Wawancara:

DM : Selamat sore bapak, saya dokter muda Dhani yang bertugas.

Boleh saya tahu nama bapak?
Pasien : Dokter muda Dhani? Saya Muhrim. Jangan panggil bapak dong
panggil mas. Saya masih muda mba masih 19 tahun
DM : Baik Mas Muhrim, saya akan melakukan wawancara terhadap
mas untuk menilai perkembangan kesehatan mas. Saya meminta
waktunya sekitar 15 menit, apakah boleh Mas Muhrim?
Pasien : Boleh lah mba. Apa alasan saya bilang tidak boleh?
DM : Nggih Mas Muhrim. Mas umurnya berapa?
Pasien : Ya itu 19 tahun seperti yang sudah saya bilang tadi mba.
DM : Iya baik mas. Mas Muhrim tinggal dimana?
Pasien : Saya dari Desa Sade tempat wisata itu mba. Mba tau? Yang
banyak bulenya itu.
DM : Belum mas. Dimana Desa Sade itu letaknya?
Pasien : Di Lombok Tengah mba. Yakin tidak tau mba? Ga gaul deh.
DM : Nggih Mas. Di desa apa Mas tinggal?
Pasien : Dusun Rambitan, Desa Sade, Pujut. Itu alamat lengkapnya
DM : Boleh saya tau agamanya Mas Muhrim?
Pasien : Islam mba. Tidak lihat ini di tubuh saya sudah ada tulisan-
tulisan arabnya.
DM : Nggih. Tulisan arab dimana?
Pasien : Ini di tangan saya di belakang leher saya. Ini ada bacaannya
Seh Manjing itu nama lain saya. Jadi sebenarnya di hadapan
Allah nanti berbeda nama kita bukan nama yang kita pakai di
dunia. Ini sebenarnya yang berbicara daritadi juga bukan
Muhrim, melainkan Seh Manjing. Tapi kan nama lainnya ya
tetap Muhrim.
DM : Nggih Mas. Mas Muhrim sudah bekerja?
Pasien : Iya saya sudah bekerja jadi waiter di hotel. Mba tau hotel
novotel? Disitu saya bekerja. Ya walaupun masih training tapi
 ya kinerja saya sudah dibilang bagus lah oleh bos saya. Bos
saya bilan saya akan dicalonkan menjadi manajer selanjutnya.
DM : Nggih mas. Sejak kapan Mas Muhrim bekerja disana?
Pasien : Sudah sebulan yang lalu Mba.
DM : Pendidikan terakhir Mas Muhrim?
Pasien : SMK, selesai SMK saya ditawari kuliah seperti orang-orang
tapi saya tidak mau. Untuk apa saya kuliah, tidak bisa
menghasilkan uang. Lebih baik bekerja bisa mencari uang yang
banyak.
DM : Nggih Mas. Mas sudah menikah?
Pasien : Belum mba. Nah itu saya dibawa kesini karena tadi sempat
memukul ibu saya 2 minggu yang lalu karena tidak diizinkan
menikah. Ini makanya saya dirantai, ini belum bisa lepas
gemboknya, kuncinya katanya hilang dibawa paman saya ke
Lombok Barat.
DM : Kenapa meminta menikah sampai memukul ibu Mas?
Pasien : Saya ingin meminta menikah dengan jin hitam yang merasuki
saya. Dia selalu berbisik ingin minta dinikahi sangat
mengganggu saya. Jadi ada yang merasuki saya tapi tidak hanya
jin hitam tapi jin putih juga. Jin putih itu mirip saya hanya lebih
gemuk dan bersinar wujudnya tapi jin tersebut membawa jin
hitam.
DM : Jin hitamnya wujudnya apa Mas?
Pasien : Jin hitam itu wujudnya perempuan mukanya tidak jelas. Terus
bilang ke saya ingin meminta menikah. Setiap malam itu saja
yang dibicarakan jin hitam tersebut.
DM : Kenapa begitu?
Pasien : Tidak tahu mba. Tapi kalau tidak dinikahi nanti saya dirasuki
cemburu-cemburu sakit rasanya mba di sedok saya.
DM : Jin-jin tersebut yang bisa lihat siapa saja?
Pasien : Hanya saya mba. Yang lain tidak tahu apa-apa (menunjuk
 keluarga yang sedang duduk di ruang tunggu, tidak bisa lihat
jadinya.
DM : Setelah dirasuki bagaimana Mas Muhrim? Bisa diceritakan?
Pasien : Nah waktu 1 bulan yang lalu itu saat dirasuki itu kan sakit
sekali disini saya (menunjuk dada). Setelah itu saya bisa silat,
karate, taekwondo semuanya saya bisa dalam semalam.
Dihadapkan 30 orang bisa saya kalahkan semua. Ilmu tauhid
saya bisa. Mengaji saya bisa hafalkan banyak sekali hanya baca
1 hari saja, walaupun tidak semua juz.
DM : Nah mas kan hebat sekali nih ya?
Pasien : Jelas lah. Orang-orang ini (menunjuk keluarganya) tidak tahu
apa-apa. Bodoh semuanya.
DM : Nggih Mas Muhrim kan hebat ya tapi kan kita sama nih sama-
sama manusia. Mas Nabi atau bagaimana?
