Anda di halaman 1dari 6

Gambut Harta Karun Indonesia

Apa itu Gambut?

Gambut merupakan substansi organik yang terurai sebahagian yang terbentuk di lahan
basah atau akumulasi sisa-sisa tumbuh-tumbuhan, kayu-kayu besar yang setengah
membusuk. Dan seiring waktu, material ini menjadi gambut yang memiliki kandungan
organik dan karbon paling kaya dibanding jenis tanah lainnya.

Sebagian besar lahan gambut masih berupa hutan yang menjadi habitat tumbuhan dan
satwa langka. Hutan gambut mempunyai kemampuan menyimpan karbon dalam jumlah yang
besar. Karbon tersimpan mulai dari permukaan hingga di dalam dalam tanah, mengingat
kedalamannya bisa mencapai lebih dari 10 meter.

Lahan gambut memiliki peranan hidrologis yang penting bagi suatu wilayah, karena
secara alami berfungsi sebagai cadangan (reservoir) air dengan kapasitas yang sangat besar,
dengan demikian lahan gambut dapat mengatur debit air pada musim hujan dan
kemarau. Secara ekologis, ekosistem lahan gambut merupakan tempat perkembangbiakan
ikan yang ideal, selain itu juga menjadi habitat berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar,
termasuk jenis-jenis endemik dan dilindungi.

Potensi Gambut di Indonesia.

Di Asia Tenggara, lahan gambut


diperkirakan menyimpan 42 miliar ton
karbon dan sekitar 80% atau 35 miliar ton
dari jumlah itu tersimpan di bumi
Indonesia. Sementara di permukaannya,
kekayaan lahan gambut tak kalah besar,
ini terlihat dari banyaknya kehidupan
yang bergantung pada kelestariannya.

Riau merupakan provinsi dengan


luas gambut terbesar di Indonesia yakni
4,044 juta hektar atau 56,1 % dari luas total gambut di Sumatra.Hamparan terbesarnya ada di
Semenanjung Kampar, Kabupaten Pelalawandi mana terdapat empat danau Suaka
Margasatwa dan dua kubah gambut dengan kedalaman lebih dari 20 meter.

Semenanjung Kampar merupakan rumah bagi penduduk asli suku Akit yang
mendiami bagian utara hutan gambut ini. Mereka adalah para nelayan air tawar, pemburu dan
petani. Sementara di bagian selatan didiami oleh masyarakat suku Melayu yang juga
bergantung pada hutan dan sungai-sungai yang mengalir dari hutan gambut.
Peta Gambut di Indonesia

Dari Peta tersebut dapat diketahui wilayah Indonesia yang memiliki lahan gambut
yang luas berada di Kalimantan bagian Selatan dan Sumatera bagian Selatan terutama di
daerah Riau dan terdapat juga di beberapa daerah di Papua.

Data Lahan Gambut di Indonesia pada tahun 2004 dan 2011

Permasalahan Gambut di Indonesia


Emisi dari setiap hektar gambut tropis yang dikeringkan = 55 ton CO atau setara
dengan membakar lebih dari 6,000 galon bahan bakar.

Penghancuran hutan dan lahan gambut di Indonesia adalah sumber emisi terbesar.
Indonesia telah kehilangan 31 juta hektar hutan hujan sejak 1990, atau hampir setara dengan
luas negara Jerman. Saat ini Indonesia merupakan negara dengan tingkat deforestasi tertinggi,
terkait dengan perannya sebagai pemasok minyak sawit terbesar di dunia. Meskipun pada
2011 Indonesia telah menghentikan pemberian izin baru bagi pembukaan konsesi di hutan
primer dan lahan gambut (moratorium hutan dan lahan gambut), akan tetapi tingkat
kerusakan hutan dalam skala nasional justru meningkat.

Emisis dari kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 : 1.62 miliar metric ton CO2.
Menaikkan Indonesia dari peringkat ke 6 negara dengan emisi tertinggi menjadi peringkat ke
4 Lebih dari 500,000 kasus penyakit sistem pernapasan yang disebabkan oleh asap di Asia
Tenggara Badan Restorasi Gambut dibentuk untuk merestorasi 2 juta hektar gambut
terdegradasi sampai tahun 2020.

Timbulnya penyakit sistem


Kebakaran Hutan di Riau
pernafasan akibat kebakaran

Karena lahan gambut telah terdegradasi denganhutan


cepat, gambut dan pemetaan sangat
mendesak. Penginderaan jauh dan GIS adalah teknik yang sangat kuat.

