Anda di halaman 1dari 11

Penanganan Gangguan Stres dan Hubungannya dengan Pekerjaan

Devi Lexvia Sita Purba


102014146
A3
Mahasiswa Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara no.6, Jakarta 11510

Pendahuluan
Dalam hubungannya dengan pekerjaan atau profesi yang ditekuni, setiap orang
memiliki kemampuan berbeda untuk menyangga beban pekerjaannya. Di antara mereka
barangkali ada yang cocok untuk beban fisik, mental, atau sosial atas pekerjaan yang
ditekuni. Apapun jenis dan namanya pekerjaan, secara umum mereka hanya mampu memikul
beban sampai suatu batas tertentu, bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang
untuk dapat memikulnya, namun bagi yang lain sebaliknya.1
Berangkat dari pemikiran inilah maksud penempatan seorang tenaga kerja yang tepat
pada pekerjaan yang tepat, dalam arti derajat ketepatan suatu penempatan, meliputi
kecocokan basis pengetahuan dan pengalaman, keterampilan, minat, motivasi dan lain
sebagainya atas pekerjaan yang ditekuni. Semakin tinggi pemilikan kemampuan prasyarat
kerja yang dimiliki, semakin efisien dan efektif badan dan jiwanya bekerja, sehingga beban
kerja yang dirasakan menjadi relatif ringan. Pada gilirannya angka sakit dan mangkir kerja
dapat ditekan seminimal mungkin, terlebih lagi jika mereka memiliki dedikasi dan loyalitas
yang tinggi.1,2
Interaksi manusia sebagai pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerja dapat
menyebabkan efek positif kepada pekerja, atau efek yang sebaliknya. Pekerjaan dan
lingkungan kerja yang sehat dan kondusif dapat memberikan efek positif, sedangkan
pekerjaan dan lingkungan kerja yang tidak sehat dan tidak kondusif dapat berpengaruh
negatif kepada pekerja. Bahkan tak jarang kondisi tersebut mengakibatkan gangguan
kesehatan. Oleh karena itu, pekerjaan dan lingkungan kerja yang dapat memberikan efek
negatif sedapat mungkin dieliminasi atau dihindarkan, sebab penyakit akibat dari suatu
pekerjaan secara langsung atau tidak langsung dapat menyebabkan gangguan psiko-fisiologis
(Suma'mur, 1976), mulai dari rentangan ringan hingga berat. Padahal, kondisi tersebut jika
mau dapat dicegah, asal terdapat kemauan yang kuat untuk melaksanakan upaya-upaya
preventif.1
Indikator tingkat kesehatan pekerja dapat disimak pada kesegaran jasmani dan rohani
sebagai status kesehatan. Kesegaran jasmani dan rohani sebagai unsur penunjang yang sangat
penting untuk meningkatkan produktivitas seseorang dalam kerjanya. Kesegaran tersebut
dimulai sejak pekerja memasuki pekerjaan dan terus dipelihara selama bekerja. Kualifikasi
kondisi ini tidak saja sebagai pencerminan kesehatan fisik dan mental, tetapi sekaligus
merupakan gambaran keserasian penyesuaian seseorang dengan pekerjaan dan lingkungan
kerjanya, meskipun secara internal banyak dipengaruhi oleh kemampuan, pengalaman,
pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki.1

1
Langkah-langkah Mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja

1. Diagnosis klinis

Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-
fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.
Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit
tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.3

a) Anamnesis

Menanyakan data-data pribadi seperti nama, umur, alamat, dan pekerjaan. Kemudian
menanyakan keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat
penyakit keluarga. Riwayat penyakit sekarang biasanya merupakan cerita yang kronologis,
terinci, dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai
pasien datang berobat. Sedangkan riwayat penyakit dahulu meliputi pertanyaan yang
menanyakan apakah pasien dulu pernah mengalami penyakit-penyakit tertentu yang
memungkinkan adanya hubungan dengan penyakit yang dialami sekarang. Riwayat penyakit
keluarga ditanyakan untuk mengetahui apakah pasien memiliki penyakit keturunan yang
mungkin diturunkan dari orang tua atau keluarga.4 jika pasien datang dengan keluhan mual
dan pusing berbagai macam penyakit dapat menimbulkan gejala ini, jadi kita harus membuat
pertanyaan-pertanyaan anamnesis seperti:

Mualnya sejak kapan?


