Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Fenomena Pengaruh Waktu Terhadap Aktivitas Enzim


Berdasakarkan praktikum isolasi enzim yang kami lakukan, kami mendapatkan data
percobaan dari tiap variabel yang disajikan dalam tabel 4.1 dan grafik 4.1 sebagai berikut
Tabel 4.1. Pengaruh Waktu Terhadap Aktivitas Enzim
Kadar Glukosa Aktivitas Enzim
Variabel Waktu (menit)
(mg/ml) (Unit/ml.menit)
10 0.35 0.194

20 0.15 0.15
1
30 0.35 0.0647

40 1.05 0.14583

10 1.15 0.639

20 0.6 0.0415
2
30 0.7 0.13

40 0.9 0.125

10 1 0.56

20 0.05 0.014
3
30 0.9 0.167

40 1.15 0.5975

10 0.9 0.5

20 1.05 0.2915
4
30 1.25 0.2313

40 1.35 0.1875
0.7

0.6

Aktivitas Enzim ((Unit/ml.menit)


0.5

0.4 Variabel 1

0.3 Variabel 2
Variabel 3
0.2
Variabel 4
0.1

0
0 10 20 30 40 50
Waktu(Menit)

Gambar 4.1. Waktu Terhadap Aktivitas Enzim

4.2. Fenomena Pengaruh Konsentrasi NaOH pada Proses Delignifikasi terhadap Aktivitas
Enzim
Berdasakarkan praktikum isolasi enzim yang kami lakukan, kami mendapatkan data
percobaan dari variabel 1 dan 4 yang disajikan dalam tabel 4.2 dan grafik 4.2 sebagai
berikut :
Tabel 4.2. Pengaruh Konsentrasi NaOH pada Proses Delignifikasi terhadap Aktivitas Enzim
pada Variabel 1 dan 4
Kadar Glukosa Aktivitas Enzim
Variabel Waktu (menit)
(mg/ml) (Unit/ml.menit)
10 0.35 0.194

1 (NaOH 20 0.15 0.15


0,8M) 30 0.35 0.0647

40 1.05 0.14583

10 0.9 0.5

4 (tanpa 20 1.05 0.2915


NaOH) 30 1.25 0.2313

40 1.35 0.1875
0.6

Aktivitas Enzim (Unit/ml.menit)


0.5

0.4

0.3
Variabel 1
0.2 Variabel 4

0.1

0
0 10 20 30 40 50
Waktu(Menit)

Gambar 4.2. Pengaruh Konsentrasi NaOH pada Proses Delignifikasi terhadap Aktivitas Enzim
pada Variabel 1 dan 4
Pada variabel 1, kami menggunakan NaOH dengan konsentrasi 0,8 M untuk
proses delignifikasi. Sedangkan pada variabel 4, serbuk kayu tidak direndam dengan
NaOH. Dari grafik dapat dilihat bahwa variabel tanpa perendaman NaOH menghasilkan
aktivitas enzim yang lebih tinggi dari variabel yang direndam dengan NaOH 0,8 M. Hal ini
tidak sesuai dengan referensi karena proses Delignifikasi merupakan suatu proses
pembebasan lignin dari suatu senyawa kompleks atau material berlignoselulosa sehingga
hasil dari proses ini sudah berupa selulosa dengan kemurnian yang cukup besar.
Delignifikasi bertujuan untuk mengurangi kadar lignin di dalam bahan berlignoselulosa.
Delignifikasi akan membuka struktur lignoselulosa agar selulosa menjadi lebih mudah
diakses. Proses delignifikasi akan melarutkan kandungan lignin di dalam bahan sehingga
mempermudah proses pemisahan lignin dengan serat. (Shinta, 2016). Jadi, semakin tinggi
konsentarsi larutan NaOH, kemampuan untuk melarutkan lignin dan merusak struktur
selulosa akan semakin bertambah, yang mengakibatkan serat-serat selulosa akan
semakin longgar sehingga semakin mudah dihidrolisis oleh mikroorganisme baik untuk
pertumbuhannya maupun untuk produksi enzim selulase (Gunam, 1997; Gunam et al.,
2004; Lee et al., 2009). Data kami tidak sesuai dengan hasil yang seharusnya karena pada
saat pengeringan bahan setelah proses delignifikasi tidak berjalan sempurna sehingga
masih terdapat kandungan NaOH pada serbuk kayu yang menyebabkan serbuk kayu
menjadi lebih berat. Hal ini menyebabkan perbedaan jumlah/banyaknya serbuk kayu yang
direaksikan antara variabel 1 dengan variabel 4. Variabel 4 memiliki jumlah serbuk kayu
yang direaksikan lebih besar daripada variabel 1 yang artinya sumber selulase variabel 4
menjadi lebih banyak. Hal inilah yang menyebabkan aktifitas enzim pada variabel 4 lebih
banyak.

