Anda di halaman 1dari 12

Tugas Makalah

HUMAN RELATIONS

OLEH :

SARIFUDIN

(C1 A1 13 076)

JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2016
KATA PENGANTAR

Assalam mualaikum wr. wb.


Segala puji dan syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT karena dengan
karunia-Nya yang telah membimbing manusia dengan petunjuk-petunjuk-Nya,
sebagaimana terkandung dalam Al-quran dan Al-hadist, petunjuk menuju kejalan
yang lurus dan jalan yang ridhoi-Nya dan kami bersyukur kepada-Nya yang telah
memudahkan kami dalam menyelesaikan makalah ini yang berjudul HUMAN
RELATIONS TEORI DAN PRATEK
Shalawat berserta salam dihanturkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa
raga dan lainnya untuk tegaknya syiar islam, yang pengaruh dan manfaatnya hingga
kini masih terasa..
Akan tetapi didalam makalah kami ini, kami menyadari masih banyak
kekurangan dan keterbatasan dalam menyusun makalah ini, oleh karena itu kami
mengahrapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini, kami ucapkan
terimakasih.

Wassalam mualaikum wr. wb.


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengertian Human relations.
Tidaklah mudah untuk mencari sebuah kata dalam bahasa Indonesia yang
benar-benar tepat sebagai terjemahan dari istilah human relations. Ada yang
menerjemahkan menjadi hubungan manusia dan ada pula yang mengalih bahasakan
menjadi hubungan antarmanusia. Memang, secara harfiah terjemahan human
relations adalah hubungan antarmanusia. Kendati tidak salah, tetapi terjemahan ini
tidak mengandung makna human relations yang sebenarnya, sebab titik berat human
relations adalah human-nya atau manusianya. Baik pada istilah hubungan manusia
maupun hubungan antar manusia tidak terdapat ciri hakiki human relations.
Ciri hakiki bukan dalam human relations bukan human (manusia) dalam
pengertian wujud manusia (human being), melainkan dalam makna proses rohaniah
yang tertuju kepada kebahagiaan, berdasarkan atas watak, sifat perangai, kepribadian
sifat tingkah laku. dan berbagai aspek kejiwaan lainnya yang terdapat dalam diri
manusia. Dengan kata lain, faktor manusia dalam relations ini bukan dalam
wujudnya, melainkan sifat-sifat, watak, tingkah laku, atau aspek psikis lainnya pada
diri manusia.
Dengan demikian terjemahan yang paling mendekati makna dan maksud
human relations adalah hubungan manusiawi atau hubungan insani.
Sifat hubungan dalam human relations tidak seperti orang berkomunikasi biasa,
bukan hanya merupakan penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain,
melainkan hubungan antara orang-orang yang berkomunikasi itu mengandung unsur-
unsur kejiwaan yang amat mendalam.
Ditinjau dari ilmu komunikasi, hubungan manusiawi itu termasuk ke dalam
komunikasi antarpersona (interpersonal communication) sebab berlangsung pada
umumnya antara dua orang secara dialogis. Dikatakan bahwa hubungan manusiawi
itu komunikasi karena sifatnya action oriented, mengandung kegiatan untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang.
Komunikasi antarpribadi yang manusiawi berarti komunikasi yang telah
memasuki tahap psikologis yang komunikator dan komunikannya saling memahami
pikiran, perasaan dan melakukan tindakan bersama. Ini juga berarti bahwa apabila
kita hendak menciptakan suatu komunikasi yang penuh dengan keakraban yang
didahului oleh pertukaran informasi tentang identitas dan masalah pribadi yang
bersifat sosial.

