Anda di halaman 1dari 13

KLIMATOLOGI

PENGINDERAAN JAUH SATELIT CUACA

KELOMPOK 1

HADIJAH ( G1F115203 )
MAULIDIYA AZMI RAHMAH ( G1F115021 )
NORMALASARI ( G1F115007 )
YUNIAR RAHMAH ( G1F115030 )
ZAIM ROBITHIN AZ-ZIHNY ( G1F115212 )

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2016
PENGINDERAAN JAUH

Penginderaan jauh (atau disingkat inderaja) adalah pengukuran atau


akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara
fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data
dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari
pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain. Contoh dari
penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, satelit cuaca, memonitor
janin dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa yang memantau planet dari
orbit. Inderaja berasal dari bahasa Inggris remote sensing, bahasa Perancis
teledetection, bahasa Jerman fernerkundung, bahasa Portugis sensoriamento
remota, bahasa Spanyol percepcion remote dan bahasa Rusia distangtionaya.
Pada masa modern, istilah penginderaan jauh mengacu kepada teknik yang
melibatkan instrumen di pesawat atau pesawat luar angkasa dan dibedakan dengan
penginderaan lainnya seperti penginderaan medis atau fotogrametri. Walaupun
semua hal yang berhubungan dengan astronomi sebenarnya adalah penerapan dari
penginderaan jauh (faktanya merupakan penginderaan jauh yang intensif), istilah
"penginderaan jauh" umumnya lebih kepada yang berhubungan dengan teresterial
dan pengamatan cuaca.

Gambar 1.Pengukuran Lidar dari topografi bulan pada misi Clementine

A. Penginderaan Jauh Menurut Para Ahli


Penginderaan jauh merupakan pengukuran atau perolehan informasi dari
beberapa sifat objek atau fenomena, dengan menggunakan alat perekam yang
secara fisik tidak terjadi kontak langsung dengan objek atau fenomena yang
dikaji.
Menurut Avery :
Penginderaan jauh merupakan upaya untuk memperoleh, menunjukkan
(mengidentifikasi) dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi
pengamatan daerah kajian.

Menurut Campbell :
Penginderaan jauh adalah ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai
permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh dari jarak
jauh.

Menurut Colwell :
Penginderaaan Jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada
objek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas atau jauh
dari objek yang diindera.

Menurut Curran :
Penginderaan Jauh yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk
merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga
menghasilkan informasi yang berguna.
Menurut Lillesand dan Kiefer :
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
tentang obyek, wilayah, atau gejala dengan cara menganalisis data yang
diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap
obyek, wilayah, atau gejala yang dikaji.

Menurut Lindgren :
Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk
perolehan dan analisis informasi tentang bumi.

Menurut Welson Dan Bufon :


Penginderaan jauh adalah sebagai suatu ilmu, seni dan teknik untuk
memperoleh objek, area dan gejala dengan menggunakan alat dan tanpa
kontak langsung dengan objek, area dan gejala tersebut.

B. Komponen-Komponen Penginderaan Jauh

Gambar 2.Komponen Penginderaan Jauh


1. Sumber Tenaga
Sumber tenaga dalam proses inderaja terdiri atas :
Sistem pasif adalah sistem yang menggunakan sinar matahari
Sistem aktif adalah sistem yang menggunakan tenaga buatan seperti
gelombang mikro
Jumlah tenaga yang diterima oleh objek di setiap tempat berbeda-beda, hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Waktu penyinaran
Jumlah energi yang diterima oleh objek pada saat matahari tegak lurus
(siang hari) lebih besar daripada saat posisi miring (sore hari). Makin banyak
energi yang diterima objek, makin cerah warna objek tersebut.
2. Bentuk permukaan bumi
Permukaan bumi yang bertopografi halus dan memiliki warna cerah pada
permukaannya lebih banyak memantulkan sinar matahari dibandingkan
permukaan yang bertopografi kasar dan berwarna gelap. Sehingga daerah
bertopografi halus dan cerah terlihat lebih terang dan jelas.
3. Keadaan cuaca
Kondisi cuaca pada saat pemotretan mempengaruhi kemampuan sumber
tenaga dalam memancarkan dan memantulkan. Misalnya kondisi udara yang
berkabut menyebabkan hasil inderaja menjadi tidak begitu jelas atau bahkan tidak
terlihat.

