Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KELOMPOK

HEPATITIS A & B

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit


Menular yang diampu oleh :

Herdianti SKM., M.Kes.

Oleh : Kelompok 5

Novi Septiani 152510025

Zahara Gema Gatra 152510022

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IBNU SINA

BATAM

2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi

sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru

sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada

terkira besarnya, sehinggapenulis dapat menyelesaikan makalah Hepatitis A & B,

dalam Epidemiologi Penyakit Menular.

Makalah ini di buat dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Epidemiologi Kesehatan Lingkungan. Pada kesempatan inipenulis menyampaikan

rasa terima kasih kepada :

1. Bapak Ketua Yayasan Pendidikan Ibnu Sina Batam (H. Andi Ibrahim, BA.)

yang telah memberikan fasilitas belajar mengajar di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Ibnu Sina Batam.

2. Ibu Herdiyanti, SKM., M.Kes selaku dosen mata kuliah Epidemiologi

Kesehatan Lingkungan yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian

makalah Hepatitis A dan B dalam Epidemiologi Penyakit Menular.

3. Seluruh staf STIKes dengan sabar menjalankan administrasi di lingkungan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ibnu Sina Batam, serta semua pihak yang

tidak sempat kami tuliskan satu persatu.

ii
Selanjutnya penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan

yang telah membantu penyelesaian makalah Hepatitis A & B dalam Epidemiologi

Penyakit Menular.Meskipunpenulis berharap isi dari makalah ini bebas dari

kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu,

penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini

dapat lebih baik lagi. Akhir katapenyusun berharap agar makalah ini bermanfaat

bagi semua pembaca.

Wabillahitaufik walhidayah, Wassalamualaikum Wr. Wb.

Batam, November 2017

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................. ii-iii
Daftar Isi ............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 LatarBelakang ............................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
1.3 Metode Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
2.1 Hepatitis A alias penyakit kuning ............................................................. 3
2.1.1 Aspek Biologi .................................................................................. 3
2.1.2 Morfologi ciri-ciri khas virus hepatitis A ......................................... 4
2.1.3 Penyakit yang ditimbulkan ............................................................... 4
2.1.4 Gejala ............................................................................................. 5
2.1.5 Cara Penyakit Menular ..................................................................... 6
2.1.6 Siapa saja yang menghadap risiko .................................................... 6
2.1.7 Bagaimana penyakit ini dicegah ....................................................... 6
2.1.8 Diagnosis .......................................................................................... 7
2.1.9 Pengobatan ....................................................................................... 7
2.1.10 Pencegahan ..................................................................................... 8
2.2 Hepatitis B ............................................................................................. 9
2.2.1 Gejala Penyakit Hepatitis B ............................................................. 9
2.2.2 Cara Penularan Penyakit Hepatitis B ................................................ 10
2.2.3 Etiologi ............................................................................................. 11
2.2.4 Manifestasi klinis Hepatitis B .......................................................... 11
2.2.5 Pengobatan Hepatitis B .................................................................... 13
2.2.6 Pencegahan Hepatitis B..................................................................... 14
BAB III KESIMPULAN & SARAN ............................................................ 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 15
3.2 Saran ............................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia
termasuk di Indonesia, yang terdiri dari Hepatitis A,B,C,D dan E. Hepatitis A dan E
sering muncul sebagai kejadian luarbiasa, ditularkan secara fecal oral dan biasanya
berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, bersifat akut dan dapat sembuh
dengan baik. Sedangkan Hepatitis B,C dan D(jarang) ditularkan secara parenteral,
dapat menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis dan lalu kanker hati. Virus Hepatitis
B telah menginfeksi sejumlah 2 milyar orang di dunia, sekitar 240 juta orang di
antara nyamen jadi pengidap Hepatitis B kronik, sedangkan untuk penderita
Hepatitis C di dunia diperkirakan sebesar 170 juta orang. Sebanyak 1,5 juta
penduduk dunia meninggal setiap tahunnya karena Hepatitis.
Indonesia merupakan Negara dengan endemisitas tinggi Hepatitis B,
terbesar kedua di negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), studi dan uji saring darah
donor PMI maka diperkirakan di antara 100 orang Indonesia, 10 di antaranya telah
terinfeksi Hepatitis B atau C. Sehingga saat ini diperkirakan terdapat 28 juta
penduduk Indonesia yang terinfeksi Hepatitis B dan C, 14 juta di antaranya
berpotensi untuk menjadi kronis, dan dari yang kronis tersebut 1,4 juta orang
berpotensi untuk menderita kanker hati. Besaran masalah tersebut tentunya akan
berdampak sangat besar terhadap masalah kesehatan masyarakat, produktifitas, umur
harapan hidup, dan dampak social ekonomi lainnya.

