BAB I
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas PT. Kaanishta Garjita
Indonesia harus menyusun perencanaan lini produksi produksi (Line of Balancing) yang
baik,agar produk yang dihasilkan juga baik dan menggunakan sumber daya yang
seefisien dan seefektif mungkin untuk mencapai target produksi yang optimal.
1.3 Tujuan
Adapun Tujuan Praktikum pada modul Perencanaan Keseimbangan Lintasan
Pada Lantai Produksi ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami konsep dan proses keseimbangan lintasan (line of balancing) .
2. Memahami metode keseimbangan lintasan dan karakteristiknya.
3. Mampu menyeimbangkan suatu lintasan produksi guna meningkatkan tingkat
produktivitas dan efisiensi dengan mengurangi waktu delay.
4. Memahami konsep,fungsi dan aplikasi kanban dalam lintasanproduksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam proses produksi atau manufaktur, terdapat dua jenis sistem produksi,
yaitu sistem produksi Push dan sistem produksi Pull. Pada sistem produksi push,
jalannya produksi berdasarkan schedule atau jadwal masing-masing proses, sehingga
proses sebelum akan mendorong proses berikutnya, akibatnya timbul kesulitan untuk
beradaptasi jika terjadi perubahan pada permintaan konsumen. Untuk adaptasi
perubahan selama bulan berjalan, perusahaan harus mengganti seluruh jadwal produksi
di setiap lini proses. Hal tersebut akan cukup menyulitkan apabila perubahan jadwal
berulang. Pada sistem ini, perusahaan harus menyiapkan stok atau inventory di masing-
masing proses untuk mengabsorsi problem dan perubahan kebutuhan konsumen. Sistem
ini sering mengakibatkan terbentuknya unbalance stock di antara proses, yang
mengakibatkan timbulnya dead stock, pembahan alat handling, dan penambahan orang
untuk menjaga inventory.
Sedangan sistem produksi pull, barang dari proses sebelumnya akan ditarik oleh
proses berikut. Contohnya pada sistem produksi Toyota, proses assembling akhir akan
berproduksi sesuai dengan kebutuhan konsumen. Proses assembling akan menarik
komponen yang dibutuhkan dari proses sebelumnya, pada waktu tertentu dan jumlah
yang dibutuhkan saja. Kemudian proses sebelumnya akan berproduksi sesuai jumlah
yang ditarik oleh proses berikut. Demikian seterusnya sampai ke proses yang ada di
hilir. Oleh karena itu, tidak diperlukan lagi perubahan jadwal produksi di pertengahan
tahun. Proses assembling otomatis akan memberikan perintah produksi kepada proses-
proses sebelumnya. Sistem produksi pull inilah yang mendasari Just In Time.
Dibanding Push System, Pull System yang lebih menjadi pusat perhatian dalam
implementasi JIT . Pull merupakan proses operasi mulai dari tahap pembelian hingga
delivery customer yang hingga saat ini dianggap modern dan bisa mengikuti arah pasar.
Sedangkan istilah yang satunya, yaituPush system, merepresentasikan sebuah system
operasi tradisional dan konservative, identik dengan aktivitas yang tidak memiliki nilai
tambah atau istilahnya "waste". Untuk menghindari stock out, manajemen menentukan
tingkat volume pembelian material dan level of inventory, tidak berpedoman pada
turunnya Purchase order (PO) customer. Sebagai acuan yaitu forecasting atau
peramalan tingkat penjualan.
2) Aliran benda kerja (Material), mencakup gerakan dari benda kerja yang
kontinu, alirannya diukur dengan kecpatan produksi dan bukan oleh
jumlah spesifik.
3) Pembagian tugas terbagi secara merata yang disesuaikan dengan keahlian
masing-masing pekerja sehingga pemanfaatan tenaga kerja lebih efisien.
4) Pengerjaan operasi serentak yaitu setiap operasi dikerjakan pada saat
yang sama diseluruh lintasan produksi.
5) Operasi unit. Lintasan yang dimaksudkan sebagai penghasil unit tunggal,
satu seri operasi suatu grup kerja ditugaskan untuk suatu produk. Selutuh
lintasan merupakan satu unit produksi.
6) Gerakan benda kerja tetap sesuai dengan set up dari lintasan dan bersifat
tetap.
7) Proses memerlukan waktu yang minimum (Hartini,2010).
......................................... (2.4)
b. Cycle time
Cycle time adalah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan 1 siklus
pekerjaan dengan sekuens standar kerja yang telah ditentukan. Unutk
mendapatkan data cycle time dapat menggunakan observasi waktu kerja
(dengan stopwatch maupun video) pada produksi aktual (Wignosoebroto,
2002).
Contohnya adalah dalam merakit satu buah produk Tamiya 4 WD di
perlukan waktu berapa lama, mulai dari pemasangan komponen awal hingga
produk jadi.
c. Tact Time
Tact time adalah waktu untuk memproduksi 1 unit produk yang
berdasarkan pada kecepatan permintaan konsumen. Apabila dirumuskan,
maka akan menjadi seperti berikut :
Contohnya apabila waktu kerja per shift adalah 480 menit atau 28.800
detik, dengna permintaan konsumen 2880 pcs/unit, maka diperoleh tact time
nya adalah
pendekatan demand. Dalam hal ini lead time bergantung pada cycle time.
