Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan kelompok penyakit yang disebabkan karena
perkembangan sel yang tidak terkendali (American Cancer Society, 2015).
Kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama diseluruh dunia.
Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on Cancer
(IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker
dan 8.201.575 kematian akibat kanker diseluruh dunia (buletin kanker, 2015).
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai
prevalensi yang cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi baik pada pria
maupun wanita, hanya saja prevalensi kanker payudara pada wanita lebih tinggi.
Kanker payudara menempati urutan pertama sebagai jenis kanker yang paling
umum diderita oleh perempuan di dunia. Kanker ini memiliki kontribusi sebesar
43,3% dari total kasus baru kanker secara keseluruhan yang terdiagnosis pada
tahun 2012 (Globocan, 2013).
Di Indonesia kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang
sering terjadi pada perempuan. Kanker payudara memiliki kontribusi sebesar 30%
dan merupakan jenis kanker yang paling mendominasi mengalahkan kanker leher
rahim atau kanker serviks yang berkontribusi sebesar 24% (Depkes RI, 2013).
Sel kanker dapat timbul apabila telah terjadi mutasi genetik sebagai akibat
dari adanya kerusakan DNA pada sel normal (Damayanti, 2014). Kanker
merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal, menduplikasikan diri di luar
kendali, dan biasanya nama kanker didasarkan pada bagian tubuh yang menjadi
tempat pertama kali sel kanker tersebut tumbuh (Putri, 2009). Kanker payudara
adalah keganasan pada payudara yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar,
serta jaringan penunjang payudara, namun tidak termasuk kulit payudara (Depkes
RI, 2014).
Secara molekuler subtipe kanker payudara terdiri atas luminal A, Luminal B,
enriched HER2, dan triple negative breast cancer. Setiap subtipe kanker payudara
memiliki prognosis dan target terapi yang berbeda beda. Subtipe kanker payudara
luminal A mengekspresikan reseptor esterogen (ER+) dan atau reseptor
progesteron (PR+) tapi tidak HER2 (HER-). Triple Negative Breast Cancer

1|Page
(TNBC) merupakan jenis tipe kanker payudara yang tidak memeliki ekpresi baik
hormon respetornya maupun HER2 (RH-/HER2-) (American Cancer Society,
2015).
Seperti pada luminal A, luminal B pada kanker payudara juga
mengekspresikan hormon reseptor esterogen (ER+) dan atau reseptor progesteron
(PR+) dan juga ditemukan HER2 (HER+). Sekitar 4% kanker payudara
memproduksi lebih banyak HER2, tapi tidak mengekspresikan hormon resptor
yang dikenal juga dengan istilah enriched HER2 (HER2+/HR-) (American Cancer
Society, 2015).
Estrogen merupakan suatu hormon steroid yang memberikan karakteristik
seksual pada wanita, mempengaruhi berbagai organ dan jaringan di antaranya
terlibat pada regulasi proliferasi sel dan diferensiasi baik pada wanita atau pria.
Estrogen menyebabkan perkembangan jaringan stroma payudara, pertumbuhan
sistem duktus yang luas, dan deposit lemak pada payudara (Guyton and Hall,
1996).
Meskipun mekanisme molekuler yang mempengaruhi risiko terjadinya
kanker payudara dan progresi dari penyakit ini belum dapat diketahui secara
persis namun aktivasi onkogen yang disebabkan oleh modifikasi genetik (mutasi,
amplifikasi atau penyusunan ulang kromosomal) atau oleh modifikasi epigenetik
(ekspresi berlebihan) dilaporkan mampu mengarahkan pada terjadinya
multiplikasi dan migrasi sel (Greenwald, 2002).
Beberapa onkogen telah diketahui mempengaruhi karsinogenesis kanker
payudara, diantaranya RAS, C-MYC, Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR,
erb-B1), dan erb-B2 (HER-2/neu) (Greenwald, 2002). Mutasi pada gen breast
cancer 1 (BRCA1) dan breast cancer 2 (BRCA2) bertanggung jawab terhadap 3-
8% kasus kanker payudara. Kedua gen ini dipercaya berperan sebagai tumor
supressor genes yang berperan dalam mempertahankan integritas DNA dan
regulasi transkripsi DNA (Stopeck, 2012).
Pada karsinoma payudara faktor yang mungkin diperiksa adalah esterogen
reseptornya, dimana sekitar duapertiga wanita yang menderita kanker payudara
dengan usia dibawah 50 tahun memiliki esterogen reseptor positif dan sementara

