dan komposisi umur hutang
hutangnya. Keputusan keputusan tersebut akan dipengaruhi oleh trade-off antara profitabilitas
dan risiko. Keputusan yang menyangkut likuiditas aktiva perusahaan menyangkut manajemen
kas dan investasi pada sekuritas, kebijakan dan prosedur penjualan kredit, manajemen persediaan
dan manajemen aktiva tetap.

Untuk aktiva lancar,semakin rendah proposi aktiva likuid, semakin besar profitabilitas
perusahaan. JIka kita memepertimbangkan bahwa biaya hutang jangka pendek lebih rendah dari
biaya hutang jangka pendek, maka dipandang dari pertimbangan profitabilitas, perusahaan akan
lebih baik menggunakan hutang jangka pendek.

Dalam mempertimbangkan pembiayaan jangka panjang, yang dimaksud adalah struktur


dari hutang jangka panjang dan modal sendiri, mungkin tujuan dari eksekutif keuangan adalah
mengatur bagian bagian keuangan sedemikian rupa sehingga para pemegang saham, para
pemilik, akan menerima manfaat ekonomis yang maksimum selama jangka yang lebih panjang.
Dapat dipertunjukkan melalui suatu jangka waktu tertentu, dengan mengasumsikan profitabilitas
normal dan dapat dikuranginya ongkos bunga untuk tujuan perpajakan, bahwa pinjaman yang
berhati hati akan menaikkan hasil pengembalian bagi pemegang saham. Walaupun diketahui
adanya keuntungan yang potensial ini, tetapi terdapat suatu faktor yang negative yang akan
menekan keinginan untuk menggunakan hutang jangka panjang semaksimal yang tersedia.

Contoh penentuan jumlah modal kerja :


PT ABC memproduksi produk Z, setiap harinya sebanyak 100 unit. Dalam satu bulan
perusahaan. bekerja selama 25 hari. Unsur biaya yang dibebankan untuk setiap unit produk
adalah sebagai berikut

1. Bahan Mentah A seharga Rp 500


2. Bahan Mentah B seharga Rp 200
3. Tenaga Kerja Langsung Rp 400

Biaya administrasi setiap bulan Rp 1.250.000. Gaji pimpinan perusahaan. setiap bulan Rp
2.000.000. untuk membeli bahan mentah A perusahaan. harus memberikan uang muka kepada
supplier bahan mentah tersebut rata-rata 5 hari sebelum bahan mentah diterima. waktu yang
diperlukan untuk membuat barang tersebut. 5 hari, dan selanjutnya atas pertimbangan kualitas
barang masih harus tersimpan digudang 2 hari. Penjualan dilakukan dengan kredit dengan syarat
pembayaran 10 hari sesudah barang diambil. Pimpinan menetapkan persediaan besi Rp
2.000.000. Berapa besarnya kebutuhan Modal Kerja yang diperlukan perusahaan tersebut
untuk.dapat membiayai operasi perusaha ?
Jawab:
Periode perputaran
a. Bahan mentah A

Dana yang terikat dalam persekot bahan 5 hari


Proses produksi 5 hari
Barang jadi 2 hari
Piutang dagang 10 hari

b. Bahan mentah B, tenaga kerja langsung, biaya administrasi, gaji, pimpinan

Proses produksi 5 hari


Barang jadi 2 hari
Piutang dagang 10 hari

Kebutuhan dana yang akan ditanamkan dalam unsur modal kerja tersebut adalah
a. Bahan mentah A = 100 unit x Rp.500 x 22 hari = Rp. 1.100.000
b. Bahan mentah B = 100 unit x Rp. 200 x 17 hari = Rp. 340.000
c. Tenaga kerja langsung = 100 unit x Rp. 400 x 17 hari = Rp. 680.000 +
Jumlah Rp. 2.120.000

Biaya administrasi dan gaji pimpinan :


- Jumlah biaya selama 1 bulan Rp. 3.250.000
- Jumlah biaya produksi selama 1 bulan (25 hari ) = 25 x 100 unit = 2500 unit
- Biaya per unit = Rp. Rp. 3.250.000 / 2500 unit = Rp. 1300
- Biaya per hari 100 unit x Rp. 1300 = Rp. 1.300.000
Dana yang diperlukan untuk biaya selama periode perputaran
= Rp. 1.300.000 x 17 hari = Rp. 22.100.000
Persediaan kas minimal = Rp. 2.000.000
Jumlah modal kerja yang dibutuhkan = Rp. 26.220.000

Anda mungkin juga menyukai