Lead time dan cycle time juga berhubungan dengan Work in process secara
proses keseluruhan. Jadi dapat digambarkan bahwa :
....................................(2.8)
saat dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan di seluruh workcenter
yang ada di lantai produksi, bahkan meluas sampai ke pemasok yang terkait dengan
perusahaan. Sedangkan tujuannya sebagai sarana peningkatan produksi dapat diperoleh
jika penerapannya dengan menggunkan pendekatan pengurangan tingkat persediaan.
Tingkat persediaan dapat dikurangi secara terkendali melalui pengurangan jumlah
Kanban yang beredar selama proses produksi.
Menurut Yasuhiro Monden secara terperinci sistem kanban digunakan untuk
melakukan fungsi sebagai berikut:
1) Perintah
Kanban berlaku sebagai alat perintah antara produksi dan pengiriman.
Kanban yang dituliskan merupakan suatu alamat yang menginformasikan
proses sebelum tempat penyimpanan komponen yang telah diolah, dan
menginformasikan proses yang sesudah tempat komponen yang
dibutuhkan.
2) Pengendalian diri sendiri untuk mencegah over production.
Sistem kanban merupakan mekanisme pengendalian diri sendiri sehingga
memungkinkan tiap proses melakukan penyesuaian kecil terhadap
pasokan untuk jadwal produksi bulanannya karena adanya fluktuasi
permintaan bulanan.
3) Pengendalian Visual
Sistem kanban barlaku sebagai alat untuk pengendalian visual karena
bukan saja memberikan informasi numerik, tetapi juga informasi fisik
dalam bentuk kartu kanban.
4) Perbaikan Proses dan Operasi Manual
Penggunaan sistem kanban untuk membantu perbaikan operasi sangat
dibutuhkan karena peningkatan produktivitas mengakibatkan perbaikan
keuangan sehingga memperbaiki perusahaan secara keseluruhan.
5) Pengurangan Biaya Pengelolaan
Sistem kanban juga berfungsi mengurangi biaya manajemen dengan
membantu mengurangi jumlah perencanaan menjadi nol.
.................................................(2.9)
2) Kanban Perintah
Produksi Kanban perintah produksi digunakan sebagai otorisasi untuk
memproduksi komponen-komponen atau rakitan-rakitan. Dalam sistem yang
menggunakan kartu ini, tidak ada produksi yang diizinkan tanpa adanya
kanban perintah produksi, disebut sebagai sistem tarik dua kartu. Prosedur dari
sistem tarik dua kartu ini adalah sebagai berikut:
Tahap 1: Pembawa dari proses berikutnya pergi ke gudang proses
terdahulu dengan kanban pengambilan yang disimpan dalam pos
kanban pengambilan bersama kontainer kosong.
Tahap 2: Bila pembawa proses berikutnya mengambil suku cadang di
gudang A, pembawa itu melepaskan kanban perintah produksi yang
.................................................(2.9)
Kanban
Pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh perusahaan.
Selama ini PT Suzuki Indomobil Motor Plant Tambun II dalam menjalankan proses
produksinya sering mengalami permasalahan pada persediaan komponen yakni sering
mengalami kekurangan persediaan komponen. Kekurangan tersebut mengakibatkan proses
produksi terhenti, karena pengendalian persediaan yang kurang baik. Metode pengendalian
persediaan yang dibandingkan dalam penelitian ini yakni metode Economic Order Quantity
(EOQ) dan metode kanban. Metode EOQ dimulai dengan menghitung kuantitas pemesanan,
safety stock, Reorder Point, stok persediaan maksimal dan stok persediaan rata-rata. Metode
kanban dimulai dengan menghitung jumlah kartu kanban yang dibutuhkan, kuantitas yang
diwakili satu kanban, stok persediaan maksimal dan stok persediaan rata-rata. Kemudian,
dilanjutkan dengan mengkomparasi total inventory cost kedua metode. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa metode EOQ lebih baik daripada metode kanban. Perbandingan total
inventory cost pada metode kanban sebesar Rp. 19.800.000 lebih besar daripada total inventory
cost pada metode EOQ hanya sebesar Rp. 2.800.000. Karena menggunakan prinsip zero
inventory, tingkat stok persediaan pada metode kanban lebih baik daripada metode EOQ.
Namun tingginya ongkos pesan, metode kanban menjadi kurang efisien. Untuk dapat
menerapkan metode kanban, perusahaan harus menekan biaya pemesanan menjadi Rp. 46.969,
dengan mengembangkan sistem keiretsu dan kemitraan dengan supplier.
Di bawah ini adalah contoh sebuah gambaran aliran Kanban pemasok yang dikeluarkan oleh
warehouse, dan sebuah contoh kartu kanban :
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
INPUT
Hasil Forecasting,
Data waktu baku,
Precedence
diagram
Perhitungan performansi
lintasan tiap metode
Simulasi keseimbangan
Kartu kanban lintasan produksi yang
terpilih
Perhitungan performansi
implementasi lintasan
Analisa perbandingan
implementasi dengan
rancangan
Finish
BAB IV
8 Memasang baut roller kiri tengah pada roller kiri tengah 6,79
10 Memasang baut roller kanan tengah pada roller kanan tengah 7,33
32 Inspeksi 6,80
4.1.3 Forcasting
Jam Kerja
Jam kerja per hari = 8 jam
Hari kerja per minggu = 5 hari
Kapasitas Palet
Komponen Roda = 10 unit
Komponen Body = 10 unit
Komponen Dinamo = 15 unit
Komponen Baterai = 10 unit
Komponen Penutup Dinamo = 10 unit
Komponen Bumper = 10 unit
Komponen lain = 20 unit
4.2 Pengolahan Data
Adapun proses pengolahan data yang dilakukan adalah precendence diagram,
perhitungan waktu siklus, perhitungan jumlah Stasiun Kerja Optimum, Pembentukan
LOB, perhitungan performansi, pemilihan metode LOB, moving cad, perhitungan
Waktu Stasiun Kerja, Waktu Tinggal Komponen, Idle Time, Waiting Time, Waktu
Transfer Kanban, pola aliran Material, hingga dimensi Pallet.
