BAB I
PENDAHULUAN
Produksi yang tepat dan akurat sangat diperlukan oleh PT Kanishta Garjita Indonesia agar
dapat memenuhi permintaan pasar dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang tepat,
dan biaya produksi yang minimum. Tanpa adanya perencanaan produksi dan material,
proses produksi tidak akan berjalan dengan lancar.
3. Data yang digunakan untuk penyusunan kebutuhan material yaitu data hasil
peramalan demand tamiya selama 48 periode dengan horison perencanaan selama
12 periode (minggu) atau 3 bulan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Routing
Routing adalah kegiatan untuk menetukan urutan-urutan proses dan penggunaan alat
produksinya dari bahan mentah smapi menjadi produk akhir, sehingga sebelum
produksi dimulai maslah sudah tercantum pada rout sheet.
3. Schedulling.
Schedulling adalah kegiatan untuk membuat jadwal proses produksi sebagai satu
kesatuan dari awal proses sampai selesai proses produksi . Scehedulling ini
pemrosesan sesuai dengan urutan- urutan routenya. Oleh kaena itu untuk membantu
keberhasilan tahap ini lebih baik melakukan time and mention study sehingga
dapat ditentukan stanndar hasil kerjanya.
4. Dipatching
Dipatching adalah suatu proses untuk pemberian perin tah untuk melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan routing dan schedulling yang dibuat.
5. Follow up
Follow up adalah kegiatan untuk menghilangkan terjadinya penundaa/keterlambatan
kerja dan mendorong terkoordinasinya pelaksnaan kerja atau sebagai pengontrol
kegiatan sebelumya.
(Hismaya, 2011)
2.2. Aggregate Planning
Menurut mengatakan bahwa, Perencanaan agregat adalah proses perencanaan
kuantitas dan pengaturan waktu keluaran selama periode waktu tertentu melalui
penyesuaian variabel variabel tingkat produksi, karyawan, persediaan dan variabel
variabel yang dapat dikendalikan lainnya. Sedangkan menurut David D. Bedworth (1982 :
138), Perencanaan Agregat adalah perencanaan yang dibuat untuk memenuhi total
permintaan dari seluruh elemen produksi dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Dari
defenisi diatas dapat diketahui bahwa perencanaan agregat adalah dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan total seluruh produk dengan menggunakan seluruh sumber daya yang
tersedia. Oleh karena itu, tanpa adanya perencanaan agregat secara akurat maka semua
aktivitas industri akan menjadi sangat keliru. Dalam suatu lingkungan yang kompetitif,
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro 5
2016
Laporan Praktikum PerancanganTeknik Industri
Modul 6 Perancangan Produksi dan Perancangan Material
Kelompok 25
rencana agregat yang baik adalah dasar untuk mencapai kesuksesan. Jadi secara sederhana
perencanaan agregat adalah proses penetapan tingkat output/kapasitas produksi secara
keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan
pesanan dengan tujuan meminimalkan total biaya produksi.
(Handoko, 1984)
2.2.1 Fungsi Agrgregate Planning dan Tujuan Agrgregate Planning
Fungsi Perencanaan Agregat
Pada dasarnya perencanaan produksi agregat merupakan suatu proses penetapan
tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi tingkat permintaan
yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan meminimalkan total biaya
produksi.
Beberapa fungsi perencanaan agregat yaitu :
1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana
strategi perusahaan
2. Alat ukur performansi proses perencanaan produksi
3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi
4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat
penyesuaian
5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target dan membuat penyesuaian
6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi.
Tujuan Perencanaan Agregat
Tujuan perencanaan agregat adalah untuk menyesuaikan kemampuan produksi dalam
menghadapi permintaan pasar yang tidak pasti dengan mengoptimumkan penggunaan
tenaga kerja dan peralatan produksi yang tersedia sehingga ongkos total produksi dapat
ditekan seminimal mungkin
1 Mengembangkan perencanaan produksi yang feasible pada tingkat menyeluruh yang
akan mencapai keseimbanagan antara permintaan dan suplai dengan memperhatikan
biaya minimal dari rencana produksi yang dibuat, walaupun biaya bukan satu-satunya
bahan pertimbangan.
2 Sebagai masukan perencana sumber daya sehingga perencanaan sumber daya
dikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi.
3 Meredam (stabilisasi) produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan
(Nasution, 2003)
2.2.2 Strategi Agrgregate Planning
Strategi prencanaan agregrat dikalsifikan menjadi 2 yaitu : Pure stategy atau strategi
murni dan Mixed Strategy atau strategi campuran. Pure strategy adalah strategi yang
memiliki 4 pilihan yang terdiri dari mengubah tingkat inventori, subkontrak, mengubah
level tenaga, kerja dan juga mempengaruhi permintaan. Mixed Strategi adalah strategi yang
mengkombinasikan atau melibatkan dua atau lebih variabel yang dikontrol dalam suatu
perencanaan produksi.
Pure Startegy
1. Mengubah tingkat Inventory
Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama periode permintaan rendah
untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa mendatang. Jika strategi ini
dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi,
penanganan, keusangan, pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan meningkat.
(Biaya-biaya ini pada umumnya berkisar 15% hingga 40% dari nilai sebuah barang
setiap tahunnya). Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa dimana
permintaan meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat mengakibatkan tidak
terjadinya penjualan yang disebabkan waktu tunggu yang lebih panjang dan
pelayanan pelanggan yang lebih buruk.
2. Meragamkan jumlah tenaga kerja
Dilakukan dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan.Salah satu cara untuk
memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau memberhentikan para
pekerja produksi untuk menyesuaikan tingkat produksi. Bagaimanapun, sering
4. Subkontrak
Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan melakukan
subkontrak selama periode permintaan tinggi.Bagaimana pun, subkontrak, memiliki
beberapa kekurangan antaralain :
- Mahal
- Membawa resiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing
- Seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna, yang selalu
dapat mengirimkan produk bermutu tepat waktu.
5. Penggunaan karyawan paruh waktu
Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan tenaga kerja
tidak terampil. Praktik ini umum dilakukan direstoran, toko eceran, dan supermarket.
Pilihan Permintaan
Pilihan permintaan dasar adalah sebagai berikut :
6. Mempengaruhi permintaan.
Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk meningkatkan
permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan diskon. Perusahaan penerbangan
dan hotel telah lama menawarkan diskon akhir pekan dan tarif musim sepi; perusahaan
telepon membebankan biaya yang lebih murah pada malam hari; beberapa perguruan tinggi
member diskon bagi warga senior; dan pendingin udara dijual lebih murah pada waktu
musim dingin. Bagaimana pun, bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan
harga tidak selalu mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi.
7. Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi.
Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang diterima perusahaan tetapi
tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi pada saat itu. Jika pelanggan
mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik mereka maupun pesanannya, tunggakan
pesanan adalah strategi yang mungkin dijalankan. Banyak perusahaan menggunakan
tunggakan pesanan,tetapi pendekatan ini sering mengakibatkan hilangnya penjualan.
yang seragam dan mungkin membiarkan persediaan barang jadi naik atau turun untuk
menopang perbedaan permintaan dan produksi atau menemukan pekerjaan alternatif bagi
karyawan. Penjadwalan bertingkat akan bekerja dengan baik ketika permintaan stabil.
(Pratanto,2012)
2.2.4 Satuan aggregate
Satuan Agregat adalah satuan yang dapat mewakili berbagai macam produk, sehingga
total kebutuhan untuk produk produk tersebut dapat dibandingkan dengan kapasitas fasilitas
produksi yang tersedia. Satuan agregat akan mewakili agregasi seluruh item produk
sehingga permintaan total untuk kebutuhan selama kurun waktu perencanaan dihitung.
(Hartini, 2010)
2.2.5 Metode Agrgregate Planning
Banyak metode yang telah dikembangkan untuk perencanaan agregatini tetapi pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu (Gus wardi, 2013) :
a. Dengan pendekatan Optimasi :
progamma linier
aturan HMMS (Linier Decision Rule)
search Decision Rule, dll
b. Dengan pendekatan Heuristik :
metode grafik
metode koefisien manajemen
metode parametric, dll
4. Tentukan model mana yang akan dipakai sesuai dengan kriteria ongkos terendah.
(Modul Praktikum PTI, 2016)
2.2.7 Biaya pada Agrgregate Planning
Biaya berpengaruh pada Agrgregate Planning:
Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)
Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk iklan, proses seleksi dan
training. Biaya training merupakan biaya yang besar apabila tenaga kerja yang
direkrut adalah tenaga kerja yang belum berpengalaman.
Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya permintaan
akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun dengan drastic.
Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan uang pesangon
bagi karyawan yang di-PHK, menurunnya moral kerja dan produktivitas karyawan
yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social. Semua akibat ini dianggap
sebagai biaya pemberhentian tenaga kerja yang akan ditanggungperusahaan.
Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya menganggur)
Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi, tetapi
konsekwensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan lembur yang
biasanya 150% dari biaya kerja regular.Disamping biaya tersebut, adanya lembur
akan memperbesar tingkat absen karyawan karena capek. Kebalikan dari kondisi
diatas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja dibandingkan
dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan produksi. Tenaga kerja
berlebih ini kadang-kadang bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang produktif
meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak dapat dilakukan alokasi yang efektif,
maka perusahaan dianggap menanggung biaya menganggur yang besarnya
merupakan perkalian antara jumlah jam kerja yang tidak terpakai dengan tingkat
upah dan tunjangan lainnya.
Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan
persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan permintaan pada
saat-saat tertentu. Konsekwensi dari kebijaksanaan persediaan bagi perusahaan
adalah timbulnya biaya penyimpanan(inventory cost/holding cost) yang berupa
biaya tertahannya modal,pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan biaya sewa gudang.
Kebalikan dari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak mengadakan persediaan seolah-
olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat menimbulkan kerugian dalam bentuk
biaya kehabisan persediaan. biaya kehabisan persediaan ini dihitung berdasarkan
berapa barang diminta yang tidak tersedia. Kondisi ini pada system MTO(Make to
order =Memproduksii berdasarkan pesanan) akan mengakibatkan jadwal jadwal
penterahan order terlambat, sedangkan pada system MTS (make to stock
=Memproduksi untuk memenuhi persediaan) akan mengakibatkan beralihnya
pelanggan pada produk lain. Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya
barang yang diinginkan akan diperhitungkan sebagai kerugian bagi perusahaan,
dimana kerugian tersebut akan dikelompokkan sebagai biaya kehabisan persediaan.
Biaya kehabisan persediaan ini sama nilainya dengan biaya pemesanan kembali bila
konsumen masih bersedia menunggu.
Subcontract Cost (biaya subkontrak)
Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular,biasanya perusahaan
mensubkontrakan kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya sendiri kepada
perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah timbulnya biaya
subkontrak, dimana biasanya biaya mensubkontrakan ini lebih mahal dibandingkan
memproduksi sendiri dan adanya resiko terjadinya kelambatan penyerahan dari
kontraktor.
(Gus wardi, 2013)
2.3 RRP
Perencanaan kebutuhan sumber daya merupakan tingkat perencanaantertinggi
dalam hirearki perencanaa kapasitas / merupakan perencanaankebutuhan sumberdaya
produksi dengan melihat sumberdaya yang dimilikiterhadap sumberdaya yang dibutuhkan
hasil dari perencanaan produksi yangtelah dibuat. Atau dengan kata lain, RRP merupakan
validasi dari perencanaan produksi, apakah perencanaan produksi yang teh disusunrealistis
atau tidak.
Jumlah stasiun kerja = /........................(2.1)
2.4 MPS
Jadwal Induk Produksi (master production schedule) adalah suatu set perencanaan
yang mengidentifikasi kuantitas dari item tertentu yang dapat dan akan dibuat oleh suatu
perusahaan manufaktur (dalam satuan waktu). Jadwal Induk Produksi (JIP) merupakan
suatu pernyataan tentang produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari
suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan
dengan kuantitas dan periode waktu.
(Gaspersz, 2004).
2.4.1 Fungsi MPS dan Tujuan MPS
Pada master production schedule pada dasarnya berkaitan dengan aktivitas-aktivitas
produksi melakukan 4 fungsi utama (Gasperz, 2011):
a) Menyediakan atau memberikan input utama kepada sistem perencanaan kebutuhan
material dan kapasitas
b) Menjadwalkan pesanan pesanan produksi dan pembelian untuk item item MPS
c) Memberikan landasan untuk penentuan kebutuhan sumber daya dan kapasitas
d) Memberikan basis untuk pembuatan janji tentang penyerahan produk kepada
pelanggan
Adapun beberapa yang menjadi tujuan penjadwalan produksi induk (master
production schedule) diantaranya, adalah sebagai berikut:
a) Memenuhi target tingkat pelayanan terhadap konsumen
b) Efisiensi dalam penggunaan sumber daya produksi
c) Mencapai target tingkat produksi
Dan dalam master production schedule juga terdapat kriteria-kriteria dasar yakni
sebagai berikut :
a) Jenis item tidak terlalu banyak
b) Dapat diramalkan kebutuhannya
c) Mempunyai bill of material (BOM)
d) Dapat diperhitungkan dalam menentukan kebutuhan kapasitas
(Gasperz, 2011)
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro 17
2016
Laporan Praktikum PerancanganTeknik Industri
Modul 6 Perancangan Produksi dan Perancangan Material
Kelompok 25
2.6. RCCP
Teknik manajemen kapasitas pada umumnya dibagi ke dalam empat kategori yaitu
Resource Requirement Planning (RRP), Rough Cut Capacity Planning (RCCP), Capacity
Requirements Planning (CRP), dan kontrol output/input. Dalam suatu sistem MRP urutan
khasnya adalah untuk menciptakan suatu jadwal induk produksi, RCCP digunakan untuk
memvalidasi bahwa MPS dapat dilaksanakan dengan mudah, melaksanakan MRP
explosion, dan mengirimkan data perintah pelepasan yang telah direncanakan ke CRP.
Perencanaan produksi dan inventarisasi adalah proses yang berurusan dengan
fleksibilitas untuk memenuhi hasrat pelanggan yang melibatkan 3 fungsi, antara lain :
Mengembangkan sebuah MPS yang dapat dicapai
Merencanakan dan mengatur prioritas
Merencanakan dan mengatur kapasitas
Dalam sebuah sistem MRP, fungsi perencanaan kapasitas dan pengaturan dipisahkan
dari fungsi perencanaan dan pengaturan prioritas. Fungsi perencanaan kapasitas terdiri dari
RRP, RCCP, dan CRP. Kontrol kapasitas biasanya dilakukan oleh pengatur
masukan/keluaran. Perencanaan prioritas adalah tugas untuk sistem MRP. Kontrol prioritas
ditentukan pada lantai pabrik dengan menggunakan sebuah teknik pengiriman untuk
merangkai tugas spesifik pada mesin yang spesifik pula.
Manajemen kapasitas harus digunakan oleh semua perusahaan yang menjalankan
MRP. Tidak melaksanakan manajemen kapasitas akan mengakibatkan pemborosan
manajemen produksi. Perusahaan yang memiliki master schedule tidak stabil harus
mengenali bahwa ketidakstabilan adalah gejala dari safety stock yang tidak cocok pada
tingkat MPS. Safety stock yang tidak cocok itu sendiri mungkin merupakan gejala dari
kurangnya sistem peramalan yang cocok atau kesalahan menghitung error peramalan.
Proses manajemen kapasitas harus dimulai dengan memastikan bahwa master schedule
dalam keadaan stabil. Perubahan jadwal pada menit terakhir akan dibayar dengan sangat
mahal.
2.7. MRP
2.7.1. Ciri Utama Sistem MRP
Teknik Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning, MRP)
digunakan untuk perencanaan dan pengendalian item barang (komponen) yang tergantung
(dependent) pada item-item yang ada di tingkat (level) lebih tinggi. Jumlah item yang
hendak diproduksi pada tingkat yang lebih tinggi menentukan jumlah item yang akan dibuat
atau diperlukan pada tingkat di bawahnya.
Material Requirement Planning adalah lebih dari sekedar metode proyeksi
kebutuhan-kebutuhan akan komponen individual dari suatu produk. Sistem MRP
mempunyai tiga fungsi utama, yaitu :
Sebagai kontrol tingkat persediaan,
Penugasan komponen berdasar urutan prioritas, dan
Penentu kebutuhan kapasitas (capacity requirement) pada tingkat yang lebih detail
daripada proses perencanaan pada rough-cut capacity-requirements.
MRP menggunakan MPS untuk memproyeksikan kebutuhan akan jenis-jenis
komponen (component parts). Kebutuhan ini akan dipengaruhi oleh tingkat persediaan di
tangan (on hand inventory), stok aman (safety stock), dan kuantitas/items yang akan
dialokasikan (allocated items) dan jadwal penerimaan berdasarkan tahap waktu sehingga
lot-lot produksi dapat dijadwalkan untuk diproduksi atau diterima pada saat dibutuhkan.
Material Requirement Planning (MRP) memiliki dua fungsi utama yaitu :
1. Pengendalian persediaan, yaitu dengan menjaga tingkat persediaan agar berada pada
tingkat minimum tetapi dapat memenuhi permintaan pada saat diperlukan.
2. Penjadwalan produksi, yaitu menentukan dengan tepat jadwal (waktu dan jumlah yang
dibutuhkan) pembuatan item-item.
Output MRP
Output MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan ciri dari MRP, yaitu :
a. Planned Order Schedule (Jadwal Pesanan Terencana) adalah penentuan jumlah
kebutuhan material serta waktu pemesanannya untuk masa yang akan datang.
b. Order Release Report (Laporan Pengeluaran Pesanan) berguna bagi pembeli yang
akan digunakan untuk bernegosiasi dengan pemasok, dan berguna juga bagi
manejer manufaktur, yang akan digunakan untuk mengontrol proses produksi.
c. Changes to planning Orders (Perubahan terhadap pesanan yang telah
direncanakan) adalah yang merefleksikan pembatalan pesanan, pengurangan
pesanan, pengubahan jumlah pesanan.
d. Performance Report (Laporan Penampilan) suatu tampilan yang menunjukkan
sejauh mana sistem bekerja, kaitannya dengan kekosongan stock dan ukuran yang
lain. Terlihat pada gambar Sistem MRP
(Gaspersz, 1998)
2.7.3. Sistem Asumsi MRP
Asumsi-asumsi dalam pembuatan MRP :
Adanya data file yang terintegrasi.
