BAB I
PENDAHULUAN
1[1] Mohammad Noor Syam, Filsafat Kependidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan
Pancasila, (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hal. 183-184.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori Atomistik
Masyarakat, kebersamaa sosial adalah hasil kemauan sukarela warga masyarakat
untuk melakukan antar hubungan dan antraksi untuk tujuan kesejahteraan. Masyarakat adalah
perwujudan cita-cita, persamaan yang tersimpul dalam hak-hak asasi mereka. Tanpa asas-
asas kemerdekaan dan nilai-nilai hak-hak asasi individu, akan terjadi di sintegrasi-sosial, dis-
3[3] Zainuddin D Mohd. Nasir, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Cita Pustaka
Media Perintis, 2010), hal. 41
2. Teori Organisme
Pada dasarnya setiap individu dan berkembang didalam masyarakat. Manusia lahir
dalam suatu keluarga bukanlah atas kehendak dan pilihan bebas melainkan berlangsung
secara kodrati, dengan perkataan lain manusia lahir tanpa pilihan dimana, dalam masyarakat
yang bagaimana, dan dalam keluarga apa ia harus lahir.
Prinsip pelaksanaan pola-pola kehidupan didalam masyarakat menurut teori
organisme adalah:
a. Bahwa kekayaan dan kehendak masyarakat sebagai lembaga diatas hak, kepentingan,
keinginan, cita-cita dan kekuasaan individu.
b. Lembaga masyarakat yang meliputi seluruh bangsa, secara nasional, bersifat totaliter,
pendidikan berfungsi mewujudkan warga negara yang ideal, dan bukan manusia sebagai
individu yang ideal.
3. Teori Integralistik
Menurut teori meskipun masyarakat sebagai suatu lembaga yang mencerminkan
kebersamaan sebagai suatu totalitas, namun tak dapat diingkari realita manusia sebagai
pribadi. Sebaiknya manusia sebagai selalu ada didalam kebersamaan didalam masyarakat.
Adanya (eksistensis) pribadi di dalam masyarakat sama dengan adanya suatu masyarakat.7[7]
Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang hidup bersama disuatu wilayah
dengan tatacara berfikir dan bertindak yang (relatif) semua yang membuat warga masyarakat
itu menyadari diri mereka sebagai satu kesatuan atau kelompok.
Mekanisme dalam suatu masyarakat itu yaitu dengan adanya lembaga-lembaga yang
ada dengan segala fungsinya. Sebenarnya bersumber dari pandangan pandangan keseluruhan
warga masyarakat itu tentang sistem nilai. Sistem nilai adalah sebagai daripada filsafat
kehidupan yang mereka miliki. Bahkan bagaimana manusia memandang hakikat masyarakat,
dan sudah tentu dengan konsekuensi-konsekuensinya, bersumber dari pandangan filsafat
hidup itu. Dengan demikian, benarlah bahwa filsafat hidup itu merupakan sumber nilai bagi
kehidupan manusia,
DAFTAR PUSTAKA
Nasir, Zainuddin, Mohd,. Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2010
Syam, Mohammad Noor,. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Kependidikan Pencasila,
Surabaya: Usaha Nasional, 1989
Selamat pagi, bagi teman-teman yang masih kebingungan dengan apa yang di cari, daripada
suntuk, gak ad musik, silahkan dengarkan musik dulu biar lebih fresh....^_^
Facebook
Rajul Albajabil
Subscribe To
Posts
Comments
Setiap warga masyarakat sadar atau tidak, selalu terlibat dengan proses dalam mekanisme
masyarakat itu. Tiap-tiap pribadi tidak saja menjadi warga masyarakat secara pasif,
melainkan dalam kondisi-kondisi tertentu ia menjadi warga masyarakat yang aktif. Suatu
kenyataan masyarakat bahwa kita hidup bergaul, bekerja sampai meninggal dunia didalam
masyarakat.Masyarakat sebagai lembaga hidup bersama, sebagai suatu Gemeinschafts,
bahkan tidak dapat dipisahkan dari pada warga masyarakatnya dengan segala antar hubungan
dan antaraksiyang berlangsung didalamnya.