= 1286551,88 1286552
= 181,972 %
= 0,549 1 lini
1286552 x 1 = 1286552
= =
181,972 % 182 %
= 182 % - 100% =
82 %
Pendekatan Demand
= = 39,11 detik
= 706929,17 706929
= 99,989 %
Pendekatan Teknis
16,05 stasiun kerja
Pendekatan Demand
stasiun kerja
Dapat dilihat dari perhitungan bahwa jumalah SK yang optimum yakni dengan
jumlah paling sedikit yaitu dengan pendekatan demand yakni terdapat 9 stasiun kerja,
sedangkan pendekatan teknis menmbutuhkan Stasiun Kerja sebanyak 16 Stasiun kerja,
dan tidak optimum.
Region Aproach
Berikut ini merupakan hasil perhitungan dari metode RA dapat dilihat dalam
tabel 4. dibawah ini :
Cycle Time (CT) :39.11
Waktu
Stasiun Elemen Ti Slack Slack^2
Stasiun
1 6,52
4 9,38
1 6 6,43 36,45 2,66 7,0756
8 6,79
10 7,33
12 10,28
2 17,61 21,5 426,25
13 7,33
16 8,75
17 7,24
3 38,71 0,4 0,16
18 16,32
19 6,4
22 6,26
23 6,17
4 25,77 13,34 177,9556
26 6,16
27 7,18
2 21,49
5 35,42 3,69 13,6161
5 13,93
7 16,48
6 34,33 4,78 22,8484
9 17,85
11 16,08
7 14 8,05 33,03 6,08 36,9664
20 8,9
24 10,63
8 3 20,95 35,93 3,18 10,1124
15 4,35
21 13,31
9 25 6,26 32,23 6,88 47,3344
29 12,66
28 14,55
10 25,92 13,19 173,9761
30 11,37
31 10,1
32 6,3
11 31,05 8,06 64,9636
33 7,79
34 6,86
Waktu
Ranking Elemen
baku
1 18 16.32
2 12 10.28
3 4 9.38
4 20 8.97
5 16 8.75
6 14 8.03
7 10 7.33
8 13 7.33
9 17 7.24
10 27 7.18
11 8 6.79
12 1 6.52
13 2 21.49
14 6 6.43
15 19 6.4
16 22 6.26
17 25 6.26
18 23 6.17
19 26 6.16
20 3 20.95
21 9 17.85
22 7 16.48
23 11 16.03
Waktu
Ranking Elemen
baku
24 5 13.93
25 21 11.31
26 24 10.65
27 15 4.38
28 29 12.66
29 30 11.37
30 31 10.1
31 32 6.8
32 28 14.55
33 33 7.79
34 34 6.86
Jumlah (CT-
Stasiun elemen Ti CT-Sk
Sk Sk)^2
18 16.32
1 12 10.28 35.98 3.13 9.7969
4 9.38
16 8.75
10 7.33
2 13 7.33 37.83 1.28 1.6384
17 7.24
27 7.18
8 6.79
3 1 6.52 34.8 4.31 18.5761
2 21.49
Jumlah (CT-
Stasiun Elemen Ti CT-Sk
Sk Sk)^2
6 6.43
19 6.4
4 22 6.26 31.42 7.69 59.1361
23 6.17
26 6.16
3 20.95
5 38.8 0.31 0.0961
9 17.85
7 16.48
6 32.51 6.6 43.56
11 16.03
5 13.93
7 24 10.65 33.55 5.56 30.9136
20 8.97
14 8.03
25 6.26
8 33.22 5.89 34.6921
15 4.38
28 14.55
21 11.31
9 29 12.66 35.34 3.77 14.2129
30 11.37
31 10.1
32 6.8
10 31.55 7.56 57.1536
33 7.79
34 6.86
Waktu
Ranking Elemen
baku
1 18 16.32
2 12 10.28
3 4 9.38
4 20 8.97
5 16 8.75
6 14 8.03
7 10 7.33
8 13 7.33
9 17 7.24
10 27 7.18
11 8 6.79
12 1 6.52
13 2 21.49
14 6 6.43
15 19 6.4
16 22 6.26
17 25 6.26
18 23 6.17
19 26 6.16
20 3 20.95
21 9 17.85
22 7 16.48
Waktu
Ranking Elemen
baku
23 11 16.03
24 5 13.93
25 21 11.31
26 24 10.65
27 15 4.38
28 29 12.66
29 30 11.37
30 31 10.1
31 32 6.8
32 28 14.55
33 33 7.79
34 34 6.86
Jumlah (CT-
Stasiun elemen Ti CT-Sk
Sk Sk)^2
18 16.32
1 12 10.28 35.98 3.13 9.7969
4 9.38
16 8.75
10 7.33
2 13 7.33 37.83 1.28 1.6384
17 7.24
27 7.18
8 6.79
3 1 6.52 34.8 4.31 18.5761
2 21.49
Jumlah (CT-