Lead time unlink semua item diketahui.
Setiap item persediaan selalu ada dalam pengendalian.
Semua komponen untuk suatu perakitan dapat disediakan pada saat perakitan
dilakukan.
Pengadaan dan pemakaian komponen bersifat diskrit
Proses pembuatan suatu item tidak tergantung terhadap proses pembuatan item
lainnya.
akan semakin besar pula nilai dari POH. Sebaliknya, semakin besar nilai Safety
Stock maka nilai POH akan menjadi semakin kecil. Jadi besarnya nilai On Hand
akan sama dengan nilai project on hand (POH) sedangkan besarnya nilai Safety
Stock (SS) akan berbanding terbalik dengan nilai Project on Hand (POH).
4. EXPLOSION
Langkah ini merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item
(komponen) pada level yang lebih rendah dari struktur produk yang tersedia.
( Hartini, 2011 )
2.7.6. Teknik Penerapan Ukuran Lot
Teknik penetapan ukuran lot dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Teknik ukuran lot untuk satu tingkat (single level) dengan kapasitas tak terbatas.
Teknik teknik yang sering digunakan :
a. Lot For Lot (LFL)
Metode ini bertujuan untuk meminimalisasikan biaya penyimpanan per unit
sampai nol, karena ukuran lot sama dengan kebutuhan. Kelebihannya, metode ini
tidak ada persediaan, sehingga tidak ada biaya simpan. Kekurangannya, apabila
ada error yang datang tiba tiba, dan melebihi jumlah demand tersebut, karena
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro 28
2016
Laporan Praktikum PerancanganTeknik Industri
Modul 6 Perancangan Produksi dan Perancangan Material
Kelompok 25
Dimana :
EOQ = jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis
S = biaya pesan setiap kali pemesanan
D = jumlah kebutuhan bahan baku untuk satu periode
H = biaya penyimpanan
Kelebihannya merupakan teknik yang mudah yang memasukkan parameter
biaya dan teknik yang menentukan trade off antara biaya pesan, set up dan ongkos
simpan. Kekurangannya adalah metode ini mengabaikan kemungkinan permintaan
yang akan datang pada MRP. Teknik ini bukan teknik eksak sehingga sering
mengakibatkan adanya sisa dari persediaan sehingga akan meningkatkan ongkos
simpan.
c. Periode Order Quantity (POQ)
Metode ini sering disebut juga dengan metode Uniform Order Cycle,
merupakan pengembangan dari metode EOQ untuk permintaan yang tidak
seragam dalam beberapa periode. Rata-rata permintaan digunakan dalam model
EOQ untuk mendapatkan rata-rata jumlah barang dalam sekali pesan. Angka ini
selanjutnya dibagi dengan rata-rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya
dibulatkan. Angka akhir menunjukkan jumlah periode waktu yang dicakup dalam
setiap kali pemesanan. Rumus POQ sebagai berikut :
2.
POQ = . ...................(2.4)
Dimana :
D = rata-rata kebutuhan
S = biaya pesan
H = biaya simpan
Kelebihan teknik ini menunjukkan jumlah biaya periode pemesanan
dibandingkan dengan jumlah pemesanan pada unit-unitnya. Kekurangannya
metode ini mengabaikan kemungkinan permintaan yang akan datang pada MRP.
d. Fixed Order Quantity (FOQ)
Kelebihan dari metode ini adalah kemampuannya untuk memunculkan
kemungkinan-kemungkinan permintaan yang ada pada masa yang akan datang
pada MRP dan meminimasi ongkos pesan. Namun metode ini kurang tanggap
terhadap perubahan permintaan dibandingkan dengan L4L. Teknik ini digunakan
apabila kita membutuhkan barang dan dilakukan pemesanan secara periodik
dengan besar pemesanan tetap (sudah ditetapkan).
e. Fixed Period Requirement (FPR)
Metode ini melakukan pemesanan secara periodik sesuai dengan
besarnyakebutuhan selama periode tersebut. Misalnya metode yang ditetapkan
adalah 2 maka setiap 2 periode, perusahaan akan melakukan pemesanan dengan
besar pemesanan disesuaikan besar demand pada 2 periode tersebut.
f. Least Unit Cost (LUC)
Metode ini memilih ongkos unit terkecil selama periode berurutan.
Rumus :
+
= (2.5)
Rumus ini dihitung pada setiap periode, dan ketika mengalami kenaikan pada
suatuperiode maka periode tersebut kita harus memesan kembali. Kelebihannya
visibilitas demand yang akan datang pada MRP dalam menentukan kuantitas yang
tepat dan usaha untuk meminimasi ongkos. Kekurangannya agak kompleks.
Rumus :
Incremental Holding Cost = ph x (T-1) x RT
TRC (T) = Biaya Pesan + Cumulative Holding Cost
Dimana :
ph = Biaya simpan
RT = Demand (kebutuhan bersih)
Pemesanan dilakukan pada periode dimana nilai TRC (T) / Cum RT mengalami
kenaikan.
Dimana :
s = biaya pesan
k = biaya simpan
3. Teknik ukuran lot untuk banyak tingkat (multiple level) dengan kapasitas tak
terbatas. Berbagai macarn pendekatan yang telah digunakan dalam teknik ukuran
lot ini adalah:
a. Programa integer
b. Metode Mc Laren
c. Metode Blackburn & Miilen
d. Metode Graves
(Hartini, 2011)
2.8 CRP
2.8.1 Fugsi CRP
Perencanaan Kebutuhan Kapasitas (CRP) membandingkan kapasitas yang
dibutuhkan terhadap projected available capaity untuk open manufacturing
orders dan planned manufacturing orders yang dihasilkan oleh sistem MRP. CRP
menggunakan routing files dan informasi pusat kerja untuk menghitung beban yang
dijadwalkan pada pusat-pusat kerja, dengan mengasumsikan infinite capacity.
Jika projected capacity berbeda dengan yang dibutuhkan oleh projected load, perencana
dapat merekomendasikan tindakan-tindakan korektif kepada manajemen puncak termasuk
mengurangi atau menjadwalkan ulang pesanan-pesanan, merekrut atau mengurangi tenaga
kerja, mengalihtugaskan pekerja, mensubkontrakkan, atau melakukan alternate routings.
Apabila CRP mengindikasikan bahwa beban dari pesanan yang dikeluarkan ditambah
jadwal MRP dari pesanan yang direncanakan adalah layak dari sudut pandang kapasitas,
pesanan-pesanan yang direncanakan itu dikeluarkan ke Pengendalian Aktivitas Produksi
(PAC) untuk dilaksanakan.
Capacity Requirements Planning menetapkan kapasitas dibutuhkan untuk membuat
rencana kebutuhan material. Secara khusus, horizon perencanaan adalah tahun, time
buckets adalah minggu, dan revisi dibuat mingguan atau bulanan. Proyeksi dari kapasitas
adalah antara pekerja dan/atau jam mesin dengan work center. CRP adalah merupakan
fungsi untuk menentukan, mengukur, dan menyesuaikan tingkat kapasitas atau proses
untuk menentukan jumlah tenaga kerja dan sumber daya mesin yang diperlukan untuk
melaksanakan produksi. CRP merupakan teknik perhitungan kapasitas rinci yang
dibutuhkan oleh MRP. CRP memverifikasi ketersediaan kecukupan kapasitas selama
rentang perencanaan. Berikut ini data-data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan
CRP:
- BOM
- MPS untuk setiap komponen
- Routing setiap komponen
- Work Center Master File
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro 33
2016
Laporan Praktikum PerancanganTeknik Industri
Modul 6 Perancangan Produksi dan Perancangan Material
Kelompok 25
Tujuan utama CRP adalah menunjukkan perbandingan antara beban yang ditetapkan
pada pusat-pusat kerja melalui pesanan kerja yang ada dan kapasitas dari setiap pusat kerja
selama periode waktu tertentu. Melalui identifikasioverloads atau underloads, jika ada,
tindakan perencanaan kembali (replanning) dapat dilakukan untuk menghilangkan situasi
itu guna mencapai suatu keseimbangan antara beban dan kapasitas (balanced load). Jika
arus kedatangan pesanan melebihi kapasitas, beban akan meningkat, yang ditandai
oleh inventoryyang berada dalam antrian kerja yang tidak diproses di depan pusat kerja.
Sebaliknya jika arus kedatangan pesanan lebih sedikit daripada kapasitas yang ada, beban
(pesanan yang menunggu untuk diproses) akan berkurang.
(Binus.ac.id)
2.8.2 Input CRP dan output CRP
Dalam pengolahan data CRP terdapat beberapa data input yang diperlukan untuk
melakukan perhitungan seperti berikut :
1. Schedule of planned factory order releases; jadwal ini merupakan salah
satuoutput dari MRP. CRP memiliki dua sumber utama dari load data, yaitu:
(1) scheduled receipts (synonym: open orders) yang berisi data order due
date, order quantity, operation completed, operations remaining, dan (2)planned
order releases yang berisi data planned order release date,planned order receipt
date, planned order quantity. Sumber-sumber lain seperti: product rework, quality
recalls, engineering prototypes, excees scrap, dan lain-lain, harus diterjemahkan ke
dalam satu dari dua jenis pesanan yang digunakan oleh CRP tersebut.