Disertai nyeri di epigastrium/uluhati?
Apakah diseratai muntah, pusing dan sakit kepala?
Apakah sering terlambat makan?
Apakah sering mengkonsumsi kopi, minuman bersoda, teh dll?
Apakah selalu sarapan dipagi hari?
Apakah terlambat datang bulan?

Pada pasien yang diduga mengalami penyakit akibat kerja, maka riwayat pekerjaan harus
ditanyakan lebih lengkap. Menggali lebih dalam sudah berapa lama pekerjaannya yang
sekarang, pekerjaan terakhir sebelum pekerjaan sekarang apa (mungkin saja pasien sudah
pensiun atau sudah berganti pekerjaan), jenis pekerjaan dan berbagai alat serta bahan yang
berhubungan dengan pekerjaan tersebut, jumlah jam kerja atau jam giliran kerja,
kemungkinan bahaya yang dialami, hubungan gejala dan waktu kerja, apakah ada pekerja lain
yang mengalami hal sama. Apakah ada tekanan atau tuntutan pekerjaan dari atasan atau dari
pekerja lain.5

b) Pemeriksaan fisik

Pemeriksan fisik yang dilakukan adalah tanda-tanda vital meliputi suhu, pernapasan, nadi,
dan tekanan darah. Suhu normal pada orang dewasa berkisar 36 derajat. Naik atau turunnya
suhu dipengaruhi oleh berbegai hal seperti umur, aktivitas tubuh, jenis kelamin, dan
sebagainya. Pengukuran dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu di mulut, anus, ketiak, dan

2
telinga. Pernapasan normal pada dewasa adalah 16-20 x/menit. Menghitung pernapasan lebih
baik dilakukan tanpa diketahui oleh orang yang diperiksa agar tidak membiaskan hasil. Nilai
denyut nadi merupakan salah satu indikator untuk menilai sistem kardiovaskular. Nilai
normal pada orang dewasa adalah 70-80 x/menit. Tekanan darah menunjukkan nilai sistole
dan diastole. Nilai normal pada orang dewasa adalah sekitar 120/80 mmHg.6 Untuk
pemeriksaan fisik lakukan secara menyeluruh namun pemeriksaan juga disesuaikan dengan
keluhan pasien. Contoh keluhannya mual, maka yang kita fikirkan gastrointestinal terganggu,
jadi periksa bagian abdomen dengan inspeksi, palpasi, dan perkusi, namun tidak melupakan
pemeriksaan yang lain selain gastrointestinal, karena keluhan mual dapat terjadi diberbagai
penyakit.

c) Pemeriksaan penunjang

Bahan pemeriksaan penunjang diambil dari darah, feses, urin, atau dalam organ tubuh
untuk tergantung dari keluhannya namun dalam kasus ini belum dilakukan. Namun
disarankan lebih menekankan ke anamnesis untuk rencana melakukan pemeriksaan
penunjang.7

d) Pemeriksaan tempat kerja

Pemeriksaan tempat kerja lebih ditekankan pada lingkungan tempat individu bekerja. Dilihat
penerangannya, kelembaban tanah dan udara, penempatan alat dan bahan yang digunakan,
terdapat atau tidaknya fasilitas untuk mencuci/membersihkan tubuh jika terkena bahan kimia,
dan lain-lain.8

2. Pajanan yang dialami

Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk
dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan
anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup: a)
Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara kronologis,
b) Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan, c) Bahan yang diproduksi, d) Materi
(bahan baku) yang digunakan, e) Jumlah pajanannya, f) Pemakaian alat perlindungan diri
(misal: masker), g) Pola waktu terjadinya gejala, h) Informasi mengenai tenaga kerja lain
(apakah ada yang mengalami gejala serupa), i) Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-
bahan yang digunakan (MSDS, label, dan sebagainya).2

Faktor Fisik
Yang meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume udara perkapita atau luas
lantai kerja maupun hal-hal yang bersifat fisis seperti penerangan, suhu udara, kelembaban
udara, tekanan udara, kecepata aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi, gelombang
eltromagnetis.2
Faktor Biologis
Semua makhluk hidup baik dari golongan tumbuhan maupun hewan. Dari yang paling
sederhana bersel tunggal sampai dengan yang paling tinggi tikatannya.2