Perilaku masyarakat yang seperti itu nyatanya didorong karena beberapa faktor.Faktor-faktor
tersebut bisa datang dari dalam diri pribadi masing-masing ataupun pengaruh
lingkungan.Peran masyarakat dalam pendidikan yang besar menjadi sedikit terbengkalai dan
dikesampingkan.
Masyarakat memang tidak bisa disalahkan sepenuhnya perihal sikap mereka yang apatis
terhadap dunia pendidikan.Karena sesungguhnya manusia diciptakan berbeda, lengkap
dengan segala kelebihan dan kekurangan, kemudahan serta kesulitan masing-masing.
Tujuan
Adapun tujuan makalah ini yaitu:
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tuntutan pengembangan sumber daya manusia dari waktu kewaktu semakin meningkat oleh
karena itu layanan pendidikan harus mampu mengikuti perkembangan tersebut.Selain
keluarga dan sekolah, masyarakat memiliki peran tersendiri terhadap pendidikan.Peran
dominan orang tua pada saat anak-anak dalam masa pertumbuhan hingga menjadi orang
tua.Dan pada masa tersebut orang tua harus mampu memenuhi kebutuhan pook seorang
anak.Sedangkan peran pada pendewasaan dan pematangan individu merupakan peran dari
kelompok masayarakat.
Masyarakat adalah kumpulan individu dan kelompok yang diikat dalam kesatuan negara,
kebudayaan, dan agama yang memiliki cita-cita,peraturan-peraturann dan sistem kekuasaan
tertentu. Sedangkan partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan masyarakat dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi program pembangunan.[2]
Selama ini penyelennggaraan partisipasi masyarakat di Indonesia terbatas pada keikut sertaan
Anggota masyarakat dalam implementasi atau penerapan program-program
pembangunan.Hal ini dipahami sebagai upaya mobilisasi untuk kepentingan pemerintah dan
negara.Dalam implementasi partisipasi masyarakat, seharusnya anggota masyarakat merasa
bahwa tidak hanya menjadi objek dari kebijakan pemerintah namun harus dapat mewakili
masyarakat itu sendiri dengan kepentingan mereka.Perwujudan partisipasi masyarakat dapat
dilakukan secara individu atau kelompok, spontan atau terorganisir, secara berkelanjutan atau
sesaat.
Masyarakat didirikan oleh sekelompok orang tentu memiliki alasan. Seorang pakar bernama
Herbert G. Hicks mengemukakan dua alasan mengapa orang memilih untuk berorganisasi
dalam masyarakat :
1. Alasan Sosial (social reason), sebagai zoon politicon artinya mahluk yang hidup
secara berkelompok, maka manusia akan merasa penting berorganisasi demi
pergaulan maupun memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat kita temui pada organisasi-
organisasi yang memiliki sasaran intelektual, atau ekonomi.
2. Alasan Materi (material reason), melalui bantuan organisasi manusia dapat melakukan
tiga macam hal yang tidak mungkin dilakukannya sendiri yaitu:
3. Dapat memperbesar kemampuannya.
4. Dapat menghemat waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu sasaran, melalui
bantuan sebuah organisasi.
5. Dapat menarik manfaat dari pengetahuan generasi-generasi sebelumnya yang telah
dihimpun.
Tujuan organisasi masyarakat terbentuk untuk berperan serta dalam pembangunan dalam
rangka mencapai tujuan nasional yang berdasarkan Pancasila dan sebagai wadah penyalur
kegiatan sesuai kepentingan anggotanya, pembinaan dan pengembangan anggotanya, sarana
penyalur aspirasi anggota dan sarana komunikasi sosial diantara anggotanya atau sesama
ormas atau dengan organisasi kekuatan sosial politik atau Pemerintah atau dengan yang
lainnya.