2. Work order status; informasi status ini diberikan untuk semua open ordersyang ada
dengan operasi yang masih harus diselesaikan, work center yang terlibat, dan
perkiraan waktu.
3. Routing data; memberikan jalur yang direncanakan untuk factory ordersmelalui
proses produksi dengan perkiraan waktu operasi. Setiap part,assembly, dan produk
yang dibuat memiliki suatu routing yang unik, terdiri dari satu atau lebih operasi.
Informasi yang diperlukan untuk CRP adalah: operation number, operation,
planned work center, possible alternate work center, standard setup time, standard
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro 34
2016
Laporan Praktikum PerancanganTeknik Industri
Modul 6 Perancangan Produksi dan Perancangan Material
Kelompok 25
run time per unit,tooling needed at each work center, dan lain-
lain. Routing memberikan petunjuk pada proses CRP sebagaimana layaknya BOM
memberikan petunjuk pada proses MRP.
4. Work center data; data ini berkaitan dengan setiap production work center,
termasuk sumber-sumber daya, standar-standar utilisasi dan efisiensi, serta
kapasitas. Elemen-elemen data pusat kerja adalah: identifikasi dan deskripsi,
banyaknya mesin atau stasiun kerja, banyaknya hari kerja per periode,
banyaknya shifts yang dijadwalkan per hari kerja, banyaknya jam kerja per shift,
faktor utilisasi, faktor efisiensi, rata-rata waktu antrian, rata-rata waktu menunggu
dan bergerak.
Sedangkan output yang dihasilkan dari pengolahan data CRP adalah :
1. Laporan beban pusat kerja (work center load report); Laporan ini menunjukkan
hubungan antara kapasitas dan beban. Apabila dalam laporan ini tampak
ketidakseimbangan antara kapasitas dan beban, proses CRP secara keseluruhan
mungkin perlu diulang. Work center load profile sering ditampilkan dalam
bentuk grafik batang (bar chart) yang sangat bermanfaat untuk melihat
hubungan antara beban yang diproyeksikan (projected load) dan kapasitas yang
tersedia, sekaligus mengidentifikasi apakah terjadi overloads atau underloads.
CRP biasanya menghasilkan work center load profile untuk setiap pusat kerja
yang diidentifikasi dalam pabrik. Perbandingan antara beban dan kapasitas dapat
juga ditampilkan dalam format kolom.
2. Perbaikan schedule of planned factory order releases. Perbaikan jadwal ini
menggambarkan bahwa output dari MRP disesuaikan terhadap spesific release
dates untuk factory orders berdasarkan perhitungan keterbatasan kapasitas.
Perbaikan schedule of planned factory order releases merupakan output tidak
langsung (indirect output) dari proses CRP sebab mereka adalah hasil dari
human judgements yang berdasarkan pada analisis dari output laporan beban
pusat kerja (work center load reports). Salah satu pilihan penyesuaian yang
mungkin, disamping perubahan kapasitas, adalah mengubah plannned start dates
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro 35
2016
Laporan Praktikum PerancanganTeknik Industri
Modul 6 Perancangan Produksi dan Perancangan Material
Kelompok 25
yang dibuat melalui rencana MRP. Hal ini mempunyai pengaruh terhadap
pergeseran beban di antara periode waktu untuk mencapai keseimbangan yang
lebih baik.
(Suyuti, 2015)
2.8.3 Perbedaan CRP RCCP
Untuk memeriksa rencana produksi yang dikembangkan pada proses S&OP dan
memastikannya dapat dicapai, orang-orang menggunakan bentuk singkat dari perancangan
kapasitas yang disebut Rough-Cut Capacity Planning. RCCP menyajikan tes kewajaran
dari kapasitas yang dibutuhkan untuk mencapai rencana produksi dan / atau AMPS pada
detail tingkat menengah. RCCP cenderung kasar dan siap tetapi sederhana dan
cepat digunakan. Hal ini biasanya digunakan untuk melihat dari beberapa bulan hingga
beberapa tahun ke depan. Master schedulers membutuhkan cara cepat untuk mengakses
kelayakan dari setiap usulan perubahan pada rencana dan RCCP dikembangakn untuk
tujuan tersebut. Teknik teknik RCCP bervariasi pada tiap perusahaan, tetapi kebanyakan
menggunakan dua unsur penting: Identified Critical Resources dan Load Profiles.
Capacity Requirement planning (CRP) pada tingkat ini mungkin dilakukan hanya
untuk sebuah item repersentatif untuk grup family pada manufaktur tingkat keluarga
secara keseluruhan dan tidak untuk tiap item pada grup tersebut, disediakan, item
representatif dengan kapasitas rata-rata benar ada. Jika tidak, analisis RCCP yang lebih
akurat harus dibuat dengan mengevaluasi rencana item-specifik sebagaimana dinyatakan di
MPS. Selain itu, hanya metode prakiraan, yang lebih sederhana, cepat, dan lebih baik yang
digunakan. Karenanya, hal ini disebut perencanaan kapasitas potong-kasar (RCCP).
Melalui pengalaman, perusahaan mengembangkan tingkat presisi RCCP yang layak dan
sesuai dengan kebutuhan mereka. Jadwal Induk Produksi atau Master Production
Schedule (MPS) adalah sumber informasi utama dari rough-cut capacity planning.
Kebutuhan kapasitas pada MPS dapat diperkirakan dengan satu dari beberapa teknik
berikut:
1. Capacity Planning Using Overall Factors (CPOF).
2. Capacity Bills (Bills of Resorces).
3. Resource Profiles.
Teknik-teknik tersrbut menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk memodifikasi
tingkat sumberdaya dari perencanaan material dalam jarak menengah untuk memastikan
eksekusi efisien MPS.
(Sumarsono, 2012)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Flowchart
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Lanjutan Tabel 4.3 Data Leadtime dan Schedule Receipt Sparepart Tamiya
15 As Roda AR 1
16 Roda (Ban+Velg) R 4000 2 2
17 Gardan Gar 1
18 Gear Besar GB 1
19 Dinamo D 2
20 Gear Dinamo GD 1
21 RumahDinamo RD 1
22 Plat BelakangBesar PBB 1
23 Plat Belakang Kecil PBK 1
24 PengunciDinamo PDn 1
Waktu
No. Nama Operasi
Siklus
1 Memasang bumper belakang pada chasis 6,52
2 Memasang sekrup 1 pada chasis assy 21,49
3 Memasang sekrup 2 pada chasis assy 20,95
4 Memasang baut roller kiri depan pada roller kiri 9,38
5 Memasang roller kiri depan assy pada chasis assy 13,93
6 Memasang baut roller kanan depan pada roller kanan 6,43
7 Memasang roller kanan depan assy pada chasis assy 16,48
8 Memasang baut roller kiri tengah pada roller kiri tengah 6,79
9 Memasang roller kiri tengah assy pada chasis assy 17,85
10 Memasang baut roller kanan tengah pada roller kanan tengah 7,33
11 Memasang roller kanan tengah assy pada chasis assy 16,03
12 Memasang roda kiri belakang pada as roda belakang 10,28
13 Memasang gear besar pada chasis 7,33
14 Memasang as roda belakang assy pada chasis assy 8,03
15 Memasang roda kanan belakang pada chasis assy 4,38
16 Memasang gardan pada chasis assy 8,75
17 Memasang gear dinamo pada dynamo 7,24
18 Memasang plat belakang kecil pada rumah dynamo 16,32
19 Memasang plat belakang besar pada rumah dinamo assy 6,40
20 Memasang dinamo assy ke rumah dinamo assy 8,97
21 Memasang rumah dinamo assy pada chasis assy 11,31
22 Memasang roda kiri depan pada as roda depan 6,26
23 Memasang gear kecil pada chasis assy 6,17
24 Memasang as roda depan assy pada chasis assy 10,65
25 Memasang roda kanan depan pada chasis assy 6,26
26 Memasang plat depan pada chasis assy 6,16
27 Memasang turn on pada chasis assy 7,18
28 Memasang penutup plat depan ke chasis assy 14,55
29 Memasang pengunci dinamo pada chasis assy 12,66
30 Memasang baterai pada chasis assy 11,37
31 Memasang penutup baterai pada chasis assy 10,10
32 Inspeksi 6,80
Berikut ini adalah merupakan hasil rekapan perhitungan kapaitas regular time dan
overtime untuk 12 periode :
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
RT(jam) 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160 160
OT(jam) 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
RT(unit) 14720 14720 14720 14720 14720 14720 14720 14720 14720 14720 14720 14720
OT(unit) 3680 3680 3680 3680 3680 3680 3680 3680 3680 3680 3680 3680
SK(unit) 736 736 736 736 736 736 736 736 736 736 736 736
12500 736
SK 0
3000 2157
RT 12563
12563
4500 3680
II OT 0
12500 736
SK 0
3000 2061
RT 12659
12659
4500 3680
III OT 0
12500 736
SK 0
12500 736
SK 0
3000 1867
RT 12853
12853
4500 3680
V OT 0
12500 736
SK 0
3000 1771
RT 12949
12949
4500 3680
VI OT 0
12500 736
SK 0
3000 1675
RT 13045
13045
4500 3680
VII OT 0
12500 736
SK 0
12500 736
SK 0
3000 1483
RT 13237
13237
4500 3680
IX OT 0
12500 736
SK 0
3000 1387
RT 13333
13333
4500 3680