Melihat kenyataan bahwa Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat yang


seriusbaik di tingkat nasional maupun global, maka pada tahun 2010 padasidang
WHA (World Health Assembly) ke 63 di Geneva tanggal 20 Mei 2010, Indonesia
bersama Brazil dan Colombia menjadi sponsor utama untuk keluarnya resolusi
tentang Hepatitis virus, sebagai Global Public Health Concern. Usu Ian ini diterima
dan keluarlah resolusi tentang Hepatitis nomor 63.18 yang menyatakan bahwa:
Hepatitis virus merupakan salah satu agenda prioritas dunia
Tanggal 28 Juli ditetapkan sebagai Hari Hepatitis Sedunia.

1
Sejak keluarnya resolusi tersebut, setiap 2 tahun sekali dilakukan evaluasi tingkat
global tentang respon pengendalian Hepatitis baginegara - Negara anggota WHO.
Untuk akselerasi program pengendalian Hepatitis tingkat global, berdasarkan
evaluasi respon sejak keluarnya resolusi 63.18, maka Indonesia bersama 14 negara
lain, padasidang WHA bulan Mei 2014, mengusulkan resolusi untuk pengendalian
Hepatitis virus, yaitu keluarlah resolusi 67.7 tentang aksi konkrit dalam
pengendalian Hepatitis.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien dengan


Hepatitis
2. Untuk mendapatkan pengalaman secara nyata dalam merawat klien dengan Hepatitis
3. Untuk menyebarluaskan informasi tentang asuhan keperawatan klien dengan Hepatitis
4. Memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular.

1.3 Metode Penulisan


Metode yang dipakai dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan referensi
buku-buku, e-book, jurnal Nasional dan Internasional serta sumber dari internet yang
berkaitan dengan Hepatitis A & B dalam epidemiologi kesehatan lingkungan .

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan makalah ini diawali dengan kata pengantar, daftar isi
yang dilanjutkan dengan Bab I tentang pendahuluan yang berisi latarbelakang, tujuan
penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hepatitis A alias Sakit Kuning

Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab.


Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut "hepatitis akut",
hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut "hepatitis kronis".
Penyakit hepatitis A yang ber-Genus Heparnavirus, terutama
menyerang pada anak dan kaum dewasa muda. Penyakit yang dikenal
juga sebagai penyakit kuning (jaundice) ini penularannya berbeda
dengan VHB dan VHC, yakni melalui makanan dan minuman yang
tercemar kotoran yang mengandung virus ini. Bersifat stabil, sel hati
menyembunyikan virus dalam sel empedu untuk kemudian virus masuk
ke dalam system pencernaan. Sebab itu, kotoran penderita mempunyai
konsentrasi tinggi selama periode infeksi.