Stasiun elemen Ti CT-Sk
Sk Sk)^2
6 6.43
19 6.4
4 22 6.26 31.42 7.69 59.1361
23 6.17
26 6.16
3 20.95
5 38.8 0.31 0.0961
9 17.85
7 16.48
6 32.51 6.6 43.56
11 16.03
5 13.93
7 24 10.65 33.55 5.56 30.9136
20 8.97
14 8.03
25 6.26
8 33.22 5.89 34.6921
15 4.38
28 14.55
21 11.31
9 29 12.66 35.34 3.77 14.2129
30 11.37
31 10.1
32 6.8
10 31.55 7.56 57.1536
33 7.79
34 6.86
Moodie Young
Berikut ini merupakan hasil perhitungan dari metode Moodie Young dengan
pendekatan demand dapat dilihat dalam tabel 4. dibawah ini : (Cycle Time (CT) : 39.11)
Fase 1: Hasil akhir LCR
Tabel 4.8 Hasil akhir LCR (Fase I)
Jumlah (CT-
Stasiun elemen Ti CT-Sk
Sk Sk)^2
18 16.32
1 12 10.28 35.98 3.13 9.7969
4 9.38
16 8.75
10 7.33
2 13 7.33 37.83 1.28 1.6384
17 7.24
27 7.18
8 6.79
3 1 6.52 34.8 4.31 18.5761
2 21.49
6 6.43
19 6.4
4 22 6.26 31.42 7.69 59.1361
23 6.17
26 6.16
3 20.95
5 38.8 0.31 0.0961
9 17.85
7 16.48
6 32.51 6.6 43.56
11 16.03
5 13.93
7 24 10.65 33.55 5.56 30.9136
20 8.97
Fase 2:
Penentuan Goal
Goal =
Identifikasi elemen dengan waktu lebih kecil dari 2 x Goal = 2 X 3,69 = 7,38
Tabel 4.9 Hasil akhir Moodie Young (Fase II)
Waktu Jumlah
Stasiun Ranking Elemen CT-Sk Slack^2
baku Waktu
1 18 16.32
1 2 12 10.28 35.98 3.13 9.7969
3 4 9.38
4 20 8.97
5 16 8.75
2 33.08 6.03 36.3609
6 14 8.03
7 10 7.33
Waktu Jumlah
Stasiun Ranking Elemen CT-Sk Slack^2
baku Waktu
8 13 7.33
9 17 7.24
3 10 27 7.18 35.06 4.05 16.4025
11 8 6.79
12 1 6.52
13 2 21.49
4 14 6 6.43 34.32 4.79 22.9441
15 19 6.4
16 22 6.26
17 25 6.26
5 18 23 6.17 29.23 9.88 97.6144
19 26 6.16
27 15 4.38
20 3 20.95
6 38.8 0.31
21 9 17.85
0.0961
22 7 16.48
7 32.51 6.6
23 11 16.03
24 5 13.93
8 25 21 11.31 35.89 3.22 10.3684
26 24 10.65
28 29 12.66
9 29 30 11.37 34.13 4.98 24.8004
30 31 10.1
31 32 6.8
32 28 14.55
10 36 3.11 9.6721
33 33 7.79
34 34 6.86
SI =
DT = (K x STmaks) STk
= (11 x 38.71) 345
= 80.81
%DT =
= x 100%
= 19.21%
= x 100%
= 80.19 %
SI =
=
= 34.59
DT = (K x STmaks) STk
= (11 x 38.8) 345
= 81.8 detik
%DT =
= x 100%
= 19.17%
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro 52
2015
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Keseimbangan Lintasan Pada Lantai Produksi
Kelompok 25
= x 100%
= 88.213 %
SI =
=
= 16.425
DT = (K x STmaks) STk
= (10 x 38.8) 345
= 43
%DT =
= x 100%
= 11.082 %
4. Modie Young
LE = x 100%
= x 100%
= 88.213 %
SI =
=
= 16.425
DT = (K x STmaks) STk
= (10 x 38.8) 345
= 43
%DT =
= x 100%
= 11.082 %
Kelompok 25
Metode DT %DT LE SI SK
11 11:45.67 11:46.51 0
= 05:16.61 00:00.00
= 331.03 detik
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Stasiun Kerja 10
Waktu tinggal komponen adalah selisih waktu antara waktu dimulainya
proses dengan waktu pertama kali komponen masuk ke dalam stasiun kerja
1. Berikut adalah rekap hasil waktu tinggal komponen di stasiun kerja 10 dari
17 tamiya yang dirakit.