X OT 0
12500 736
SK 0
3000 1291
RT 13429
13429
4500 3680
XI OT 0
12500 736
SK 0
12500 736
SK 0
Demand 12467 12563 12659 12756 12853 12949 13045 13141 13237 13333 13429 13527 155959
Perhitungan Manual
Total Biaya = (Biaya RT x Jumlah Kapasitas RT Terpakai) + (Biaya Overtime x Jumlah
Kapasitas OT Terpakai) + (Biaya SK x Jumlah Kapasitas SK Terpakai)
= (3000 x 155959) + (4500 x 0) + (10000 x 0)
=Rp 467.877.000,-
Inputan Software WinQSB
-Periode 1
Contoh Perhitungan:
4363
[1] = = = 4363
1
Sehingga di peroleh hasil Jadwal Induk Produksi untuk 12 periode dalam satuan unit
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12 Hasil JIP 12 Periode dalam Satuan Unit
RCCP Chart
20000
18000
16000 Kapastitas yang
14000 dibutuhkan
12000
Jumlah
10000 Kapastitas RT
8000
6000 Kapasitas OT
4000
2000
Total kapastitas Yang
0
Tersedia
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Periode
Netting
Kebutuhan Bersih (NR) dihitung sebagai nilai dari Kebutuhan Kotor (GR) minus
Jadwal Penerimaan (SR) minus Persediaan Ditangan (OH). Kebutuhan Bersih
dianggap nol bila NR lebih kecil dari atau sama dengan nol. Kebutuhan bersih untuk
3 produk tamiya mini 4WD dalam horizon 3 bulan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.16 Kebutuhan bersih 3 tamiya dalam 3 bulan
Periode Amoldo Bernardo Cartaya
1 4363 2743 5361
2 4397 2764 5402
3 4431 2785 5443
Sedangkan kebutuhan bersih mingguan dari ketiga tamiya yang akan diproduksi
adalah sebagai berikut:
Tamiya Amoldo
Bulan 1 = 4363 : 4 = 1090.75
Periode 1 = 1091
Periode 2 = 1091
Periode 3 = 1091
Periode 4 = 1091
Tamiya Bernardo
Bulan 2 = 2764 : 4 = 691
Periode 1 = 691
Periode 2 = 691
Periode 3 = 691
Periode 4 = 691
Tamiya Cartaya
Bulan 3 = 5443 : 4 = 1360.75
Periode 1 = 1361
Periode 2 = 1361
Periode 3 = 1361
Periode 4 = 1361
Tabel 4.17 Kebutuhan bersih 3 tamiya dalam 12 minggu
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Amoldo 1091 1091 1091 1091 1099 1099 1099 1099 1108 1108 1108 1108
Bernardo 686 686 686 686 691 691 691 691 696 696 696 696
Cartaya 1340 1340 1340 1340 1351 1351 1351 1351 1361 1361 1361 1361
Total 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
GR 1091 1091 1091 1091 1099 1099 1099 1099 1108 1108 1108 1108
SR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
POH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
NR 1091 1091 1091 1091 1099 1099 1099 1099 1108 1108 1108 1108
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
GR 1340 1340 1340 1340 1351 1351 1351 1351 1361 1361 1361 1361
SR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
POH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
NR 1340 1340 1340 1340 1351 1351 1351 1351 1361 1361 1361 1361
Lotting
Berikut adalah hasil perhiutngan MRP level 0 software Winqsb Tamiya Almondo:
Berikut adalah hasil perhiutngan MRP level 0 software Winqsb Tamiya Cartaya:
Offseting
Tabel 4.21 Offseting MRP level 0
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Amoldo 1091 1091 1091 1091 1099 1099 1099 1099 1108 1108 1108 1108
Bernardo 686 686 686 686 691 691 691 691 696 696 696 696
Cartaya 1340 1340 1340 1340 1351 1351 1351 1351 1361 1361 1361 1361
Total 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Exploding
Tabel 4.22 Exploding MRP level 0
No Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Chasis Assy 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
2 Body
Amoldo 1091 1091 1091 1091 1099 1099 1099 1099 1108 1108 1108 1108
Bernardo 686 686 686 686 691 691 691 691 696 696 696 696
Cartaya 1340 1340 1340 1340 1351 1351 1351 1351 1361 1361 1361 1361
3 Penutup Baterai 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
4 Pengunci Body 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
4.2.4.2 Level 1
a. Lot For Lot
Perhitungan Manual
:0x6=0
: 12 x 12.500 = 150.000
: 37684 x 80 = 3.015.360
: 0 + 150.000 + 3.015.360
: 3.165.360
Perhitungan Software
b. EOQ
Perhitungan Manual
2.. 212.5003140
EOQ = = = 3617
6
Keterangan :
A = Biaya pesan
S = Rata-rata kebutuhan selama 12 periode
I = Biaya simpan
Tabel 4.24 Perhitungan Manual EOQ Level 1
LS OH SS All LT Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
EOQ= 1 GR 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
3617 SR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
POH =
500 1000 1500 2000 2476 2952 3428 287 739 1191 1643 2095
0
NR 3117 2617 2117 1617 1141 665 189 3141 2878 2426 1974 1522
POP 3617 3617 3617 3617 3617 3617 3617 0 3617 3617 3617 3617
POR 3617 3617 3617 3617 3617 3617 0 3617 3617 3617 3617 0
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Demand 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Lot 3617 3617 3617 3617 3617 3617 3617 0 3617 3617 3617 3617
Inventori 500 1000 1500 2000 2476 2952 3428 287 739 1191 1643 2095
Perhitungan :
: 19811 x 6 = 118.866
: 11 x 12.500 = 137.500
: 39787 x 80 = 3.182.960
: 3.439.326
Perhitungan Software
c. POQ
Perhitungan Manual
37684
Jumlah Pesan = = = 10,41858
3617
12
POQ = = 10,41858 = 1,151 1
Tabel 4.26 Perhitungan Manual POQ Level 1
LS OH SS All LT Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
POQ 1 GR 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
=1 SR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
POH =
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
NR 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
POP 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
POR 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Perhitungan :
Biaya Simpan : Jumlah POH x Biaya simpan
:0x6 =0
Biaya Pesan : Banyaknya Pesan x Biaya Pesan
: 12 x 12.500 = 150.000
: 37684 x 80 = 3.015.360
: 0 + 150.000 + 3.015.360
: 3.165.360
Perhitungan Software
d. FOQ
Perhitungan Manual
Tabel 4.21 Perhitungan Manual FOQ Level 1
LS OH SS All LT Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
FOQ= 1 GR 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
3617 SR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
POH =
500 1000 1500 2000 2476 2952 3428 287 739 1191 1643 2095
0
NR 3117 2617 2117 1617 1141 665 189 3141 2878 2426 1974 1522
POP 3617 3617 3617 3617 3617 3617 3617 0 3617 3617 3617 3617
POR 3617 3617 3617 3617 3617 3617 0 3617 3617 3617 3617 0
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Demand 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Lot 3617 3617 3617 3617 3617 3617 3617 0 3617 3617 3617 3617
Inventori 500 1000 1500 2000 2476 2952 3428 287 739 1191 1643 2095
Perhitungan :
: 19811 x 6 = 118.866
: 11 x 12.500 = 137.500
: 39787 x 80 = 3.182.960
: 3.439.326
Perhitungan Software
e. FPR
Perhitungan Manual
Tabel 4.23 Perhitungan Manual FPR Level 1
LS OH SS All LT Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
FPR 1 GR 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
=1 SR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
POH =
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
NR 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
POP 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
POR 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Perhitungan :
Biaya Simpan : Jumlah POH x Biaya simpan
:0x6 =0
Biaya Pesan : Banyaknya Pesan x Biaya Pesan
: 12 x 12.500 = 150.000
: 37684 x 80 = 3.015.360
Perhitungan Software
f. LUC
Perhitungan Manual
Biaya pesan (P) = Rp. 12.500,- dan biaya Simopan = Rp. 6,-
Incremental Holding Cost = Biaya Simpan x (T-1) x Demand (kebutuhan
bersih)
TRC (T) = Biaya Pesan + Kumulatif Holding Cost
Tabel 4.24 Perhitungan Manual LUC Level 1
Inc. Cum.
Demand cum. TRC TRC (T) / Cum
T Holding Holding
(RT) demand (T) RT
Cost Cost
1 1 3115 3115 0 0 12500 4,012841
2 2 3115 6230 18690 18690 31190 5,006421
LS OH SS All LT Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
LUC 1 GR 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
SR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
POH =
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
NR 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
POP 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
POR 3117 3117 317 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Perhitungan :
Biaya Simpan : Jumlah POH x Biaya simpan
:0x6 =0
Biaya Pesan : Banyaknya Pesan x Biaya Pesan
: 12 x 12.500 = 150.000
: 37684 x 80 = 3.015.360
: 0 + 150.000 + 3.015.360
: 3.165.360
Perhitungan Software
Inc. Cum.