Sejarah perkembangan masyarakat adalah sejarah adanya manusia dan peradaban.Karena itu,
bagaimana hakekat terbentuknya masyarakat tak dapat di pisahkan dengan usaha untuk
mengerti peranan manusia di dalam masyarakat.Manusia adalah subyek di dalam
masyarakat.Jadi uraian tentang masyarakat pasti di hubungkan dengan fungsi dan kedudukan
manusia di dalam masyarakat. Teori-teori tentang masyarakat yang berkembang dan di anut
dunia pada umumnya hingga dewasa ini adalah :
1. Teori atomistic
Pada periode masyarakat sebelum terbentuknya negara seperti yang kita kenal sekarang
(presocial state) manusia sebagai pribadi dan independent.Kebebasan dan kemerdekaan
individu itu dimilikinya sebagai anugerah Tuhan menurut kepercayaan kaum agama.Dengan
kebebasan individu dan di dorong oleh motif dan tujuan tertentu, mereka secara sukarela
membentuk masyarakat, sebagai suatu bentuk kehidupan bersama.Dengan demikian
masyarakat dibentuk atas dasar kehendak bersama, untuk tujuan bersama para individu, yang
kemudian menjadi warga masyarakat itu.
Pribadi manusia sebagai individu kebebasan, kemerdekaan dan persamaan di antara manusia
lainnya.Karena di dorong oleh kesadaran tertentu, mereka secara sukarela membentuk
masyarakat, dan masyarakat dalam bentuknya yang formal adalah negara.Oleh sebab itu
masyarakat adalah perwujudan kontrak sosial, yang merupakan perjanjian bersama warga
masyarakat itu sendiri.
Berdasarkan asas pandangan atomisme ini penghargaan kepada pribadi manusia adalah
prinsip utama. Nilai-nilai sosial di dalam masyarakat berorientasi pada martabat manusia,
terutama self-respect. Artinya setiap praktek tentang kehidupan di dalam masyarakat selalu
di arahkan bagi pembinaan hak-hak asasi manusia, demi martabat manusia.
Masyarakat, kebersamaan sosial adalah hasil kemauan sukarela warga masyarakat untuk
melakukan antar hubungan dan antar aksi untuk tujuan kesejahteraan.Masyarakat adalah
perwujudan cita-cita, persamaan yang tersimpul dalam hak-hak asasi mereka. Tanpa asas-
asas kemerdekaaan dan nilai-nilai hak-hak asasi individu itu, akan terjadi disentegrasi-sosial,
dis-harmonis yang mengancam eksistensi masyarakat. Menyadari prinsip-prinsip itu tata
kehidupan sosial menurut teori atomistic pasti berlandaskan nilai-nilai demokrasi.Manusia
sebagai individu merupakan pusat orientasi, sebab manusia adalah subyek di dalam
masyarakat, bahkan pada sebagian penganut teori ini manusia adalah tujuan hidup yang
utama.
1. Teori Organisme
Pada dasarnya setiap individu di lahirkan dan berkembang di dalam masyrakat. Manusia
lahir di dalam suatu keluarga bukanlah atas kehendak dan pilihan bebas, melainkan
berlangsung secara kodrati. Dengan perkataan lain, manusia lahir tanpa pilihan di mana,
dalam masyarakat yang bagaimana, dan dalam keluarga apa ia harus lahir. Realita
menunjukkan bahwa seseorang di lahirkan dalam keadaan tak berdaya.Hanya belas kasihan
dan cinta keluargalah yang menjadi sumber hidupnya. Manusia lahir dalam wujud yang serba
lemah, lahir dan bathin. Keadaannya dan perkembangannyaamat tergantung (dependent)
kepada orang lain, minimal kepada keluarganya. Kenyataan ini tidak hanya pada masa bayi
dan masa kanak-kanak, bahkan di dalam perkembangan menuju kedewasaan seseorang
individu masih memerlukan bantuan orang lain. Misalnya dalam penyesuaian tuntutan hidup
dalam arti luas, atau pendidikan tertentudemi kelangsungan hidupnya.Oleh karena itu, adalah
pula kenyataan bahwa kehidupan sosial sesungguhnya bersifat interdependensi (saling
tergantung). Proses antar hubungan dan dan antar aksi hanyalah perwujudan daripada asas
interpendensi itu. manusia saling membutuhkan sesamanya demi kelanjutan hidup dan
kesejahteraannya.