Ruang Lingkup Human relations


Berdasarkan lingkupan human relations terdapat dua pengertian yakni human
relations dalam arti luas dan human relations dalam arti sempit.
1.Human relations dalam arti luas
Human relations dalam arti luas adalah interaksi antarmanusia yang biasanya
bersifat komunikasi persuasif yang dilakukan oleh seorang kepada orang lain secara
tatap muka, dalam semua situasi atau semua bidang kehidupan sehingga
menimbulkan kebahagiaan dan kepuasaan hati. Dengan demikian, human relations
dalam arti luas dapat terjadi di mana saja, seperti di rumah, di jalanan, dalam
kendaraan, dan lain-lain di mana setiap dapat melakukannya dengan komunikasi yang
baik sehingga saling memuaskan individu yang terlibat di dalamnya.
2.Human relations dalam arti sempit
Human relations dalam arti sempit adalah komunikasi persuasif yang
dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja dan
dalam organisasi kekaryaan atau dalam suatu kegiatan dengan tujuan untuk
menggugah, menggairahkan, atau membangkitkan semangat kerja sama yang
produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati. Contohnya komunikasi kekaryaan
antara orang perorangan dalam struktur organisasi formal, perusahaan, termasuk
komunikasi antara mahasiswa dengan warga masyarakat dalam kegiatan Kuliah Kerja
Nyata,
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Itu Human Relations Sebagai Kegiatan Komunikasi ?
2. Apa itu Komunikasi Persuasif ?
3. Apa itu Homophily Dan Heterophily ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui Apa Itu Human Relations Sebagai Kegiatan Komunikasi.
2. Mengetahui Apa Itu Komunikasi Persuasif.
3. Mengetahui Apa Itu Homophily Dan Heterphily.
BAB II
PEMBAHASAN

HUMAN RELATIONS TEORI DAN PRAKTEK

A. Human Relations Sebagai Kegiatan Komunikasi

Pada awal bab telah dipaparkan secara agak luas mengenai komunikasi
menajeman. Dan pada bab lainnya juga telah disinggung bahwa human relations
adalah komunikasi persuasif secara tatap muka.
Jadi para manejer dapat. Perlu seyogyanya melakukan human relations , baik
kepada khalayak ataupun pablik didalam organisasi (external public). Selain dalam
hubungan dalam tugas pekerjaan, juga diluar tugas pekerjaan.
Dengan orang-orang yang berbeda dalam organisasi, jelasnya para karyawan,
human relations perlu dilaksanakan untuk meniadakan gangguan sebagai akibat salah
komunikasi atau salah interprestasi. Lebih-lebih untuk menghilangkan frustasi
terutama frustasi agresif, serta menggugah kegairahan dan kegiatan kerja, sehingga
timbul kerjasama yang lebih produktif dari pada yang sudah-sudah dengan perasaan
bahagia dan puas hati.
Tetapi d iluar tugas pekerjaan pun, para manejer, baik manejer tingkat tinggi,
tingkat menengah maupun tingkat rendah, serta seluruh pegawai sepantasnya
senantiasa melakukan human relations dengan siapapun, selain dengan orang-orang
yang ada sangkut pautnya dengan organisasi, juga dengan meraka yang tidak ada
hubungannya. Human relations ini dilaksanakan dalam kumpulan olahraga, kesenian,
keagamaan, dan lingkungan hidup lainnya; di upacara perayaan, di konperensi, di
seminar dan pergaulan lainnya; di restoran, di stasiun, kerata api, di pesawat terbang,
dan perjumpaan lainnhya; singkatnya dimana saja ketika berhubungan dengan siapa
saja. Ini semua layaknya dilakukan demi citra organisasi yang diwakilinya. Tindakan
seorang manejer atau karyawan yang etis dan manusiawi terhadap khalayak diluar
organisasi akan menjaga nama baik, bahkan mengharumkan nama organisasi yang
diwakilinya.

B. Komunikasi Persuasif
Human relations dalam arti sempit atau dalam manajemen adalah komunikasi
persuasif secara tatap muka untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja
dengan semangat kerja sama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati
pada kedua belah pihak, baik manajer maupun karyawan dan atau orang lain yang ada
hubungannya dengan organisasi.
Komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan human relations adalah
komunikasi antar persona (interpersonal communication), karena komunikasi bentuk
ini sifatnya dialogis, maka prosesnya secara timbal balik. Ini berarti bahwa
komunikator dalam hal ini si manajer mengetahui efek komunikasinya pada saat itu
juga, umpan balik atau feed back terjadi ketika itu.
Memang manajer yang bermaksud melakukan human relations harus
melaksanakannya dalam bentuk komunikasi antar persona, sebab kalau ia
menggunakan bentuk komunikasi kelompok atau komunikasi bermedia, lebih-lebih
lagi bila memakai media massa, maka ia tidak akan memahami frame of reference
komunikan secara menyeluruh. Wilbur Schramm dalam karyanya Communican
research in the united states, menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil apabila
pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan frame of reference, yakni paduan
pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh komunikan. Frame of reference
atau kerangka acuan, ini melibatkan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pendidikan,
dan lain sebagainya yang pernah dialami seseorang. Menurut Schramm bidang
pengalaman field of experience merupakan factor yang penting dalam komunikasi.
Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan,
komunikasi akan berlangsung lancar, sebaliknya bilamana tidak sama akan terdapat
kesulitan untuk mengerti satu sama lain. Kesukaran ini akan dijumpai pada situasi
komunikasi. Misalnya jika seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang
kebudayaannya berbeda dengan kebudayaan dia.

