Anda di halaman 1dari 4

Kematian Saul dan Yonatan

1 Samuel 31:1-13

Ini adalah bagian terakhir dari Kitab 1 Samuel. Bagian yang mencatat kegagalan
Dinasti Saul dan memulai kembali penataan Israel yang dilakukan oleh Daud.
Dikatakan bahwa orang Filistin maju dari Afek dan mengejar orang Israel hingga ke
gunung Gilboa dan menghancurkan orang Israel. Inilah juga akhir dari kehidupan
anak-anak Yonatan. Inilah juga akhir dari kehidupan sang raja pertama Israel, Saul.
Saul akhirnya mati di tangan orang Filistin, musuh yang Tuhan perintahkan untuk
dihancurkan oleh Saul. Tetapi bagian terakhir ini juga mengisahkan pembersihan yang
Tuhan kerjakan untuk mempersiapkan jalan bagi takhta Daud. Ini sangat mengerikan.
Siapa yang Tuhan percayakan banyak, akan Tuhan tuntut banyak juga. Tuhan tidak
menuntut besar dari Saul seandainya Saul hanyalah seorang rakyat biasa. Tetapi
Tuhan menuntut ketaatan dan kesetiaan Saul dengan sangat karena ketaatan dan
kesetiaannya akan memengaruhi seluruh umat Tuhan. Itulah sebabnya bagian ini
tetap mengisahkan providensia/perlindungan Tuhan bagi takhta Daud. Tuhan
menyingkirkan Saul dan mengangkat seorang lain lagi yang diperkenan oleh Dia.

Ayat 2 mengatakan bahwa orang Filistin menewaskan anak-anak Saul, termasuk


Yonatan. Mengapakah Yonatan harus mati? Bukankah hanya Saul orang yang
dibenci Tuhan? Bukankah Yonatan telah menyatakan kepahlawanan yang besar bagi
Israel? Bukankah Yonatan mengasihi Daud? Untuk menjawab pertanyaan ini kita
harus mengingat dua hal terlebih dahulu. Yang pertama adalah Tuhan berhak
mengambil nyawa siapa pun yang Dia kehendaki karena Dialah pemilik hidup semua
manusia. Dia yang memberikan nafas hidup dan Dia jugalah yang berhak
mengambilnya kembali. Yang kedua adalah Tuhan adalah Allah yang adil. Dia tidak
mungkin melawan sifat-Nya sendiri. Jika Allah tidak adil maka manusia tidak
mempunyai harapan untuk terwujudnya keadilan yang sejati. Dengan mengingat
kedaulatan Allah atas nyawa manusia dan keadilan Allah di dalam bertindak, mari kita
coba menjawab mengapa Yonatan harus mati. Dia harus mati karena Tuhan hendak
menyingkirkan dinasti Saul. Baik raja maupun sang penerus takhta harus disingkirkan
oleh Tuhan. Tuhan akan mengganti dinasti ini. Apakah ini kejam? Tidak. Tuhan yang
berdaulat melakukan ini. Apakah Yonatan mati karena dia berdosa? Tidak. Alkitab
tidak pernah mencatat kesalahan Yonatan yang membuat dia harus mati. Sumpah
Saul (1Sam. 14:24, 43-44) juga bukanlah alasan. Tidak ada bukti yang kuat untuk
menyatakan bahwa sumpah Saul adalah sumpah yang didengar oleh Tuhan. Narasi
dalam 1 Samuel 14 justru menyatakan pelanggaran-pelanggaran Saul, keberanian
Yonatan, dan bijaksana rakyat dalam menasihati Saul. Kematian Yonatan adalah
kematian orang benar yang ikut menderita karena kefasikan sang pemimpin. Yesaya
57:1-2 menjelaskan hal ini. Tuhan akan memberikan istirahat dan ketenangan hidup
kepada orang benar yang ikut binasa karena kefasikan pemimpin yang jahat. Yonatan
adalah orang benar, sama dengan orang benar yang dinyatakan di dalam Yesaya
57:1 ini. Dia binasa karena pasukan Israel sedang dihukum Tuhan. Mereka dihukum
karena sang pemimpin, Saul, telah menjerumuskan mereka ke dalam
kepemimpinannya yang melawan Tuhan dan kebenaran.

Ayat 4 menyatakan bahwa Saul terluka dengan parah dan ingin mati sebelum
dipermainkan oleh orang-orang Filistin. Karena pembawa senjatanya tidak mau
membunuh dia, maka Saul membunuh dirinya sendiri. Inilah akhir yang tragis dari
hidup Saul. Tuhan meninggalkan dia dan memberikan kerajaan-Nya kepada suatu
dinasti baru, yaitu Dinasti Daud. Inilah akhir dari kehidupan raja pertama Israel. Tetapi
Tuhan tidak membiarkan raja pertama Israel diperlakukan dengan tidak hormat. Itu
sebabnya penduduk Yabesh-Gilead, kota yang pernah diselamatkan oleh Saul dari
tangan orang-orang Amalek, berjalan tanpa henti untuk mengambil tubuh Saul dan
anak-anaknya dan menguburkan mereka di Yabes (ay. 11-13).

Marilah kita arahkan hati kepada pengajaran Kitab ini dengan melihat:

1. Kaitan bagian ini dengan seluruh Kitab 1 Samuel

Sang raja telah tewas, maka Israel pun segera bercerai-berai. Israel
ditaklukkan oleh seteru lama mereka, Filistin, dengan kekuatan yang sangat
besar karena Tuhan sedang mempersiapkan untuk mendatangkan raja Daud
menjadi tokoh utama yang muncul di tengah-tengah kekacauan umat Tuhan.
Daud diinaugurasikan/diperkenalkan sebagai fokus cerita di dalam jilid kedua
dari Kitab Samuel. Tetapi kemunculan Daud didahului dengan kehancuran
Israel. Tuhan mengirimkan Daud bukan untuk melanjutkan apa yang Saul
belum selesai kerjakan. Tuhan mengirimkan Daud untuk memulai kembali hal-
hal yang menjadi rusak di dalam pemerintahan Saul. Dari keadaan hancur
menjadi baik. Ini jadi pola yang mengikuti pola Kejadian 1, yaitu dari kacau
balau menjadi teratur. Pola ini juga muncul ketika Samuel diperkenalkan. Maka
bagian ini menjadi penutup dari Kitab 1 Samuel karena Kitab 2 Samuel akan
melanjutkan dengan kemunculan Daud sebagai raja Yehuda dan Israel, di
tengah-tengah suasana yang kacau balau dari kehancuran bangsanya atas
Filistin.

2. Apakah yang dapat kita pelajari?

Biarlah kita terus mempelajari pesan-pesan Kitab Suci tentang siapa Allah bagi
hidup kita. Allah adalah Allah yang berkuasa atas sejarah dan yang sanggup
untuk menggerakkan sejarah menuju kehendak-Nya sendiri. Dialah yang
memegang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan
(Ibr.1:3). Allah mengatur segala sesuatu dan dengan keadilan-Nya akan
menimpakan kejahatan kepada dia yang merencanakannya. Kapankah Allah
melakukan itu? Ketika tiba waktunya maka segala keadilan Allah dan
pernyataan rencana agungnya akan muncul. Lihatlah kehidupan Saul. Dia
melakukan penindasan dan kekejaman, mengejar orang yang tidak bersalah,
membunuh para imam Tuhan, tetapi sekarang dia dibalaskan oleh Tuhan. Jika
kita melakukan tindakan kejahatan dengan menindas orang lain, menyakiti
mereka yang lebih lemah dari kita, memanfaatkan mereka yang lebih bodoh
dari kita, melakukan tindakan kejam kepada orang-orang di sekeliling kita,
maka ingatlah bahwa ketika waktunya tiba untuk keadilan-Nya dinyatakan,
maka Dia pasti akan menyatakannya. Saul berusaha membunuh Daud dengan
pedang. Sekarang dia tertikam oleh pedangnya sendiri dan mati sebagai raja
yang diabaikan begitu saja. Tetapi jika kita menjadi korban seperti Daud,
biarlah kita meneladani kerelaan Daud untuk menunggu dengan sabar waktu
Tuhan. Dan ketika waktu Tuhan tiba, barulah kita sadar bahwa inilah waktu
yang paling tepat bagi Allah untuk membela perkara kita. Marilah belajar untuk
tidak bertindak sebelum Tuhan sendiri menyatakan tindakan-Nya. Kiranya
Tuhan memberkati kita dengan hati yang sungguh-sungguh berespons dengan
tepat pada segala macam situasi.
3. Bayang-bayang Kristus

Kristus adalah pusat dari sejarah. Dia juga adalah Sang Pencipta yang
mengatur segala sesuatu. Tetapi ketika Dia datang, sejarah Israel berada
dalam keadaan yang kacau. Ketika kedatangan-Nya yang pertama Israel
sedang berada dalam kekuasaan kerajaan Romawi. Israel juga tengah
terpecah tiga bagian. Israel berada dalam keadaan ekonomi yang sangat
kasihan. Tetapi Kristus datang bukan untuk menerima kedamaian dunia yang
telah disiapkan bagi Dia. Dia justru datang di tengah-tengah keadaan yang
rusak sehingga keadaan itu diperbaiki oleh Dia. Daud memberikan gambaran
mengenai hal ini. Israel ditaklukkan oleh Filistin, lalu raja dan anak-anaknya,
termasuk Yonatan mati. Keadaan Israel yang hancur lebur inilah saat yang
paling tepat untuk menunjukkan bahwa Daud, raja yang Tuhan pilih, akan
Tuhan pakai untuk memperbaiki keadaan, bukan untuk menikmati keadaan.
Kristus yang bertakhta memulai takhta-Nya dengan datang ke dalam dunia di
tengah-tengah Israel yang sedang berada di dalam penaklukkan. Inilah yang
disebut dengan pengharapan. Pengharapan dibawa oleh Kristus ke dalam
dunia yang tanpa harapan

Anda mungkin juga menyukai