Makalah PPH 23
Makalah PPH 23
PPH 23
Disusun untuk memenuhi Tugas
Puji syukur kita haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya makalah tentang PPH 23 ini dapat terselesaikan
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita agar dapat memahami tentang PPH 23 lebih jauh. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah dibuat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan Negara berkembang, yang terdiri dari ribuan pulau yang
memiliki budaya yang beraneka ragam, lautan, dan sumberdaya alam yang melimpah.
Dengan perkembangan yang terjadi saat ini mendorong pemerintah untuk melakukan
perubahan di segala sektor demi meningkatkan pendapatan atau kas negara guna membiayai
pembangunan.
Dalam melakukan perubahan tersebut, pastilah memerlukan dana yang sangat besar,
dan dana itu berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dimana sebagian besar bersumber dari penerimaan
pajak. Ini menjelaskan bahwa pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya didalam pelaksanaan pembangunan karena pajak sendiri merupakan
sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan.
Pajak penghasilan pasal 22 atau disingkat PPh pasal 22 adalah pajak yang dipungut
oleh bendaharawan pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, instansi
ataulembaga pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya berkenaan dengan pembayaran
atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu baik badan pemerintah maupun swasta
berkenaandengan kegiatan dibidang impor atau kegiatan usaha dibidang lain. Dasar hukum
PPh pasal 22adalah UU Pajak Penghasilan nomor 36 tahun 2008, pasal 22. Untuk lebih
memahami secaramendalam dan komprehensif mengenai pajak penghasilan (pph) pasal 22,
maka yang akandibahas dalam makalah ini yaitu mengenai subjek PPh pasal 22, objek,
pemungut, pengecualiandari pengenaan pph pasal 22, saat terutang, batas waktu setor dan
lapor, serta contoh soal ataukasus yang berkaitan dengan pasal 22.
3.Untuk mengetahui Apa saja yang termasuk objek PPh Pasal 23.
3. Untuk mengetahui Apa saja yang dikecualikan dari PPh Pasal 23.
4. Untuk mengetahui Kapan saat terutang, pemungutan dan pelaporan PPh Pasal 23.
Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan
yangditerima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal
darimodal, penyerahan jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong
PajakPenghasilan Pasal 21, yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek
pajakdalam negeri, penyelenggara kegiatan, Bentuk Usaha Tetap atau perwakilan perusahaan
luarnegeri lainnya.
1. Badan pemerintah2
Orang Pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh kepalakantor
pelayanan pajak sebagai pemotong PPh Pasal 23, yaitu:
a. Akuntan, arsitek, dokter, notaries, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), kecuali camat,
pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas
6.
Akuntan, arsitek, dokter, notaries, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), kecuali camat,
pengacara, dan konsultan, yang melakukan pekerjaan bebas
b.
Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas pembayaran
berupa sewa.
2.3
Penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23 sesuai dengan pasal 23 UU No. 36 Tahun
2008menetapkan tarif sebagai berikut:1.
a. Dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga, dan
royalti;
b. hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21.
2. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.
3. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa
konstruksi, dan jasa konsultan.
a. Jasa penilai;
b.Jasa aktuaris;
d.Jasa perancang;
5. Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23.
6. Yang dimaksud dengan jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang
dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan
pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau
perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk
usaha tetap. Tidak termasuk:
a. Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan WP penyedia tenaga kerja kepada tenaga
kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;
PPh Pasal 23 mengatur mengenai jadwal penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 23.
1. PPh Pasal 23 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran, disediakan untuk
dibayar, atau telah jatuh tempo pembayarannya, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih
dahulu.
2. PPh Pasal 23 disetor Pemotong Pajak paling lambat tanggal sepuluh bulan takwim
berikutnya setelah bulan saat terutang pajak.
3. SPT Masa disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak setempat, paling lambat 20 hari
setelah Masa Pajak berakhir.
Apabila jatuh tempo batas akhir pelaporan atau penyetoran PPh Pasal 23 bertepatan dengan
hari libur, termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran atau pelaporan dapat
dilakukan pada hari kerja berikutnya
PPh Pasal 23 juga mengatur beberapa penghasilan yang tidak dikenakan pajak dengan
rincian daftar berikut ini.
2. Sewa yang dibayar atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan hak
opsi.
3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP
dalam negeri, koperasi, dan BUMN/BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan berkedudukan di Indonesia dengan syarat:
c. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
d. Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi yang dibayarkan koperasi kepada anggotanya;
e. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan yang
berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan.
Setelah mengetahui penghasilan apa saja yang bisa dikenakan PPh Pasal 23, Anda juga harus
memahami berapa tarif yang dikenakan kepada Wajib Pajak. Berikut ini penjelasannya.
5.PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang berasal
dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotongPPh
Pasal 21. Dalam melakukan pemotongan PPh Pasal 23 terdapat pemotong pajak yang
telahditentukan oleh peraturan uu PPh pasal 23 begitu pula dengan tarif dan penghasilan
apasaja yangtergolong dapat dipotong PPh Pasal 23 ataupun yang dikecualikan. Makalah
diatas jugamenunjukan kapan saat terutang, pelaporan dan penyetoran PPh pasal 23 yang
telah ditentukan oleh UU
5.2 SARAN