Demand cum. TRC
T Holding Holding TRC (T) / T
(RT) demand (T)
Cost Cost
1 1 3115 3115 0 0 12500 12.500
2 2 3115 6230 18690 18690 31190 15.595
Perhitungan :
Biaya Simpan : Jumlah POH x Biaya simpan
:0x6 =0
Biaya Pesan : Banyaknya Pesan x Biaya Pesan
: 12 x 12.500 = 150.000
: 37684 x 80 = 3.015.360
: 0 + 150.000 + 3.015.360
: 3.165.360
Perhitungan Software
h. PPB
Perhitungan Manual
12500
EPP (Equivalent Part Period) = = = 2083,33
6
Tabel 4.28 Perhitungan Manual PPB Level 1
(T- APP=Jml (K-
Periode T Demand
1)RT 1)RK
1 1 3115 0 0<2083.33
2 2 3115 3115 3115>2083.33
2 1 3115 0 0<2083.33
3 2 3115 3115 3115>2083.33
3 1 3115 0 0<2083.33
4 2 3115 3115 3115>2083.33
4 1 3115 0 0<2083.33
5 2 3141 3141 3141>2083.33
5 1 3141 0 0<2083.33
6 2 3141 3141 3141>2083.33
6 1 3141 0 0<2083.33
7 2 3141 3141 3141>2083.33
7 1 3141 0 0<2083.33
8 2 3141 3141 3141>2083.33
8 1 3141 0 0<2083.33
9 2 3165 3165 3165>2083.33
9 1 3165 0 0<1666.67
10 2 3165 3165 3165>1666.67
10 1 3165 0 0<1666.67
11 2 3165 3165 3165>1666.67
11 1 3165 0 0<1666.67
12 2 3165 4860 3165>1666.67
Perhitungan :
Biaya Simpan = Jumlah POH x Biaya simpan
= 15681 x 6 = 94086
Biaya Pesan = Banyaknya pesan x Biaya pesan
= 6 x 12.500 = 75000
Biaya Komponen = Jumlah POP x Biaya komponen
= 37692 x 80 = 3.015.360
Total Biaya = Biaya simpan + Biaya pesan + Biaya komponen
= 3.203.436
Perhitungan Software
i. AWW
Perhitungan Manual
Perhitungan nilai f
fe=(Zce +fc-1)
F0 = 0
F1 = Z11 + F0 = 12500
F2 = Z21 + F0 = 31190 + 0 = 31190
= Z22 + F1 = 12500 + 12500 = 25000
F3 = Z31 + F0 = 68570 + 0 = 68570
= Z32 + F1 = 31190 + 12500 = 43690
= Z33 + F2 = 12500 + 25000 = 37500
Tabel 4.31 MRP Metode AWW
f 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 12500 31190 68570 124640 200960 295190 408266 540188 696140 867050 1056950 1265840
2 37500 56190 93570 150576 225960 320190 433266 569220 721140 892050 1081950
3 50000 68690 106538 163076 238460 332690 448790 581720 733640 904550
4 62500 81346 119038 175576 250960 347350 461290 594220 746140
5 75000 93846 131538 188076 264900 359850 473790 606720
6 87500 106346 144038 201440 277400 372350 486290
7 100000 118846 156970 213940 289900 384850
8 112500 131490 169470 226440 302400
9 125000 143990 181970 238940
10 137500 156490 194470
11 150000 168990
12 162500
LS OH SS All LT Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
AWW 1 GR 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
SR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
POH =
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
NR 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
POP 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
POR 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Perhitungan :
Biaya Simpan : Jumlah POH x Biaya simpan
:0x6 =0
Biaya Pesan : Banyaknya Pesan x Biaya Pesan
: 12 x 12.500 = 150.000
: 37684 x 80 = 3.015.360
: 0 + 150.000 + 3.015.360
: 3.165.360
Perhitungan Software
Offsetting
Tabel 4.34 Offsetting level 1
No Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Chasis Assy 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
2 Body
Amoldo 1091 1091 1091 1099 1099 1099 1099 1108 1108 1108 1108 0
Bernardo 3803 3803 3803 3832 3832 3832 3832 3832 3861 3861 3861 0
Cartaya 1340 1340 1351 1351 1351 1351 1361 1361 1361 1361 0 0
3 Penutup Baterai 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
4 Pengunci Body 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Exploding
Tabel 4.35 Exploding level 1
No Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Tuas On-Off 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
2 Roda Assy 6234 6234 6234 6234 6282 6282 6282 6282 6330 6330 6330 6330
Penutup Plat
3 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Depan
Bumper Belakang
4 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Assy
5 Plat Depan 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
6 Roller Assy 12468 12468 12468 12468 12564 12564 12564 12564 12660 12660 12660 12660
7 Pengunci Dinamo 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
8 Gardan 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Panel Belakang
9 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Assy
10 Gear Besar 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
11 Gear Kecil 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
12 Chasis 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
4.2.4.3 Level 2
Lotting
Otput metode terbaikbBerikut adalah output software Win-QSB pada lotting level 2 :
Offseting
Tabel 4.36 Offseting Level 2
No Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tuas On-
1 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Off
2 Roda Assy 6234 6234 6234 6234 6282 6282 6282 6282 6330 6330 6330 6330
Penutup Plat
3 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Depan
Bumper
4 Belakang 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Assy
5 Plat Depan 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
6 Roller Assy 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Pengunci
7 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Dinamo
8 Gardan 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Panel
9 Belakang 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Assy
10 Gear Besar 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
11 Gear Kecil 0 6234 0 6282 0 6282 0 6330 0 6330 0 0
12 Chasis 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Exploding
Tabel 4.37 Exploding level 2
NO PART 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 As Roda 6234 6234 6234 6234 6282 6282 6282 6282 6330 6330 6330 6330
2 Roda 12468 12468 12468 12468 12564 12564 12564 12564 12660 12660 12660 12660
3 Sekrup 6234 6234 6234 6234 6282 6282 6282 6282 6330 6330 6330 6330
4 Bumper Belakang 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
5 Roller 12468 12468 12468 12468 12564 12564 12564 12564 12660 12660 12660 12660
6 Baut 12468 12468 12468 12468 12564 12564 12564 12564 12660 12660 12660 12660
7 Rumah Dinamo 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
8 Plat Belakang Besar 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
9 Plat Belakang Kecil 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
10 Dinamo 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
11 Gear Dinamo 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
4.2.4.4 Level 3
Lotting
Dengan Metode Terbaik yaitu
Berikut adalah tabel lotting level 3 output softwere :
Offseting
Tabel 4.38 Offseting
PART 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
As Roda 6234 6234 6234 6282 6282 6282 6282 6330 6330 6330 6330 0
Roda (Ban+Velg) 12468 12468 12564 12564 12564 12564 12660 12660 12660 12660 0 0
Sekrup 6234 6234 6234 6282 6282 6282 6282 6330 6330 6330 6330 0
Bumper Belakang 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Roller
0 2734 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
(Depan+belakang)
Baut 0 6234 0 6282 0 4282 0 6330 0 6330 0 0
Rumah Dinamo 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Plat Belakang Besar 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Plat Belakang Kecil 0 6234 0 6282 0 4282 0 6330 0 6330 0 0
Dinamo 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Gear Dinamo 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Exploding
Tidak ada tabel exploding pada level ini.