2.1.1 Aspek Biologi

3
2.1.2 Morfologi Ciri-ciri khas virus Hepatitis A
HAV Merupakananggota famili pikornaviradae. HAV merupakan partikel
membulat berukuran 27 hingga 32-nm dan mempunyai simetri kubik, tidak
mempunyai selubung serta tahan terhadap panas dan asam. Partikel ini
mempunyai genom RNA beruntai tunggal dan linear dengan ukuran 7,8 kb,
sehingga cukup jelas virus ini menjadi genus pikornavirus yang baru,
Heparnavirus. Hepatitis A mempunyai pravalensi yang tinggi

Siklus hidup virus hepatitis A :


HAV mula-mula diidentifikasi dari tinja dan sediaan hati. Penambahan antiserum
hepatitis A

spesifik dari penderita yang hampir sembuh (konvalesen) pada tinja penderita
diawal masa inkubasi
penyakitnya, sebelum timbul ikterus, memungkinkan pemekatan dan terlihatnya
partikel virus melalui pembentukan agregat antigenantibodi. Asai serologic yang
lebih peka, seperti asai mikrotiter imunoradiometri fase-padat dan pelekatan imun,
telah memungkinkan deteksi HAV didalam tinja, homogenate hati, dan empedu,
serta pengukuran antibody spesifik di dalam serum.

2.1.3 Penyakit yang ditimbulkan

Penyebaran
Penyakit Hepatitis disebabkan oleh virus yang disebarkan oleh kotoran atau
tinja penderita biasanya melalui makanan (fecel-oral), bukan melalui
aktivitas sexual atau melalui darah, selain itu akibat buruknya tingkat

4
kebersihan. Penyakit hepatitis kadang-kadang dapat timbul sebagai
komplikasi leptospirosis, sifilis, tuberculosis, toksoplasmosis, dan
amebiasis, yang kesemuanya peka terhadap pengobatan khusus. Penyebab
noninfeksiosa meliputi penyumbatan empudu, sirosis empedu primer,
keracunan obat, dan reaksi hipersensitivitas obat. Komplikasi akibat
hepatitis A hampir tidak ada, kecuali pada para lansia atau seseorang yang
memang sudah mengidap penyakit kronis hati atau sirosis. Hati harus
berfungsi dengan baik agar dapat menguraikan sebagian besar obat-obatan.
Obat yang tidak menyebabkan gangguan apa pun pada waktu hati kita sehat
dapat membuat kita sakit parah adalah bila kita mengalami hepatitis. Ini
juga berlaku untuk alkohol, aspirin, jamu-jamuan, dan narkoba. Karena
tugas hati adalah untuk menguraikan zat-zat yang terdapat dalam darah, dan
beban dapat menjadi terlalu berat.

2.1.4 Gejala
Gejala-gejala termasuk terasa kurang sehat, rasa
sakit, demam, mual, kurang nafsu makan, perut terasa
kurang enak, diikuti dengan air seni berwarna pekat, tinja
pucat dan penyakit kuning (mata dan kulit menjadi
kuning). Penyaki tbiasanya berlanjut selama satu sampai
tiga minggu (walaupun gejala tertentu dapat berlanjut
lebih lama) dan hamper selalu diikuti dengan
penyembuhan sepenuhnya.Anak-anak kecil yang terinfeksi
biasanya tidak menderita gejala. Hepatitis A tidak
mengakibatkan penyakit hati jangka panjang dan
kematian akibat hepatitis A jarang terjadi. Jangka waktu
antara kontak dengan virus dan timbulnya gejala
biasanya empat minggu, tetapi dapat berkisar antara dua
sampai tujuh minggu.

5
2.1.5 Cara Penyakit Menular
Orang yang terinfeksi dapat menularkan virus ini
kepada orang lain dari dua minggu sebelum timbulnya
gejala sampai seminggu setelah timbulnya Penyakit
kuning (kira-kira tiga minggu secara keseluruhan).
Jumlah virus yang besar ditemui dalam tinja (tahi)
orang yang terinfeksi selama waktu penularan. Virus ini
dapat hidup dilingkungan selama beberapa minggu
dengan keadaan yang benar (misalnya, dalamsaliran) .
Hepatitis A biasanya ditularkan sewaktu virus dari
orang yang terinfeksi tertelan oleh orang lain
melalui:
Makan makanan tercemar
Minum air tercemar
Menyentuh lampin, seprai dan handuk yang
dikotori tinja dari orang .
Hubungan langsung ( termasuk seksual ) dengan
orang yang terinfeksi.