3
Faktor Kimia
Semua zat kimia anorganis dan organis yang mungkin wujud fisiknya merupakan salah satu
atau lebih dari bentuk gas, uap, debu, kabut, fume (uap logam), asap, awan, cairan, dan atau
zat padat.2
Faktor Ergonomis atau fisiologis
Interaksi antara faal kerja manusia dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya seperti
konstruksi mesin yang disesuaikan dengan fungsi indra manusia, postur dan cara kerja yang
mempertimbangkan aspek antropometris dan fisiologis manusia.2
Faktor Mental dan Psikologis
Reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana kerja, hubungan antara pengusaha dan tenaga
kerja, struktur dan prosedur organisasi pelaksanaan kerja dan lain-lain. Stress akibat kerja
dapat menyebabkan gangguan perilaku dan jiwa di lingkungan kerja. Stress akibat kerja
didefinisikan sebagai stress dalam kesehatan kerja akibat ketidakseimbangan antara hasil
kerja yang diharapkan dengan kemampuan untuk merealisasikannya. Stress merupakan
problem kesehatan kerja yang penting karena secara signifikan menyebabkan kerugian
ekonomis. Stres kerja merupakan reaksi pekerja terhadap situasi dan kondisi di tempat kerja
yang berdampak fisik dan psikososial bagi pekerja. Klasifikasi stress menurut Hans Selye
adalah distress yang destruktif, dan eustress yang positif. Terdapat 3 aspek yang dapat
menjadi dampak stress kerja yaitu gejala fisiologis seperti peningkatan debar jantung, dan
pernapasan serta tekanan darah; gejala psikologis seperti ketidakpuasan dan marah marah;
serta gejala perilaku antara lain meliputi perubahan kebiasaan makan, banyak merokok,
gangguan tidur, tidak masuk kerja, dan penurunan prestasi kerja.2

3. Hubungan pajanan dengan penyakit

Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa
pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak
ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat
ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung,
perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan
penyakit yang di derita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).3

4. Pajanan yang dialami cukup besar

Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan
penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti
lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan
diagnosis penyakit akibat kerja. Hal ini dapat diperkuat juga dengan mengetahui
patofisiologis penyakit serta pemakaian alat pelindung diri.3

5. Peranan faktor individu

Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit.
Dalam hal ini diperlukan status kesehatan fisik penderita seperti riwayat alergi, perlu

4
diketahui riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih
rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami, kebersihan personal, kepatuhan dalam
menaati peraturan terkait tempat kerja penderita, kebiasaan berolahraga.3

6. Faktor lain di luar pekerjaan

Meliputi kebiasaan individu sehari-hari (merokok, minum minuman beralkohol, jarang


makan makanan sehat), ada atau tidak adanya pajanan di rumah, hobi individu, apakah
individu memiliki pekerjaan sampingan selain pekerjaan utama.3

7. Diagnosis Okupasi

Sesudah menerapkan keenam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan
informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan
sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-
kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu
dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai
penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan
tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan
dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu
yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya
memperberat/mempercepat timbulnya penyakit. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa
untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik,
tersedianya berbagai informasi yang didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien,
pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis.3

Cara menentukan diagnosis setelah melewati poin-poin diatas:


Jika poin 2,3,4 positif, sedangkan poin 5,6 negatif PAK
Jika poin 2,3,4 negatif, sedangkan poin 5, 6 positif bukan PAK
Jika poin 2,3,4 positif dan salah satu dari poin 5 atau 6 positif diperberat

Implikasi Langkah-langkah Mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada Kasus

1. Diagnosis klinis

Hasil kasus:

Anamnesis
- Identitas : Wanita, 30 tahun
- RPS : Mual berulang dan makin diperberat apabila kerja,sulit tidur , pusing
biasa terus menerus tidak ada perasaan berputar
- RPD :-
- RPK :-
- Riwayat Pekerjaan: Karyawati Y, 1 bulan lalu , Bekerja selama 9 jam/minggu
- Pajanan : Stress, Pasien masih melakukan adaptasi dengan lingkungan
pekerjaan karena tidak sesuai dengan pendidikan terakhir pasien