JICA dan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang sedang melakukan pemetaan /


pengembangan kapasitas lahan gambut
Di Karbar, WI (2004) meremehkan sekitar 52.000 hektar dari peta JICA / IJ-REDD +
(2015)
Di Karbar, MOA / Ritunget al. (2011) sekitar 32.000 hektar lebih besar dari peta JICA
/ IJ-REDD + (2015)
Di Karteng, MoEJproject mengkonfirmasi lahan gambut tambahan seluas sekitar
40.000 hektar pada tahun 2017.
Tantangan dan Harapan dalam Pemetaan Lahan Gambut.

Upaya Konservasi Lahan Gambut

a. Identifikasi dan Inventarisasi Potensi Kawasan Lahan gambut

Kegiatan identifikasi dan inventarisasi potensi ekosistem lahan gambut


merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum upaya pemanfaatan dan konservasi dapat
dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh. Upaya ini masih perlu dilakukan mengingat
luasnya wilayah negara kita.

b. Interpretasi fungsi kawasan lahan gambut dan sosialisasi ke masyarakat luas


Informasi-informasi mengenai apa itu kawasan/ekosistem lahan gambut, potensi,
fungsi dan manfaatnya sangat penting bagi masyarakat yang sebagian besar tidak
mengetahuinya.

c. Identifikasi manfaat berkelanjutan

Pemanfaatan terhadap potensi ekosistem lahan gambut hanya mungkin dilakukan


sepanjang hal tersebut dilakukan berdasarkan pengetahuan dan pemahaman mengenai
keberadaan populasi dan habitat dari kehidupan penghuni kawasan lahan gambut yang
mengandung potensi penting namun juga memiliki sifat keterbatasan.

d. Akses bagi pemanfaatan berkelanjutan bagi masyarakat sekitar

Setelah upaya identifikasi manfaat berkelanjutan tersebut dilakukan, upaya


selanjutnya adalah mengembangkan kegiatan pemanfaatan yang berkelanjutan dan
menyediakan akses bagi masyarakat, terutama masyarakat sekitar kawasan lahan gambut,
agar mereka benar-benar dapat merasakan manfaat dari keberadaan kawasan lahan gambut
tersebut sehingga pada gilirannya mereka dapat menjadi pelestari kawasan lahan gambut.

e. Perlindungan terhadap Kawasan Lahan gambut

Mengingat ekosistem lahan gambut tidak mengenal batas administrasi pemerintahan maka
upaya konservasi haruslah dilakukan melalui pendekatan:

Melindungi hutan yang tumbuh diatas kawasan lahan gambut.


Menetapkan suatu kawasan tertentu untuk dikelola sebagai perwakilan konservasi
ekosistem lahan gambut.
Melakukan tindakan pemanfaatan dengan menerapkan kaidah-kaidah konservasi secara
terencana dan konsisten, misalnya untuk kegiatan ekowisata. Didalam pengembangan
ekowisata dan berprinsip ekowisata, kelestarian obyek dan kelestarian sumber daya sudah
terpatri, demikian pula manfaat bagi masyarakat sekitar.

f. Pemanfaatan bijaksana ekosistem Lahan gambut secara berkolaborasi

Sasarannya adalah terwujudnya akses bagi para pihak untuk ikut berbagi peran, tanggung
jawab dan mendapatkan manfaat secara adil terhadap ekosistem lahan gambut. Pengelolaan
Bersama merujuk pada proses dan alat pemecahan masalah, penanganan peluang atau
pengelolaan kepentingan bersama dalam pengelolaan SDAH&E, selaras dengan rekomendasi
dari Kongres kehutanan Dunia :

1. Seluruh masyarakat yang bergantung pada sumberdaya hutan, mempunyai


tanggungjawab pada: keanekaragaman hayati, keteraturan iklikm, udara bersih,
konservasi air dan tanah, ketahanan pangan, hasil kayu dan non kayu, jasa energi, obat-
obatan, serta nilai-nilai budaya.
2. Kebutuhan planet dan manusia dapat diselaraskan, dan hutan mempunyai potensi untuk
memberikan potensi bagi penyelamatan lingkungan, pengentasan kemiskinan, keadilan
sosial, peningkatan kesejahteraan manusia, modal bagi generasi sekarang dan akan
datang.
3. Penyelarasan kebutuhan planet bumi dan manusia tidak dapat dilakukan hanya oleh
satu pihak, melainkan perlu kerjasama semua pihak.

Daftar Rujukan

http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/melindungi-hutan-alam-terakhir/Regulasi-
Perlindungan-Hutan-Gambut/

http://www.greenpeace.org/seasia/id/press/releases/Perlindungan-hutan-dan-lahan-gambut-
ujian-sejati-komitmen-iklim-presiden-Jokowi/

Anda mungkin juga menyukai