2.1.6 Siapa saja yang menghadapi risiko?


Orang yang belum menderita hepatitis A dan belum divaksinasi
terhadap penyakit ini menghadapi risiko terjangkit penyakit ini.

2.1.7 Bagaimana penyakit ini dicegah?


Vaksinasi Tersedia vaksin yang aman dan efektif terhadap
hepatitis A. Vaksin ini mungkin memakan waktu sampai dua minggu
untuk memberikan perlindungan. Vaksinasi direkomendasikan untuk
kelompok-kelompok berikut yang menghadapi risiko lebih tinggi:
orang yang berkunjung ke negara di mana hepatitis A umum terjadi
(kebanyakan negara sedang membangun)
orang yang sering berkunjung ke masyarakat pribumi di luar kota dan
daerah terpencil

6
pria yang berhubungan kelamin dengan pria
petugas penitipan anak siang hari dan prasekolah
penyandang cacat intelektual dan penjaganya
beberapa petugas kesehatan yang bekerja dalam atau dengan
masyarakat pribumi
petugas saliran
tukang leding
pengguna narkoba suntik
pasien yang menderita penyakit hati kronis
penderita hemofilia yang mungkin menerima konsentrat plasma
terkumpul.

2.1.8 Diagnosis

Langkah diagnosis dibuat berdasarkan tes antibodi, yang akan


menunjukkan adanya antibodi terhadap virus hepatitis A dalam darah pasien.
Antibodi IgM menunjukkan infeksi baru (atau vaksin) dan antibodi IgG
menunjukkan infeksi sebelumnya atau vaksinasi yang sukses.

Tes darah untuk fungsi hati akan mengungkapkan keparahan kerusakan


hati dan dimonitor sampai pemulihan. Mereka dengan hepatitis berat mungkin
membutuhkan pemantauan masuk rumah sakit untuk rawat inap.

2.1.9 Pengobatan

Tidak ada pengobatan khusus untuk virus hepatitis A (HAV) ada.


Pengobatan diberikan secara suportif bukan langsung kuratif. Medikasi yang
mungkin dapat diberikan meliputi analgesik, antiemetik, vaksin, dan
imunoglobulin. Pencegahan baik sebelum atau setelah terpapar HAV menjadi
lebih penting.

Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk Hepatitis A, sebab infeksinya


sendiri biasanya akan sembuh sendiri. Pemberian farmakoterapi adalah
untuk mengurangi morbiditas dan mencegah komplikasi. Farmakoterapi

7
atau obat-obatan yang biasa digunakan adalah antipiretik analgesik atau
penghilang demam dan rasa sakit, antiemetik atau anti muntah, vaksin, dan
imunoglobulin.
Tidak ada terapi spesifik yang tersedia. Para antienteroviral diteliti obat
pleconaril (Disoxaril; ViroPharma) tidak memiliki aktivitas terhadap virus
hepatitis A (HAV).
Rawat Inap diindikasikan untuk pasien dengan dehidrasi yang signifikan
karena muntah atau mereka dengan hepatitis fulminan. Tetapi pada
keadaan lain yang berat dimana terjadi komplikasi kekuarangan cairan
akibat muntah yang berlebihan dan terus menerus sehingga terjadi
komplikasi kekuarangan cairan dan elektrolit disarankan untuk dilakukan
perawatan di rumah Sakit.
Konsultasi dengan subspecialis umumnya tidak diperlukan.

2.1.10 Pencegahan

Pencegahan Hepatitis A dilakukan dengan cara seperti misalnya


dengan menyajikan makanan dan minuman yang higienis,
memastikan setiap makanan sudah dimasak dengan betul, pola
hidup sehat, mencuci tangan sebelum makan. Menjaga kebersihan
perorangan seperti mencuci tangan dengan baik dan benar.
Cuci tangan yanng baik dan benar dengan memakai sabun adalah
cara sehat dan pencegahan yang paling sederhana dan paling
penting. Tetapi sayangnya perilaku hidup sehat yang baik itu
belum membudaya di sebagian kelompok masyarakat. Padahal bila
dilakukan dengan baik dapat mencegah berbagai penyakit menular
seperti penyakit Hepatitis A. Perilaku dan kebiasaan cuci tangan
bila dilakukan dengan kegiatan lain misalnya tidak buang air
sembarangan, buang sampah pada tempatnya dan pengelolaan air
minum yang benar maka dapat lebih meminimalkan tertularnya
virus Heptitis A.