5
Pemeriksaan Fisik : TTV normal
Pemeriksaan penunjang :-

Anamnesis psikiatris meliputi penampilan umum (kesadaran perilaku,sikap pembicaraan


dll), keadaan afektif (perasaan dasar ekspresi,afektif,empati), Fungsi kognitif (daya
ingat,konsentrasi,orientasi,kemampuan menolong diri sendiri),persepsi,proses piker, daya
nilai social,tanggapan tentang diri dan lingkungan

2. Pajanan yang dialami

Berdasarkan anamnesis diduga pajanan pasien adalah secara psikososial yaitu merasa
terbeban karena pekerjaan yang tidak sesuai dengan apa yang dipelajari selama perguruan
tinggi yaitu sebagai admin sedangkan waktu mengambil studi dia menekuni sastra inggris
tetapi karena kekurangan dan mengalami gangguan adaptasi SDM sehingga dia
menerimanya.

3. Hubungan pajanan dengan penyakit

Perlu ditanyakan apakah gejala yang dialami terjadi setelah individu menjalani
pekerjaannya sebagai wali kelas. apakah gejala mual dan pusing tersebut semakin berat,
apakah hilang timbul, dan merasa lebih baik ketika dalam keadaan apa. Di sini didapatkan
mual dan pusing terjadi di pagi hari dan berkurang ketika saat pulang.

4. Pajanan yang dialami cukup besar

Efek yang timbul pada seseorang tergantung pada jumlah pajanan yang ia terima. Semakin
besar dan sering pajanan yang ia terima, maka semakin hebat gejala yang ia alami. Selain
jumlah pajanan, perlu diperhatikan patofisiologi stress terhadap dampaknya baik individu
dan perusahaan (dalam hal ini tempat kerja dan kesesuaian bidang yang dikerjakan) sesuai
literatur untuk membantu menegakkan diagnosis.

5. Peranan faktor individu

Perlu diketahui status kesehatan fisik penderita seperti riwayat alergi, perlu diketahui
riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih
sensitif terhadap pajanan yang dialami, kebersihan personal, kepatuhan dalam menaati
peraturan terkait tempat kerja penderita, kebiasaan berolahraga

6. Faktor lain di luar pekerjaan

Meliputi informasi mengenai hal-hal yang dilakukan oleh individu diluar pekerjaan yang
memungkinkan memperberat penyakit. Diantaranya adalah kebiasaan individu sehari-hari
(merokok, minum minuman beralkohol, jarang makan makanan sehat), ada atau tidak
adanya pajanan di rumah, hobi individu, apakah individu memiliki pekerjaan sampingan
selain pekerjaan utama.

6
7. Diagnosis Okupasi

Berdasarkan keenam langkah-langkah yang telah dilakukan, maka penderita mengalami


stress yang diperberat oleh pekerjaan.

Diferential Diagnosis
A. Dispepsia
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak
enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan
refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi
asam lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia. Pengertian dispepsia terbagi dua,
yaitu :
Dispepsia organik, bila telah diketahui danya kelainan organik sebagai
penyebabnya. Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata
terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari,
radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.
Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai
kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran pencernaan).
Definisi lain, dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas
atau dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit
atau rasa terbakar di perut.Setiap orang dari berbagai usia dapat terkena dispepsia,
baik pria maupun wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena dispepsia dalam
beberapa waktu.9
B. Gastritis
Gastritis adalah kondisi ketika lapisan lambung mengalami iritasi, peradangan atau
pengikisan. Berdasarkan jangka waktu perkembangan gejala, gastritis dibagi menjadi
dua, yaitu akut (berkembang secara cepat dan tiba-tiba) dan kronis (berkembang
secara perlahan-lahan).10
Lambung memiliki sel-sel penghasil asam dan enzim yang berguna untuk mencerna
makanan. Untuk melindungi lapisan lambung dari kondisi radang atau pengikisan
asam, sel-sel tersebut juga sekaligus menghasilkan lapisan lendir yang disebut
mucin.10
Beberapa gejala gastritis di antaranya10:
Nyeri yang menggerogoti dan panas di dalam lambung
Hilang nafsu makan
Cepat merasa kenyang saat makan
Perut kembung
Cegukan
Mual
Muntah
Sakit perut
Gangguan saluran cerna

7
BAB dengan tinja berwarna hitam pekat
Muntah darah

Dampak
Stress akibat kerja merupakan kondisi yang muncul akibat interaksi seseorang dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Stress ditandai dengan perubahan pada diri seseorang
yang memaksa mereka menyimpang dari fungsinya secara normal. Memang tidak
selamanya stress berdampak negatif pada penderitanya, dan bahkan dapat pula berdampak
positif. Semua itu tergantung pada kondisi psikologis dan sosial seorang guru, sehingga
reaksi terhadap setiap kondisi stress sangat berbeda. Contoh dampak stress kerja yang bersifat
positif, antara lain, adalah motivasi diri, rangsangan untuk bekerja keras, dan timbulnya
inspirasi untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Sedangkan, dampak stress kerja
yang bersifat negatif dapat digolongkan ke dalam kategori subyektif seperti kecemasan, acuh,
agresif, bosan, depresi, gugup, dan terisolir; kategori perilaku seperti penyalahgunaan
obat/narkoba, reaksi meledak-ledak, merokok berlebihan, dan alkoholik; kategori kognitif
seperti ketidakmampuan mengambil keputusan secara jelas, sulit konsentrasi, peka kritik, dan
rintangan mental; kategori fisiologis dan kesehatan seperti meningkatnya kadar gula, denyut
jantung, tekanan darah, tubuh panas dingin, meningkatnya kolesterol, dan lain-lain; dan
kategori organisasi seperti ketidakpuasan kerja, menurunnya produktivitas, dan keterasingan
dengan rekan sekerja.6

Dampak Terhadap Individu

Dampak stress kerja bagi individu adalah munculnya masalah-masalah yang berhubungan
dengan kesehatan, psikologis dan interaksi interpersonal.6

Kesehatan

Tubuh manusia pada dasarnya dilengkapi dengan sistem kekebalan untuk


mencegah serangan penyakit. Istilah "kebal" ini dikemukakan oleh dua orang peneliti
yaitu Memmler dan Wood untuk menggambarkan kekuatan yang ada pada tubuh
manusia dalam mencegah dan mengatasi pengaruh penyakit tertentu, dengan cara
memproduksi antibodi.7

Sistem kekebalan tubuh manusia ini bekerja sama secara integral dengan
sistem fisiologis lain, dan kesemuanya berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh,
baik fisik maupun psikis yang cara kerjanya di atur oleh otak. Seluruh sistem tersebut
sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor psikososial seperti stress
dan immunocompetence.

Istilah immunocompetence ini biasanya digunakan di bidang kedokteran untuk


menjelaskan derajat keaktifan dan keefektifan dari sistem kekebalan tubuh.Jadi, tidak
heran jika orang yang mudah stress, mudah pula terserang penyakit.6

8
Psikologis

Stress berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang


terus-menerus. Menurut istilah psikologi, stress berkepanjangan ini disebut stress
kronis. Stress kronis sifatnya menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran dan
seluruh kehidupan penderitanya secara perlahan-lahan. Stress kronis umumnya terjadi
di seputar masalah kemiskinan, kekacauan keluarga, terjebak dalam perkawinan yang
tidak bahagia, atau masalah ketidakpuasan kerja. Akibatnya, orang akan terus-
menerus merasa tertekan dan kehilangan harapan.6

Akar dari stress kronis ini adalah dari pengalaman traumatis di masa lalu yang
terinternalisasi, tersimpan terus dalam alam bawah sadar. Hal ini jadi berbahaya
karena orang jadi terbiasa "membawa" stress ini kemana saja, dimana saja dan dalam
situasi apapun juga; stress kronis ini dianggap sudah menjadi bagian dari kehidupan
mereka sehingga tidak ada upaya untuk mencari jalan keluarnya lagi. Singkatnya,
orang yang menderita stress kronis ini sudah hopelessand helpless. Tidak heran jika
para penderita stress kronis akhirnya mengambil keputusan untuk bunuh diri, atau
meninggal karena serangan jantung, stroke, kanker, atau tekanan darah tinggi.6

