Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Karakteristik Anak Usia SD

Menurut Piaget (1896-1980) anak adalah seorang yang aktif,

membentuk atau menyusun pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka

mengeksplorasikan lingkungan dan kemudian tumbuh secara kognitif

terhadap pemikiran-pemikiran yang logis (Soejanto,2005: 68).

Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu

diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya

ditingkat sekolah dasar. Guru harus dapat menerapkan metode pengajaran

yang sesuai dengan keadaan siswanya maka sangatlah penting bagi seorang

pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Selain karakteristik, yang perlu

diperhatikan juga yaitu kebutuhan peserta didik (Iraq, 2013:11).

Setiap individu memiliki ciriciri dan sifat atau karakteristik bawaan

(heredity) dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan.

Namun makin disadari bahwa apa yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang

atau apa yang dirasakan oleh seorang anak merupakan perpaduan antara apa

yang ada di antara faktor faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh

lingkungan. Hal itu akhirnya membentuk suatu pola karakteristik tingkah

laku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu yang

berkarakteristik berbeda dengan individuindividu lain (Sunarto,2006:120).

15
Pada masa pra sekolah tekanan belajar lebih difokuskan pada

bermain sambil belajar. Sedangkan pada masa usia sekolah dasar sering

pula sebagai masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Masa

keserasian bersekolah dibagi dalam dua fase yaitu :

a. Masa kelas rendah (usia 6 - 8 tahun / Kelas I III)

b. Masa kelas tinggi (usia 9 - 12 tahun / Kelas IV VI)

Ada beberapa sifat khas anak-anak pada masa kelas-kelas tinggi:

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang kongkret,

hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan

pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

2. Amat realistik, ingin tahu, dan belajar.

3. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata

pelajaran khusus, yang oleh para ahli ditafsirkan sebagai mulai

menonjolkannya faktor.

4. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang-

orang lainnya untuk menentukan batas-batas tingkah laku yang dapat

diterima masyarakat.

5. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya,

biasanya untuk dapat bermain bersama-sama (Suriansyah dkk,

2009:48).

Menentukan strategi mengajar secara tepat akan dipengaruhi

oleh faktor anak didik, khususunya yang berkaitan dengan

perkembangan peserta didik. Perkembangan itu sendiri merupakan

suatu proses berlangsungnya perubahan-perubahan dalam diri

16
seseorang yang meliputi aspek perkembangan kognitif, afektif dan

psikomotor. Oleh karena itu seorang pengajar tidak akan dapat

menentukan stretegi pembelajaran yang akurat tanpa mengetahui

perkembangan-perkembangan peserta didik (Suriansyah dkk, 2009:35).

2. Teori Belajar

a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan

latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik

yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan

meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar

mengajar seperti mengorganisasikan pengalaman belajar, mengolah

kegiatan belajar mengajar, menilai proses, dan hasil belajar, semuanya

termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru (Djamarah, 2006 :8).

Belajar merupakan pemprosesan informasi. Pengetahuan

merupakan input yang dapat dialihkan kepada peserta didik. Pikiran

peserta didik dalam memproses informasi menyerupai sebuah komputer

(model pemprosesan informasi) (Yulaelawati, 2009:144)

Menurut Brunner, belajar akan lebih bermakna bagi siswa jika

mereka memusatkan perhatian untuk memehami struktur materi yang

dipelajarinya. Untuk mempelajari struktur informas, siswa harus aktif,

dimana mereka harus mengindentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci

daripada hanya sekedar menerima penjelasan guru. Oleh karena itu,

guru harus memecahakan masalah yang mendorong siswa untuk

melakukan kegiatan penemuan (Susanto,2013 : 98).

17
Strategi pembelajaran perlu mengikuti kaidah pedagogik, yaitu

pembelajaran diawali dari kongkrit ke abstrak, dari sederhana ke

kompleks, dari mudah ke sulit. Peserta didik perlu belajar secara aktif

dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun

pengetahuannya. Suatu rumus, konsep, atau prinsip dalam mata

pelajaaran seyogyanya dibangun pebelajar dalam bimbingan guru

(Yulaelawati, 2009 : 128).

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk

menciptakan kondisi atau sistem lingkungan mendukung dan

memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Kalau belajar

dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru

(Sadirman, 2007 : 47).

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas

pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama

keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua

arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan

belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran

menurut Corey (1986:195) adalah suatu proses dimana lingkungan

seseorang secara sederhana dikelola untuk memungkinkan ia turut serta

dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus untuk

menghasilkan respon terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan

subset khusus dari pendidikan. Mengajar menurut William H. Burton

adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan pengarahan, dan

dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar (Sagala, 2012:61).

18
b. Hakikat Hasil Belajar

Perubahan tingkah laku bukan dilihat dari perubahan sifat-sifat

fisik misalnya tinggi dan berat badan, kekuatan fisik misalnya untuk

mengangakat yang terjadi sebagai suatu perubahan psikologis dalam

besar otot atau efesiensi dari proses-proses sirkulasi dan respirasi,

perubahan ini tidak termasuk belajar. Prilaku berbicara, menulis,

bergerak dan lainya diberi kesempatan kepada manusia untuk

mempelajari prilaku-prilaku seperti berpikir, merasa, mengingat,

memecahkan masalah, berbuat kreatif, dan lain-lainya, perubahan ini

termasuk hasil belajar. Sedangkan istilah pengalaman membatasi

macam-macam perubahan prilaku yang dianggap mewakili belajar

(Sagala, 2012: 37-38).

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa

adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan

belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari sesorang

yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku

yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan

instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang

berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan

pembelajaran atau tujuan instruksional (Susanto, 2013: 5).

Menurut Suprijono (2013: 6-7) hasil belajar mencakup kemampuan

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah Knowledge

(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan,

meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,

19
menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,

membentuk bangunan baru),dan evaluation (menilai). Domain afektif

adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon),

valuing (nilai), organization (organisasi), characterization

(karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan

rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik,

fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

c. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

Hakikat IPS adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia

sebagai makluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dalam

kehidupannya manusia harus menghadapi tantangan-tangtangan berasal

dari lingkungannya maupun sebagai hidup bersama. IPS memandang

manusia dari berbagai sudut pandang (Hidayati, 2009:19).

Secara sederhana IPS ada yang mengartikan sebagai studi tentang

manusia yang dipelajari oleh anak didik di tingkat sekolah dasar dan

menengah. IPS sering disebut dengan istilah Social Education dan

Social Learning. Kedua istilah tersebut menurut Cheppy lebih menitik

beratkan kepada berbagai pengalaman di sekolah yang dipandang dapat

membantu anak didituntut lebih mampu bergaul di tengah-tengah

masyarakat. Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan keberadaannya

dalam kurikulum persekolahan di Indonesia tidak lepas dari

perkembangan dan keberadaan Social studies (Studi Sosial) di Amerika

Serikat. Oleh karenanya gerakan dan paham social studies di Amerika

20
banyak mempengaruhi pemikiran mengenai Ilmu Pengetahuan sosial di

Indonesia (Phierda. 2012 : online )

d. Pembelajaran IPS di SD

Pengenalan siswa melalui wahana luar sekolah mungkin masih

bersifat umum terpisah-pisah dan samar-samar. Oleh karena itu agar

pengenalan tersebut dapat lebih bermakna, maka bahan atau informasi

yang masih umum atau samar-samar tersebut perlu disistematisasikan.

Dengan demikian sekolah mempunyai peran dan kedudukan yang

penting karena apa yang telah diperoleh diluar sekolah, dikembangkan

dan diintergrasikan menjadi sesuatu yang lebih bermakna disekolah,

sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa SD belum mampu

memahami keluasan dan kedalaman masalah-masalah sosial secara utuh

tetapi mereka dapat diperkenalkan kepada masalah-masalah tersebut.

Melalui pengajaran IPS siswa dapat memperoleh pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi hidup dengan

tantangan-tantanganya. Selanjutnya diharapkan mereka kelak mampu

bertindak secara rasional dalam memecahkan masalah masalah yang

dihadapi (Hidayati, 2009 : 12).

Materi pengetahuan sosial selama ini lebih banyak berbentuk

eksplositori selain naratif, oleh karnanya perlu diubah kedalam proses

yang membutuhkan pemikiran tingkat tinggi. Hal ini penting karena

belajar ilmu pengetahuan sosial merupakan usaha membentuk jaringan

pengetahuan sosial yang bermanfaat bagi kehidupan peserta didik.

Dengan demikian, belajar pengentahuan perlu harus lebih meluas

21
melebihi pengetahuan deklaratif tentang apa dan bila mana, tetapi juga

mencakup pengetahuan prosuderal tentang bagaimana dan mengapa

(Yulaelawati 2009:134)

e. Teori pembelajaran IPS

1. Teori belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang di cetus oleh

Gagne dan Blinertentang perubahan tingkah lakusebagai hasil

pengalaman. Teori ini lalu di kembangkan menjadi aliran psikologi

belajar yang berpengaruh arah pengembangan teori dan praktek

pendidikan dan pembelajaran yang di kenal dengan behavioristik

(Winataputra, 2007: 2).

Thorndike mengemukakan hubungan sebab akibat antara stimulus

dan respon. Hubungan ini dikenal dengan hukum akibat, latihan dan

kesiapan. Hukum akibat menyatakan bahwa ketika stimulus dan

respon dihargai secara positif (diberi hadiah) akan terjadi penguatan

dalam belajar. Sebaliknya bila hubungan ini dihargai negatif (diberi

hukuman) akan terjadi penurunan dalam motivasi belajar. Hukum

latihan mengatakan bahwa pelatihan yang berulang-ulang tanpa

pemberian balikan (feedback) belum tentu memotivasi kinerja

seseorang. Kemudian hukum kesiapan menyatakan struktur sistem

saraf seseorang dapat mempunyai kecenderungan tertentu dalam

perubahan pola prilaku tertentu (Yulaelawati,2009:62) .

Teori behavioristik dalam pembelajaran IPSaliran psikologi

belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap pengembangan teori

22
dan praktek pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik.

Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran IPS tergantung dari

beberapa hal: tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran,

karakteristik pembelajaran, media dan fasilitas pembelajaran yang

tesedia. Pembelajaran yang di rancang dan berpijak pada teori

behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasif,

tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi

sehingga belajar adalah pemeroleh pengetahuan sedangkan mengajar

adalah memindahkan pengetahuan ke pembelajar (Desmita,2010:54).

2. Teori belajar Kognitif

Pelopor teori kognitif yang terkenal adalah Jean Piaget. Gagasan

utama oleh teori kognitif adalah mental. Semua gagasan dan citraan

(image) seseorang diwakili dalam struktur mental yang disebut skema.

Skema akan menentukan bagaimana data dan informasi yang diterima

akan dipahami seseorang. Jika informasi sesuai dengan skema yang

ada, maka peserta didik akan menyerap informasi tersebut ke dalam

skema ini. Seandainya tidak sesuai skema yang ada, informasi akan

ditolak atau diubah, atau disesuaikan dengan skema, atau skema yang

akan diubah dan disesuaikan (Yulaelawati, 2009: 64).

Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi

dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari

tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan

manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan

perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi social dengan

23
membantu teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi

membantu memperjelas pemikiran pada akhirnya memuat pikiran itu

menjadi lebih logis (Trianto, 2013:29)

3. Teori belajar Kontruktivisme

Bertitik tolak dari teori kognitif maka lahirlah pandangan baru

tentang teori belajar yaitu konstruktif. Menurut para penganut

konstruktif pengetahuan dibina secara aktif oleh sesorang yang

berpikir. Sesorang tidak akan menyerap pengetahuan dengan pasif.

Untuk membangun suatu pengetahuan baru, peserta didik akan

menyesuaikan informasi baru atau pengetahuan yang disampaikan

guru dengan pengetahuanatau pengalaman yang telah dimilikinya

melalui berinteraksi sosial dengan peserta didik lain atau dengan

gurunya (Yulaelawati, 2009:65).

Menurut teori Konstruktivis ini, satu satu prinsip yang paling

penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya

sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus

membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat

memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan

kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka

sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar

menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat

memberi siswa anak tangga yang membawa siswa kepemahaman yang

lebih tinggi, dengan catatan sendiri yang harus memanjat anak tangga

tersebut (Trianto 2012: 28).

24
3.Model Pembelajaran

A. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siwa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil secara koloboratif yang anggotanya terdiri dari empat orang dengan struktur

kelompokyang bersifat heterogen. (Rusman,2012:202)

Slavin dalam Trianto (2010: 57), mengemukakan bahwa belajar kooperatif

menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika

semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi.

Slavin dalam Rusman (2012: 201-203), pembelajaran kooperatif

menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Dalam

model pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang

berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi,

dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada

siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya.

Sanjaya dalam Rusman (2012:201-203) juga mengemukakan bahwa

Cooperative Learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan

cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah dirumuskan.

Artz dan Newman dalam Huda (2011:32) memdefinisikan pembelajaran

kooperatif sebagai small group of learners working together as a team to solve a

25
problem, complete a task, or accomplish a common goal (kelompok kecil

pembelajar/ siswa yang bekerjasama dalam satu tim untuk mengatasi suatu

masalah, menyelesaikan sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama).

Rusman (2012:206-207), menyatakan karakteristik atau ciri-ciri

pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

1. Pembelajaran secara tim. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran

dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapau tujuan.

Setiap anggota tim harus membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran

2. Didasarkan pada menejemen kooperatif

a. Fungsi menejemen sebagai pencernaan pelaksanaan menunjukan

bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan

perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah

ditentukan.

b. Fungsi menejemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif memerlukan perencaan yang matang agar

proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

c. Fungsi menejemen sebagai kontrol, menunjukan bahwa dalam

pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik

melalui bentuk tes maupun nontes.

3. Kemauan untuk bekerja sama. Keberhasilan pembelajaran kooperatif

ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok

4. Keterampilan bekerja sama. Keberhasilan bekerja sama dipraktikan

melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok.

26
B.Model Pembelajaran Mind Mapping

Pendekatan kooperatif tipe Mind Mapping. Tipe ini merupakan model

pembelajaran yang unik. Model ini memadukan dan mengembangkan potensi

kerja otak yang terdapat didalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan

kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan

mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal

(Ariani, 2012: 5).

Mind Mappng bisa digunakan untuk membentuk, memvisualisasi,

mendesain, mencatat, memecahkan masalah, membuat keputusan, merevisi, dan

mengklarifikasi topik utama, sehingga siswa bisa mengerjakn tugas-tugas yang

banyak sekalipun. Pada hakikatnya, Mind Mapping untuk membrainstroming

suatu topik sekaligus menjadi strategi ampuh bagi belajar siswa (Miftahul Huda,

2014 : 307 ).

Mand Mapping atau pemetaan pikiran merupakan cara kreatif bagi tiap

pembelajaran untuk menghasilkan gagasan, mencatat apa yang dipelajari atau

merencanakan tugas baru (Silberman dalam Shoimin, 2014:105).