8
2.2 Hepatits B

Penularan virus hepatitis B (VHB) biasanya melalui darah atau cairan


tubuh seperti air liur, cairan vagina, atau air mani yang masuk dalam aliran darah
orang sehat. Ini karena hepatitis B terdapat dalam darah dan cairan tubuh
tersebut.Tranfusi darah, darah pada pisau cukur, perawatan gigi, gunting kuku,
jarum suntik atau jarum yang digunakan untuk membuat tato dapat memindahkan
sejumlah kecil darah yang terinfeksi virus hepatitis. Bahkan noda darah yang
sudah mengering dapat menulari orang lain selama 1 minggu sejak menempel pada
suatu benda. Cara lain penyebaran virus ini adalah karena terbawa dari sejak
kandungan dari seorang ibu yang terinfeksi dan karena hubungan seks.

Penyebab dari hepatitis B ini tidak dikarenakan hanya virus dari hepatitis B
namun adapula penyebab lain seperti adanya keracunan obat dan efek samping
dari obat yang mengandung zat kimia seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine,
zhloroform, arsen, fosfor dan zat-zat lain yang banyak digunakan oleh produsen
obat-obatan modern saat ini. Imunisasi merupakan langkah terbaik untuk
mengobati dan mencegah berkembangnya virus hepatitis B ini yang dapat
diberikan sebanyak 3 kali, yakni denga periode dasar, 1 bulan, dan 6 bulan
kemudian. Pemberian imunisasi atau vaksin hepatitis B ini dapat bertahan hingga
15 tahun.

2.2.1 Gejala Penyakit Hepatitis B :

Kehilangan nafsu makan


Mual dan muntah.
Penurunan berat badan.
Gejala yang menyerupai flu seperti lelah, nyeri pada tubuh, sakit kepala,
dan demam tinggi (sekitar 38C atau lebih).
Nyeri perut.
Lemas dan lelah.
Sakit kuning (kulit dan bagian putih mata yang menguning).

9
2.2.2 Cara Penularan Penyakit Hepatitis B :

Kontak darah

Misalnya saja yang dapat terjadi dengan melalui transfusi darah yang
dilakukan pada orang yang sedang terkena virus HBV kepada orang yang belum
terkena infeksi.

Dari ibu pada anaknya

Misalnya saja yang dapat terjadi pada ibu yang sedang mengandung dan dia
sedang terkena virus tersebut maka akan mudahnya janin yang ada didalam
perutnya nanti terserang virus HBV ini.

Kontak seksual

Jika orang yang sedang melakukan hubungan intim dengan orang yang sedang
menderita penyakit hepatitis B tanpa menggunakan alat pelindung maka akan
mudahnya mengakibatkan air liur, maupun cairan pada vagina akan masuk melalui
tubuh wanita.

10
2.2.3 Etiologi

Penyakit ini disebabkan oleh virus Hepatitis B (VHB), suatu


anggota famili Hepadnavirus.

Gambar 1. Virus hepatitis B


(sumber: http://penyakithepatitisb.com/)

Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42 nm yang


disebut "Partikel Dane". Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang
membungkus partikel inti (core). Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase.
Pada partikel inti terdapat Hepatitis B core antigen (HBcAg) dan Hepatitis B
e antigen (HBeAg). Antigen permukaan (HBsAg) terdiri atas lipo protein dan
menurut sifat imunologik proteinnya virus Hepatitis B dibagi menjadi 4
subtipe yaitu adw, adr, ayw dan ayr. Subtipe ini secara epidemiologis penting,
karena menyebabkan perbedaan geogmfik dan rasial dalam penyebarannya.
Virus hepatitis B mempunyai masa inkubasi 45-80 hari, rata-rata 80-90 hari.
(Siregar).