Pada suku-suku tertentu di dalam masyarakat primitif, manusia harus hidup bersama,bekerja
bersama untuk mempertahankan hidup, baik terhadap ancaman alamiah maupun musuh
mereka. Dan di dalam masyarakat dengan peradaban yang relatif modern, manusia pun
membutuhkan kerjasama dan persatuan. Misalnya dalam serikat-serikat bekerja, organisasi-
organisasi, partai-partai dan sebagainya.Hanya dalam wujud dan kondisi kebersamaan dalam
interdependensi itulah realita masyarakat berlangsung.Dan dengan demikian adanya individu
di dalam masyarakat, hanyalah karena dan di dalam wujud kebersamaan itu. Wujud
kebersamaan masyarakat adalah primer, di bandingkan dengan wujud individu .bahkan
individu tak mungkin ada, dan hidup terus tanpa kebersamaan dan tanpa bantuan sesamanya.
Makna individu hanyalah sebagai bagian atau unsur suatu organisme.Masyarakat adalah
seperti satu tubuh suatu organisme, sedangkan individu adalah bagian-bagian daripada
organisme itu.ini berarti kehendak, gerak tindak masyarakat bersifat utuh dalam
melaksanakan fungsi yang di dorong atas kehendak dan kepentingan kebersamaan. Peranan
individu adalah seperti fungsi bagian-bagian suatu tubuh organism, seperti tangan atau kaki
dan alat-alat tubuh yang lain dalam gerak seseorang atau suatu organisme.
Sedemikian bulat kebersamaan di dalam masyarakat dalam teori organisme ini, sehingga
individu kehilangan individualitasnya.Essensi masyarakat justru pada perwujudan
kebersamaan yang interdependent, pada keorganismeannya.Wujud ini menampakkan diri
dalam kesatuan pola berfikir, bertindak, tatacara, cita-cita dan semangat suatu masyarakat.
Menurut teori ini, kebersamaan dan keseluruhan sebagai satu totalitas lebih utama daripada
bagian-bagian, jadi, masyarakat lebih utama daripada individu. Struktur sosial menjadi
relative homogeny sebab individualitas pribadi lebur di dalam kebersamaan.Pelaksanaan
aspek-aspek kehidupan melalui system lembaga-lembaga yang monolistis dan vertical.
Artinya seluruh gerak mekanisme masyarakat terkoordinasi dan sentralisasi dari suatu
kekuasaan yang terpusat. Kekuasaan dan kehendak masyarakat terjelma dalam wujud
masyarakat sebagai lembaga, dan bukan pada kehendak bebas individu-individu.
Prinsip pelaksanaan pola-pola kehidupan di dalam masyarakat menurut teori organisme ialah:
Karena itu tak mengherankan bahwa di dalam Negara totaliter pendidikan individu diabdikan
bagi tujuan Negara. Seseorang dididiksebagai warganegara dan bukan sebagai seorang
manusia individu. Inilah sebagai sesuatu keharusan, sebab Negara merupakan nilai-nilai itu
sendiri mempunyai nilai-nilainya/tujuan-tujuannya sendiri yaitu kebudayaan, agama, bahasa
ekonomi , dan wilayah yang apabila terjadi pertentangan-pertentangan antara individu, maka
Negara harus dianggap sebagai instansi yang tertinggi, karena Negara meliputi semua
warganegara dan bukan bagi kepentingan individu atau golongan. Negara itu sendiri menjadi
tujuan proses pendidikan. dan individu hanyalah alat untuk realisasi tujuan Negara. Pribadi
individu harus diabdikan guna kepentingan yang lebih besar, dan harus mempunyai
kesadaran sosial, yakni untuk Negara yang dalam ideology totaliter negaralah yang
mengilhami dan member makna bagi hidup pribadi.[3]
1. Teori integralistik
Menurut teori ini meskipun masyarakat sebagai suatu lembaga yang mencerminkan
kebersamaan menjadi satu totalitas, namun tak dapat di ingkari realita manusia sebagai
pribadi. Sebaliknya manusia sebagai pribadi selalu ada dan hidup di dalam kebersamaan, di
dalam masyarakat. Adanya (eksisitansi) pribadi di dalam masyarakat sama dengan adnya
suatu masyarakat. Dengan perkataan lain, jelas bahwa pribadi manusia adalah suatu realita di
dalam masyarakat, seperti halnya masyarakat pun adalah realita di antara bangsa-bangsa di
dunia ini. Realita masyarakat sebagai macro, bukanlah kontradiksi atau bertentangan debgab
realita pribadi sebagai micro.Bahkan antara keduanya saling mempengaruhi, dan
komplementatif.