Memasang Body pada chasis assy
Contoh perhitungan untuk nomor perakitan 1 adalah :
Waktu tinggal komponen = Waktu mulai proses - waktu tamiya 1
masuk stasiun kerja 1 = 06:40.33 -00:00.00 = 400.33 detik
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
a. Stasiun kerja 9
Operator : Ahmad Sahal A
Operasi Kerja :
a) Memasang pengunci dinamo pada chasis assy
b) Memasang roda kanan belakang pada chasis assy
c) Memasang baterai pada chasis assy
d) Memasang penutup baterai pada chasis assy
Idle time = (Waktu selesai SK Waktu masuk SK) ( Waktu selesai proses
Waktu mulai proses)
Contoh perhitungan pada nomor perakitan 1 : (05:54.00-05:16.61) - ( 05:45.66-
05:25.36) = 37.39 detik
(Waktu (Waktu
No. Idle
No Selesai SK- Selesai Proses- Idle
Stasiun Time
Perakitan Waktu Waktu Mulai Time
Kerja (detik)
Masuk SK) Proses)
1 9 00:37.4 00:20.3 00:17.1 17.09
2 9 00:42.8 00:36.1 00:06.7 6.72
3 9 00:36.3 00:30.5 00:05.7 5.74
4 9 00:39.3 00:35.9 00:03.4 3.43
5 9 00:40.5 00:33.9 00:06.6 6.58
6 9 00:39.5 00:27.9 00:11.6 11.62
7 9 00:34.2 00:26.5 00:07.8 7.77
8 9 00:41.0 00:23.7 00:17.2 17.22
9 9 00:33.2 00:26.3 00:06.9 6.91
10 9 00:45.3 00:23.0 00:22.3 22.33
11 9 00:32.8 00:00.0 00:32.8 32.83
12 9 00:37.0 00:30.1 00:06.9 6.93
13 9 00:41.8 00:28.8 00:13.0 13.02
14 9 00:39.0 00:30.6 00:08.4 8.4
15 9 00:51.9 00:49.9 00:02.1 2.06
16 9 00:29.7 00:26.5 00:03.3 3.29
17 9 00:33.1 00:23.6 00:09.5 9.52
Idle Time SK 9
35
30
25
Waktu (detik)
20
15
Idle Time (detik)
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nomor Perakitan
b. Stasiun kerja 10
Operator : Agus Tri W
Operasi Kerja :
a) Inspeksi
b) Memasang body pada chasis assy
c) Memasang penguci body
Idle time = (Waktu selesai SK Waktu masuk SK) ( Waktu selesai proses
Waktu mulai proses)
Contoh perhitungan pada nomor perakitan 2 : (07:12.60-06:36.34) - ( 06:54.61-
06:36.34) = 17.99 detik
Idle Time SK 10
50
40
Waktu (detik)
30
20
Idle Time
10
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nomor Perakitan
10
5 Waiting Time
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nomor Palet
1,2
1
0,8
0,6 Series1
0,4
0,2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nomor Perakitan
50
40
30
20
10
0
6 7 8 9 10 14 15 16
Stasiun Kerja 10
Waktu transfer kanban adalah hasil selisih antara waktu masuk komponen
dan waktu keluar kanban. Untuk stasiun kerja 10 memerlukan 4 kanban.
sehingga perhitungan waktu transfer kanbannya adalah :
Waktu transfer kanban = waktu masuk komponen waktu keluar kanban =
08:09.0 08:14.8 = 05.81 detik
Tabel 4.23 Waktu Transfer Kanban Stasiujn Kerja 10
Waktu
No Waktu Keluar Waktu Transfer
Masuk
Perakitan Kanban Kanban
Komponen
4 08:09.0 08:14.8 05.81
7 10:03.0 10:09.3 06.23
11 12:30.5 12:35.3 04.83
14 15:02.58 15:07.27 04.69
1 2
3 4
Keterangan:
1. Pengunci Dinamo
2. Roda
3. Baterai
4. Penutup baterai
Keterangan:
1. Body
2. Pengunci Body
BAB V
ANALISIS
dan bumper belakang dari chasis ketika dipindahkan ke stasiun kerja lainnya. Untuk itu
operasi 1 dan 2 dijadikan konstrain yang dapat dilihat pada Gambar 4.2 bahwa kedua
aktivitas tersebut dibatasi oleh sebuah persegi panjang yang menandakan bahwa kedua
aktivitas tersebut telah dikonstrain. Pada saat pengalokasian operasi-operasi ke dalam
stasiun kerja, kedua aktivitas ini harus ditempatkan ke dalam stasiun kerja yang sama.
Waktu siklus yang digunakan adalah waktu siklus dengan pendekatan demand.
Hal ini dikarenakan sistem telah mampu menyesuaikan kapasitas produksi dengan
demand konsumen. Apabila menggunakan waktu siklus dengan pendekatan teknis maka
akan terjadi overproduction sebesar 82%, hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan
akan mengalami kelebihan produksi sebesar 82% dari produksi optimal. Dan akan
mengakibatkan kerugian misal karena tambahan biaya Inventory, ongkos produksi, dan
lain-lain. Sedangkan apabila mengunakan pendekatan teknis tidak mengalami
overproduction. Hal ini menunjukkan bahwa metode dengan pendekatan demand lebih
tepat dibandingkan dengan pendekatan teknis.