2.2.4 Manifestasi Klinis Hepatits B

Berdasarkan gejala klinis dan petunjuk serologis, manifestasi klinis


hepatitis B dibagi 2 yaitu :
1. Hepatitis B akut yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap
individu yang sistem imunologinya matur sehingga berakhir dengan

11
hilangnya virus hepatitis B dari tubuh kropes. Hepatitis B akut terdiri
atas 2 yaitu :
a. Hepatitis B akut yang khas
Bentuk hepatitis ini meliputi 95 % penderita dengan
gambaran ikterus yang jelas. Gejala klinis terdiri atas 3 fase yaitu :
1. Fase Praikterik (prodromal)
Gejala non spesifik, permulaan penyakit tidak jelas, demam
tinggi, anoreksia, mual, nyeri didaerah hati disertai perubahan
warna air kemih menjadi gelap. Pemeriksaan laboratorium
mulai tampak kelainan hati (kadar bilirubin serum, SGOT dan
SGPT, Fosfatose alkali, meningkat).
2. Fase lkterik
Gejala demam dan gastrointestinal tambah hebat disertai
hepatomegali dan splenomegali. timbulnya ikterus makin
hebat dengan puncak pada minggu kedua. setelah timbul
ikterus, gejala menurun dan pemeriksaan laboratorium tes
fungsi hati abnormal.
3. Fase Penyembuhan
Fase ini ditandai dengan menurunnya kadar enzim
aminotransferase. pembesaran hati masih ada tetapi tidak
terasa nyeri, pemeriksaan laboratorium menjadi normal.
b. Hepatitis Fulminan
Bentuk ini sekitar 1 % dengan gambaran sakit berat dan
sebagian besar mempunyai prognosa buruk dalam 7-10 hari, lima
puluh persen akan berakhir dengan kematian. Adakalanya
penderita belum menunjukkan gejala ikterus yang berat, tetapi
pemeriksaan SGOT memberikan hasil yang tinggi pada
pemeriksaan fisik hati menjadi lebih kecil, kesadaran cepat
menurun hingga koma, mual dan muntah yang hebat disertai
gelisah, dapat terjadi gagal ginjal akut dengan anuria dan uremia.
2. Hepatitis B kronis yaitu manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap
individu dengan sistem imunologi kurang sempurna sehingga

12
mekanisme, untuk menghilangkan VHB tidak efektif dan terjadi
koeksistensi dengan VHB.
Kira-kira 5-10% penderita hepatitis B akut akan mengalami Hepatitis
B kronik. Hepatitis ini terjadi jika setelah 6 bulan tidak menunjukkan
perbaikan yang mantap.

2.2.5 Pengobatan Hepatitis B

Infeksi hepatitis B akut biasanya tidak memerlukan pengobatan karena


kebanyakan orang dewasa membersihkan infeksi secara spontan . Pengobatan
antivirus dini mungkin hanya diperlukan dalam kurang dari 1 % dari pasien ,
yang infeksi mengambil kursus sangat agresif ( hepatitis fulminan ) atau yang
immunocompromised . Di sisi lain , pengobatan infeksi kronis mungkin
diperlukan untuk mengurangi risiko sirosis dan kanker hati . Individu kronis
terinfeksi terus menerus tinggi serum alanine aminotransferase , penanda
kerusakan hati , dan tingkat HBV DNA adalah kandidat untuk terapi .
Meskipun tidak ada obat yang tersedia dapat membersihkan infeksi ,
mereka dapat menghentikan virus dari replikasi , sehingga meminimalkan
kerusakan hati . Saat ini , ada tujuh obat berlisensi untuk pengobatan infeksi
hepatitis B di Amerika Serikat . Ini termasuk obat antivirus lamivudine (
Epivir ) , adefovir ( Hepsera ) , tenofovir ( TDF) , telbivudine (Tyzeka ) dan
entecavir ( Baraclude ) dan dua modulator sistem kekebalan interferon alfa -
2a dan pegylated interferon alfa - 2a ( Pegasys ) . Penggunaan interferon ,
yang membutuhkan suntikan harian atau tiga kali seminggu , telah digantikan
oleh long-acting interferon pegilasi , yang disuntikkan hanya sekali seminggu .
Bayi yang lahir dari ibu diketahui membawa hepatitis B dapat diobati
dengan antibodi terhadap virus hepatitis B ( hepatitis B immune globulin atau
HBIG ) . Ketika diberikan dengan vaksin dalam waktu dua belas jam dari lahir
, risiko tertular hepatitis B berkurang 90 % . Perawatan ini memungkinkan
seorang ibu untuk menyusui anaknya dengan selamat .
Pada bulan Juli 2005 , peneliti dari A * STAR dan National University of
Singapore mengidentifikasi hubungan antara protein DNA - binding milik