4.3. Fenomena Pengaruh PH terhadap Aktivitas Enzim


Berdasakarkan praktikum isolasi enzim yang kami lakukan, kami mendapatkan data
percobaan dari variabel 1 dan 3 yang disajikan dalam tabel 4.3 dan grafik 4.3 sebagai
berikut :
Tabel 4.3. Pengaruh PH terhadap Aktivitas Enzim pada Variabel 1 dan 3
Kadar Glukosa Aktivitas Enzim
Variabel Waktu (menit)
(mg/ml) (Unit/ml.menit)
10 0.35 0.194

20 0.15 0.15
1 (pH 4)
30 0.35 0.0647

40 1.05 0.14583

10 1 0.56

20 0.05 0.014
3 (pH 8)
30 0.9 0.167

40 1.15 0.5975
0.7

Aktivitas Enzim (Unit/ml.menit)


0.6

0.5

0.4

0.3 Variabel 1
Variabel 3
0.2

0.1

0
0 10 20 30 40 50
Waktu(Menit)

Gambar 4.3. Pengaruh PH terhadap Aktivitas Enzim pada Variabel 1 dan 3


Pada percobaan ini, untuk variabel 1 diatur dengan PH 4 dan variabel 2 diatur
agar pH nya menjadi 8 selama proses fermentasi. Dari grafik dapat dilihat bahwa aktifitas
enzim pada pH 8 lebih tinggi daripada pada pH 4, walaupun ada satu titik pada pH 8 yang
mengalami penurunan aktifitas enzim. Akan tetapi secara umum pH 8 memiliki aktiftias
enzim yang lebih tinggi dari pH4. Dari referensi yang didapat dari sebuah penelitian
,enzim OS-16 memiliki pH optimal sebesar 8 ,sedangkan pada pH di atas 8 mengalami
penurunan aktivitas. Hal ini dikarenakan jika pH berada di atas atau dibawah pH
optimalnya, dapat menyebabkan perubahan bentuk enzim. Pada pH di bawah atau di atas 8,
keadaan ionisasi asam amino dalam enzim selulase isolat OS-16 diubah, maka ikatan ionik
yang membentuk struktur tiga dimensi dari enzim dapat berubah, yang mengakibatkan
enzim menjadi tidak aktif selain itu perubahan pH tidak hanya mempengaruhi bentuk
enzim, tetapi juga dapat mengubah bentuk atau sifat muatan substrat.(Sonia, 2015)

4.4. Pengaruh Perbandingan Volume Filtrat dan CMC terhadap Aktivitas Enzim
Berdasakarkan praktikum isolasi enzim yang kami lakukan, kami mendapatkan data
percobaan dari variabel 1 dan 2 yang disajikan dalam tabel 4.4 dan grafik 4.4 sebagai
berikut :
Tabel 4.4. Perbandingan Volume Filtrat terhadap Aktivitas Enzim pada Variabel 2 dan 3
Variabel Waktu (menit) Kadar Glukosa Aktivitas Enzim
(mg/ml) (Unit/ml.menit)
10 0.35 0.194

20 0.15 0.15
1 (1 : 1)
30 0.35 0.0647

40 1.05 0.14583

10 1.15 0.639

20 0.6 0.0415
2 (2 : 1)
30 0.7 0.13

40 0.9 0.125

0.7
Aktivitas Enzim (Unit/ml.menit)

0.6

0.5

0.4

0.3 Variabel 1
Variabel 2
0.2

0.1

0
0 10 20 30 40 50
Waktu(Menit)

Gambar 4.4. Pengaruh Perbandingan Volume Filtrat dan CMC terhadap Aktivitas Enzim
pada Variabel 2 dan 3
Pada variabel 1, menggunakan perbandingan volume filtrat : volume CMC
sebesar 1 : 1. Sedangkan pada variabel 2, menggunakan perbandingan volume filtrat :
volume CMC sebesar 2 : 1, dengan basis filtrat 15 ml.Aktivitas enzim tertinggi terdapat
pada variabel 2 dengan rasio perbandingan filtrat : CMC 2 : 1. Hal ini dikarenakan sumber
selulase pada filtrate serbuk kayu masih mentah dan banyak menganduk impuritas
sehingga untuk mengisolasi enzimnya membutuhkan bantuan enzim, sedangakan sumber
selulase pada CMC merupakan turuna murni dari selulase sehingga tidak membutuhkan
bantuan enzim untuk memurnikannya lagi. Dari 2 variabel diatas, dapat dilihat jika
variabel 1 memiliki komposisi yang sama antara filtrate dan CMC sedangkan pada variabel
2 kandungan filtrat/substratnya lebih banyak.
Pada konsentrasi substrat rendah, aktivitas ekstrak kasar enzim juga rendah,
karena sisi aktif enzim hanya sedikit mengikat substrat, sehingga produk gula
pereduksi yang dihasilkan juga sedikit. Demikian juga dengan konsentrasi substrat
yang makin tinggi, maka sisi aktif enzim akan makin banyak mengikat substrat,
sehingga produk glukosa yang dihasilkan juga makin banyak. Penambahan
substrat lebih lanjut hanya sedikit meningkatkan aktivitas ekstrak kasar enzim,
karena hampir semua enzim telah membentuk kompleks enzim-substrat, sehingga tidak
terdapat lagi sisi aktif enzim yang bebas (Masfufatun, 2009).
Jadi, kesimpulannya variabel dengan jumlah filtrate yang lebih banyak akan
menghasilkan aktivitas enzim yang lebih banyak.

Anda mungkin juga menyukai