Perwujudan masyarakat sebagai lembaga kehidupan sosial tiada bedanya dengan kehidupan
suatu keluarga. Tiap-tiap anggota keluarga adalah warga yang sadar tentang status dirinya di
dalam keluarga itu, sebagaimana ia menyadari tanggung jawab dan kewajibannnya atas
integritas keluarga tersebut. Kehidupan keluarga, meskipun ada perbedaan-perbedaan status
tisp-tiap anggotanya, tetapi sebagai satu keluarga mereka adalah satu, sewajarnya tidak
bertentangan dengan kepentingan dan terutama kehormatan dan martabat keluarga. Bahkan
kehormatan anggota keluarga adalah kehormatan keluarga.
Kepentingan dan tujuan hidup individu, meskipun sangat bersifat pribadi, tak dapat di
pertentangkan dengan kepentingan dan tujuan sosial.Sebab, tiap individu menyadari hak dan
kewajibannya masing-masing. Ini berarti bahwa kebebasan (kemerdekaan) dan hak-hak
individu dengan sendirinya di batasi oleh kemerdekaan dan hak-hak individu lain di dalam
masyarakat. Kesadaran atas nilai-nilai asasi demikian, merupakan dasar bagi tiap individu
untuk melaksanakan fungsi sosialnya secara maksimal. Tata kehidupan sosial yang berlatar
belakang teori kekeluargaan ini di samping berorientasi kepad subyek(manusia) juga
berpedoman atas asa-asas normatif. Asas normatif merupakan dasar terwujudnya harmonis di
dalam masyarakat.Tetapi, pelaksanaan asas normative ini sudah tentu berbeda dengan yang
berlaku di dalam masyarakat yang berlatar belakang pandangan filosofis atomisme atau
organisme.Dalam masyrakat, menurut teori integralistik, asas kekeluargaan menjadi prinsip
kehidupan bersama demi kesejahteraan bersama, baik individu maupun
keseluruhan.Walaupun yang di utamakan pada hakekatnya adalah keseluruhan warga
masyarakat, namum pandangan integralistik tak mengabaikan individu. Karena realitas yang
wajar adalah menghormati pribadi sama dengan menghormati keseluruhan masyarakat
sebagai satu totalitas.
Berdasarkan semua teori yang di uraikan di atas, nyatalah bahwa masyarakat merupakan satu
realitas dalam tata kehidupan manusia.Tiap-tiap pribadi hidup di dalam suatu system sosial,
dengan segala kondisi dan konsekuensi-konsekuensinya. Seluruh proses kehidupan manusia
berlangsung di dalam masyrakat, sebagian untuk masyarakat di samping sebagian untuk
dirinya sendiri. Dan pada dasrnya semua proses dalam kehidupan manusia adalah
pelaksanaan asas-asas kesadaran hak-hak asasi dan kewajiban-kewajiban asasi manusia.
Pendidikan berhubungan dengan masalah manusia pribadi dan masyarakat, dan oleh beberapa
ahli diberi batasan sebagai proses penyesuaian oleh pribadi untuk melaksanakan fungsinya di
dalam masyarakat.[4]
Untuk melaksanakan antar hubungan dan antar aksi di dalam masyarakat tiap individu
memerlukan kesadaran-kesadaran nilai dan kecakapan-kecakapan tertentu. Untuk itu pasti
diperlukan proses mengetahui, belajar, baik melalui pengalaman sehari-hari maupun melalui
pendidikan formal. Dengan demikian tiap-tiap proses mekanisme di dalam masyarakat
merupakan proses perkembangan pengaruh timbal balik yang di sebut edukatif effect.
Membahas masalah-masalah masyarakat adalah meninjau manusia dalam kehidupan sosial.