13
kelas protein heterogen ribonucleoprotein nuklir K ( hnRNP K ) dan replikasi
HBV pada pasien . Mengontrol tingkat hnRNP K dapat bertindak sebagai
pengobatan yang mungkin untuk HBV . (Wikipedia, 2013).

2.2.6 Pencegahan Hepatitis B

Menurut Park ada lima pokok pencegahan yaitu :


1. Health Promotion, usaha peningkatan mutu kesehatan
2. Specifik Protection, perlindungan secara khusus
3. 3. Early Diagnosis dan Prompt Treatment, pengenalan dini terhadap
penyakit, serta pemberian pengobatan yang tepat
4. Usaha membatasi cacat
5. Usaha rehabilitasi Dalam upaya pencegahan infeksi Virus Hepatitis B,
sesuai pendapat Effendi dilakukan dengan menggabungkan antara
pencegahan penularan dan pencegahan penyakit.

Pencegahan dapat dilakukan dengan melalui tindakan Health Promotion baik


pada hospes maupun lingkungan dan perlindungan khusus terhadap penularan.
Health Promotion terhadap host berupa pendidikan kesehatan, peningkatan
higiene perorangan, perbaikan gizi, perbaikan sistem transfusi darah dan
mengurangi kontak erat dengan bahan-bahan yang berpotensi menularkan
virus VHB.
Pencegahan virus hepatitis B melalui lingkungan, dilakukan melalui upaya:
meningkatkan perhatian terhadap kemungkinan penyebaran infeksi VHB
melalui tindakan melukai seperti tindik, akupuntur, perbaikan sarana
kehidupan di kota dan di desa serta pengawasan kesehatan makanan yang
meliputi tempat penjualan makanan dan juru masak serta pelayan rumah
makan.
Perlindungan Khusus Terhadap Penularan Dapat dilakukan melalui sterilisasi
benda-benda yang tercemar dengan pemanasan dan tindakan khusus seperti
penggunaan sarung tangan bagi petugas kesehatan, petugas laboratorium yang
langsung bersinggungan dengan darah, serum, cairan tubuh dari penderita
hepatitis, juga pada petugas kebersihan, penggunaan pakaian khusus sewaktu
kontak dengan darah dan cairan tubuh, cuci tangan sebelum dan sesudah
14
kontak dengan penderita pada tempat khusus selain itu perlu dilakukan
pemeriksaan HBsAg petugas kesehatan (Onkologi dan Dialisa) untuk
menghindarkan kontak antara petugas kesehatan dengan penderita.
Selain itu, pencegahan penyakit dapat dilakukan melalui immunisasi baik aktif
maupun pasif
1. Immunisasi Aktif Pada negara dengan prevalensi tinggi, immunisasi
diberikan pada bayi yang lahir dari ibu HBsAg positif, sedang pada negara
yang prevalensi rendah immunisasi diberikan pada orang yang mempunyai
resiko besar tertular. Vaksin hepatitis diberikan secara intra muskular
sebanyak 3 kali dan memberikan perlindungan selama 2 tahun. Program
pemberian sebagai berikut: Dewasa:Setiap kali diberikan 20 g IM yang
diberikan sebagai dosis awal, kemudian diulangi setelah 1 bulan dan
berikutnya setelah 6 bulan. Anak :Diberikan dengan dosis 10 g IM sebagai
dosis awal , kemudian diulangi setelah 1 bulan dan berikutnya setelah 6
bulan.
2. Immunisasi Pasif Pemberian Hepatitis B Imunoglobulin (HBIG) merupakan
immunisasi pasif dimana daya lindung HBIG diperkirakan dapat menetralkan
virus yang infeksius dengan menggumpalkannya. HBIG dapat memberikan
perlindungan terhadap Post Expossure maupun Pre Expossure. Pada bayi yang
lahir dari ibu, yang HBsAs positif diberikan HBIG 0,5 ml intra muscular
segera setelah lahir (jangan lebih dari 24 jam). Pemberian ulangan pada bulan
ke 3 dan ke 5. Pada orang yang terkontaminasi dengan HBsAg positif
diberikan HBIG 0,06 ml/Kg BB diberikan dalam 24 jam post expossure dan
diulang setelah 1 bulan. (Siregar)

Gambar 3. Vaksin Hepatitis B


(Sumber : http://penyakithepatitisb.com/

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hepatitis adalah peradangan (inflamasi) pada hati yang diakibatkan


oleh virus Hepatitis,reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan
kimia . Penyebaran dari virus Hepatitis melalui rute fekal-oral, transfusi
darah, kontak seksual dan melalui makanan dan minuman yang tercemar
oleh virus hepatitis dan juga didorong oleh sanitasi yang buruk, higiene
individu yang kurang dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Untuk
mendiagnosa pasien terkena hepatitis dilakukan beberapa pemeriksaan
diagnostic. Tanda dan gejala yang mungkin muncul yaitu tidak nafsu
makan, mual, muntah, urine berwarna gelap, nyeri pada perut kuadran
kanan atas, ikterik,.

Pengobatan yang diperlukan untuk penyakit ini yaitu terapi, tirah


baring, dan asupan nutrisi yang adekuat serta penyuluhan untuk mencegah
terjadinya hepatitis berulang tindakan yang harus dilakukan perawat adalah
menganjurkan klien untuk mematuhi diit, menghindari alkohol, menjaga
kesehatan secara optimal dengan cara menjaga kebersihan diri dan
lingkungan, menghindari pemakaian alat-alat makan yang terkontaminasi,
sikat gigi secara bersama-sama, dan yang paling utama adalah cuci tangan,
sesudah BAB dan sebelum makan. Untuk masyarakat disarankan agar selalu
menjaga kebersihan lingkungan dan membawa anak-anak untuk mendapati
munisasi Hepatitis. Bila tidak diatasi dengan benar akan menimbulkan
komplikasi.

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini penyusun mencari dari berbagai
sumber dari media maupun tulisan apabila ada kesalahan baik dari tulisan
maupun dari isi makalah mohon kritikan untuk membangun kami agar
lebih baik kedepannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Kelsey, J.L, Thompson, W.D., and Evans, A.S. 1986. Basic


Epidemiology. New York: OurlansUniversity Press.
2. Slome, C, Brogan, D., Eyres, S., and Lednar, W. 1982.Basic
Epidemiolgy Methods and Biostatistic New Book.Monterey, CA:
Wadsworth
3. Morton, R.F.hebel, J.r, and McCarter, R.J. 1990. A Study Guide to
Epidemiology and Biostatistic.Geishburg MD: Aspen Publishing.
4. Bohidir, N.P. (2012). Hepatitis B Virus Infection in Pregnancy.
Hepatitis Annual J, 199-209. Caserta, M.T. (2009) Neonatal
Hepatitis B Virus Infection. USA.
5. Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4,
jilid 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Sunata, A. (2009). Virus Hepatitis B. Jakarta: Akademi
Keperawatan Kabupaten Subang. Wikipedia. (2013). Pengobatan
Hepatitis B. News Medical.

Anda mungkin juga menyukai