dan kemudian melihat bobot dari masing-masing operasi kerja. Bobot tersebut
didapatkan dari perhitungan waktu siklus pada jalur yang dilewati oleh operasi kerja
tersebut. Bobot diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil namun tetap disesuaikan
kepada precedence diagram. Sedangkan pada metode LCR mengurutkan ranking
berdasarkan waktu operasi terbesar pada masing-masing operasi kerja. Rangking paling
awal akan ditempatkan pada stasiun yang lebih awal namun tetap memperhatikan
presedence diagram.Metode yang terakhir adalah Moodie Young (MY) metode iterdari
dari 2 fase. Fase 1 merupakan hasil akhir dari LCR serta fase 2 menempatkan operasi
pada stasiun kerja yang waktu operasinya lebih kecil dari 2x goal. Yang terakhir adalah
metode RA yang membagi wilayah vertical berdasarkan region atau wilayah namaun
tetap ememperhatikan precedence diagram
Metode terbaik ditentukan berdasarkan pada nilai nilai (line efficiency) dan
(smoothing index). Line efficiency menunjukkan seberapa baik keseimbangan lintasan
pada lini produksi. Smoothing indeks merupakan indeks yang menunjukkan kelancaran
relatif dari penyeimbangan lini perakitan tertentu. Karakter yang baik dari
keseimbangan lintasan adalah line efficiency yang besar dan smoothing indeks yang
kecil. Berikut rekap dari kelompok 25:
Tabel 5.1 Metode terbaik kelompok 25
Kelompok 25
Metode DT %DT LE SI SK
Dari tabel 5. dapat dilihat bahwa Metode LCR dan MY mempunyai nilai LE dan SI
yang sama yaitu LE = 88.21% dan SI = 16.43, dan dari perhitungan diperoleh 10 stasiun
kerja yang akan digunakan dalam merakit Tamiya. Metode terpilih kelompok 25 adalah
LCR.
Akan tetapi, pada simulasi produksi yang sebenarnya. Diperlukan kerja sama
antar kelompok. Karena pada prakteknya dibutuhkan beberapa operator untuk
memenuhi kebutuhn lini produksi. untuk menentukan metode yang terbaik dari yang
paling baik maka digunakan pertimbangan menggunakan metode serta stasiun kerja dari
1 shift yang terdiri dari 4 kelompok. berikut adalah hasil rekap shift 4 dari semua
kelompok:
Tabel 5.2 Pemilihan Metode LOB Shift 4
Pemilihan Metode Terbaik
Jumlah
Kelompok Metode SI LE
SK
10 RA 19.42% 85.84% 10
11 RA 29% 82.69% 16
12 LCR 9.78% 92.2% 10
25 LCR 10.99% 88,21% 10
Dari tabel 5. Dapat dilihat bahwa metode terbaik terdapat pada kelompok 12. Dengan
niali SI terkecil dan nilai LE terbesar.metode yang terpilih adalah LCR dengan nilai SI
9.78% dan LE 92.2% dan didapatkan 10 stasiun kerja. Metode dari kelompok 12 adalah
metode yang digunakan dalam simulasi perakitan Tamiya yang digunakan oleh shift 4
dengan jumlah stasiun kerja minimal. Dengan ini perusahaan Tamiya akan mampu
menerapkan lini prosuksi yang baik dengan lintasan yang seimbang sehingga proses
produksi dapat efisien dan efektif.
stasiun ini terdapat beberapa pekerjaan yang dilakukan yaitu memasang pengunci
dinamo pada chasis aassy, Memasang roda kanan belakang pada chasis assyMemasang
Baterai pada chasis assy dan Memasang pengunci baterai. Sehingga pada perhitungan
waktu tinggal komponen ada banyak hal yang harus diperhatkan. Maka dapat diliaht
contoh perhitungan waktu tinggal komponen adalah sebagai berikut :
Waktu tinggal komponen = Waktu mulai proses - waktu tamiya 1 masuk sk1
= 05:25.36 05:16.61
= 325.36 detik
Pengunci Dinamo
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa waktu tinggal untuk pengunci
dinamo secara berkelanjutan mengalami kenaikan hal ini berbanding lurus dengan
urutan pallet komponen karena semakin banyak urutan pallet maka akan semakin
meningkat juga waktu tunggu untuk komponen yang lain. Pada grafik terlihat pada
paleet ke-10 grafik berada pada angka maksimal yaitu 679.28 detik, Hal ini dikarenakan
kapasiatas pallet inventory adalah 10 buah maka komponen ke-10 adalah komponen
yang tinggal paling lama di pallet inventory dan pada pallet ke-11 komponen yang
digunakan adalah komponen tambahan yang sebelumnya diminta kanban dan tentunya
waktu tunggu yang dimiliki turun namun meningkat secara berkelanjutan untuk pallet
setelahnya.
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Baterai
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Pengunci Baterai
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Stasiun Kerja 10
Pada stasiun kerja terahir ini hanya terdapat 2 komponen yang tersedia yaitu
body dan pengunci body dan tentunya proses yang dilakukan juga tidak terlalu banyak.
Body
600
400
200
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Pada grafik yang dihasilkan dari perhitungan waktu tinggal body relatif sama
dengan grafik yang dihasilkan oleh komponen yang lain karena semakin banyak urutan
pallet maka akan semakin meningkat juga waktu tunggu untuk komponen yang lain..
Pada grafik dapat dilihat bahwa komponen yang memiliki waktu tinggal paling lama
adalah komponen ke-10 yaitu senali 714.42 detik hal ini didasarkan pada ketentuan
yang diterapkan sebelumnya bahwa inventory maksimum pada pallet komponen adalah
10 buah untuk tiap komponen perakitan. Maka dari itu sebelum stock komponen yang
ada pada pallet habis operator harus meminta kanban untuk mengisi komponen tersebut.
Namun pada perhitunganya waktu tinggal untuk komponen ke-11 terhitung sebagai
komponen baru yang memiliki masa tinggal yang rendah karena pada pallet ke-11
komponen yang digunakan adalah komponen tambahan yang sebelumnya diminta
kanban dan tentunya waktu tunggu yang dimiliki turun namun meningkat secara
berkelanjutan untuk pallet setelahnya, Namun pada perakitan ini pallet pertama dan ke-
11 tidak memiliki waktu tunggu karena pada proses perakitan terjadi reject pada proses
sebelumnya.
Pengunci Body
Dari hasil rekap perhitungan waktu tinggal komponen dan kemudian grafik
perhitungan yang dihasilkan dari perhitungan waktu tinggal pengunci body relatif sama
dengan grafik yang dihasilkan oleh grafik komponenpada umumnya, Pada grafik dapat
dilihat bahwa komponen yang memiliki waktu tinggal paling lama adalah komponen
ke-10 yaitu senali 722.19 detik hal ini didasarkan pada ketentuan perusahaan yang
diterapkan sebelumnya bahwa inventory maksimum pada pallet komponen adalah 10
buah untuk tiap komponen perakitan. Maka dari itu sebelum stock komponen yang ada
pada pallet habis operator harus meminta kanban untuk mengisi komponen tersebut.
Namun pada perhitunganya waktu tinggal untuk komponen ke-11 terhitung sebagai
komponen baru yang memiliki masa tinggal yang rendah karena pada pallet ke-11
komponen yang digunakan adalah komponen tambahan yang sebelumnya diminta
kanban dan tentunya waktu tunggu yang dimiliki turun namun meningkat secara
berkelanjutan untuk pallet setelahnya. Namun pada perakitan ini pallet pertama dan ke-
11 tidak memiliki waktu tunggu karena pada proses perakitan terjadi reject pada proses
sebelumnya.
Idle Time SK 9
35
30
25
Waktu (detik)
20
15
Idle Time (detik)
10
5
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17
Nomor Perakitan
Idle Time merupakan waktu lamanya operator menganggur karena tidak ada
operasi yang tidak dilakukan. Pada stasiun kerja 9, operasi yang dilakukan adalah
memasang Pengunci Dinamo, Roda Kanan Belakang, Baterai, dan penutup baterai.
Dua Idle time tertinggi yang terletak pada perakitan ke 10 dan 11, ini
dikarenakan pada saat running, proses running terhenti beberapa saat karena terdapat
reject pada Pallet 11 dan terjadi di SK 9 di sebabkan karena adanya komponen yang
terlepas dari produk, dan hal tersebut menghambat proses operasi kerja dan
mengakibatkan terjadinya Idle Time pada SK 9.
Stasiun Kerja 10
Idle Time SK 10
45
40
35
Waktu (detik)
30
25
20
15 Idle Time
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nomor Perakitan
14
12
10
8 Waiting Time
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nomor Palet
perakitan pada stasiun kerja 9, yang pada hakikatnya operator berusaha menghindari
kesalahan proses kerja yang dapat mneyebabkan terjadinya reject atau produk gagal
dalam perakitan Tamiya, atau proses Waiting time ini dapat pula terjadi karena
performansi kerja operator sebelumnya terlalu cepat.
Stasiun Kerja 10
1,2
1
0,8
0,6 Series1
0,4
0,2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nomor Perakitan
Grafik Waiting Time untuk SK 10 dapat dilihat pada grafik di bab sebelumnya,
berbeda dengan SK 9, grafik SK 10 menunjukkan Waiting Time yang terjadi dalam SK
10 hanya 3 yaitu pada Nomor palet atau Nomor perakitan 1, 5, dan 6. Pada Palet 1,
Waiting Time sebesar 1.45 detik, pada palet 5 dan 6 adalah 1.4 dan 1.5. Proses Waiting
Time tersebut terjadi karena operator kesulitan dalam mengerjakan nomor perakitan ke
9, jadi palet ke 10 harus menunggu palet ke 9 selesai baru mulai dikerjakan proses
operasinya. Sementara Waiting Time tercepat atau paling rendah terjadi pada saat palet
atau nomor perakitan ke 4, yaitu hanya 0.35 detik.
Kemudian dapat disimpulkan bahwa pada Stasiun Kerja 10 ini terdapat 3 kali
terjadi Bottleneck pada nomor perakitan atau nomor palet 1, 5, dan 6. Bottleneck
tersebut menyebabkan material menunggu pada stasiun ini untuk dikerjakan. Proses
bottleneck ini terjadi karena operator terlalu berhati hati dalam melakukan proses
Program Studi Teknik Industri
Universitas Diponegoro 89
2015
Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri
Modul 4 Perencanaan Keseimbangan Lintasan Pada Lantai Produksi
Kelompok 25
perakitan pada stasiun kerja 10, yang pada hakikatnya operator berusaha menghindari
kesalahan proses kerja yang dapat mneyebabkan terjadinya reject atau produk gagal
dalam perakitan Tamiya, atau proses bottleneck ini dapat pula terjadi karena
performansi kerja operator sebelumnya terlalu cepat.