Dan oleh karena kehidupan itu sendiri pada dasarnya adalah perkembangan, maka bersamaan
dengan perkembangan pribadi warga masyarakat itu , masyarakat pun sebagai totalitas
mengalami pula proses perkembangan.
Sebagaimana kita ketahui, baik melalui ilmu jiwa maupun melalui ilmu pendidikan bahwa
perkembangan kepribadian manusia ketingkat kematangan ditentukan oleh faktor internal dan
faktor eksternal.Maka sesungguhnya perkembangan masyarakat sebagi lembaga ditentukan
pula oleh faktor-faktor tersebut. Artinya potensi-potensi masyarakat itu adalah sebagai faktor
dalam dan kontak masyarakat itu dengan dunia luar dengan segala kebudayaannnya
merupakan faktor luar, akan menentukan tingkat perkembangan suatu masyarakat.
Sedemikian besar pengaruh masyarakat atau lingkungan keseluruhan terhadap perkembangan
kepribadian diakui oleh teori konvergensi, bahkan lebih-lebih oleh aliran empirisme dan
pragmatisme.
Suatu kenyataan bagi setiap orang bahwa masyarakat yang baik, maju dan modern adalah
masyarakat yang di dalamnya ditemuka suatu tingkat pendidikan yang baik, modern dan
maju, baik dalam wujud lembaga-lembagnya maupun jumlah dan tingkat orang yang terdidik.
Dengan kata lain suatu masyarakat yang maju karena adanya pendidikan yang maju
(kualitatif dan kuantitatif). Dan pendidikan yang modern hanya akan di temukan di dalam
masyarakat yang modern pula. Sebaliknya masyarakat yang kurang memperhatikan
pembinaan pendidikan, akan terbelakang, tidak hanya dari segi intelektual, tapi juga dari segi
sosial cultural. Begitu pula jika penyelenggaraan dan system pendidikan di dalam masyarakat
bersifat pasif dan konservatif, maka masyarakat sebagai warga masyarakat, sebagai hasil
pendidikan akan relative tidak produktif dan kreatif.
Paling sedikit, apabila dalam suatu masyarakat nampak adanya lembaga-lembaga pendidikan
yang modern dan lengkap, maka ada kecendrungan dan optimisme bahwa masyarakat
tersebut dalam waktu segera akan maju. Kenyataan ini tersimpul dalam kata-kata
Prof.Richey sambil mengutip tulisan John Dewey:
Dalam zaman modern sekarang tiap-tiap orang selalu menyadari peranan dan nilai
pendidikan. Karena itu, setiap warga masyarakat bercita-cita dan aktif berpartisipasi untuk
membina pendidikan. Sebab pembinaan pendidikan yang ideal adalah pembinaan atas pribadi
masyarakat yang ideal pula. Dan ini berarti pembinaan tat kehidupan sosial yang sejahtera
lahir dan bathin. Aspek-aspek kebudayaan di dalam masyarakat seperti ilmu pengetahuan,
hukum, nilai-nilai (demokrasi, moral, agama)dan sebagainya hanya mungkin dimengerti oleh
warga masyarakat melalui pendidikan. bahkan ilmu-ilmu tersebut sebagai wujud, system
yang berkembang hanya tumbuh melalui lembaga-lembaga pendidikan.
Dari uraian dia atas, nampaknya hubungan masyarakat dengan pendidikan sangat bersifat
korelatif. Masyarakat maju karena pendidikan, dan pendidikan yang maju hanya akan di
temukan dalam masyarakat yang maju pula. Tetapi bagaimanapun kita harus menyadari
kedudukan masyarakat baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat keseluruhan, adalah
berfungsi sebagai subyek.Dari kesadaran subyekdengan segala potensi kondisi dan
kepentingannya, manusia mengatur hidupnya dan menetapkan cita-citanya sendiri.Bagaimana
kedudukan dan fungsi individu dengan segala aspek kepribadiannya di dalam masyarakat, di
tentukan oleh pandangan filosofis.Oleh karena itu, latar belakang filosofis seseorang atas
kedudukan individu amat besar peranannya.Pandangan filosofis teori itu sedemikian besar
implikasinya dalam kehidupan manusia.Dari pandangan filosofis tentang masyarakat dan
filosofis atas manusia yang merupakan titik tolak dalam seluruh persoalan kehidupan
manusia.Dan apabila pandangan tersebut di analisa lebih mendalam, berarti titik tolak segala
pandangan berawal dari subyek, yakni manusia sendiri sebagai pribadi atau sebagai
masyarakat.