C. Homophily Dan Heterophily


Homophily ialah derajat pasangan komunikator-komunikan yang sama dalam
ciri-ciri tertentu, seperti kepercayaan, pendidikan atau status social. Sedangkan
heterophily ialah derajat pasangan komunikator-komunikan yang tidak sama dalam
ciri-ciri tertentu. Lalu kini timbul pertanyaan : untuk melakukan human relations,
bagaimana mungkin seorang karyawan yang antara keduanya terdapat heterophily
atau ketidaksamaan dalam frame of referencenya?
Menurut Everett M. Rogers dan Dilp K. Bhowmik, situasi komunikasi yang
heterephilous, seperti itu dapat ditembus dengan kemampuan empathic, pihak
manajer sebagai komunikator.
Empathy adalah kemampuan seseorang untu memproyeksikan dirinya kepada
peranan orang lain. Ini berarti bahwa apabila komunikasi mengetahui bagaimana
perasaan komunikan dan bisa merasakan apa yang dirasakan komunikan tersebut,
maka mungkin sekali komunikator dapat menyampaikan pesan yang tepat kepadanya.
Jika manajer mempunyai emphaty yang dalam dengan karyawan yang heterophilous
maka kedua-keduanya benar berada dalam keadaan homophilous dalam pengertian
sosio-psikologis.
Menurut joseph A. Devito, empati berarti seperasaan dengan seseorang,
berempati dengan orang lain adalah merasakan apa yang dirasakan oleh orang
tersebut. Dalam dari pada itu, bersimpati berarti mempunyai suatu perasaan terhadap
seseorang, misalnya merasa kasihan. Dijelaskan lebih jauh oleh Devito bahwa jika
kita bisa berempati dengan seseorang, maka kita berada dalam posisi mengerti dari
mana ia datang, di mana dia sekarang, dan hendak ke mana dia pergi. Juga kecil
kemungkinan bagi kita untuk menilai sikap atau tingkah lakunya sebagai hal yang
benar atau salah. Dari paparan diatas jelas bahwa bagi manajer untuk melakukan
komunikasi persuasif manusiawi kepada karyawan yang heterphilous harus didasari
kemampuan berempati.
Komunikasi persuasif terjadi apabila komunikasi efektif. Bagaimanakah
komunikasi efektif itu? Stewart L. tubbs dan Sylvia moss dalam bukunya
komunikasi antarpersonal efektif apabila perangsang yang diprakasai dan
dimaksudkan oleh komunikator amat cocok dengan perangsang yang dirasakan dan
ditanggapi oleh komunikan
Lebih jauh efektivitas komunikasi tersebut oleh kedua pengarang tadi
dijelaskan dengan penghitungan persamaan. Jika kita cantumkan G bagi komunikator
yang membangkitkan tanggapan dan P untuk komunikan yang merasakan tanggapan
tersebut, maka komunikasi akan merupakan keseluruhan yang lengkap apabila
tanggapan yang G maksudkan dengan tanggapan yang P berikan identik.
Tetapi menurut tubbs dan moss, kita jarang mencapai nilai 1, yakni saling
menyampaikan makna secara sempurna; kita hanya dapat mendekatinya. Semakin
besar kecocokan antara makna yang kita maksudkan dengan tanggapan yang kita
terima, berarti semakin efektif komunikasi kita.
Jadi jelas bahwa komunikasi persuasif harus efektif, yang berarti harus
menimbulkan efek. Efek, menurut Ronald L. applbaum, et. Al., apa yang terjadi
pada komunikan sebagai akibat dari dampak stimuli atau pesan. Dalam kominkasi
persuasif efeknya harus merupakan dampak dalam bentuk perubahan sikap, opini,
dan tindakan atau tingkah laku yang timbul ddari kesadaran komunikan, sebab
komunikasi persuasif lain dengan komunikasi informatif dan beda pula dengan
komunikasi koersif.