Stasiun Kerja 9
Waktu transfer kanban = waktu masuk komponen waktu keluar kanban =
08:53.7 08:40.5 = 13.23 detik
50
40
30
20
10
0
6 7 8 9 10 14 15 16
Perbedaan yang cukup signifikan tersebut disebabkan oleh kondisi kesibukan pada
lantai produksi dan keadaan helper yang melakukan tranfer kanban, Berbagai kesulitan
dihadapi oleh operator kanban dalam memenuhi kebutuhan komponen oleh masing-
masing operator pada stasiun kerja adalah jumlah helper yang terlalu sedikit sedangkan
jumlah stasiun kerja yang ada relatif cukup banyak. Kesulitan lain yang dihadapi adalah
jika terdapat beberapa stasiun kerja yang meminta komponen secara bersamaan
sehingga salah satau staiun harus di prioritaskan dan stasiun yang lain harus rela
menunggu helper kanban. Tata letak inventory juga mempengaruhi seberapa cepat
operator dilayani karena semkin jauh inventory tentunya waktu tranfer yang dibutuhkan
juga akan semakin lama.
Stasiun Kerja 10
Untuk stasiun kerja 10 memerlukan 4 kanban. Dan contoh perhitungan waktu
transfer kanbannya adalah :
Waktu transfer kanban = waktu masuk komponen waktu keluar kanban =
08:09.0 08:14.8 = 05.81 detik
Pada perhitungan waktu transfer kanban stasiun kerja 10 menunjukan perbedaan dengan
grafik yang dihasilkan pada stasiun kerja 9 yang memiliki perbedaan waktu yang relatif
jauh, Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa waktu transfer kanban utnuk masing-
masing komponen memiliki perbedaan yang tidak teralu signifikan, Seperti contoh pada
trasfer kanban yang pertama dilakukan ketika pallet ke-4 dengan waktu transfer sebesar
5.81 detik, Pada tranfer kanban yang kedua yaitu pada pallet ke-7 waktu yang
dibutuhkan untuk helper menyediakan komponen adalah sebesar 6.23 detik.
Pada hasil perhitungan tersebut terlihat perbedaan yang tidak terlalau jauh antar
transfer kanban dan waktu transfer yang dihasilkan pada stasiun kerja ini sangat kecil,
Hal tersebut mungkin disebabkan perbedaan posisi antar stasiun kerja yang
menyebabkan jarak antar stasiun kerja ke bagian inventory berbeda, Semakin dekat
inventory ditempatkan pada stasiun kerja maka waktu transfer yang dilakukan tentunya
semakin sedikit adapun penyebab lain adlah karena stasiun kerja ini merupakan stasiun
kerja terahir alam perakitan serta komponen yang diperlukan hanya body dan pengunci
body hal tersebut bisa saja menjadi penyebab sedikitnya waktu yang dibutuhkan untuk
transfer kanban.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum modul 4 ini dapat disimpulkan beberapa hal:
1. Keseimbangan lintasan atau line of balancing merupakan aktivitas yang dilakukan
untuk meminimasi ketidakseimbangan antara mesin dan personil produksi serta
memberikan beban kerja yang sama pada setiap stasiun kerja untuk mengurangi
waktu idle maupun waktu waiting pada setiap stasiun kerja sehingga lintasan
produksi dapat berjalan dengan lebih efisien. LOB PT Kanishta Garjita
menggunakan pendekatan demand. Waktu yang dihitung yaitu waktu tinggal
komponen, idle time, waiting time, dan waktu transfer Kanban per stasiun.
Waktu tinggal komponen adalah selisih waktu antara waktu mulai proses
perakitan sebuah komponen dengan waktu masuk komponen tersebut dalam suatu
stasiun kerja.
Idle time adalah waktu dimana operator menganggur dan tidak melakukan
kegiatan apa-apa karena komponen pada palet transfer belum selesai pada stasiun
kerja sebelumnya. Dapat dihitung dengan cara Idle time (detik) = (Waktu selesai
SK Waktu masuk SK) ( Waktu selesai proses Waktu mulai proses).
Waiting time adalah waktu dimana komponen atau palet transfer menganggur dan
menunggu kegiatan perakitan sebelumnya selesai. Perhitungannya adalah waktu
mulai proses waktu masuk SK.
Waktu Transfer Kanban adalah selisih antara waktu masuk komponen dengan
waktu keluar kanban
2. Dalam praktikum ini, kami menggunakan metode heuristik dalam penentuan
keseimbangan lintasan. Metode heuristik yang kami gunakan dalam penentuan
line of balancing meliputi:
a. RA (Region Aproach) merupakan metode yang digunakan untuk
menyeimbangkan lintasan pada proses produksi dengan diketahui terlebih
dahulu waktu-waktu yang ada dalam proses perakitan tersebut.
6.2 Saran
Berikut saran yang dapat kami berikan untuk kelancaran praktikum modul 4
selanjutnya:
1. Praktikan lebih mempersiapkan diri sebelum running agar running yang
dilaksanakan dapat berjalan dengan baik dan lancar
2. Komponen tamiya mainan yang digunakan dalam running sebaiknya setiap tahun
diperbaharui agar komponen yang rusak tidak menghambat jalannya running.
3. Operator harus berkonsentrasi penuh namun jangan tegang dan panik saat terdapat
komponen yang cacat atau terjadi kesalahan kecil yang tidak penting yang dapat
menyebabkan terjadi nya reject.
4. Helper sebaiknya dapat berkoordinasi dengan baik dengan operator, terutama
harus mampu menentukan dengan tepat kapan harus mengambil kanban sehingga
nantinya tidak ada komponen yang datang terlambat maupun terlalu cepat.