Dari beberapa dasar pertimbangan di atas, nyatalah masyarakat harus secara aktif menetapkan
asas-asas pendidikan yang tersimpul di dalam filsafat pendidikan masyarakat.Untuk pedoman
pelaksanaan pendidikan bangsa, maka pedoman pelaksanaan itu termaktub dalam UU
Pendidikan.akan tetapi UU Pendidikan adalah pedoman operasional formal.Sedangkan
filsafat pendidikan adalah pedoman filosofis ideal, asas-asas normatif yang fundamental yang
bersifat tetap, sebagi sumber nilai dan sumber cita-cita.
Fenomena yang terjadi di masyarakat Indonesia satu ini masih sering terjadi. Masih banyak
masyarakat sekitar sekolah yang menampung anak terlambat sekolah untuk berdiam diri di
rumah sampai waktu sekolah habis.Tanpa sadar, tanpa mengingatkan peserta didik, dan tanpa
tahu yang dilakukannya pada peserta didik. Perbuatan masyarakat semacam ini akan
menimbulkan dampak buruk terhadap proses pendidikan. Peran masyarakat dalam
pendidikan yang harusnya dijalankan pun seolah dikesampingkan.
Peserta didik akan merasa terlindungi dan mendapat dukungan untuk tidak masuk sekolah.
Perbuatan curang yang mestinya tidak dilakukan peserta didik akan dilakukan juga atas
dukungan masyarakat sekitarlingkungan sekolah. Peserta didik seharusnya belajar
bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan.Peran masyarakat dalam pendidikan
dalam hal ini harusnya bisa memberikan contoh yang baik bagi siswa.
Kalaupun ada razia mendadak pada anak sekolah yang berkeliaran waktu sekolah tanpa izin,
tentu tempat penampungan dadakan akan banyak. Rumah-rumah penduduklah yang menjadi
sasaran sebagai tempat bernaung sementara sampai merasa aman.Tanpa sadar, masyarakat
yang seperti ini sudah menanam pendidikan kepada peserta didik untuk menjadi seorang
penjahat.Peran masyarakat dalam pendidikan lagi-lagi tersingkirkan.
Lari dari tanggung jawab dan bila dikejar harus sembunyi.Itulah pendidikan buruk
masyarakat sekitar sekolah yang tujuannya melindungi peserta didik dari jeratan aturan
sekolah.Padahal, pendidikan mengajarkan peserta didik untuk tidak lari dari tanggung jawab
dan harus menghadapi risiko atas yang telah diperbuat.Peran masyarakat dalam pendidikan
tidak dijalankan dengan baik dan semestinya.
Dalam persfektif filsafat pendidikan Islam, proses saling belajar yang dapat berlaku di
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat merupakan perjalanan
kebudayaan manusia dalam mencerdaskan dirinya, meningkatkan kesadarannya sebagai
makhluk yang berbudi luhur, makhluk yang belajar memahami keinginan manusia yang
beragam.
Masyarakat adalah cermin bagi kehidupan manusia, secara filosofis belajar yang paling
sempurna adalah belajar dari kehidupan masyarakat, sebagaimana Rasullullah
SAW.menyarankan untuk belajar dari kehidupan pasar karena di pasar ada kejujuran,
kebohongan, kegembiraan, kepedihan, dsb. Belajarlah pada kejujuran karena dengan itu
modal masuk surga.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam, yang diperoleh anak didik di bangku sekolah adalah
agar dapat dimanfaatkan untuk kehidupan masyarakat. Belajar ilmu pengetahuan bertujuan
membentuk akhlak yang mulia sehingga dengan akhlak yang mulia akan terbangun
masyarakat yang berakhlak mulia karena kemuliaaan masyarakat berawal dari kemuliaan
akhlak individu yang membangunnya.