2|Page
80% tumor pada wanita berusia lebih dari 50 tahun adalah esterogen reseptor
positif (Payne SJL, 2008).
Esterogen reseptor mengalami over ekspresi pada sekitar 70% kanker
payudara yang kemudian disebut dengan ER positif. Proses karsinogenesis pada
kanker payudara dapat terjadi melalui ikatan esterogen pada esterogen reseptor,
yang menstimulasi proses proliferasi sel-sel pada kanker payudara sehingga
terjadi pembelahan sel yang meningkat dan replikasi DNA yang menyebabkan
mutasi, dan metabolisme esterogen memproduksi limbah toksik terhadap gen dan
metabolit yang dapat menyebabkan mutasi (Yager JD, 2006).
BRCA1 dan BRCA2 berkaitan dengan kanker payudara, dimana gen ini
berperan penting dalam reparasi kerusakan DNA. BRCA1 berperan penting dalam
proses reparasi kerusakan DNA, sedangkan BRCA2 merupakan mediator inti dari
rekombinasi homolog (Roy Rohini, et al,. 2016). BRCA2 adalah gen yang terletak
pada 13q12-13. Gen ini merupakan protein yang terdiri atas 2329 asam amino.
Gen BRCA2 akan berikan dengan RAD51 yang merupakan gen repair (Aziz F, et
al., 2006).
HER2 atau ERBB2 memiliki peranan penting dalam kanker payudara,
penentuan ekspresi dari biomerker ini dapat bermanfaat dalam mengembangkan
terapi baru yang dapat menargetkan subtipe kanker payudara (Dvorkin-Gheva,
Hassel JA, 2011). Over ekspresi pada ERBB2 memiliki peranan dalam terjadinya
keganasan dan berhubungan dengan prognosis buruk pada kanker payudara. Jalur
utama transduksi sinyal dari ERBB2 adalah melalui ras/mitogen-activated protein
kinase (MAPK), phospholipase 3 kinase (PI3K/Akt), dan phospholipase C-y
(PLC-). Over ekspresi pada ERBB2 akan menyebabkan sel tumor menjadi
agresif, invasif dan dapat dengan mudah menyebar ke jaringan limfovaskular
(Afriani Nita et al., 2014)
Sel punca atau stem cell merupakan sel yang belum berdiferensiasi dan
memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain. Sel punca juga
memiliki kemampuan untuk membelah, memperbarui, dan meregenerasi dirinya
sendiri dalam jangka waktu yang lama (Zenit, 2013). Penelitian mengenai sel
punca sebagai terapi saat ini telah banyak berkembang dalam beberapa tahun
terakhir (Alwi Idrus, 2013). Salah satu kegunaan sel punca adalah terapi gen,

3|Page
dimana sel punca kdapat digunakan sebagai pembawa transgen. Adanya sifat self
renewing pada sel punca menyebabkan pemberian sel punca yang mengandung
transgen tidak perlu dilakukan berulang-ulang. Selain itu karena sifat sel punca
yang dapat berdifferensiasi menjadi bermacam-macam sel sehingga transgen
tersebut dapat menetap diberbagai macam sel (Saputra Virgi, 2006).
Berdasarkan pada hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti apakah sel
punca dapat merubah CRGA khususnya ERBB2 dan BRCA2 pada sel kanker
payudara (MCF7).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang penelitian, dapat dibuat rumusan masalah
sebagai berikut :