Komunikasi Informatif, Koersif & Persuasif


1. Komunikasi Informatif (Informative Communication) ialah proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan sesuatu. Disini
komunikator tidak mengharapkan efek apa-apa dari komunikan, semata-mata hanya
agar komunikan tahu saja. Bahwa kemudian efeknya ada, apakah itu positif ataukah
negative komunikator tidak mempersoalkannya, tapi sudah tentu ia mengharapkan
efek positif.
2. Komunikasi Koersif (Coercive communication) adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan ancaman atau sanksi untuk merubah sikap,
opini atau tingkah laku. Dalam organisasi komunikasi koersif dalam hal-hal tertentu
dilakukan juga oleh manajer, misalnya mengadakan peraturan tertulis yang berlaku
untuk kelompok karyawan tertentu atau semua karyawan. Peraturan mengandung
ancaman atau sanksi yang apabila dilanggar akan menimbulkan akibat tertentu pada
pihak pelanggar.
3. Komunikasi Persuasif (Persuasive Communication) adalah proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain agar berubah sikapnya, opininya dan tingkah
lakunya dengan kesadaran sendiri. Istilah Persuasi, berarti membujuk atau merayu.
Jadi komunikasi persuasive adalah komunikasi yang mengandung bujukan atau
rayuan.
Antara komunikasi koersif dengan komunikasi persuasive terdapat kesamaan,
yakni berusaha agar seseorang berubah sikapnya, opininya dan tingkah lakunya,
sehingga ia melakukan tindakan atau kegiatan tertentu. Bedanya ialah pada
komunikasi koersif si komunikator melakukan tindakan atau kegiatannya itu secara
terpaksa dikarenakan takut sanksi, sedangkan pada komunikasi persuasive dengan
kesadaran sendiri. Human relations, sebagaimana telah disinggung di muka adalah
komunikasi persuasive manusiawi, yang berarti bahwa manajer sebagai komunikator
dalam menyampaikan pesannya secara etis dan empatik yang mendalam, sehingga
karyawan sebagai komunikan dengan penuh kesadaran disertai rasa bahagia dan puas
hatinya melakukan apa yang diinginkan oleh manajer.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Human relations dalam arti sempit atau dalam manajemen adalah komunikasi
persuasif secara tatap muka untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja
dengan semangat kerja sama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati
pada kedua belah pihak, baik manajer maupun karyawan dan atau orang lain yang ada
hubungannya dengan organisasi.
Komunikasi yang berlangsung dalam kegiatan human relations adalah
komunikasi antar persona (interpersonal communication), karena komunikasi bentuk
ini sifatnya dialogis, maka prosesnya secara timbal balik. Ini berarti bahwa
komunikator dalam hal ini si manajer mengetahui efek komunikasinya pada saat itu
juga, umpan balik atau feed back terjadi ketika itu.
Homophily ialah derajat pasangan komunikator-komunikan yang sama dalam
ciri-ciri tertentu, seperti kepercayaan, pendidikan atau status social. Sedangkan
heterophily ialah derajat pasangan komunikator-komunikan yang tidak sama dalam
ciri-ciri tertentu. Lalu kini timbul pertanyaan : untuk melakukan human relations,
bagaimana mungkin seorang karyawan yang antara keduanya terdapat heterophily
atau ketidaksamaan dalam frame of referencenya?
Menurut Everett M. Rogers dan Dilp K. Bhowmik, situasi komunikasi yang
heterephilous, seperti itu dapat ditembus dengan kemampuan empathic, pihak
manajer sebagai komunikator.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Onong Uchjana Efendy Prof. Drs. M. A penerbit mandar maju, bandung, 1993.

https://www.academia.edu/7611972/Makalah-human-relations

Poedjawijatna, prof . I.R., filsafat tingkah laku, cetakan ke empat, penerbit bina

aksara, jakarta1982

Winardi, Dr. S.E manejemen, terjemahan dari George R. terry, principles of

management, penerbit alumni. Bandung 1979.

Anda mungkin juga menyukai