Interaksi Interpersonal

Orang yang sedang stress akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak
dalam kondisi stress. Oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam membaca
dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik, nasihat, bahkan
perilaku orang lain. Obyek yang sama bisa diartikan dan dinilai secara berbeda oleh
orang yang sedang stress.6

Selain itu, orang stress cenderung mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya.
Pada tingkat stress yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa percaya
diri dan harga diri. Akibatnya, ia lebih banyak menarik diri dari lingkungan, tidak lagi
mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan, jarang berkumpul dengan sesamanya, lebih
suka menyendiri, mudah tersinggung, mudah marah, mudah emosi. Tidak heran kalau
akibat dari sikapnya ini mereka dijauhkan oleh rekan-rekannya. Respon negatif dari
lingkungan ini malah semakin menambah stress yang diderita karena persepsi yang
selama ini ia bayangkan ternyata benar, yaitu bahwa ia kurang berharga di mata orang
lain, kurang berguna, kurang disukai, kurang beruntung, dan kurang-kurang yang
lainnya.6

Sebuah penelitian terhadap sekelompok karyawan yang bekerja di suatu


organisasi menunjukkan, bahwa stress kerja menyebabkan terjadinya ketegangan dan
konflik antara pihak karyawan dengan pihak manajemen. Tingginya sensitivitas emosi
berpotensi menyulut pertikaian dan menghambat kerja sama antara individu satu
dengan yang lain.6

9
Dampak Terhadap Perusahaan

Sebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia. Jika
salah satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak,
menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan individunya tidak dapat
berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak di antara karyawan di dalam organisasi
mengalami stress kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu.6

Randall Schuller mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang


berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stress yang dihadapi oleh karyawan
berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja, serta tendensi
mengalami kecelakaan.6

Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat
6
berupa :

Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional kerja


Mengganggu kenormalan aktivitas kerja
Menurunkan tingkat produktivitas
Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan. Kerugian finansial yang dialami
perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang
dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan
yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada
waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya kesalahan yang
berulang.

Penatalaksanaan Medika Mentosa

Jika mengalami gangguan psikologis pemberian obat-obatan disesuaikan dengan


gejala psikologis yang dialami, jika mengalami depresi maka diberi anti depresan, jika
mengalami cemas, diberi anti anxietas, jika mengalami gangguan mood diberi litium, jika ada
gejala psikotik diberik anti psikotik.

Penatalaksanaan Nonmedika mentosa


Upaya-upaya yang bersifat individual ini dapat dilakukan dengan membuat daftar
kegiatan yang harus diselesaikan dalam menentukan urutannya berdasarkan skala
prioritasnya, modifikasi perilaku, memilih filsafat hidup yang tepat, mengelola waktu secara
baik. Khusus untuk waktu-waktu senggang sebaiknya dimanfaatkan untuk relaksasi atau
latihan fisik yang bersifat rekreatif, seperti; meditasi, jalan sehat, jogging, renang, lintas alam,
bersepeda, dan lain-lain. Serta menjalin hubungan harmonis dengan rekan kerja.

Pencegahan
Sarapan setiap pagi, pola makan diatur dengan baik, gizi makanan tercukupi sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dan aktivitas, melakukan olah raga teratur, menghindari makanan dan

10
minuman yang mengandung kafein, yang terpenting memperhatikan gaya hidup sehat,
rekreasi.

Penutup
Diagnosis penyakit akibat kerja pada dasarnya sama seperti penyakit biasa, melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, tetapi untuk membedakan itu penyakit
akibat kerja atau bukan dengan mengikuti tujuh langkah diagnosis okupasi. Dengan ketentuan
:
Jika poin 2,3,4 positif, sedangkan poin 5,6 negatif PAK
Jika poin 2,3,4 negatif, sedangkan poin 5, 6 positif bukan PAK
Jika poin 2,3,4 positif dan salah satu dari poin 5 atau 6 positif diperberat