Level 1
Level 2
Level 3
Overall
Item Level Metode
Cost
Tamiya Amoldo 0 121,762,560 WWA
Tamiya Bernardo 0 76,780,560 WWA
Tamiya Cartaya 0 149,449,456 WWA
Chasis assy 1 266,388,592 WWA
Bumper assy 1 22,521,360 WWA
Roller assy 1 17,244,480 WWA
As roda Assy 1 88,105,440 WWA
Plat assy 1 123,158,984 WWA
Pengunci Baterai 1 3,165,360 WWA
Pengunci Body 1 2,030,272.50 WWA
Body A 1 26,534,000 WWA
Body B 1 92,118,000 WWA
Body C 1 32,553,500 WWA
Gardan 2 7,688,400 WWA
Gear Besar 2 2,788,440 WWA
Gear Kecil 2 2,030,272.50 WWA
Penutup Plat Depan 2 3,165,360 WWA
Plat Depan 2 6,180,720 WWA
Tuas On Off 2 2,411,520 WWA
Pengunci Dinamo 2 0 WWA
Chasis 2 37,692,000 WWA
Plat Belakang Besar 3 2,411,520 WWA
Plat Belakang Kecil 3 2,030,272.50 WWA
Sekrup 3 3,165,360 WWA
Bumper Belakang 3 0 WWA
Roller 3 2,532,950.75 WWA
Baut 3 1,553,218 WWA
As Roda 3 6,180,720 WWA
Roda (ban + velg) 3 36,829,500 WWA
Gear Dinamo 3 2,411,520 WWA
Dinamo 3 113,213,500 WWA
Rumah Dinamo 3 3,165,360 WWA
Maka Total Overall Cost, didapat dari biaya pesan ditambah Holding Cost Assy dan Sub
Assy, ditambah total Overall Cost keseluruhan Part, sehingga semuanya berjumlah
1.257.049.170
Rekap POR
Berikut ini merupakan rekapitulasi POR metode yang terpilih :
Tabel 4.47 Rekap POR Metode WWA
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Amoldo 1091 1091 1091 1091 1099 1099 1099 1099 1108 1108 1108 1108
Bernardo 686 686 686 686 691 691 691 691 696 696 696 696
Cartaya 1340 1340 1340 1340 1351 1351 1351 1351 1361 1361 1361 1361
Total 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Chasis Assy 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Body
Amoldo 1091 1091 1091 1099 1099 1099 1099 1108 1108 1108 1108 0
Bernardo 3803 3803 3803 3832 3832 3832 3832 3832 3861 3861 3861 0
Cartaya 1340 1340 1351 1351 1351 1351 1361 1361 1361 1361 0 0
Tuas On/Off 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Penutup Baterai 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Roda Assy 6234 6234 6234 6234 6282 6282 6282 6282 6330 6330 6330 6330
Penutup Plat Depan 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Bumper Belakang
3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Assy
Plat Depan 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Roller Assy 3117 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165
Pengunci Dinamo 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
Gardan 3117 3117 3117 3141 3141 3141 3141 3165 3165 3165 3165 0
4.2.5 CRP
Tabel 4.22 Tabel Elemen Kerja Tamiya
Stasiun elemen Operasi kerja Ti
18 Memasang plat belakang kecil pada rumah dinamo 16,32
1 12 Memasang roda kiri belakang pada as roda belakang 10,28
4 Memasang baut roller kiri depan pada roller kiri 9,38
16 Memasang gardan pada chasis assy 8,75
Memasang baut roller kanan tengah pada roller kanan
10 7,33
tengah
2 13 Memasang gear besar pada chasis 7,33
17 Memasang gear dinamo pada dinamo 7,24
27 Memasang turn on pada chasis assy 7,18
8 Memasang baut roller kiri tengah pada roller kiri tengah 6,79
3 1 Memasang bumper belakang pada chasis 6,52
2 Memasang sekrup 1 pada chasis assy 21,49
6 Memasang baut roller kanan depan pada roller kanan 6,43
19 Memasang plat belakang besar pada rumah dinamo assy 6,4
4 22 Memasang roda kiri depan pada as roda depan 6,26
23 Memasang gear kecil pada chasis assy 6,17
26 Memasang plat depan pada chasis assy 6,16
3 Memasang sekrup 2 pada chasis assy 20,95
5
9 Memasang roller kiri tengah assy pada chasis assy 17,85
7 Memasang roller kanan depan assy pada chasis assy 16,48
6
11 Memasang roller kanan tengah assy pada chasis assy 16,03
5 Memasang roller kiri depan assy pada chasis assy 13,93
7 24 Memasang as roda depan assy pada chasis assy 10,65
20 Memasang dinamo assy ke rumah dinamo assy 8,97
14 Memasang as roda belakang assy pada chasis assy 8,03
25 Memasang roda kanan depan pada chasis assy 6,26
8
15 Memasang roda kanan belakang pada chasis assy 4,38
28 Memasang penutup plat depan ke chasis assy 14,55
21 Memasang rumah dinamo assy pada chasis assy 11,31
9 29 Memasang pengunci dinamo pada chasis assy 12,66
30 Memasang baterai pada chasis assy 11,37
31 Memasang penutup baterai pada chasis assy 10,1
10 33 Memasang body pada chasis assy 7,79
34 Mengunci body tamiya pada chasis assy 6,86
SK Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sekrup (2) 130602,3 130602,3 130602,3 130602,3 131607,9 131607,9 131607,9 131607,9 132613,5 132613,5 132613,5 132613,5
5 Roller(1) 55638,45 0 48801,9 55638,45 56066,85 56066,85 56066,85 56066,85 56495,25 56495,25 56495,25 56495,25
Total 186240,8 130602,3 179404,2 186240,8 187674,8 187674,8 187674,8 187674,8 189108,8 189108,8 189108,8 189108,8
Roller(2) 51368,16 0 45056,32 51368,16 51763,68 51763,68 51763,68 51763,68 52159,2 52159,2 52159,2 52159,2
6 Roller(3) 49965,51 0 43826,02 49965,51 50350,23 50350,23 50350,23 50350,23 50734,95 50734,95 50734,95 50734,95
Total 101333,7 0 88882,34 101333,7 102113,9 102113,9 102113,9 102113,9 102894,2 102894,2 102894,2 102894,2
Roller(3) 43419,81 0 38084,62 43419,81 43754,13 43754,13 43754,13 43754,13 44088,45 44088,45 44088,45 44088,45
As Roda (1) 66392,1 66392,1 66392,1 66392,1 66903,3 66903,3 66903,3 66903,3 67414,5 67414,5 67414,5 67414,5
7
Plat assy 27959,49 27959,49 27959,49 27959,49 28174,77 28174,77 28174,77 28174,77 28390,05 28390,05 28390,05 28390,05
Total 137771,4 94351,59 132436,2 137771,4 138832,2 138832,2 138832,2 138832,2 139893 139893 139893 139893
As Roda (2) 50059,02 50059,02 50059,02 50059,02 50444,46 50444,46 50444,46 50444,46 50829,9 50829,9 50829,9 50829,9
Roda (ban + velg) (3) 78049,68 53009,68 78049,68 78049,68 78650,64 78650,64 78650,64 78650,64 79251,6 79251,6 79251,6 79251,6
8 Roda (ban + velg) (4) 54609,84 37089,84 54609,84 54609,84 55030,32 55030,32 55030,32 55030,32 55450,8 55450,8 55450,8 55450,8
Penutup Plat Depan 45352,35 45352,35 45352,35 45352,35 45701,55 45701,55 45701,55 45701,55 46050,75 46050,75 46050,75 46050,75
Total 228070,9 185510,9 228070,9 228070,9 229827 229827 229827 229827 231583,1 231583,1 231583,1 231583,1
Rumah Dinamo 35253,27 35253,27 35253,27 35253,27 35524,71 35524,71 35524,71 35524,71 35796,15 35796,15 35796,15 35796,15
9 Pengunci Dinamo 39461,22 39461,22 39461,22 39461,22 39765,06 39765,06 39765,06 39765,06 40068,9 40068,9 40068,9 40068,9
Total 74714,49 74714,49 74714,49 74714,49 75289,77 75289,77 75289,77 75289,77 75865,05 75865,05 75865,05 75865,05
Pengunci Baterai 35440,29 35440,29 35440,29 35440,29 35713,17 35713,17 35713,17 35713,17 35986,05 35986,05 35986,05 35986,05
Body 125926,8 62963,4 62963,4 62963,4 63448,2 63448,2 63448,2 63448,2 63933 63933 63933 63933
10
Pengunci Body 48562,86 0 48562,86 0 48936,78 0 48936,78 0 49310,7 0 49310,7 0
Total 209930 98403,69 146966,6 98403,69 148098,2 99161,37 148098,2 99161,37 149229,8 99919,05 149229,8 99919,05
CRP Chart
350000
SK1
300000
SK2
250000 SK3
Jumlah 200000 SK4
150000 SK5
100000 SK6
SK7
50000
SK8
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 SK9
Periode
Gambar 4. Grafik CRP
Perhitungan Kapasitasnya = RT + OT
Hari Kerja 5
Jam Kerja/ Hari 8
Efisiensi 85%
Utilitas 1
Maka : RT = Hari x jam x detik x efisiensi x utilitas = 122400 detik
OT = 25% x RT = 30600 detik
Kapasitas = RT + OT = 153000 detik
BAB V
ANALISIS
sehingga didapatkan hasil Tamiya Amoldo 35%; Tamiya Bernardo 22%; dan Cartaya
43% dari total rencana produksi. Setelah mendapatkan produksi tiap item dalam satuan
Agregat, selanjutnya membagi tiap item dengan faktor konversinya masing-masing.
Sehingga didapat Jadwal Induk produksinya untuk 12 periode dalam satuan unit. Total
produk tiap item pada JIP setelah dikonversi adalah 54586 unit untuk produk Aoldo,
34311 untuk produk Bernardo, dan 67062 untuk produk Cartaya.
RCCP Chart
20000
18000
16000 Kapastitas yang
14000 dibutuhkan
12000
Jumlah
10000 Kapastitas RT
8000
6000 Kapasitas OT
4000
2000
Total kapastitas Yang
0
Tersedia
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Periode
RCCP dilakukan untuk memvalidasi MPS atau JIP guna menetapkan sumber-
sumber spesifik tertentu. RCCP mengkonversi JIP ke dalam kapasitas yang
berhubungan dengan sumber daya kritis. Metode yang digunakan dalam RCCP yaitu
Capacity Planning Uaing Overall Factors (CPOF) karena yang menjadi inputan RCCP
adalah data JIP. Berdasarkan grafik RCCP terlihat bahwa jadwal induk produksi yang
dilakukan valid karena grafik kapasitas yang dibutuhkan untuk tiap periode masih
berada dibawah total kapasitas yang tersedia (tidak mengalami overload). Berdasarkan
grafik RCCP dapat dilihat bahwa PT Kanishta Garjita Indonesia memiliki total
kapasitas sebesar 18400 di setiap periode, dengan rincian kapasitas regular time sebesar
14720 di setiap periode dan kapasitas overtime sebesar 3680 di setiap periode.