1. Apakah terapi sel punca memiliki pengaruh terhadap ekspresi gen ERBB2 pada
cell line MCF7
2. Apakah terapi sel punca memiliki pengaruh terhadap ekspresi gen BRCA2
pada cell line MCF7

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah terapi sel punca memiliki pengaruh terhadap
ekspresi gen ERBB2 dan BRCA2 pada cell line MCF7
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui pengaruh terapi sel punca pada cell line MCF7
terhadap ekspresi gen ERBB2
Untuk mengetahui pengaruh terapi sel punca pada cell line MCF7
terhadap ekspresi gen BRCA2
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat untuk Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
bagi perkembangan ilmu pengetahuan tentang pengaruh terapi sel
punca pada kanker payudara (cell line MCF7) terhadap ekspresi gen
ERBB2 dan BRCA2
1.4.2 Manfaat untuk Terapan

4|Page
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para klinisi dalam
penatalaksanaan pengobatan penyakit kanker payudara dengan terapi
stem sel di masa mendatang
1.4.3 Manfaat untuk Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan
pengetahuan dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang
manfaat dari terapi sel punca pada kanker payudara

5|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Payudara
2.2 Cell line MCF7
2.3Sel Punca

6|Page
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Terapi sel punca Kanker Payudara

Luminal A TNBC Luminal B HER2


enriched
Immunomodulator
Self-renewal Esterogen Cell Line
Multipotent Reseptor (ER+) MCF7

PIK3CA MYC FGFR1 ERBB2 BRCA2 PTEN TP53

Perbaikan DNA
Proliferasi sel tumor dan tumor
supresor

Apoptosis

Keterangan : yang akan diteliti

7|Page
Penjelasan Kerangka Konseptual :
Kanker payudara teridiri dari beberapa subtipe diantara nya luminal A,
TNBC, luminal B, dan HER2 enriched. Luminal A merupakan kelompok kanker
payudara yang mengekpresikan hormon reseptor esterogen (ER+) dan atau
reseptor hormon progesteron (PR+) tapi tidak dengan HER2 (HER2-). Lebih darai
74% penderita kanker payudara merupakan subtipe luminal A.
Kanker terjadi akibat adanya mutasi pada pada proto-onkogen (MYC,
PIK3CA, ERBB2, FGFR1), gen supresor (BRCA2, PTEN, TP53), sehingga tidak
dapat menjalankan fungsinya. Pada kanker payudara saat terjadi mutasi maka
proto-onkoge akan berubah menjadi onkogen sehingga terjadi peningkatan
ERBB2 yang menyebabkan over exspressi gen ERBB2 akibat amplifikasi gen.
Efek dari over ekspresi ERBB2 menyebabkan sel kanker menjadi agresif, invasif,
dan dapat dengan mudah menyebar kejaringan.
BRCA berkaitan dengan kanker payudara, BRCA merupakan TSG yang
diduga memegang peranan pada sindrom kanker payudara dan ovarium. BRCA2
merupakan protein yang terdiri dari 2329 asam amino. RAD51 akan berinteraksi
dengan gen BRCA2 yang merupakan gen repair, yang akan memperbaiki
kerusakan DNA dan menekan tumor (tumor supresos).
Pemanfaatan sel punca sebagai terapi gen diharapkan dapat

3.2 Hipotesis Penelitian


1. Terapi sel punca pada kanker payudara (cell line MCF7) dapat menekan
ekspresi gen ERBB2
2. Terapi sel punca pada kanker payudara (cell line MCF7) dapat
memperbaiki BRCA2