Daftar Pustaka
1. Akibat Stres kerja. Available from : http://pamangsah.blogspot.com/2008/11/akibat-
stress-kerja.html
2.Sumamur. Hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes). Jakarta: CV. Sagung
Seto; 2009. h. 74, 396-404.
3. McKenzie, James F. Kesehatan masyarakat. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2007.h.615-19.
4. Niven. Health psychology: An Introduction for Nurses and Other Health
CaseProfesionals. Jakarta: ECG;2000.
5. Sarafino, EP. Health psychology: Biopsychosocial Interactions.Ed. 2. Singapore: John
Wiley & Sons, Inc; 1994. h. 74.
6. Smet B. Psikologi kesehatan. Jakarta: Grasindo Widiasarana Indonesia; 1994. h. 178.
7. Pemeriksaan : http://rismauzymarwan.blogspot.co.id/2016/01/pemeriksaan-hcg.html
8. Luthans. Organizational behavior. New York: McGraw-Hill Books Company; 2011.h.
294-302.
9. Dispepsia : http://mediskus.com/penyakit/dispepsia. Diakses pada tanggal 13 Oktober
2017.
10. Gastritis : http://www.alodokter.com/gastritis. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2017.

11

Anda mungkin juga menyukai

  • 1 Ju
    1 Ju
    Dokumen3 halaman
    1 Ju
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • BAB I Referat
    BAB I Referat
    Dokumen20 halaman
    BAB I Referat
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen3 halaman
    Makalah
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • 29 April
    29 April
    Dokumen3 halaman
    29 April
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Ulkus Kornea Od
    Ulkus Kornea Od
    Dokumen31 halaman
    Ulkus Kornea Od
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • DIMAIO
    DIMAIO
    Dokumen2 halaman
    DIMAIO
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Bedakan Lebam Mayat dan Memar pada Otopsi Forensik
    Bedakan Lebam Mayat dan Memar pada Otopsi Forensik
    Dokumen2 halaman
    Bedakan Lebam Mayat dan Memar pada Otopsi Forensik
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • 29 April
    29 April
    Dokumen3 halaman
    29 April
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • LIVOR MORTIS
    LIVOR MORTIS
    Dokumen5 halaman
    LIVOR MORTIS
    Angel Mella
    100% (1)
  • Lebam Mayat
    Lebam Mayat
    Dokumen4 halaman
    Lebam Mayat
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Dafpus
    Dafpus
    Dokumen2 halaman
    Dafpus
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Case
    Case
    Dokumen53 halaman
    Case
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen2 halaman
    Makalah
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • LEBAM MAYAT
    LEBAM MAYAT
    Dokumen5 halaman
    LEBAM MAYAT
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Dafpus
    Dafpus
    Dokumen2 halaman
    Dafpus
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Makala
    Makala
    Dokumen3 halaman
    Makala
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Gabung
    Jurnal Gabung
    Dokumen4 halaman
    Jurnal Gabung
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Status Ilmu Penyakit Dalam 1
    Status Ilmu Penyakit Dalam 1
    Dokumen8 halaman
    Status Ilmu Penyakit Dalam 1
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Translate
    Jurnal Translate
    Dokumen9 halaman
    Jurnal Translate
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen15 halaman
    Makalah
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Fix Mati 2
    Fix Mati 2
    Dokumen4 halaman
    Fix Mati 2
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen2 halaman
    Makalah
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Translate Jurnal
    Translate Jurnal
    Dokumen14 halaman
    Translate Jurnal
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Translate
    Jurnal Translate
    Dokumen9 halaman
    Jurnal Translate
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Refrat Poag
    Refrat Poag
    Dokumen30 halaman
    Refrat Poag
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Fix Mati 2
    Fix Mati 2
    Dokumen4 halaman
    Fix Mati 2
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Fix PPT Referat
    Fix PPT Referat
    Dokumen26 halaman
    Fix PPT Referat
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen27 halaman
    Referat
    BerlieNeonufa
    Belum ada peringkat
  • Referat Pcag
    Referat Pcag
    Dokumen37 halaman
    Referat Pcag
    Angel Mella
    Belum ada peringkat
  • Case Sulit Jessica
    Case Sulit Jessica
    Dokumen31 halaman
    Case Sulit Jessica
    Angel Mella
    Belum ada peringkat