2. Atmosfer
Lapisan udara yang terdiri atas berbagai jenis gas, seperti O2, CO2,
nitrogen, hidrogen dan helium. Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam
atmosfer tersebut dapat menyerap, memantulkan dan melewatkan radiasi
elektromagnetik.
Di dalam inderaja terdapat istilah Jendela Atmosfer, yaitu bagian
spektrum elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Keadaan di atmosfer dapat
menjadi penghalang pancaran sumber tenaga yang mencapai ke permukaan bumi.
Kondisi cuaca yang berawan menyebabkan sumber tenaga tidak dapat mencapai
permukaan bumi.

Gambar 3.Interaksi antara tenaga elektromagnetik dan atmosfer


3. Interaksi Antara Tenaga dan Objek
Interaksi antara tenaga dan objek dapat dilihat dari rona yang dihasilkan
oleh foto udara. Tiap-tiap objek memiliki karakterisitik yang berbeda dalam
memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor.
Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terilhat cerah pada citra,
sedangkan objek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra.
Contoh: Permukaan puncak gunung yang tertutup oleh salju mempunyai daya
pantul tinggi yang terlihat lebih cerah, daripada permukaan puncak gunung yang
tertutup oleh lahar dingin.

4. Sensor dan Wahana


Sensor merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik
pesawat maupun satelit. Sensor dapat dibedakan menjadi dua :
1. Sensor fotografik, merekam objek melalui proses kimiawi. Sensor ini
menghasilkan foto. Sensor yang dipasang pada pesawat menghasilkan citra
foto (foto udara), sensor yang dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit
(foto satelit).
2. Sensor elektronik, bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik
ini direkam dalam pada pita magnetik yang kemudian dapat diproses menjadi
data visual atau data digital dengan menggunakan komputer. Kemudian lebih
dikenal dengan sebutan citra.
Wahana adalah kendaraan/media yang digunakan untuk membawa sensor
guna mendapatkan inderaja. Berdasarkan ketinggian persedaran dan tempat
pemantauannya di angkasa, wahana dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:
1. Pesawat terbang rendah sampai menengah yang ketinggian peredarannya
antara 1.000 9.000 meter di atas permukaan bumi
2. Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih
dari 18.000 meter di atas permukaan bumi
3. Satelit, wahana yang peredarannya antara 400 km 900 km di luar atmosfer
bumi.

5. Perolehan Data
Data yang diperoleh dari inderaja ada 2 jenis :
Data manual, didapatkan melalui kegiatan interpretasi citra. Guna
melakukan interpretasi citra secara manual diperlukan alat bantu bernama
stereoskop. Stereoskop dapat digunakan untuk melihat objek dalam bentuk
tiga dimensi.
Data numerik (digital), diperoleh melalui penggunaan software khusus
penginderaan jauh yang diterapkan pada komputer.

6. Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen akhir yang penting dalam sistem
inderaja, yaitu orang atau lembaga yang memanfaatkan hasil inderaja. Jika tidak
ada pengguna, maka data inderaja tidak ada manfaatnya. Salah satu lembaga yang
menggunakan data inderaja misalnya adalah:
Bidang militer Bidang pemetaan
Bidang kependudukan Bidang meteorologi
7. Teknik Pengumpulan Data
Data dapat dikumpulkan dengan berbagai macam peralatan tergantung
kepada objek atau fenomena yang sedang diamati. Umumnya teknik-teknik
penginderaan jauh memanfaatkan radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau
dipantulkan oleh objek yang diamati dalam frekuensi tertentu seperti inframerah,
cahaya tampak, gelombang mikro, dsb. Hal ini memungkinkan karena faktanya
objek yang diamati (tumbuhan, rumah, permukaan air, udara dll) memancarkan
atau memantulkan radiasi dalam panjang gelombang dan intensitas yang berbeda-
beda. Metode penginderaan jauh lainnya antara lain yaitu melalui gelombang
suara, gravitasi atau medan magnet.

C. Keunggulan, Keterbatasan dan Kelemahan Penginderaan Jauh


1. Keunggulan Inderaja
Menurut Sutanto (1994:18-23), penggunaan penginderaan jauh baik diukur
dari jumlah bidang penggunaannya maupun dari frekuensi penggunaannya pada
tiap bidang mengalami pengingkatan dengan pesat. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain :
Citra menggambarkan objek, daerah, dan gejala di permukaan bumi
dengan; wujud dan letak objek yang mirip ujud dan letak di permukaan
bumi, relatif lengkap, meliputi daerah yang luas, serta bersifat permanen.
Dari jenis citra tertentu dapat ditimbulkan gambaran tiga dimensional
apabila pengamatannya dilakukan dengan alat yang disebut stereoskop.
Karaktersitik objek yang tidak tampak dapat diwujudkan dalam
bentukcitra sehingga dimungkinkan pengenalan objeknya.
Citra dapat dibuat secara cepat meskipun untuk daerah yang sulit dijelajahi
secara terestrial.
Merupakan satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.
Citra sering dibuat dengan periode ulang yang pendek.

2. Keterbatasan Inderaja
Berupa ketersediaan citra SLAR yang belum sebanyak ketersediaan citra
lainnya. Dari citra yang ada juga belum banyak diketahui serta dimanfaatkan
(Lillesand dan Kiefer, 1979). Di samping itu jugaharganya yang relative mahal
dari pengadaan citra lainnya (Curran, 1985).

3. Kelemahan Inderaja
Walaupun mempunyai banyak kelebihan, penginderaan jauh juga memiliki
kelemahan antara lain sebagai berikut :
Orang yang menggunakan harus memiliki keahlian khusus;
Peralatan yang digunakan mahal;
Sulit untuk memperoleh citra foto ataupun citra nonfoto.

4. Manfaat Penginderaan Jauh


Bidang Geodesi :
Pengolahan dan Analisis Data Citra Satelit
Pengolahan dan Analisis Foto Udara
Pengolahan dan Analisis Foto Smaal Format
Pengolahan Data dan Analisis Komponen Pasut Laut
Pengolahan Data Integrasi GIS, dan Fotogrammetri

Bidang Kelautan (Seasat, MOS) :


Pengamatan sifat fisis air laut.
Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut.
Pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi, dan lain-lain.

Bidang Hidrologi (Landsat, SPOT) :


Pemanfaatan daerah aliran sungai (DAS) dan konservasi sungai.
Pemetaan sungai dan studi sedimentasi sungai.
Pemanfaatan luas daerah dan intensitas banjir.

Bidang Geologi :
Menentukan struktur geologi dan macamnya.
Pemantauan daerah bencana (gempa, kebakaran) dan pemantauan debu
vulkanik.
Pemantauan distribusi sumber daya alam.
Pemantauan pencemaran laut dan lapisan minyak di laut.
Pemanfaatan di bidang pertahanan dan militer.
Pemantauan permukaan, di samping pemotretan dengan pesawat terbang
dan aplikasisistem informasi geografi (SIG).

Bidang Meteorologi dan Klimatologi (NOAA) :


Membantu analisis cuaca dengan menentukan daerah tekanan rendah dan
daerah bertekanan tinggi, daerah hujan, dan badai siklon.
Mengetahui sistem atau pola angin permukaan.
Permodelan meteorologi dan data klimatologi.
Untuk pengamatan iklim suatu daerah melalui pengamatan tingkat
kewarnaan dan kandungan air di udara.

Bidang Oseanografi :
Pengamatan sifat fisis air seperti suhu, warna, kadar garam dan arus laut.
Pengamatan pasang surut dengan gelombang laut (tinggi, frekuensi, arah).
Mencari distribusi suhu permukaan.

D. Satelit Cuaca
Satelit cuaca adalah sejenis satelit buatan yang digunakan untuk
mengawasi cuaca dan iklim Bumi, Satelit meteorologikal melihat lebih banyak
dari awan dan sistem awan. Cahaya perkotaan, kebakaran, polusi, cahaya aurora,
badai pasir dan debu, tumpukan salju, pemetaan es, gelombang samudra,
pembuangan energi, dll juga merupakan informasi yang dikumpulkan oleh satelit
cuaca. Gambar dari satelit cuaca membantu mengawasi debu vulkanik dan
aktivitas dari vulkano lainnya seperti Gunung Etna. Asap dari kebakaran hutan di
barat Amerika Serikat seperti Colorado dan Utah juga telah dimonitor.
Berdasarkan Misinya, satelit penginderaan jauh dikelompokkan menjadi
dua macam, yaitu satelit cuaca dan satelit sumberdaya alam.
1. Citra satelit cuaca terdiri dari TIROS-1, ATS-1, GOES, NOAA AVHRR,
MODIS, DMSP.
2. Citra satelit alam terdiri dari resolusi rendah, yaitu : SPOT, LANDSAT, dan
ASTER dan citra satelit resolusi tinggi, yaitu : IKONOS dan QUICKBIRD.
Berikut ini merupakan penjelasan dari macam-macam jenis citra satelit :