Hal tersebut menggambarkan bahwa konsep masyarakat dalam islam berawal dari 4 kondisi
sosial yang menjadi faktor pendukungnya, yaitu:[6]
Pola interaksi yang dibentuk secara institusional, pertama kali dipusatkan pada suatu
bangunan yang menjadi tempat berkomunikasinya manusia muslim dengan Allah. Oleh
karena itulah, Rasullullah SAW dalam perjuangan dakwahnya pertama-tama membengun
mesjid, yakni mesjid nabawi.Mesjid adalah lembaga yang membangun interaksi timbale balik
dengan kekuatan social dan kekuatan emisional keberagaman manusia.
Bentuk dan lingkungan sosial umat islam ditentukan oleh aktifitas keagamaannya sedangkan
aktifitas tersebut bergantung pada dinamika masyarakat dalam memakmurkan mesjid sebagai
pusat budaya muslim. Sejak Zaman nabi Muhammad SAW.sampai sekarang, mesjid adalah
lembaga yang bukan hanya dijadikan tempat ritual, tetapi sebagai tempat bermusyawarah,
menimba ilmu, menyamakan persepsi tentang kehidupan dunia dan akhirat, serta tempat yang
sangat tepat untukpusat informasi dan komunikasi bermasyarakat.
Dengan pandangan diatas, kedudukan masyarakat dalam filsafat pendidikan Islam dapat
disimpulkan sebagai berikut:[7]
1. Masyarakat adalah sebagai guru bagi semua manusia yang memiliki kemauan
mengambil pelajaran dari setiap yang terjadi di dalamnya.
2. Masyarakat adalah sebagai subjek yang menilai keberhasilan pendidikan.
3. Masyarakat adalah tujuan bagi semua anak didik yang telah belajar di berbagai
lingkungan.
4. Masyarakat adalah ujian paling sulit bagi aplikasi hasil-hasil pendidikan.
5. Masyarakat adalah cermin keberhasilan atau kegagalan dunia pendidikan.
6. Masyarakat adalah etika dan estetika pendidikan karena norma-norma individu
berproses menjadi norma sosialdan norma social yang disepakati dalam masyarakat
merupakan puncak estetika kehidupan.Tanpa ada norma sosial yang disepakati,
sesungguhnya kehidupan tidak indah.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa uraian pada makalah, maka dapat disimpulkan beberpa hal yaitu:
1. Masyarakat adalah kumpulan individu dan kelompok yang diikat dalam kesatuan
negara, kebudayaan, dan agama yang memiliki cita-cita,peraturan-peraturann dan
sistem kekuasaan tertentu.
2. Pendidikan berhubungan dengan masalah manusia pribadi dan masyarakat, dan oleh
beberapa ahli diberi batasan sebagai proses penyesuaian oleh pribadi untuk
melaksanakan fungsinya di dalam masyarakat.
3. Berikut ini adalah beberapa perilaku masyarakat yang cenderung menggangu
keberlangsungan dunia pendidikan di Indonesia: Peran Masyarakat dalam Pendidikan
Memberikan Perlindungan yang Salah. Peran Masyarakat dalam Pendidikan
Tidak Bertanggung Jawab pada Kesalahan.
4. Kedudukan masyarakat dalam filsafat pendidikan Islam yaitu Masyarakat adalah
sebagai guru bagi semua manusia yang memiliki kemauan mengambil pelajaran dari
setiap yang terjadi di dalamnya.
5. Masyarakat adalah sebagai subjek yang menilai keberhasilan pendidikan.
6. Masyarakat adalah tujuan bagi semua anak didik yang telah belajar di berbagai
lingkungan.
7. Masyarakat adalah ujian paling sulit bagi aplikasi hasil-hasil pendidikan.
8. Masyarakat adalah cermin keberhasilan atau kegagalan dunia pendidikan.
9. Masyarakat adalah etika dan estetika pendidikan karena norma-norma individu
berproses menjadi norma sosialdan norma social yang disepakati dalam masyarakat
merupakan puncak estetika kehidupan.Tanpa ada norma sosial yang disepakati,
sesungguhnya kehidupan tidak indah