8|Page
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian crossectional dengan menggunakan sel
punca, cell line kanker payudara MCF7
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biomedik Universitas Andalas, dari
Agustus 2017 sampai dengan Desember 2017
4.3 Populasi dan Sampel
Cell line MCF7 dan sel punca yang dikultur pada media DMEM dengan
FBS (Fetal bovine serum) 10% dan 1% panstrep 1% serta amphoterisin B
4.4 Variabel Penelitian
1. Variabel independen adalah terapi sel punca
2. Variabel dependen adalah gen ERBB2 dan BRCA2
4.5 Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil
Operasional Ukur Ukur
Ekspresi Ekspresi Dengan metode Real - time PCR rasio %
gen ERBB2 ERBB2 pada real-time PCR system dan Rotor
mRNA Gene Q Series
Ekspresi Ekspresi Dengan metode Real - time PCR rasio %
gen BRCA2 BRCA2 pada real-time PCR system dan Rotor
mRNA Gene Q Series

4.6 Alur Penelitian

Cell line Penyiapan Cell Kultur Cell


MCF7 line MCF7 line MCF7

Isolasi RNA

Pemeriksaan
Laboratorium

9|Page
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Bahan
Menggunakan sel punca
Cell line kanker payudara MCF7
4.7.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Laminar Flow
Incubator
Alat-alat kultur sel
Mikroskop
PCR/ Realtime PCR
Flowcytometry
4.8.3 Cara Kerja
4.8.3.1 Kultur Sel
a) Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian harus dalam keadaan bersih dan
steril. Wadah plastik dipersiapkan hanya untuk satu kali pemakaian, dan
sterilitasnya terjamin selama kemasan tidak rusak. Untuk alat-alat
berbahan gelas, wadah dicuci bersih dan dikeringkan. Kemudian
disterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C tekanan 15 lbs selama 15
menit. Sedangkan laminar air flow kelas disterilkan degan cara disemprot
dengan etanol 70% dan juga disinari dengan lampu UV.
b) Penyiapan Sel
Sel kanker payudara yang digunakan yaitu MCF7 yang diperoleh dari Dr.
rer. Physial. dr. Septelin Irawati Wanandi Fakultas Kedokteran UI . Sel
kanker dikeluarkan dari freezer (-800C), dihangatkan dalam penangas air
pada suhu 370C/ 5% CO2, kemudian diamati dibawah mikroskop untuk
melihat apakah sel melekat didasar flask dan membentuk lapisan
monolayer. Medium pertumbuhan diganti sekali dalam dua hari dan bila
jumlah sel didalam flask mencapai 50-60%, maka lakukan kultur sel.

10 | P a g e
c) Kultur Sel
Sel punca dan cell line MCF7 di co-culture sebanyak 12 well dalam
medium DMEM dengan 10% fetal bovine serum (FBS) (Gibco) dan 1%
panstrep 1% serta amphoterisin B (sigma). Sel MCF7 dan sel punca dibuat
triplicate untuk pemeriksaan CRGA.
4.8.3.2 Isolasi RNA (TRIzol reagent literature, Invitrogen Life Technologies)
1. Homogenisasi
Cell line MCF7 dimasukkan kedalam microtube kemudian dihomogenisasi
dengan reagen TRIzol (Invitrogen) 500 L dan homogenizer selama 30
detik dengan kecepatan 8000 rpm.
2. Fase Pemisahan
Setelah homogen, inkubasi pada suhu ruang selama 5 menit, kemudian
ditambah chloroform 100 L, lalu shake dengan cara membolak balik tube
selama 15 detik, lalu inkubasi selama 3 menit pada suhu ruang, kemudian
di centrifuge dengan kecepatan 12000 rpm selama 10 menit pada suhu
40C. Setelah dicentrifuge maka akan terpisah dan membentuk dua lapisan
cairan (fenol kloroform dan aquos). Kemudian ambil bagian cairan yang
jernih (mengandung RNA) dan masukkan kedalam microtube
3. Presipitasi RNA
Cairan jernih yang telah dipisahkan tadi, ditambahkan dengan 250 L
isopropanol, shake sampel dengan cara membolak balik tube lalu inkubasi
dengan cara mendiamkannya selama 10 menit pada suhu ruang. Kemudian
centrifuge dengan kecepatan 12000 rpm selama 10 menit dengan suhu
40C. Presipitat RNA akan terlihat seperti butir gel berwarna putih yang
mengendap pada dasar microtube. Cairan supernatan dibuang dan bagian
presipitat dikering anginkan
4. Pencucian RNA
Pellet RNA dicuci dengan 500 L etanol 75%, shake dengan cara
membolak balik tube, centrifuge dengan kecepatan 7500 rpm selama 5
menit dengan suhu 40C.
5. Pelarutan RNA Kembali