Menurut Zainal Aqib (2014; 23) Mind Mapping diperkenalkan oleh toni

buzan. Model ini digunakan untuk pengetahuan awal siswa untuk menemukan

menemukan alternative jawaban. Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah

sebagai berikut :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

2. Guru mengemukakan konsep/ permasalahan yang mempunyai alternative

jawaban

27
3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang

4. Tiap kelompok menginventarisasi / mencatat alternative jawaban hasil

diskusi

5. Tiap kelompok ( atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil

diskusinya, guru mencatat dipapan tulis dan mengelompokkan sesuai

kebutuhan guru.

6. Dari data-data dipapan tulis, siswa diminta membuat kesimpulan atau guru

memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.

Menurut Aris Shoimin (2014:107) ada beberapa kelebihan model

pembelajaran Mind Mapping yaitu :

1. Cara ini cepat

2. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul

dalam pemikiran

3. Proses menggambar diagram bisa muncul ide-ide yang lain

4. Diagram yang sudah terbentuk bisa memunculkan ide-ide yang lain

5. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis

Adapun kekurangan model Mind Mapping sebagai berikut ;

1. Hanya siswa yang aktif terlibat

2. Tidak seluruh murid belajar

3. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.

28
C.Model pembelajaran Numbered Heads Together

Numbered Heads Together merupakan suatu model pembelajaran

berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas

kelompoknya, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dengan yang

lainnya dalam satu kelompok untuk saling member dan menerima antara satu

dengan yang lainnya (Aris Shoimin, 2014 : 107).

Numbered Heads Together dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

saling Sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat

(Miftahul Huda, 2015 :138).

Numbered Head Together (NHT) adalah tipe pembelajaran kooperatif

struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para siswa

bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Tipe

NHT adalah tipe pembelajaran dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat

kelompok, kemudian secara acak guru memanggil nomor siswa (Komalasi,

2010:62).

Numbered Heads Together atau kepala bernomor diperkenalkan Spencer

Kagan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat

nomor

b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya

c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya

29
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipangil

melaporkan hasil kerja sama mereka

e. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang

lain.

f. Kesimpulan (Zainal Aqib, 2014 : 18-19).

Menurut Aris Shoimin (2014:107) ada beberapa kelebihan model

pembelajaran Numbered Heads Together yaitu :

1. Setiap murid menjadi siap

2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3. Murid yang pandai dapat mengajari murid yang kurang pandai

4. Terjadi interaksi secara intens antar siswa dalam menjawab soal

5. Tidak ada murid yang mendominasi dalam kelompok karena ada nomor

yang membatasi

Adapun kekurangannya menurut Aris Shoimin (2014:107) sebagai berikut;

1. Tidak terlalu cocok untuk siswa yang jumlah terlalu banyak karena

membutuhkan waktu yang lama.

2. Tidak semua anggota dipanggil guru karena kemungkinan waktu yang

terbatas.

D.Model pembelajaran Course Review Horay

Menurut Aris Shoimin (2014:54) mengatakan Course Review Horay

merupakan suatu pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan

kotak yang diisi soal dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang

30
lebih dahulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay atau yelyel

lainnya.

Menurut Miftahul Huda (2014:229) Course Review Horay merupakan

model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan

menyenangkan karena setiap siswa dapat menjawab benar diwajibkan berteriak

hore!! atau yel-yel lainnya yang disukai.

Menurut Zainal Aqib (2014:28) langkah-langkah model Course Review

Horay adalah sebagai berikut :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi

3. Memberikan kesempatan siswa Tanya jawab

4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai

dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-

masing siswa.

5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban dikotak yang

nomor disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda

benar () dan salah diisi tanda silang (x)

6. Siswa yang sudah mendapat tanda () vertikal atau horizontal, atau

diagonal harus berteriak horay atau yel-yel lainnya.

7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh

8. Penutup.

31
Menurut Aris Shoimin (2014:107) ada beberapa kelebihan model

pembelajaran Course Review Horay yaitu :

1. Menarik sehingga mendorong siswa terlibat didalamnya.

2. Tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak

menegangkan

3. Siswa lebih semangat belajar

4. Melatih kerja sama.

Adapun kekurangan model Course Review Horay sebagai berikut ;

1. Adanya peluang curang

2. Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan.

E.Kombinasi model Mind Mapping dengan Numbered Heads Together dan

Course Review Horay

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi

3. Guru mengemukakan konsep/ permasalahan yang mempunyai alternative

jawaban

4. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab

5. Membentuk kelompok secara heterogen, setiap siswa dalam kelompok

mendapat nomor

6. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya

32
7. Guru membaca soal secara acak dan memanggil salah satu nomor siswa

dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil diskusinya, kalau benar diisi

tanda benar () dan salah diisi tanda silang (x)

8. Siswa yang sudah mendapat tanda () vertikal atau horizontal, atau

diagonal harus berteriak horay atau yel-yel lainnya.

9. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh

3. Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial

Kelas / Semester : V / 2

Standar Kompetensi : 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat

dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kompetensi Dasar : 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam

memproklamasikan kemerdekaan.

A. Peristiwa-Peristiwa Sekitar Proklamasi

Menjelang proklamasi kemerdekaan, Indonesia berada dalam

kekuasaan Bangsa Jepang. Saat itu Jepang mengalami kekalahan dalam

perang melawan Sekutu. Pasukan sekutu terdiri dari Amerika, Inggris,

Belanda dan Prancis. Kesempatan itu digunakan oleh masyarakat oleh

Bangsa Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaan. Ada beberapa

peristiwa sejarah menjelang kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang patut kita

ketahui.

33
1. Pertempuran di Dalat

Pada tanggal 12 Agustus 1945 tiga tokoh pergerakan nasional,

yaitu Dr.Radjiman Wedyodiningrat, Ir. Sukarno,dan Drs. Mohammad

Hatta memenuhiundangan Jenderal Terauchi di Dalat (Vietnam Selatan).

Jenderal Terauchi adalah Panglima tentara Jepang di Asia Tenggara.

Dalam pertemuan itu, Jenderal Terauchi mengatakan pemerintah Jepang

telah memutuskan untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia.

2. Menanggapi berita kekalahan Bangsa Jepang

Berita tentang kekalahan itu sangat dirahasiakan oleh Jepang.

Semua radio disegel oleh pemerintah Jepang. Namun demikian, ada juga

tokoh-tokoh pergerakan yang dengan sembunyi-sembunyi mendengar

berita tentang kekalahan Jepang tersebut. Di antaranya adalah Sutan

Syahrir. Pada tanggal 14 Agustus 1945 sore, Sutan Syahrir sudah

menunggu kedatangan Mohammad Hatta dari Dalat. Syahrir mendesak

agar proklamasi jangan dilakukan oleh PPKI.

3. Peristiwa Regesdengklok

Setelah mengetahui pendirian golongan tua, golongan muda

mengadakan rapat lagi menjelang pukul 24.00. Mereka melakukan rapat di

Asrama Baperpi, Cikini 71, Jakarta. Rapat tersebut selain dihadiri mereka

yang mengikuti rapat di Pegangsaan Timur, juga dihadiri oleh Sukarni,

JusufKunto, dr. Muwardi, dan Sodancho Singgih. Dalam rapat itu

diputuskan untuk mengungsikan Sukarno dan Hatta ke luar kota. Tempat

yang dipilih adalah Rengasdengklok, sebuah kota kawedanan di sebelah

34
timur Jakarta. Tujuan penculikan itu adalah menjauhkan kedua

pemimpin nasional itu dari pengaruh Jepang.

4. Perumusan Teks Proklamasi

Sesampai di Jakarta Sukarno-Hatta bersama Laksamana Maeda

menemui Mayjen Nishimura untuk berunding. Nishimura tidak

mengizinkan proklamasi kemerdekaan. Kemudian, mereka menuju rumah

Laksamana Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1. Di tempat inilah naskah

proklamasi dirumuskan. Para pemuka Indonesia yang hadir berkumpul

dalam dua ruangan, ruang makan dan serambi depan. Perumusan teks

proklamasi dilakukan di dalam ruang makan oleh Sukarno, Hatta, dan Mr.

Ahmad Soebardjo. Sukarno menulis rumusan proklamasi tersebut. Setelah

terjadi kesepakatan bersama, teks proklamasi selanjutnya diserahkan

kepada Sayuti Melik untuk diketik. Teks proklamasi yang sudah diketik

ditandatangani oleh Ir. Sukarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa

Indonesia. Naskah itulah yang dikenal sebagai naskah Proklamasi yang

autentik. Timbul persoalan tentang cara mengumumkan proklamasi.

Sukarni mengatakan bahwa rakyat di sekitar Jakarta telah diberi tahu

untuk datang berbondong-bondong ke lapangan Ikada pada tanggal 17

Agustus.

5. Detik-detik proklamasi Kemedekaan 17 Agustus 1945

Pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi banyak orang berkumpul di

kediaman Sukarno. Mereka adalah rakyat dan para pemuda. Sekitar pukul

10.00, Ir. Sukarno didampingi Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia.

35
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan
kekusaan d.l.l., diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam
tempo yang sesingkatsingkatnya.
Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun 05
Atas nama Bangsa Indonesia
Sukarno/Hatta

Setelah pembacaan teks proklamasi selesai, upacara

dilanjutkandengan pengibaran bendera Merah Putih. Pengibaran Bendera

Merah Putihdilakukan oleh S. Suhud dan Cudanco Latif, serta diiringi lagu

IndonesiaRaya. Bendera Merah Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati

Sukarno.Peristiwa itu membawa perubahan yang luar biasadalam

kehidupan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia menjadi bangsayang

merdeka. Bangsa baru telah lahir (susilaningsih,2008: 178).

B. Tokoh-tokoh penting dalam Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Ada banyak tokoh yang turut terlibat dalam peristiwa Proklamasi

Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Tokoh-tokoh yang terlihat dalam peristiwa

proklamasi dibagi menjadi dua golongan , yaitu golongan tua dan golongan

muda. Kedua golongan ini sama-sama berjuang agar Indonesia segera

merdeka.

Beberapa tokoh penting yang berperan dalam peristiwa proklamasi

kemerdekaan.

1. Ir. Sukarno (1901-1970)

2. Drs. Mohammad Hatta

3. Ahmad Subarjo

4. Ibu Fatmawati

36
5. Sultan Syahrir

6. Laksamana Takasi Maeda (Susilangsih, 2008: 190)

4. Penelitian yang relevan

Beberapa penelitian mengenai model Mind Mapping dan Course

Review Horay yang telah dilakukan dan dapat dijadikan kajian dalam

penelitian ini adalah penelitian dari :

Hasil penelitian yang dilakukan Agustin Eka Ratnasari (2013)

menyimpulkan bahwa dengan menerapkan model Mind Mapping dinyatakan

berhasil. Hal ini dapat dibuat dari hasil belajar siswa yang meningkat dari 61,11%

pada siklus I menjadi 100% pada siklus II.

Hasil penelitian yang dilakukan Misrida Ayu Amelia (2013) yang berjudul

Meningkatkan Hasil Belajar Sifat-Sifat Bangun Ruang Dengan Pendekatan

Kooperatif Model Mind Mapping Di Kelas V SDN Surgi Mufti1 Banjarmasin.

Menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 67,3% pada

siklus I menjadi 97,7% pada siklus II.

Hasil penelitian yang dilakukan Siti Muhibah (2013) menyimpulkan

bahwa penerapan model Mind Mapping dapat meningkatkan keterampilan hasil

belajar siswa. Pada kegiatan pembelajaran aktivitas guru dan siswa mengalami

peningkatan. Presentasi ketuntasan hasil belajar siswa siklus I sebesar 65,79%

meningkat menjadi 92,23% pada siklus II.