Satelit Landsat (land satelite)


Citra Landsat TM merupakan salah satu jenis citra satelit penginderaan
jauh yang dihasilkan dari sistem penginderaan jauh pasif. Landsat memiliki 7
saluran dimana tiap saluran menggunakan panjang gelombang tertentu. Satelit
landsat merupakan satelit dengan jenis orbit sunsynkron (mengorbit bumi dengan
hampir melewati kutub, memotong arah rotasi bumi dengan sudut inklinasi 98,2
derajat dan ketinggian orbitnya 705 km dari permukaan bumi. Luas liputan per
scene 185 km x 185 km. Landsat mempunyai kemampuan untuk meliput daerah
yang sama pada permukaan bumi pada setiap 16 hari, pada ketinggian orbit 705
km (Sitanggang, 1999 dalam Ratnasari, 2000). Fungsi dari satelit landsat adalah
untuk pemetaan penutupan lahan, pemetaan penggunaan lahan, pemetaan tanah,
pemetaan geologi, dan pemetaan suhu permukaan laut.

Gambar 4. Citra Satelit Landset

Satelit SPOT (systeme pour Iobservation de la terre)


Merupakan satelit milik perancis yang mengusung pengindera HRV
(SPOT1,2,3,4) dan HRG (SPOT5). Satelit ini mengorbit pada ketinggian 830 km
dengan sudut inklinasi 80 derajat. satelit SPOT memiliki keunggulan pada sistem
sensornya yang membawa dua sensor identik yang disebut HRVIR (haute
resolution visibel infrared). Masing-masing sensor dapat diatur sumbu
pengamatanya kekiri dan kekanan memotong arah lintasan satelit merekam
sampai 7 bidang liputan. Fungsi dari satelit SPOT adalah untuk akurasi
monitoring bumi secara global.

Gambar 5. Citra Satelit SPOT

Satelit ASTER (advanced spaceborne emission and reflecton


radiometer)
Satelit yang dikembangkan negara Jepang dimana sensor yang dibawa
terdiri dari VNIR, SWIR, dan TIR. Satelit ini memiliki orbit sunshyncronus yaitu
orbit satelit yang menyelaraskan pergerakan satelit dalam orbit presisi bidang
orbit dan pergerakan bumi mengelilingi matahari, sedemikian rupa sehingga
satelit tersebut akan melewati lokasi tertentu di permukaan bumi selalu pada
waktu lokal yang sama setiap harinya. Ketinggian orbitnya 707 km dengan sudut
inklinasi 98,2 derajat.

Gambar 6. Citra Satelit ASTER


Satelit QUICKBIRD
Merupakan satelit resolusi tinggi dengan resolusi spasial 61 cm, mengorbit
pada ketinggian 450 km secara sinkron matahari, satelit ini memiliki dua sensor
utama yaitu pankromatik dan multispektral. Quickbird diluncurkan pada bulan
oktober 2001 di California, AS. Quickbird memiliki empat saluran (band). Fungsi
dari satelit QUICKBIRD adalah untuk mendukung aplikasi kekotaan, pengenalan
pola permukiman, perluasan daerah terbangun, menyajikan variasi fenomena yang
tekait dengan kota, dan untuk lahan pertanian, terkait dengan umur, kesehatan,
dan kerapatan tanaman semusim, sehingga seringkali dipakai untuk menaksir
tingkat produksi secara regional.

Gambar 7. Citra Satelit QUICKBIRD

Satelit IKONOS
Ikonos adalah satelit resolusi spasial tinggi yang diluncurkan bulan
september 1999. merekam data multispektral 4 kanal pada resolusi 4 m.
Ketinggian orbitnya 681 km. Citra resolusi tinggi sangat cocok untuk analisis
detil, misalnya wilayah perkotaan tapi tidak efektif apabila digunakan untuk
analisis yang bersifat regional. Fungsi dari satelit IKONOS adalah untuk
pemetaan topografi dari skala kecil hingga menengah, menghasilkan peta baru,
memperbaharui peta topografi yang sudah ada, dan mengoptimalkan penggunaan
pupuk dan herbisida.

Gambar 8. Citra Satelit IKONOS


Satelit ALOS
Jepang menjadi salah satu negara yang paling inovatif dalam
pengembangan teknologi satelit penginderajaan jarak jauh setelah diluncurkannya
satelit ALOS (Advaced Land Observing Satellite) pada tanggal 24 Januari 2006.
ALOS adalah satelit pemantau lingkungan yang bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan kartografi, observasi wilayah,pemantauan bencana alam dan survey
sumber daya alam.

Gambar 9. Citra Satelit ALOS

Satelit GeoEye
GeoEye-1 merupakan Satelit pengamat Bumi yang pembuatannya
disponsori oleh Google dan National Geospatial-Intelligence Agency (NGA) yang
diluncurkan pada 6 September 2008 dari Vandenberg Air Force Base, California,
AS. Satelit ini mampu memetakan gambar dengan resolusi gambar yang sangat
tinggi dan merupakan satelit komersial dengan pencitraan gambar tertinggi yang
ada di orbit bumi saat ini.

Gambar 10. Citra Satelit GeoEye


Satelit World View
Satelit World View-2 adalah satelit generasi terbaru dari Digital globe
yang diluncurkan pada tanggal 8 Oktober 2009. Citra Satelit yang dihasilkan
selain memiliki resolusi spasial yang tinggi juga memiliki resolusi spectral yang
lebih lengkap dibandingkan produk citra sebelumnya. Resolusi spasial yang
dimiliki citra satelit WorldView-2 ini lebih tinggi, yaitu : 0.46 m 0.5 m untuk
citra pankromatik dan 1.84 m untuk citra multispektral. Citra multispektral dari
World View-2 ini memiliki jumlah band sebanyak 8 band, sehingga sangat
memadai bagi keperluan analisis-analisis spasial sumber daya alam dan
lingkungan hidup.

Gambar 11. Citra Satelit World View

Satelit NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration)


Satelit NOAA merupakan satelit meterologi generasi ketiga milik
National Oceanicand Atmospheric Administration (NOAA) Amerika Serikat.
Munculnya satelit ini untukmenggantikan generasi satelit sebelumnya, seperti seri
TIROS (Television and Infra Red Observation Sattelite, tahun 1960-1965) dan
seri IOS (Infra Red Observation Sattelite,tahun 1970-1976). Konfigurasi satelit
NOAA adalah pada ketinggian orbit 833-870 km,inklinasi sekitar 98,7 98,9 ,
mempunyai kemampuan mengindera suatu daerah 2 x dalam 24 jam (sehari
semalam). Satelit NOAA digunakan untuk membuat peta suhu permukaan laut
(Sea Surface Temperature Maps/SST Maps), monitoring iklim, studi El Nino, dan
deteksi ars laut untuk memandu kapal-kapal pada dasar laut dengan ikan
berlimpah.
Seri NOAA ini dilengkapi dengan 6 (enam) sensor utama, yaitu :
1. AVHRR (Advanced Very High Resolution Radiometer)
2. TOVS (Tiros Operational Vertical Sonde)
3. HIRS (High Resolution Infrared Sounder (bagian dari TOVS)
4. DCS (Data Collection System)
5. SEM (Space Environtment Monitor)
6. SARSAT (Search And Rescue Satelite System).

Gambar 12. Citra satelit NOAA

Daftar Pustaka

Lillesland, Thomas. M dan Ralph W. Kiefer. 2007. Penginderaan Jauh dan


Interpretasi Citra. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Sutanto. 1979. Pengetahuan Dasar Interpretasi Citra. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.

https://selfaseptianiaulia.wordpress.com/2013/05/17/pertemuan-1-macam-macam-
jenis-citra-satelit-dan-penggunaannya-serta-menggabungkan-band-pada-
landsat/
https://id.wikipedia.org/wiki/Satelit_cuaca

Anda mungkin juga menyukai