Sedangkan demand konsumen di tiap periode berbeda. Kapasitas yang dibutuhkan
terbesar pada 12 periode pertama terdapat pada periode ke-12, yaitu sebanyak 13527,
oleh karena itu hanya digunakan reguler time saja untuk memenuhi demand ke-12
periode tersebut karena kapasitas yang dibutuhkan nilainya lebih kecil dibanding
dengan regular time.
menghitung jumlah material yang akan dipesan dengan metode metode yang ada
dimana akan menjadi Planned Order Recipt (POP). Tahap ketiga adalah offsetting yaitu
mempertimbangkan lead time dari POP yang telah didapatkan untuk menentukan
Planned Order Release. Tahap terakhir yaitu exploding yaitu mencari GR dari
komponen level selanjutnya.
Setelah dilakukan penghitungan lotting dengan 9 metode yang ada yaitu LFL, POQ,
FOQ, FPR, EOQ, LUC, LTC, PPB, dan WWA untuk semua komponen, didapatkan
total biaya kebutuhan material yang direkap pada sub bab 4.2.5. Berdasarkan
perhitungan tersebut biaya paling kecil untuk semua komponen diperoleh dengan
metode WWA, LTC, LUC, POQ, LFL dan FPR, namun dipilih hasil perhitungan
dengan metode WWA karena dari 6 metode yang menghasilkan total biaya terkecil
yang sama, metode WWA merupakan metode dengan tingkat ketelitian paling tinggi.
Metode WWA memperhitungkan semua kemungkinan pemesanan lot yang ada pada
tiap periode.
seperti roller, roda dan baut memiliki Schedule Recipt (SR) sehingga mempengaruhi
jumlah material yang harus disimpan. Roller memiliki SR pada periode 2 sebesar 3500
buah, komponen roda memiliki SR pada periode 2 sebesar 4000 dan komponen baut
memiliki SR pada periode 8 sebesar 2000 buah. Untuk komponen terakhir yaitu biaya
material karena tiap metode dapat memiliki jumlah lot yang harus dipesan tersendiri
maka biaya material tiap komponen memiliki biaya material yang berbeda.
Berdasarkan rekap biaya untuk semua komponen dengan menggunakan metode
WWA, total biaya untuk Tamiya Amoldo sebesar Rp. 121,762,560,-, total biaya untuk
Tamiya Bernardo sebesar Rp. 76,780,560,-, dan total biaya untuk Tamiya Cartaya
sebesar Rp. 149,449,456,-. Tamiya Cartaya memiliki total biaya yang paling besar
karena jumlah demand komponen-komponennya yang paling besar daripada jenis
tamiya yang lain. Biaya terkecil dari semua komponen terdapat pada komponen Gear
Kecil dan Pengunci Body dan Biaya terbesar terdapat pada komponen Dinamo. Gear
Kecil dan Pengunci Dinamo menjadi biaya terkecil karena harga per unitnya yang kecil
sebesar Rp. 50,-.
Salah satu cara menguji atau memvalidasi hasil perhitungan MRP adalah dengan
melakukan perhitungan kemampuan kapasitas dengan menggunakan metode CRP, Hasil
validasi dari CRP dapat dilihat dari gambar output CRP, bahwa PT. Kanistha Garjita
memiliki total kapasitas sebesar 153000 detik di setiap periode, hal tersebut terdiri dari
rincian kapasitas regular time sebesar 122400 di setiap periode dan kapasitas overtime
sebesar 30600 di setiap periode, sedangkan kebutuhan dari masing-masing SK (stasiun
kerja) berbeda beda. Kebutuhan dari tiap SK ada yang melebihi kapasitas dari masing-
masing SK, sehingaa dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan MRP kurang valid
jika melihat dari hasil perhitungan validasi menggunakan CRP.
Over capacity terjadi ketika kapasitas yang dibutuhkan melebihi kapasitas yang
tersedia sehingga kapasitas tersedia tidak dapat memenuhi kapasitas yang dibutuhkan,
sedangkan under capacity terjadi ketika kapasitas yang dibutuhkan berada jauh dibawah
kapasitas yang tersedia. Pada perusahaan tamiya milik Kanishta Garjita setelah
dilakukan perhitungan JIP dan MRP langkah validasi terahir dilakukan dengan
menggunakan metode CRP, dan setelah didapat hasil validasi dapat disimpulkan bahwa
perusahaan mengalami over capacity dapat dilihat pada grafik 4. jika kapasitas yang
tersedia di perusahaan tidak dapat memenuhi kapasitas yangn dibutuhkan untuk
memenuhi demand konsumen. Kelebihan kapasitas paling besar terjadi pada SK 1
didalamnya dilakuakan perakitan part plat belakang keci, roda dan baut. sedangkan
stasiun kerja dengan waktu paling sedikit ada pada SK 9 dimana didalamnya dilakukan
perakitan part rumah dinamo, pengunci dinamo dan baterai. Dari hasil validasi tersebut
agar tidak terjadi over capacity maka diperlukan perhitungan MRP ulang agar kapasitas
yang tersedia dapat memenuhi kapasitas yang dibutuhkan, perusahaan juga dapat
menerapkan kebijakan lain seperti melakukan subkontrak dengan perusahaan yang lain
agar permintaan tetap terpenuhi.
7 dan 8, biaya-biaya material akan digunakan pada modul 8, dan output yang lainnya
berupa pengaturan penjadwalan dalam bentuk MRP. Dari modul ini dapat diketahui
teknik penjadwalan yang paling baik untuk perusahaan, kita juga dapat mengetahui
kapasitas yang dibutuhan dan kemampuan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan kita.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatlan dari laporan ini, yaitu:
1. Input agregat planning didapat dari data forecast selama 12 periode (bulan) dan
data given berupa target produksi, data harga sparepart tamiya dari supplier yang
ada, dan data biaya produksi. Dalam melakukan perhitungan agregat planning
digunakan metode Transportasi Land yang dilakukan dengan menggunakan
software QS dan juga penghitungan secara manual. Dari penghitungan dengan
software QS dan dengan perhitungan manual didapatkan total biaya produksi yang
dibutuhkan adalah sama yaitu sebesar Rp,467,877,100-.
2. Untuk menentukan JIP digunakan teknik disagregasi dengan metode Cut & Fit,
sehingga didapatkan nilai persentase dari tiap family, yaitu Tamiya Amoldo
sebesar 35%, Tamiya Bernaldo sebesar 22 % dan Tamiya Cartaya sebesar 43%.
Output yang dihasilkan dari perhitungan JIP adalah jumlah produk yang harus
diproduksi dalam kurun waktu 12 Periode.
3. RCCP digunakan untuk mengetahui apakah kapasitas sumberdaya yang dimiliki
dapat memenuhi perencanaan produksi yang dilakuan oleh peru sahaan.
Dalam kasus ini RCCP valid, karena kapsitas yang tersedia dapat memenuhi
kapasitas produksi, yaitu dengan menggunakan kapasitas Regular Time.
4. Setelah membuat agregat planning dengan JIP sebagai outputnya maka dapat
ditentukan kapasitas kasar untuk menyesuaikan JIP dengan kapasitas produksi
yang tersedia. Dari perhitungan diketahui bahwa kapasitas produksi dapat
memenuhi kapasitas yang dibutuhkan karena dari perhitunagn dapat dilihat jika
kebutuhan terbesar berada pada angka 13527 unit sedangkan kapasitas yang
tersedia adalah 14720 unit.
5. MRP digunakan untuk merencankan tingkat persediaan agar berada pada tingkat
minimum tetapi tetap dapat memenuhi permintaan yang ada dan untuk
menentukan dengan tepat jadwal dari pembuatan material yang dibutuhkan. Dari
hasil perhitungan MRP dengan berabagai macam metode didapatkan informasi
tentang penjadwalan pemesanan,jumlah material yang dipesan dan total biaya
yang dikelauarkan untuk setiap pemesanan. Dari berbagai macam metode dipilh
metode terbaik yaitu AWW dengan biaya paling minimal sebesar Rp.
1.257.049.170,-
6. Dalam praktikum ini validasi untuk metode MRP dilakukan dengan menggunakan
metode CRP dan hasil menunjukan jika terdapat beberapa stasiun kerja yang
melebihi kapsitas waktu yang dimiliki perusahaan. Dari hal tersebut dapat
diketahui jika masih terjadi over capacity pada perencanaan yang dilakukan,
kelebihan kapasitas paling tinggi terdapat pada SK 1 dan paling rendah terdapat
pada SK 9.
6.2 Saran
1. Praktikan harus memperhatikan satuan yang digunakan dalam tiap perhitungan
agar tidak terjadi kesalahan saat melakukan penghitungan.
2. Praktikan harus mengetahui langkah-langkah dan metode yang dilakukan dalam
perencanaan produksi dan material.
3. Praktikan harus memahami penggunaan software QS untuk perhitungan MRP.