Pasien : Saya hebat bukan karena saya Nabi. Nabi terakhir kan tetap
Nabi Muhammad SAW. Saya ya manusia biasa juga tapi saya
hebat ya karena dirasuki jin putih itu.
DM : Nggih Mas. Mas Muhrim masih masuk kerja?
Pasien : Semenjak di rantai 4 hari tidak masuk mba. Kemarin-kemarin
sebelumnya saya masuk kerja. Tidak ada orang selain saya yang
dicalonkan jadi manajer karena kan saya spesial kata bos saya.
DM : Mas Muhrim hebat ya. Di tempat kerja tidak ada yang jahat atau
suka berbicara tentang Mas di belakang Mas?
Pasien : Pasti lah itu apalagi saya hebat. Baru training sudah dicalonkan
manajer. Pasti banyak yang ngomongin saya.
DM : Lalu bagaimana Mas?
Pasien : Ya dibiarkan saja. Namanya juga saya hebat ya mba.
DM : Selain itu. Mas pernah melakukan hal lain seperti keluyuran
tidak jelas arahnya atau berbicara sendiri?
Pasien : Tidak pernah. Saya di sekitar rumah hanya jalan-jalan saja agar
orang lain lihat betapa hebatnya saya.
DM : Nggih Mas. Tidurnya bagaimana Mas?
Pasien : Sleep saya baik-baik saja.
DM : Biasanya berapa jam?
Pasien : Akhir-akhir ini saya tidur cepat biasanya dari jam 12 sampai
jam 3 atau jam 4 setelah itu saya seperti ingin melakukan
sesuatu. Sangat bersemangat rasanya.
DM : Nggih. Perasaan mas bagaimana sekarang?
Pasien : Bahagia sekali. Kemarin ada tetangga saya kena musibah saja
saya tetap merasa senang sekali.
DM : Boleh saya tahu ini sudah berapa kali Mas kesini?
Pasien : Baru sekali ini mba. Saya baru tau makanya ada tempat ini.
Dimana orang gilanya mba kalo disini?
DM : Orang gila? Memangnya sekarang mas dimana?
Pasien : Di RSJ Selagalas kan mba.
DM : Nggih Mas. Sebelumnya mas pernah seperti yang keadaan yang
sekarang ini?
Pasien : Tidak pernah mba.
DM : Pernah jatuh lalu kepalanya terluka atau terhantuk?
Pasien : Tidak pernah mba.
DM : Pernah kejang atau demam tinggi?
Pasien : Tidak ada mba saya tidak pernah sakit. I always healthy.
DM : Mohon maaf mas, apakah mas merokok, mengkonsumsi alkohol
ataupun narkoba?
Pasien : Rokok iya tapi narkoba atau minuman keras tidak pernah mba.
Haram itu mba. Kalau ada customer saya yang bule-bule di
tempat kerja itu menawarkan saya minuman saya bilang No,
thanks. I dont drink Kalau merokok ya saya sering karena bila
merokok pikiran saya seperti lebih dewasa.
DM : Dikeluarga ada yang memiliki keluhan serupa mas?
Pasien : Tidak ada mba.
DM : Baik mas. Sekarang saya mohon izin untuk memeriksa fungsi
 kognisi atau pikiran mas ya, jadi mas saya tanya-tanya dan saya
instruksikan, boleh mas ya?
Pasien : Boleh mba.
DM : Sekarang tahun berapa?, bulan apa? dan tanggal berapa?
Pasien : Tahun 2017, bulan november, tidak tahu saya tanggal mas,
tetapi sekarang hari rabu.
DM : Mas kesini dengan siapa?
Pasien : Dengan keluarga saya banyak. Ada ibu saya, kakak saya,
sepupu-sepupu saya.
DM : Sekarang mas dimana?
Pasien : Di rumah sakit jiwa di Selagalas.
DM : Mas sekarang saya akan ucapkan beberapa angka. Saya
meminta mas mengulang angka tersebut, tetapi tunggu sampai
selesai. Angkanya empat lima tujuh satu tiga.
Pasien : Empat lima tujuh satu tiga. Mudah sekali itu mba.
DM : Mas bisa menjelaskan ke saya bagaimana cara membuat teh?
Pasien : Air hangat, teh. Air hangat itu dicampur sama teh.
DM : Mas bisa membaca dan menulis?
Pasien : Kalau menulis bisa. Apalagi membaca mba. Ada-ada aja mba
ini. Of course, I can.
DM : Kalau ini bisa mas baca? Coba tuliskan satu kalimat apa saja.
Pasien : Buku ajar psikiatri. (selanjutnya pasien menulis Saya Ingin
Makan).
DM : Mas apa persamaan apel dan jeruk?
Pasien : Sama-sama buah.
DM : Misal mas menemukan dompet dijalan disana ada sejumlah
uang dan nama pemilik, apa yang mas lakukan?
Pasien : Biarkan saja. Untuk apa uang orang. Saya kan sudah bisa
menghasilkan uang.
DM : Nggih, Menurut Mas kondisi mas bagaimana sekarang?
Pasien : Saya sehat. Tidak sakit. Makanya saya bingung kenapa dibawa
 kesini.
DM : Baik Mas, terima kasih atas waktu dan informasinya ya. Mas
boleh kembali ke ruangannya untuk istirahat.
Pasien : Iya mba. Terima kasih mba.