11 | P a g e
Buang bagian etanol dan keringkan pellet RNA dengan dengan cara
mebiarkan tube terbuka selama 15 menit, setelah pellet kering larutkan
pellet dengan 200L autoclave water.
6. Mengukur Konsentrasi RNA
Diambil 1L RNA total, kemudian masukkan dalam alat NanoDrop 2000
Spectrophotometer (Thermo Fisher Scientific, MA, USA). Kuantitas
sampel dan kemurnian RNA diuukur pada serapan 260/280 nm
menggunakan prosedur Nucleid Acids yang dilakukan dengan alat
NanoDrop 2000 Spectrophotometer (Thermo Fisher Scientific, MA, USA).
Sisa RNA segera disimpan dalam suhu -800C.
4.8.3.3 Sintesis cDNA
Sintesis cDNA dilakukan menggunakan iscript cDNA Syntesis Kit (Bio-Rad
iScript gDNA Clear cDNA synthesis Kit Catalog) pada alat Reverse Transcriptase
(RT-PCR) thermal cycler C1000 (Bio-Rad).
a. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Siapkan kit sintesis
cDNA yang terdiri dari reaction mix, riverse transcriptase, dan nuclease
free water (NFW)
b. Dibuat campuran nuclease free water dan isolat RNA dalam microtube
dengan volume total adalah 7,5 L.
c. Dibuat campuran total dari reaction mix dengan enzim (Riverse
Transcriptase)
d. Masukkan 2,5 L campuran total kedalam masing-masing microtube
oyang telah berisi campuran sampel dengan nuclease free water
e. Dilakukan sintesis cDNA dengan cara memasukkan sampel yang telah
disiapkan kedalam alat RT-PCR thermal cycler C1000 (Bio-Rad) selama
45 menit
f. Setelah selesai, keluarkan sampel dan cDNA siap digunakan
4.8.3.4 Analisis Gen ERBB2 dan BRCA2
Analisa gen ERBB2 dan BRCA2 dilakukan dengan PCR dan realtime PCR.
Sel ditanam pada plat kultur dengan well 12 hingga 70%. Selanjutnya pada
masing-masing well ditambahkan sel punca dalam (Hanks balance salt solution)
HBSS + 10mM HEPES (pH7,3) dan diinkubasi pada suhu 370C, dengan kadar

12 | P a g e
CO2 5% selama 24 jam, dan 48 jam. Masing-masing perlakuan dilakukan tiga kali
pengulangan dan masing-masing well dilakukan pengukuran sebanyak tiga kali.
4.9.3.5 Penentuan Ekspresi ERBB2
Primer ERBB2
Forward :
Riverse :
4.10.3.6 Penentuan Ekspresi BRCA2
Primer BRCA2
Forward :
Riverse :
4.11 Analisis Data

13 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Stopeck AT, Downey L, Lang J, Thompson PA, Harris J, Gohel MS, et al. Breast
cancer. 2012 [updated June 13th 2012; cited 2012 July 13]; Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/ 1947145-overview
Widowati Wahyu, Widyanto Rahma. 2013. Sel punca sebagai transformasi
alternatif. Zenit Vol 2

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai