Pendahuluan
Dalam hubungannya dengan pekerjaan atau profesi yang ditekuni, setiap orang
memiliki kemampuan berbeda untuk menyangga beban pekerjaannya. Di antara mereka
barangkali ada yang cocok untuk beban fisik, mental, atau sosial atas pekerjaan yang
ditekuni. Apapun jenis dan namanya pekerjaan, secara umum mereka hanya mampu memikul
beban sampai suatu batas tertentu, bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang
untuk dapat memikulnya, namun bagi yang lain sebaliknya.1
Berangkat dari pemikiran inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat
pada pekerjaan yang tepat, dalam arti derajat ketepatan suatu penempatan, meliputi
kecocokan basis pengetahuan dan pengalaman, keterampilan, minat, motivasi dan lain
sebagainya atas pekerjaan yang ditekuni. Semakin tinggi pemilikan kemampuan prasyarat
kerja yang dimiliki, semakin efisien dan efektif badan dan jiwanya bekerja, sehingga beban
kerja yang dirasakan menjadi relatif ringan. Pada gilirannya angka sakit dan mangkir kerja
dapat ditekan seminimal mungkin, terlebih lagi jika mereka memiliki dedikasi dan loyalitas
yang tinggi.1,2
Interaksi manusia sebagai pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerja dapat
menyebabkan efek positif kepada pekerja, atau efek yang sebaliknya. Pekerjaan dan
lingkungan kerja yang sehat dan kondusif dapat memberikan efek positif, sedangkan
pekerjaan dan lingkungan kerja yang tidak sehat dan tidak kondusif dapat berpengaruh
negatif kepada pekerja. Bahkan tak jarang kondisi tersebut mengakibatkan gangguan
kesehatan. Oleh karena itu, pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberikan efek
negatif sedapat mungkin dieliminasi atau dihindarkan, sebab penyakit akibat dari suatu
pekerjaan secara langsung atau tidak langsung dapat menyebabkan gangguan psiko-fisiologis
(Suma'mur, 1976), mulai dari rentangan ringan hingga berat. Padahal, kondisi tersebut jika
mau dapat dicegah, asal terdapat kemauan yang kuat untuk melaksanakan upaya-upaya
preventif.1
Indikator tingkat kesehatan pekerja dapat disimak pada kesegaran jasmani dan rohani
sebagai status kesehatan. Kesegaran jasmani dan rohani sebagai unsur penunjang yang sangat
penting untuk meningkatkan produktivitas seseorang dalam kerjanya. Kesegaran tersebut
dimulai sejak pekerja memasuki pekerjaan dan terus dipelihara selama bekerja. Kualifikasi
kondisi ini tidak saja sebagai pencerminan kesehatan fisik dan mental, tetapi sekaligus
merupakan gambaran keserasian penyesuaian seseorang dengan pekerjaan dan lingkungan
kerjanya, meskipun secara internal banyak dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman,
pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki.1
1
Langkah-langkah Mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja
1. Diagnosis klinis
Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-
fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit
tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.3
a) Anamnesis
Menanyakan data-data pribadi seperti nama, umur, alamat, dan pekerjaan. Kemudian
menanyakan keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat
penyakit keluarga. Riwayat penyakit sekarang biasanya merupakan cerita yang kronologis,
terinci, dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai
pasien datang berobat. Sedangkan riwayat penyakit dahulu meliputi pertanyaan yang
menanyakan apakah pasien dulu pernah mengalami penyakit-penyakit tertentu yang
memungkinkan adanya hubungan dengan penyakit yang dialami sekarang. Riwayat penyakit
keluarga ditanyakan untuk mengetahui apakah pasien memiliki penyakit keturunan yang
mungkin diturunkan dari orang tua atau keluarga.4 jika pasien datang dengan keluhan mual
dan pusing berbagai macam penyakit dapat menimbulkan gejala ini, jadi kita harus membuat
pertanyaan-pertanyaan anamnesis seperti:
Pada pasien yang diduga mengalami penyakit akibat kerja, maka riwayat pekerjaan harus
ditanyakan lebih lengkap. Menggali lebih dalam sudah berapa lama pekerjaannya yang
sekarang, pekerjaan terakhir sebelum pekerjaan sekarang apa (mungkin saja pasien sudah
pensiun atau sudah berganti pekerjaan), jenis pekerjaan dan berbagai alat serta bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut, jumlah jam kerja atau jam giliran kerja,
kemungkinan bahaya yang dialami, hubungan gejala dan waktu kerja, apakah ada pekerja lain
yang mengalami hal sama. Apakah ada tekanan atau tuntutan pekerjaan dari atasan atau dari
pekerja lain.5
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksan fisik yang dilakukan adalah tanda-tanda vital meliputi suhu, pernapasan, nadi,
dan tekanan darah. Suhu normal pada orang dewasa berkisar 36 derajat. Naik atau turunnya
suhu dipengaruhi oleh berbegai hal seperti umur, aktivitas tubuh, jenis kelamin, dan
sebagainya. Pengukuran dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu di mulut, anus, ketiak, dan
2
telinga. Pernapasan normal pada dewasa adalah 16-20 x/menit. Menghitung pernapasan lebih
baik dilakukan tanpa diketahui oleh orang yang diperiksa agar tidak membiaskan hasil. Nilai
denyut nadi merupakan salah satu indikator untuk menilai sistem kardiovaskular. Nilai
normal pada orang dewasa adalah 70-80 x/menit. Tekanan darah menunjukkan nilai sistole
dan diastole. Nilai normal pada orang dewasa adalah sekitar 120/80 mmHg.6 Untuk
pemeriksaan fisik lakukan secara menyeluruh namun pemeriksaan juga disesuaikan dengan
keluhan pasien. Contoh keluhannya mual, maka yang kita fikirkan gastrointestinal terganggu,
jadi periksa bagian abdomen dengan inspeksi, palpasi, dan perkusi, namun tidak melupakan
pemeriksaan yang lain selain gastrointestinal, karena keluhan mual dapat terjadi diberbagai
penyakit.
c) Pemeriksaan penunjang
Bahan pemeriksaan penunjang diambil dari darah, feses, urin, atau dalam organ tubuh
untuk tergantung dari keluhannya namun dalam kasus ini belum dilakukan. Namun
disarankan lebih menekankan ke anamnesis untuk rencana melakukan pemeriksaan
penunjang.7
Pemeriksaan tempat kerja lebih ditekankan pada lingkungan tempat individu bekerja. Dilihat
penerangannya, kelembaban tanah dan udara, penempatan alat dan bahan yang digunakan,
terdapat atau tidaknya fasilitas untuk mencuci/membersihkan tubuh jika terkena bahan kimia,
dan lain-lain.8
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk
dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan
anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup: a)
Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara kronologis,
b) Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan, c) Bahan yang diproduksi, d) Materi
(bahan baku) yang digunakan, e) Jumlah pajanannya, f) Pemakaian alat perlindungan diri
(misal: masker), g) Pola waktu terjadinya gejala, h) Informasi mengenai tenaga kerja lain
(apakah ada yang mengalami gejala serupa), i) Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-
bahan yang digunakan (MSDS, label, dan sebagainya).2
Faktor Fisik
Yang meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume udara perkapita atau luas
lantai kerja maupun hal-hal yang bersifat fisis seperti penerangan, suhu udara, kelembaban
udara, tekanan udara, kecepata aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi, gelombang
eltromagnetis.2
Faktor Biologis
Semua makhluk hidup baik dari golongan tumbuhan maupun hewan. Dari yang paling
sederhana bersel tunggal sampai dengan yang paling tinggi tikatannya.2
3
Faktor Kimia
Semua zat kimia anorganis dan organis yang mungkin wujud fisiknya merupakan salah satu
atau lebih dari bentuk gas, uap, debu, kabut, fume (uap logam), asap, awan, cairan, dan atau
zat padat.2
Faktor Ergonomis atau fisiologis
Interaksi antara faal kerja manusia dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya seperti
konstruksi mesin yang disesuaikan dengan fungsi indra manusia, postur dan cara kerja yang
mempertimbangkan aspek antropometris dan fisiologis manusia.2
Faktor Mental dan Psikologis
Reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana kerja, hubungan antara pengusaha dan tenaga
kerja, struktur dan prosedur organisasi pelaksanaan kerja dan lain-lain. Stress akibat kerja
dapat menyebabkan gangguan perilaku dan jiwa di lingkungan kerja. Stress akibat kerja
didefinisikan sebagai stress dalam kesehatan kerja akibat ketidakseimbangan antara hasil
kerja yang diharapkan dengan kemampuan untuk merealisasikannya. Stress merupakan
problem kesehatan kerja yang penting karena secara signifikan menyebabkan kerugian
ekonomis. Stres kerja merupakan reaksi pekerja terhadap situasi dan kondisi di tempat kerja
yang berdampak fisik dan psikososial bagi pekerja. Klasifikasi stress menurut Hans Selye
adalah distress yang destruktif, dan eustress yang positif. Terdapat 3 aspek yang dapat
menjadi dampak stress kerja yaitu gejala fisiologis seperti peningkatan debar jantung, dan
pernapasan serta tekanan darah; gejala psikologis seperti ketidakpuasan dan marah marah;
serta gejala perilaku antara lain meliputi perubahan kebiasaan makan, banyak merokok,
gangguan tidur, tidak masuk kerja, dan penurunan prestasi kerja.2
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa
pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak
ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat
ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung,
perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan
penyakit yang di derita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).3
Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan
penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti
lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan
diagnosis penyakit akibat kerja. Hal ini dapat diperkuat juga dengan mengetahui
patofisiologis penyakit serta pemakaian alat pelindung diri.3
Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit.
Dalam hal ini diperlukan status kesehatan fisik penderita seperti riwayat alergi, perlu
4
diketahui riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih
rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami, kebersihan personal, kepatuhan dalam
menaati peraturan terkait tempat kerja penderita, kebiasaan berolahraga.3
7. Diagnosis Okupasi
Sesudah menerapkan keenam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan
informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan
sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-
kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu
dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai
penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan
tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan
dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu
yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya
memperberat/mempercepat timbulnya penyakit. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa
untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik,
tersedianya berbagai informasi yang didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien,
pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis.3
1. Diagnosis klinis
Hasil kasus:
Anamnesis
- Identitas : Wanita, 30 tahun
- RPS : Mual berulang dan makin diperberat apabila kerja,sulit tidur , pusing
biasa terus menerus tidak ada perasaan berputar
- RPD :-
- RPK :-
- Riwayat Pekerjaan: Karyawati Y, 1 bulan lalu , Bekerja selama 9 jam/minggu
- Pajanan : Stress, Pasien masih melakukan adaptasi dengan lingkungan
pekerjaan karena tidak sesuai dengan pendidikan terakhir pasien
5
Pemeriksaan Fisik : TTV normal
Pemeriksaan penunjang :-
Berdasarkan anamnesis diduga pajanan pasien adalah secara psikososial yaitu merasa
terbeban karena pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang dipelajari selama perguruan
tinggi yaitu sebagai admin sedangkan waktu mengambil studi dia menekuni sastra inggris
tetapi karena kekurangan dan mengalami gangguan adaptasi SDM sehingga dia
menerimanya.
Perlu ditanyakan apakah gejala yang dialami terjadi setelah individu menjalani
pekerjaannya sebagai wali kelas. apakah gejala mual dan pusing tersebut semakin berat,
apakah hilang timbul, dan merasa lebih baik ketika dalam keadaan apa. Di sini didapatkan
mual dan pusing terjadi di pagi hari dan berkurang ketika saat pulang.
Efek yang timbul pada seseorang tergantung pada jumlah pajanan yang ia terima. Semakin
besar dan sering pajanan yang ia terima, maka semakin hebat gejala yang ia alami. Selain
jumlah pajanan, perlu diperhatikan patofisiologi stress terhadap dampaknya baik individu
dan perusahaan (dalam hal ini tempat kerja dan kesesuaian bidang yang dikerjakan) sesuai
literatur untuk membantu menegakkan diagnosis.
Perlu diketahui status kesehatan fisik penderita seperti riwayat alergi, perlu diketahui
riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih
sensitif terhadap pajanan yang dialami, kebersihan personal, kepatuhan dalam menaati
peraturan terkait tempat kerja penderita, kebiasaan berolahraga
Meliputi informasi mengenai hal-hal yang dilakukan oleh individu diluar pekerjaan yang
memungkinkan memperberat penyakit. Diantaranya adalah kebiasaan individu sehari-hari
(merokok, minum minuman beralkohol, jarang makan makanan sehat), ada atau tidak
adanya pajanan di rumah, hobi individu, apakah individu memiliki pekerjaan sampingan
selain pekerjaan utama.
6
7. Diagnosis Okupasi
Diferential Diagnosis
A. Dispepsia
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi
asam lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua,
yaitu :
Dispepsia organik, bila telah diketahui danya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata
terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari,
radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.
Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai
kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan).
Definisi lain, dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas
atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit
atau rasa terbakar di perut.Setiap orang dari berbagai usia dapat terkena dispepsia,
baik pria maupun wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena dispepsia dalam
beberapa waktu.9
B. Gastritis
Gastritis adalah kondisi ketika lapisan lambung mengalami iritasi, peradangan atau
pengikisan. Berdasarkan jangka waktu perkembangan gejala, gastritis dibagi menjadi
dua, yaitu akut (berkembang secara cepat dan tiba-tiba) dan kronis (berkembang
secara perlahan-lahan).10
Lambung memiliki sel-sel penghasil asam dan enzim yang berguna untuk mencerna
makanan. Untuk melindungi lapisan lambung dari kondisi radang atau pengikisan
asam, sel-sel tersebut juga sekaligus menghasilkan lapisan lendir yang disebut
mucin.10
Beberapa gejala gastritis di antaranya10:
Nyeri yang menggerogoti dan panas di dalam lambung
Hilang nafsu makan
Cepat merasa kenyang saat makan
Perut kembung
Cegukan
Mual
Muntah
Sakit perut
Gangguan saluran cerna
7
BAB dengan tinja berwarna hitam pekat
Muntah darah
Dampak
Stress akibat kerja merupakan kondisi yang muncul akibat interaksi seseorang dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Stress ditandai dengan perubahan pada diri seseorang
yang memaksa mereka menyimpang dari fungsinya secara normal. Memang tidak
selamanya stress berdampak negatif pada penderitanya, dan bahkan dapat pula berdampak
positif. Semua itu tergantung pada kondisi psikologis dan sosial seorang guru, sehingga
reaksi terhadap setiap kondisi stress sangat berbeda. Contoh dampak stress kerja yang bersifat
positif, antara lain, adalah motivasi diri, rangsangan untuk bekerja keras, dan timbulnya
inspirasi untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Sedangkan, dampak stress kerja
yang bersifat negatif dapat digolongkan ke dalam kategori subyektif seperti kecemasan, acuh,
agresif, bosan, depresi, gugup, dan terisolir; kategori perilaku seperti penyalahgunaan
obat/narkoba, reaksi meledak-ledak, merokok berlebihan, dan alkoholik; kategori kognitif
seperti ketidakmampuan mengambil keputusan secara jelas, sulit konsentrasi, peka kritik, dan
rintangan mental; kategori fisiologis dan kesehatan seperti meningkatnya kadar gula, denyut
jantung, tekanan darah, tubuh panas dingin, meningkatnya kolesterol, dan lain-lain; dan
kategori organisasi seperti ketidakpuasan kerja, menurunnya produktivitas, dan keterasingan
dengan rekan sekerja.6
Dampak stress kerja bagi individu adalah munculnya masalah-masalah yang berhubungan
dengan kesehatan, psikologis dan interaksi interpersonal.6
Kesehatan
Sistem kekebalan tubuh manusia ini bekerja sama secara integral dengan
sistem fisiologis lain, dan kesemuanya berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh,
baik fisik maupun psikis yang cara kerjanya di atur oleh otak. Seluruh sistem tersebut
sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor psikososial seperti stress
dan immunocompetence.
8
Psikologis
Akar dari stress kronis ini adalah dari pengalaman traumatis di masa lalu yang
terinternalisasi, tersimpan terus dalam alam bawah sadar. Hal ini jadi berbahaya
karena orang jadi terbiasa "membawa" stress ini kemana saja, dimana saja dan dalam
situasi apapun juga; stress kronis ini dianggap sudah menjadi bagian dari kehidupan
mereka sehingga tidak ada upaya untuk mencari jalan keluarnya lagi. Singkatnya,
orang yang menderita stress kronis ini sudah hopelessand helpless. Tidak heran jika
para penderita stress kronis akhirnya mengambil keputusan untuk bunuh diri, atau
meninggal karena serangan jantung, stroke, kanker, atau tekanan darah tinggi.6
Interaksi Interpersonal
Orang yang sedang stress akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak
dalam kondisi stress. Oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam membaca
dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik, nasihat, bahkan
perilaku orang lain. Obyek yang sama bisa diartikan dan dinilai secara berbeda oleh
orang yang sedang stress.6
Selain itu, orang stress cenderung mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya.
Pada tingkat stress yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa percaya
diri dan harga diri. Akibatnya, ia lebih banyak menarik diri dari lingkungan, tidak lagi
mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan, jarang berkumpul dengan sesamanya, lebih
suka menyendiri, mudah tersinggung, mudah marah, mudah emosi. Tidak heran kalau
akibat dari sikapnya ini mereka dijauhkan oleh rekan-rekannya. Respon negatif dari
lingkungan ini malah semakin menambah stress yang diderita karena persepsi yang
selama ini ia bayangkan ternyata benar, yaitu bahwa ia kurang berharga di mata orang
lain, kurang berguna, kurang disukai, kurang beruntung, dan kurang-kurang yang
lainnya.6
9
Dampak Terhadap Perusahaan
Sebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia. Jika
salah satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak,
menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan individunya tidak dapat
berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak di antara karyawan di dalam organisasi
mengalami stress kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu.6
Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat
6
berupa :
Pencegahan
Sarapan setiap pagi, pola makan diatur dengan baik, gizi makanan tercukupi sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dan aktivitas, melakukan olah raga teratur, menghindari makanan dan
10
minuman yang mengandung kafein, yang terpenting memperhatikan gaya hidup sehat,
rekreasi.
Penutup
Diagnosis penyakit akibat kerja pada dasarnya sama seperti penyakit biasa, melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, tetapi untuk membedakan itu penyakit
akibat kerja atau bukan dengan mengikuti tujuh langkah diagnosis okupasi. Dengan ketentuan
:
Jika poin 2,3,4 positif, sedangkan poin 5,6 negatif PAK
Jika poin 2,3,4 negatif, sedangkan poin 5, 6 positif bukan PAK
Jika poin 2,3,4 positif dan salah satu dari poin 5 atau 6 positif diperberat
Daftar Pustaka
1. Akibat Stres kerja. Available from : http://pamangsah.blogspot.com/2008/11/akibat-
stress-kerja.html
2.Sumamur. Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Jakarta: CV. Sagung
Seto; 2009. h. 74, 396-404.
3. McKenzie, James F. Kesehatan masyarakat. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007.h.615-19.
4. Niven. Health psychology: An Introduction for Nurses and Other Health
CaseProfesionals. Jakarta: ECG;2000.
5. Sarafino, EP. Health psychology: Biopsychosocial Interactions.Ed. 2. Singapore: John
Wiley & Sons, Inc; 1994. h. 74.
6. Smet B. Psikologi kesehatan. Jakarta: Grasindo Widiasarana Indonesia; 1994. h. 178.
7. Pemeriksaan : http://rismauzymarwan.blogspot.co.id/2016/01/pemeriksaan-hcg.html
8. Luthans. Organizational behavior. New York: McGraw-Hill Books Company; 2011.h.
294-302.
9. Dispepsia : http://mediskus.com/penyakit/dispepsia. Diakses pada tanggal 13 Oktober
2017.
10. Gastritis : http://www.alodokter.com/gastritis. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2017.
11