Hasil penelitian yang dilakukan Rezki Warnia (2013) menyimpulkan

bahwa dengan menerapkan model Numbered Heads Together dinyatakan berhasil.

Hal ini dapat dibuat dari hasil belajar siswa yang meningkat dari 78,57% pada

siklus I menjadi 96,42% pada siklus II.

37
Hasil penelitian yang dilakukan Ermida Hardiyanti (2013) menyimpulkan

bahwa dengan menerapkan model Numbered Heads Together dinyatakan berhasil.

Hal ini dapat dibuat dari hasil belajar siswa yang meningkat dari 68,75% pada

siklus I menjadi 93,75% pada siklus II.

Hasil penelitian yang dilakukan Mahrita (2013) menyimpulkan bahwa

dengan menerapkan model Numbered Heads Together dinyatakan berhasil. Hal

ini dapat dibuat dari hasil belajar siswa yang meningkat dari 40,9% pada siklus I

menjadi 100% pada siklus II.

Hasil penelitian yang dilakukan Uswatun Khasanah (2013) menyimpulkan

bahwa dengan menerapkan model Course Review Horay dinyatakan berhasil. Hal

ini dapat dibuat dari hasil belajar siswa yang meningkat dari 74,12% pada siklus I

menjadi 86,47% pada siklus II.

Hasil penelitian yang dilakukan Faridah (2012). Menyimpulkan bahwa

penerapan model Course Review Horay dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pada kegiatan pembelajaran aktivitas guru dan siswa mengalami peningkatan.

Presentasi ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 44,12% , meningkat

menjadi 97,46%.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa model

Mind Mapping, Numbered Heads Together dan Course Review Horay dapat

meningkatkan aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil pembelajaran siswa dalam

pembelajaran IPS.

38
B. Kerangka Berpikir

Salah satu sifat khas anak di kelas tinggi adalah anak-anak pada masa ini

adalah gemar membentuk kelompok sebagai sarana untuk dapat bermain bersama-

sama. Pembelajaran yang dapat diterapkan untuk guru sehingga dapat

meningkatkan penguasaan konsep IPS terutama pada materi Peristiwa Sekitar

Proklamasi Kemerdekaan dan sekaligus dapat meningkatkan aktivitas siswa dan

guru serta memberi iklim yang kondusif dalam perkembangan daya nalar dan

kreatifitas siswa adalah dengan pembelajaran kooperatif. Dengan pembelajaran

kooperatif ini siswa termotivasi untuk belajar menyampaikan pendapat dan

bersosialisasi dengan teman. Guru di sini hanya sebagai fasilitator dan motivator

dalam pembelajaran.

Dengan menggunakan model belajar kooperatif dengan model Mind

Mapping dikombinasikan dengan Numbered Heads Together dan Course Review

Horay memungkinkan guru dalam menyampaikan materi menjadi lebih menarik

sehingga minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu,

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengajak siswa untuk terlibat

aktif dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tidak akan merasa bosan

dalam belajar.

Jadi model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping yang

dikombinasikan dengan Numbered Heads Together dan Course Review Horay

dirasa cocok digunakan dalam pembelajaran IPS khususnya pada materi Sekitar

Proklamasi Kemerdekaan.Dengan kombinasi tiga model ini diharapkan dapat

39
meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN Sungai Alat 1 Kabupaten

Banjar.

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, dapatlah dibuat suatu hipotesis

dalam penelitian ini, yaitu: Jika menggunakan model kooperatif tipe Mind

Mapping yang dikombinasikan dengan Numbered Heads Together dan Course

Review Horay pada mata pelajaran IPS tentang Sekitar Proklamasi Kemerdekaan

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Sungai Alat 1 Kabupaten

Banjar.

40

Anda mungkin juga menyukai